Anda di halaman 1dari 74

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 1

Buku ini kupersembahkan bagi Isteriku Cut Almira


Meutia.,S.Psi, keempat anakku Muhammad Khalikul
Hafidz Darussalam, Aisyah Afifah Darul Takzim,
Alm. Umar (Semoga Allah perjumpakan kita di
syurga-Nya) dan Hasna Hanifah Mecca serta
seluruh Guru dan Dosen dimanapun anda berada,
salam takzim atas seluruh pengabdian dan
perjuangan yang telah anda lakukan selama ini
untuk membangun Indonesia melalui dunia
pendidikan.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 2


Pengantar Penulis
Mengapa Harus Potret Guru dan Dosen di 74 Tahun Indonesia
Merdeka

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam hanya kepada-Nya lah
kita memuji dan memuja, semoga kita senantiasa diberikan rahmat dan
ilmu untuk senantiasa bersyukur atas seluruh nikmat yang telah
diberikan.

Saya merasa berbahagia akhirnya dapat menyelesaikan buku


Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka. Buku yang
sudah saya rintis pada tahun 2015 akhirnya dapat selesai pada tahun
2020. Beberapa artikel saya tulis ketika melakukan perjalanan ke
Jakarta, Makassar, Palu dan Donggala Utara. Buku ini merupakan
kumpulan tulisan dan kumpulan dokumen foto tentang bagaimana
potret Guru dan Dosen yang penulis dapatkan baik dari media on-line,
media cetak lokal dan nasional, wawancara dengan guru hingga
pengalaman yang dirasakan oleh penulis sendiri. Guru dan dosen yang
penulis maksud disini ialah guru yang berstatus bukan PNS atau yang
lebih dikenal dengan sebutan guru honorer.

Kemerdekaan adalah sebuah cita-cita yang didapatkan oleh


founding father untuk mendapatkan sebuah kondisi masyarakat yang
terbebas dari kemiskinan, kelaparan dan ketidakadilan. Lantas apakah di
usia 74 tahun kemerdekaan Indonesia kemiskinan, kelaparan dan
ketidakadilan sudah hilang?atau paling tidak kondisi dimana kemiskinan
semakin berkurang atau perbedaan antara si miskin dan si kaya semakin
mengecil, kelaparan menjadi hal langka di negeri ini serta keadilan
menjadi ikon negeri seribu satu pulau ini. Namun sayangnya, kondisi si

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 3


miskin semakin parah dan si kaya semakin menampakkan
kesombongannya. Sangat mudah bagi kita mendengar dan melihat
sosok anak-anak negeri yang kesusahan mencari pekerjaan hingga
akhirnya mencari peruntungan di negeri jiran, sulitnya mendapatkan
penghidupan yang layak dan pendapatan yang manusiawi, namun disisi
lain iklan-iklan perumahan yang mensasar kelompok warga negara
tertentu dengan mudah menjual harga rumah diatas 500-an juta,
menunjukan kebiasaan hidup yang menghambur-hamburkan uang, pergi
keluar negeri menjadi menu tahunan, naik haji dan umrah berkali-kali
serta perilaku borjuis lainnya.

74 Tahun Indonesia merdeka seharusnya menjadi tolak ukur


semakin kecilnya jurang pemisah antara si kaya dan si miskin melalui
keberadaan sebuah negara. Negara melalui perangkatnya harus mampu
mengarahkan ke sebuah situasi dimana kesejahteraan, keadilan dan
kemerdekaan adalah milik semua anak bangsa. Soekarno (dalam
Gonggong, A. ILC 2020) menyatakan bahwa prinsip kesejahteraan ialah
tidak ada kemiskinan dalam Indonesia merdeka. Guru dan Dosen adalah
orang-orang yang telah mendedikasikan ilmu, waktu dan tenaganya
untuk menjadikan generasi Indonesia menjadi generasi yang kuat,
cerdas dan unggul oleh karenanya sudah sepantasnyalah mereka
mendapatkan imbalan yang mampu menaikkan harkat dan martabat
kemanusiaan mereka dengan cara mengeluarkan mereka dari kondisi
kemiskinan, ketidakpastian dan serba kekurangan. Semoga pedih dan
susahnya kehidupan sang guru hari ini menjadi cerita dan kisah lama
yang akan menjadi cerita untuk anak cucu kita dikemudian hari.

Banda Aceh, Maret 2020

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 4


Daftar Isi

Pengantar Penulis
Daftar Isi
Kemerdekaan dan Kesejahteraan
Antara ikhlas dan Profesionalisme (Mengintip Kesejahteraan Buruh
pendidikan di Indonesia)
Antara Pembantu Rumah Tangga dan Guru (Renungan di Hari Pendidikan
Nasional 2017)

Menagih Janji Sang Presiden Dalam Piagam Ki Hajar Dewantara


Hari Kesehatan Mental Se-Dunia 2017- Mensejahterakan Ekonomi dan
Psikologi Pekerja
Nasib Guru Honorer Indonesia, Dari Kisah Guru Fahri, Guru Masri Hingga
Guru Ratih
Kerja Aja Dulu Jangan Tanya Gaji Berapa
Pekerja Sosial ≠ Pekerja Tanpa Bayaran
Kemiskinan dan Radikalisme
Kesejahteraan Guru dan Dosen dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
Republik Indonesia

Jeritan Guru Dalam Lirik Lagu


Puisi Untuk Guru Oleh Fatma Septia Sarah
Guru Menanti Kesejahteraan Yang Tak Kunjung Tiba Dalam Gambar
Daftar Pustaka

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 5


Kemerdekaan vs Kesejahteraan

Hari ini tepat 70 Tahun Indonesia Merdeka, Kemerdekaan yang sudah


susah payah direbut oleh pejuang dan pendiri bangsa Indonesia oleh
penjajah Belanda dan Jepang pada saat itu. Perayaan gegap gempita dan

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 6


kesyukuran terhadap anugerah kemerdekaan ini dirayakan oleh siapa
saja yang hidup dan tinggal di negeri Indonesia bahkan perayaan ini juga
dilakukan oleh warga negara Indonesia yang tinggal di seluruh penjuru
dunia. Dari kaum intelektual hingga rakyat biasa semuanya larut dalam
suasana kesyukuran akan nikmat kemerdekaan.
Kemerdekaan yang dicita-citakan oleh The Founding Fathers kita
70 Tahun yang lalu adalah sebuah rasa kebersamaan untuk mampu
keluar dari sebuah kondisi ketidakbebasan, kemiskinan, kemelaratan
ekonomi dan kesejahteraan hidup yang pada zaman penjajahan Belanda
dan Jepang hanya dinikmati oleh segelintir masyarakat Indonesia.
Hakikat kemerdekaan Indonesia yang termaktub dalam Pembukaan
UUD 1945 yaitu: "Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia
telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa
mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur."
Jika kita berkaca dari hal diatas dan melihat realitas masyarakat
kita hari ini, Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013
bahwa indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,75% (Maret 2013)
menjadi 1,89%. Kemudian indeks keparahan kemiskinan naik dari 0,43%
(Maret) menjadi 0,48%. Hal ini menurut Dr. Suryamin, M.Sc (Kepala BPS)
tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia semakin parah. Sebab berada
menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk
miskin semakin melebar. Selain data diatas Ada hal yang menarik dari
laporan sebuah penelitian mengenai orang kaya didunia Wealth-X baru-

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 7


baru ini mengeluarkan menyebutkan beberapa negara yang mengalami
kenaikan kemakmuran atau orang kaya di negara tersebut, yang dilansir
oleh sebuah portal media online di Indonesia. Menurut laporan
tersebut, Indonesia mengalami peningkatan jumlah nilai kekayaan yang
tertinggi di dunia. Jumlah masyarakat Indonesia yang mempunyai
kekayaan di atas USD 30 juta (Rp 285 miliar) berjumlah 785 orang.
Jumlah tersebut naik 4,7 persen bila dibandingkan jumlah tahun lalu.
Sementara itu, orang kaya di Indonesia diperkirakan meningkat dua kali
lipat pada 2016. Jika tahun ini jumlah orang kaya mencapai 112 ribu
orang, lima tahun mendatang ditaksir meningkat 116 persen menjadi
242 ribu orang. Hal ini terungkap dari Laporan Kekayaan Global yang
dikeluarkan Credit Suisse Research Institute.
Jika kita melihat bagaimana realitas kehidupan di masyarakat
seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan beberapa kota besar di Indonesia,
ketimpangan dan jarak antara orang miskin dan orang kaya sangatlah
besar sebagaimana contoh masih ada masyarakat yang hidup di bawah
kolong jembatan, diatas kuburan, di pinggir-pinggir rel kereta api namun
disisi yang lain kaum borjuis di Indonesia hidup dan tinggal di
apartemen-apartemen mewah baik di Jakarta dan beberapa kota besar
lainnya hingga ke negara tetangga. Kondisi yang sangat memilukan di
tengah-tengah perayaan HUT RI Ke 70 Tahun. Kondisi kesejahteraan
hanya masih bisa dinikmati oleh segelintir orang dan segelintir pulau
yang kebetulan dekat dengan pusat kekuasaaan. Lihatlah bagaimana
kehidupan masyarakat Indonesia di beberapa perbatasan negara

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 8


tetangga, mereka lebih memilih menggunakan mata uang asing
dibanding dengan mata uang Indonesia, mereka lebih merasakan
fasilitas yang diberikan negara tetangga karena negerinya sendiri tidak
memberikan fasilitas dan jaminan hidup yang memadai. Namun jangan
kita tuntut nasionalisme mereka terhadap negeri ini karena sering sekali
kesusahan hidup yang mereka hadapi tidak pernah diselesaikan dan
dijawab oleh aparat negeri ini. Bahkan bagi sebagian masyarakat
Indonesia yang harus bekerja dengan status TKI ketika mereka kembali
ke negerinya sering sekali menjadi sasaran pemerasan dari oknum-
oknum negara yang katanya patriot bangsa.

Mengkritisi Gerakan Nasional Ayo Kerja


Presiden Indonesia telah mencanangkan Gerakan Nasional Ayo
Kerja, bagi penulis gerakan ini adalah sebuah gerakan yang seolah-olah
bangsa ini bukanlah bangsa pekerja dan bermalas-malasan sehingga
harus di ajak kembali bekerja. Tidakkah kita sadari bahwa masyarakat
kita telah menjadi pekerja keras dalam sektor apapun, anak-anak gadis
kita telah berangkat meninggalkan kampung halamannya mereka untuk
bekerja tidak saja di dalam negeri namun hingga ke beberapa negara
seperti Arab Saudi, Malaysia, Hongkong, Singapura dsb. Pemuda-
pemuda kita telah berangkat mencari tempat-tempat yang bagi mereka
lebih menjanjikan. Kota seperti Kuala Lumpur adalah sebuah kota yang
menjadi saksi akan kegigihan kerja masyarakat Indonesia. Bagi penulis
sebaiknya gerakan ini ditujukan hanya kepada abdi negara atau aparat

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 9


pemerintah yang seharusnya mampu mengabdikan dirinya untuk
menjadi pelayan masyarakat bukan menanti layanan dari masyarakat.
Belajar dari apa yang disampaikan John F Kennedy Jangan Tanyakan Apa
Yang Diberikan Negara Kepada Anda Tapi Tanyakan Apa Yang Telah
Anda Berikan Kepada Negara, masyarakat tidak meminta kepada negara
namun masyarakat meminta kepada aparat pemerintah yang telah
berjanji baik semasa kampanye maupun semasa bersumpah sebagai
abdi negara.
Diakhir tulisan ini penulis merasa perlu untuk mencantumkan
kembali doa yang disampaikan oleh KH Khoirul Muna yang dibacakan
pada saat Sidang Paripurna MPR RI 2015. Ya Allah Ya Rahim, Tuhan Yang
Maha Esa, Segala puji dan syukur kehadirat-Mu. Di hari-hari ini, kami
menghadapi beragam ujian berat: bencana alam, kekeringan, harga
kebutuhan pokok melangit, ekonomi belum pulih dan penegakkan
hukum yang mencederai rasa keadilan rakyat. Tapi segelintir penguasa
acuh tak acuh tak peduli kesengsaraan rakyat, sehingga rakyat semakin
berang, jengkel dan galau, karena mereka tidak memberikan suri
tauladan. Ya Allah, Ya Qowiyyu Ya Qoyyum, anugerahkanlah kekuatan
lahir dan batin kepada rakyat Indonesia untuk tabah dan tegar dalam
menghadapi cobaan. Ya Allah, Ya Fatah, bukalah pintu hati pemimpin
kami agar mereka selalu amanah dan bertanggungjawab atas segala
tugas yang diembannya, bukakanlah selalu hati nurani pemimpin kami
agar dalam setiap hembusan nafas mereka hanya memikirkan dan
memperjuangkan nasib rakyat yang sangat letih menghadapi kesulitan

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 10


hidup. Ya Allah, Ya Bari, bebaskanlah kami dari berita bohong, janji-janji
palsu, dan harapan-harapan kosong, karena sesungguhnya tidaklah elok
mereka menipu rakyat yang menderita, sengsara dan hampir putus asa.
Pemimpin tidak saja presiden, gubernur, walikota namun juga
aparat pemerintah baik dari level atas hingga level bawah, aparat
kepolisian, TNI, guru, dosen dan siapapun yang mengatasnamakan
aparat pemerintah semoga kita di jauhkan dari mereka-mereka yang
hanya peduli nasib keluarga sendiri dan melupakan nasib
masyarakatnya. Selamat HUT RI ke 70 Tahun.

Banda Aceh, 17 Agustus 2015

Antara Ikhlas dan Profesionalisme


( Mengintip Kesejahteraan “Buruh” Pendidikan di Indonesia)

Pertama sekali penulis memohon maaf kepada insan pendidikan,


pengamat pendidikan dan praktisi pendidikan serta para pendidik itu
sendiri, karena penulis menggunakan istilah buruh dalam judul yang

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 11


penulis tampilkan diatas. Tentunya penulis memiliki pertimbangan
setelah melihat dan mengamati bagaimana kondisi dan keadaan para
praktisi pendidikan di Indonesia, tidak jauh berbeda kesejahteraannya
dibandingkan dengan buruh lainnya. Tentunya sekali lagi penulis tidak
bermaksud mengurangi rasa hormat terhadap profesi buruh dimanapun
mereka berada. Kesejahteraan guru, jika kita mengingat aksi yang
dilakukan guru beberapa waktu lalu di Istana Negara (sebagai contoh
seorang guru honorer Titi Purwaningsih), menurutnya ia hanya
mendapat gaji Rp. 150.000 per bulan dan telah bekerja selama 12 tahun,
jumlah gaji diatas tersebut adalah nilai yang sangat dibawah standar
kebutuhan kehidupan. Sehingga bagi sebagian guru seperti Titi
Purwaningsih, guru adalah sebuah profesi yang harus dijalani dengan 2
dua pilihan, yaitu panggilan jiwa untuk mendidik anak bangsa dan disaat
yang sama anak bangsa (guru) ini tidak dapat menemukan kesempatan
kerja dengan penghasilan yang lebih baik.
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan kondisi nyata dari sosok
guru dan dosen sebagai insan pendidik dan pengajar bagi ribuan anak
bangsa. Profesi yang secara sosial sangat dihargai dan disegani namun
terkadang secara kelayakan sering dilupakan oleh pemerintah. Guru dan
dosen yang penulis maksud disini tentunya bukanlah guru dan dosen
yang telah memiliki status, baik dosen atau guru di sekolah swasta
maupun negeri tetapi tentunya adalah guru dan dosen yang masih
memiliki status “abu-abu”, baik status sebagai guru atau dosen pengabdi
dan guru atau dosen honorer. Mengapa penulis mengatakan status

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 12


“abu-abu”? Karena keberadaan mereka seringkali dibutuhkan
dilapangan tetapi sangat “rumit” pada saat pembayaran hak mereka.
Sangat miris ketika guru dan dosen lain sudah menikmati gaji ketiga
belas, empat belas, sertifikasi dan lain sebagainya, namun tenaga
pendidik ini masih belum tahu kapan upah yang super irit itu mampir di
pundi-pundi mereka, dimanakah keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia yang selalu mereka pelajari di bangku kuliah, yang selalu
mereka ikrarkan dalam upacara senin pagi dan yang selalu mereka
ajarkan dibangku-bangku sekolah.
Jika merujuk pada UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 Guru
dan dosen memiliki: 1.Kualifikasi Akademik, 2.Kompetensi, 3.Sertifikat
Pendidik, 4.Sehat Jasmani Dan Rohani, Dan 5.Memenuhi Kualifikasi Lain
Yang Dipersyaratkan Satuan Pendidikan Tinggi Tempat Bertugas,
6.Kemampuan Mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional. Dengan tugas
diatas, seorang pendidik diharapkan memiliki komitmen profesionalitas
antara lain; a. Memiliki bakat minat, panggilan jiwa dan idealisme b.
Memiliki komitmen, kualifikasi akademik, kompetensi akademik dan
tanggung jawab c. Memperoleh penghasilan yang ditentukan dan d.
Memperoleh jaminan perlindungan baik kesehatan, kecelakaan, hari tua
dan kematian. Sungguh sangat bermartabat dan profesional peran dan
fungsi guru dan dosen, sehingga wajar saja kalau banyak yang bangga
menjadi guru dan dosen. Namun hal diatas terutama terkait dengan
penghasilan dan jaminan perlindungan tidak berlaku bagi guru atau
dosen yang berstatus abu-abu ini.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 13


Ikhlas dan Profesionalisme
Sosok guru dan dosen sering sekali di tuntut untuk bekerja
secara ikhlas tanpa bayaran meskipun mereka telah bekerja berbulan-
bulan, terminologi ikhlas sering sekali diartikan oleh masyarakat kita
sebagai aktivitas yang dilakukan seseorang tanpa memperoleh imbalan
apapun melainkan imbalan pahala dari Allah SWT. Sehingga tidak jarang
ketika seorang ustadz/guru/dosen yang telah mengajarkan ilmunya
dianggap tidak ikhlas jika meminta bayaran dari murid-muridnya. Bagi
penulis, terminologi ikhlas seharusnya tidak berdiri sendiri melainkan
ada kata lain yaitu profesionalisme yang menyertainya. Maka seorang
guru dan dosen diharapkan mampu bekerja secara ikhlas dan
professional, sebab guru ikhlas atau dosen ikhlas sekalipun pasti
dituntut kualifikasi profesinya itu, sehingga keikhlasan tidak menjadi
alasan pembenaran untuk tidak memenuhi kualifikasi seorang guru atau
dosen. Ikhlas bukan berarti kesiapan untuk tidak dibayar melainkan
bekerja dengan penuh dedikasi dan hati, sehingga sosok guru akan
mampu mendidik dan mengajar putra-putri bangsa. Imbalan keikhlasan
ini adalah keridhoan Allah SWT dan berbuah pahala yang akan menjadi
bekal hidup di kehidupan akhirat. Keikhlasan tidak bisa dihadap-
hadapkan dengan profesi seseorang yang terikat dengan regulasi yang
mengatur profesi tertentu, dalam ketentuan etika profesipun tidak
berbicara keikhlasan, tetapi berbicara tentang profesionalisme,
tanggungjawab, dan resiko. Keikhlasan adalah masuk ranah religius,

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 14


secara universal segala perbuatan baik adalah amal ibadah yang
berfahala, baik dilaksanakan secara keahlian maupun tidak.
Beberapa definisi ikhlas yang disampaikan ulama antara lain
'Umar Sulayman Al-Asyqar dalam kitab Al-Ikhlas mengemukakan definisi
ikhlas dari beberapa ulama, baik secara terminologi maupun
epistemologi. Definisi ikhlas yang banyak dikemukakan tidak berbeda
jauh. Intinya adalah menunjukan seluruh ibadah kepada Allah, bukan
kepada yang lain. Al-Raghib berkata dalam kitab Mufradat, "Ikhlas
adalah menyingkirkan segala sesuatu selain Allah." Sementara, Izz Ibn
Abdussalam mengatakan, "Ikhlas adalah melakukan ketaatan karena
dan demi Allah semata, bukan karena diagungkan atau dimuliakan oleh
manusia, juga bukan untuk memperoleh keuntungan agama, atau
menolak kemudharatan dunia."
Dengan demikian, implementasi dari keikhlasan adalah
munculnya pribadi yang bekerja tidak untuk pujian atasan, khalayak
ramai atau apapun embel-embel popularitas didalam masyarakat.
Sementara itu ketika seseorang telah bekerja dengan tuntutan
kualifikasi yang ada maka ia dipandang sebagai seorang yang
professional dan dirinya berhak mendapatkan imbalan keprofesionalan
profesionalismenya itu yaitu berupa gaji atau upah yang dapat menjadi
bekal hidupnya di dunia ini. Dalam Islam Rasulullah SAW telah
mengajarkan bagaimana majikan menghargai pekerjanya. Bukhari dan
yang lainnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah ra

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 15


yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda, Allah Ta’ala berfirman,
“Tiga Jenis (manusia) yang Aku akan menjadi musuhnya kelak
pada hari kiamat, yaitu: seseorang yang memberi dengan nama-Ku,
kemudian berkhianat; seseorang yang menjual orang yang merdeka
(bukan budak), kemudian memakan uangnya; dan seseorang yang
mempekerjakan pekerja dan telah diselesaikan pekerjaannya, tetapi ia
tidak memberikan upahnya.”
Dalam hadist lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
Hadist Riwayat Abu Hurairah ra.
Dua hadist diatas kiranya telah cukup untuk menjadi penguat
dalil bahwa menunda pembayaran gaji adalah suatu kezaliman yang
nyata. Oleh karenanya para ulama menganggap sebagai dosa besar.
Diantara bentuk kezalimannya adalah tidak memberikan sama sekali
hak-hak pekerja, Membebani pekerja dengan pekerjaan atau
menambah waktu kerja (lembur), tapi hanya memberikan gaji pokok
saja tanpa membayar pekerjaan tambahan atau waktu lembur (dengan
memanfaatkan momentum minimnya lowongan pekerjaan dan
kelemahan pihak pekerja) adalah sebuah pelanggaran terhadap
profesionalisme pekerja, apalagi ada yang bermaksud menggunakan
(mencomot) upah pekerja tersebut untuk “mensuplai” induk usahanya
demi keuntungan, sedangkan si pekerja tersebut mengalami kesulitan
ekonomi. Sehingga mereka terpaksa berhutang kesana kemari untuk

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 16


menghidupi keluarganya. Membayar gaji dengan menunda-nunda
hingga tiga bulan dst tidaklah sesuai dengan tuntunan islam, karena
agama islam menegaskan untuk bersegera membayarkan upah sebelum
keringat pekerja kering.
Oleh karena itu salah besar jika mengukur keikhlasan hanya pada
telah dibayar atau tidaknya upah/gaji pekerja, jika nilai itu yang kita
yakini maka seluruh aparatur negara mulai dari kepala desa hingga
kepala negara mereka bekerja tidak ikhlas karena mereka mendapatkan
gaji dan bayaran. Keikhlasan berbuah mentalitas pekerja tanpa
pengawasan bos dan mendapatkan pahala untuk dipakai di kehidupan
akhirat, dan profesionalitas berbuah pada mentalitas bekerja dengan
cepat, tepat dan akurat, sehingga mendapatkan upah yang layak sesuai
kualifikasinya untuk dapat hidup bermartabat di dunia. Oleh sebab itu ,
penulis berharap May Day yang acapkali diperingati untuk kalangan
buruh seharusnya mampu menjadi evaluasi menyeluruh terhadap
sistem pengupahan di seluruh aspek kehidupan pekerja di Indonesia.

Banda aceh, 1 Mei 2016


Antara Pembantu Rumah Tangga dan Guru
(Renungan di Hari Pendidikan Nasional 2017)

Tulisan ini terinspirasi dari 2 hal, yang pertama status penulis di


facebook yang mencoba membuat survey kecil-kecilan terkait dengan

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 17


pandangan masyarakat terhadap profesi guru dan dosen serta yang
kedua keterangan pers yang disampaikan Pemerintah Kabupaten Aceh
Barat Daya yang mengekspos jumlah gaji yang diterima seorang guru
honorer di kabupaten tersebut. Tanggapan yang pertama dari status
facebook penulis adalah yah, males banget dech jawabnya, saya selaku
guru aja ngak semangat mau menjawab pertanyaan ini? kalau ada
pilihan antara menjadi guru atau PRT, mungkin saya akan pilih jadi PRT
daripada guru, tapi bukan sembarang PRT lah, harus PRT yg intelek dan
berpendidikan, bukan PRT yg tamatan SD. karena apa saya lebih baik
memilih PRT daripada guru karena pemerintah Indonesia ini lebih
menghargai PRT daripada Guru... lihat saja dari segi salary nya wah jauh
banget bedanya... padahal yg membuat PAK JOKOWI bisa jadi presiden
kan karena jasa dari seorang guru bukan karena kepintaran dari seorang
PRT, itu dech masukan buat negara kita tercinta ini. tolong lebih
memperhatikan nasib guru terutama guru honor. Hal yang kedua
tentang keterangan pers dari Pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya
yang disiarkan harian Serambi Indonesia pada Rabu 5 April 2017
disebutkan bahwa pemerintah kabupaten tersebut membayar gaji
pegawai honorer yang bekerja sebagai guru dengan tingkat pendidikan
DIII atau S1 sebesar 600.000/bulan.
Tentunya tulisan ini tidak ingin bermaksud untuk meremehkan
suatu profesi yaitu pembantu rumah tangga tetapi penulis ingin
menggunakannya untuk menjadi bahan renungan tentang bagaimana
seharusnya masyarakat Indonesia dan pemerintah Indonesia

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 18


menghargai sebuah profesi, profesi yang telah mampu melahirkan
tokoh-tokoh bangsa, guru besar dan pejabat publik bahkan tidak ada
satu profesi di dunia ini yang tidak mendapat sentuhan manis dari
seorang guru. Profesi yang penuh dengan tuntutan baik akademik dan
non akademik, seperti seorang guru dan dosen selain mengajar harus
mampu menjadi contoh di tengah-tengah masyarakat namun sangat
minim dalam penghargaan dan pendapatan.

Potret Academic Slavery di Aceh.


Dalam sebuah laporan yang disampaikan oleh harian lokal aceh
pada November 2016 disebutkan bahwa ada 1500 guru honorer tidak
bergaji di Simeulue, jika pun mereka bergaji itu karena rasa kasihan dan
kemanusiaan serta kebijakan pihak sekolah, karena tenaga guru bakti
dan honorer ini memang sangat dibutuhkan. Dalam laporan lain
klikkabar.com (2016) melaporkan nasib seorang guru bernama
Maryama, menjadi guru tanpa status selama beberapa tahun lalu
kemudian menjadi guru honorer sejak 2004 hingga sekarang menjadi
guru dengan status honorer dengan bergaji Rp. 200.000/bulan. Lain
pendidikan dasar dan menengah lain pula dengan nasib pengajar di
perguruan tinggi, menurut hasil wawancara yang dilakukan penulis
terhadap seorang pengajar yang berstatus dosen kontrak disebuah
perguruan tinggi negeri dirinya hanya di bayar Rp. 1.5 juta dengan
tanpa jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan yang memadai. Selain
dosen yang bekerja pada perguruan tinggi negeri penulis juga

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 19


mewancarai dosen yang bekerja di PTS mereka menyebutkan
mendapatkan gaji 700 ribu hingga 1.5 juta. Dan yang paling
mengkhawatirkan ada diantara lembaga ini yang membayar gaji
pengajarnya per semester. Membayar upah dengan angka diatas
sungguh sangat memprihatinkan selain tidak sesuai dengan UMP Aceh
tahun 2016 yang mewajibkan perusahaan membayar gaji minimal 2.5
juta/bulan bagi pekerja dengan status lajang dan berpendidikan minimal
S1 serta masa waktu bekerja 1 tahun. Nilai diatas juga jauh dari standar
hidup layak baik di Aceh maupun di Indonesia. Praktek diatas cukup
marak tidak saja di Aceh namun juga di seluruh penjuru tanah air
tercinta. Penulis sepakat jika kondisi diatas terjadi pada 1 hingga 5 tahun
usia kemerdekaan Indonesia namun ini terjadi setelah hampir 1 Abad
republik ini berdiri. Sudah tidak saatnya lagi meminta guru untuk
berkorban dengan gaji yang minimal karena pada saat yang sama
banyak rekan guru, dosen se-profesi mereka serta pejabat di negeri ini
menikmati kesejahteraan yang memadai. Di usia Indonesia yang akan
menjelang 72 tahun ini sudah tidak saatnya lagi mengukur keikhlasan
guru dari seberapa tahan mereka tidak diberi bayaran namun mengukur
profesionalisme sebuah sekolah juga dilihat dari seberapa besar dan
maksimal mereka mampu menghargai profesi guru. Jangan berpikir lagi
membayar guru dan dosen dengan segudang pahala keikhlasan namun
hargai juga dosen dan guru dengan jumlah gaji yang memadai karena
sesungguhnya pahala keikhlasan akan kita gunakan ketika kita hidup di

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 20


akhirat sementara itu gaji akan digunakan dalam kehidupan sehari-hari
seorang guru.

Hari Pendidikan Nasional 2017 – Merata dan Berkualitas


Diatas adalah semboyan peringatan hari pendidikan nasional
2017 yaitu pendidikan yang merata dan berkualitas. Pemerintah dengan
segala upayanya akan mencapai kondisi pendidikan yang mampu
diakses siapapun dan dimanapun serta menghadirkan pendidikan yang
berkualitas bagi anak bangsa. Jika kita kaitkan pada penjelasan penulis
diatas, Merata tidak saja pada akses pendidikan yang merata pada
siapapun tetapi juga mampu menghadirkan kesejahteraan yang merata
bagi guru baik guru dengan status PNS, swasta maupun honorer.
Kesejahteraan baik sosial, fisik, psikologis dan ekonomi sangat penting
dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi anak bangsa.
Bagaimana mungkin seorang guru yang hanya di bayar Rp. 200
ribu/bulan dan dosen Rp. 1.2 juta/bulan mampu menghadirkan sistem
pengajaran yang baik dan berkualitas, membuat alat bantu mengajar
yang canggih, untuk kehidupan sehari-harinya saja dengan jumlah yang
ada tidak mampu mencukupi. Oleh karena itu bagi penulis, jika ingin
menghadirkan pendidikan yang berkualitas maka yang perlu dilakukan
adalah menjalankan sila pada pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat (dalam konteks ini) guru di Indonesia dengan terus melakukan
proses evaluasi terhadap kinerja guru pada masing—masing tingkatan
pendidikan. Dan terakhir penulis ingin menutup tulisan ini dengan

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 21


pertanyaan apa perbedaan guru dan PRT. Jika guru di tengah-tengah
minimnya upah yang mereka dapat mereka juga berprofesi sebagai PRT,
tukang cuci rumah tangga, penarik becak dsb namun PRT tidak mampu
dan mau berprofesi sebagai guru karena upah yang mereka dapatkan
sudah seperti guru wabil khusus guru honorer. Selamat Hari Pendidikan
Nasional 2017.

Banda Aceh, 2 Mei 2017

Menanti Janji Sang Presiden Dalam Piagam Ki Hajar


Dewantara

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 22


Dalam perhelatan pemilihan presiden tahun 2014 yang lalu,
masyarakat Indonesia menyaksikan 2 tokoh besar dalam kancah politik
Indonesia yaitu Bapak Prabowo Subianto dan Bapak Joko Widodo
bertarung menawarkan ide-ide dan janji-janji kepada masyarakat
Indonesia. Tidak terkecuali dengan masyarakat yang berprofesi sebagai
guru, Calon Presiden Joko Widodo dalam masa kampanyenya telah
menuliskan janjinya dalam sebuah janji dengan menggunakan tokoh
pendidikan Indonesia yaitu Ki Hajar Dewantara. Janji yang disebut
kemudian sebagai Piagam Ki Hajar Dewantara adalah janji yang akan
dilakukan oleh calon presiden Joko Widodo dan pasangannya Bapak
Yusuf Kalla jika mereka terpilih sebagai presiden dan wakil presiden
tahun 2014 hingga 2019 adapun janji tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mewujudkan trilayak bagi tenaga pengajar dan pendidik,


memberikan kepastian dan perlindungan hukum, ekonomi,
politik dan sosial budaya bagi mereka yang sejalan dengan
pemenuhan hak rakyat atas pendidikan

2. Bertanggung jawab atas kesejahteraan tenaga pengajar dan


pendidik memastikan upah yang layak (bukan sekedar
tunjangan), apapun status kerjanya. Minimal sesuai dengan Upah
Minimum Kota/Kabupaten. Pemerintah RI wajib memberikan
jaminan peningkatan kemampuan mereka, termasuk sertifikasi
yang tidak boleh komersial, diberikannya jaminan pendidikan
termasuk untuk anak-anak mereka. Memberikan Jaminan Sosial
(Jaminan Kesehatan, Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian,
Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua). Bagi tenaga pengajar
dan pendidik beserta keluarganya.

3. Melakukan komunikasi intensif dengan Pemerintah Daerah dan


Institusi Pendidikan, agar terwujud sistem perekrutan Calon
Pegawai Negeri Sipil bagi tenaga pengajar dan pendidik yang

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 23


berkeadilan, transparan dan tanpa pungutan apapun. Karenanya,
dalam perekrutan tersebut wajib diprioritaskan bagi tenaga
pengajar dan pendidik beserta keluarganya yang telah
mengabdikan diri 3 tahun keatas.

3 point diatas adalah 3 janji penting yang disampaikan oleh Calon


Presiden Joko Widodo yang ditanda tangani di Bandung 5 Juli 2014. Janji
yang tentunya tidak saja membawa perbaikan kualitas kehidupan
seorang guru kontrak namun pada akhirnya akan meningkatkan kualitas
pengajaran yang mereka lakukan. Janji ini mengisyaratkan bahwa
seorang guru dengan status apapun diharapkan mendapatkan upah
yang layak yaitu sesuai dengan upah minimum Kota/Kabupaten. Selain
gaji yang layak seorang guru dengan status apapun dijanjikan akan
mendapatkan jaminan-jaminan normative dari seorang tenaga kerja
seperti Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua
dsb.
Jakarta 1 November 2018, ketika 70.000 guru honorer yang
berasal dari seluruh Indonesia melakukan aksi unjuk rasa di depan Istana
Negara dalam rangka menagih janji yang pernah disampaikan dalam
Piagam Ki Hajar Dewantara maupun dalam beberapa kesempatan
pertemuan dengan perwakilan guru honorer di Indonesia. Namun
kenyataan pahit yang harus diterima para guru honorer ini, jangankan
mendapatkan jawaban dari janji-janji tersebut, mereka juga tidak dapat
bertemu dan bertatap muka langsung kepada sang presiden untuk
menyampaikan apa yang menjadi tuntutan mereka. 4 Tahun telah

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 24


berlalu, janji yang pernah disampaikan oleh seorang anak bangsa kepada
guru-guru honorer ternyata masih jauh panggang dari api. Janji yang
sangat mudah dibuat dan mudah pula diingkari dengan berbagai macam
alasan sehingga butir-butir janji yang disampaikan dalam Piagam Ki
Hajar Dewantara. Kini para guru honorer harus menerima kenyataan
bahwa mimpi-mimpi mereka yang pernah dititipkan dalam piagam Ki
Hajar Dewantara untuk dapat segera menjadi Guru ber-status Pegawai
Negeri Sipil atau paling tidak guru dengan kesejahteraan yang lebih baik
masih harus menunggu dalam jangka waktu yang tidak dapat dipastikan.
Guru honorer hanya mampu menerima takdir dan keberuntungan
mungkin pada suatu waktu mereka akan mendapatkan kesejahteraan
yang lebih baik.

Jakarta, 23 Februari 2019

Hari Kesehatan Mental Se-Dunia 2017,


Mensejahterakan Ekonomi dan Psikologi Pekerja

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 25


Setiap tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan
Mental Sedunia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang
kesehatan mental dan upaya yang perlu dilakukan untuk
meningkatkannya. Semua pihak yang berkecimpung dan bekerja di
ranah kesehatan mental menggunakan momentum ini untuk
mendiskusikan berbagai hal terkait permasalahan kejiwaan, melakukan
upaya promosi, pencegahan dan intervensi dini baik dalam skala kecil,
nasional, regional dan global.

Let’s Talk Wellbeing atau Mari Bicara Kesejahteraan Psikologis


(khususnya) di tempat kerja sebagaimana judul diatas adalah tema yang
diusung oleh Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) organisasi yang
menaungi ilmuwan psikologi seluruh Indonesia adalah sebuah bentuk
kesadaran bahwa tempat kerja sebagai sebuah komunitas mampu
menjadi komponen sehat tidaknya jiwa seseorang. Menurut World
Health Organization (WHO) mencatat beberapa fakta penting sebagai
berikut:
a. Bekerja adalah baik untuk kesehatan mental, tetapi lingkungan
kerja yang buruk dapat menyebabkan persoalan kesehatan fisik
dan mental.
b. Depresi dan kecemasan mempunyai dampak ekonomi yang
bermakna. Perkiraan biaya akibat depresi dan kecemasan pada
ekonomi global adaalah kehilangan produktivitas senilai US$
Triliun per tahun.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 26


c. Pelecehan dan perundungan di tempat kerja adalah persoalan
yang paling banyak dilaporkan dan yang berpengaruh besar pada
kondisi yang tidak sehat mental karyawan.
d. Ada banyak pilihan tindakan efektif dari organisasi untuk
meningkatkan kesehatan mental di tempat kerja, yang
dampaknya akan meningkatkan produktivitas dan keuntungan
perusahaan.
Terkait dengan tema diatas, penulis merasa tertarik untuk
mengkaitkan dengan beberapa pemberitaan yang dimuat oleh beberapa
harian terkait dengan kondisi tenaga kerja honorer atau kontrak yang
bekerja di bawah pemerintah baik provinsi maupun kota atau kabupaten
beberapa bulan dan hari yang lalu, diantaranya Honorer Siap Tak
Dibayar (Sabtu 16 September 2017), Gaji Guru Kontrak Lebih Rendah
dari Cleaning Service yaitu sebesar Rp. 480.000 hingga Rp.
600.000/bulan, Guru Honorer belum bergaji sejak Januari 2017 (Senin
21 Agustus 2017), hingga pemberitaan Pembakaran kampus Unimal
(Jumat 18 Agustus 2017). Jika kita kaitkan dengan tema diatas
bagaimana lingkungan kerja mampu menciptakan kesejahteraan tidak
saja ekonomi namun juga psikologis. Melihat fakta yang ada ternyata di
usia Republik Indonesia yang ke 73 tahun ini, pemerintah belum mampu
menghadirkan kesejahteraan yang menyeluruh bagi pekerjanya.
Sehingga jika dikatakan tujuan berbangsa dan bernegara adalah keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia masih terasa jauh dari harapan. Nilai
gaji yang disebutkan diatas adalah nilai gaji di bawah kecukupan bagi

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 27


seorang tenaga kerja seperti yang disebutkan pada aturan Upah
Minimum Provinsi Aceh Tahun 2017 apalagi dengan waktu pembayaran
yang tidak pasti, terlebih jika hal ini dikaitkan dengan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, selain gaji maka
seorang guru dan dosen juga berhak mendapat tunjangan hingga
jaminan hari tua dan kesehatan. Jika melihat fakta diatas selain gaji guru
honor yang sangat kecil mereka juga tidak dilengkapi dengan jaminan
hari tua atau PHK sehingga ketika terjadi pemutusan hubungan kerja
maka mereka nyaris tidak mendapatkan apapun dari lembaga pemberi
kerja sehingga kemudian jika yang terjadi adalah kekecewaan hingga
aksi nekat dari seorang pekerja maka hal itu adalah imbas dari ketidak
pedulian kita terhadap kesejahteraan ekonomi pekerja kita. Bagi penulis,
inisiasi yang dilakukan oleh HIMPSI ini menjadi pengingat bahwa dunia
internasional sudah menganggap bahwa dunia kerja seharusnya sudah
mampu mensejahterakan ekonomi pekerja dan pada tahap berikutnya
tugas pemerintah dan kelompok masyarakat baik akademisi, lsm
memastikan bahwa dunia kerja di Indonesia juga menjadi tempat yang
baik bagi muncul kesejahteraan psikologis. Namun jika melihat fakta
yang ditampilkan diatas, jangankan bicara kesejahteraan psikologis,
Pemerintah baik Provinsi maupun kabupaten masih gagal memberikan
kesejahteraan ekonomi. Meskipun ada yang mengatakan bahwa tidak
selamanya kaya membuat hati tenang dan nyaman namun hemat
penulis bekerja dengan mendapatkan upah diatas nilai kelayakan adalah
salah satu unsur penting bagi munculnya kesejahteraan psikologis.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 28


Karena kebutuhan ekonomi seperti membayar listrik, membayar SPP
anak, membayar uang sewa rumah, membeli bahan bakar untuk
berangkat bekerja adalah sesuatu yang harus dibayar dengan nilai
ekonomi tidak bisa kita menggantikan atau menundanya. Setelah
kesejahteraan ekonomi terpenuhi secara rata-rata saja maka kemudian
kesejahteraan psikologis secara perlahan-lahan dapat dipenuhi. Oleh
karenanya bagi penulis kita harus berterima kasih kepada komunitas
psikologi Indonesia telah mengingatkan bangsa ini akan arti pentingnya
kesejahteraan baik ekonomi, sosial dan juga psikologis, karena
sesungguhnya tujuan founding fathers kita hidup dalam sebuah bangsa
yang bernama Indonesia adalah terbebas dari penjajahan bangsa lain
dan hidup sejahtera di bawah naungan bangsa sendiri. Selamat Hari
Kesehatan Mental Sedunia 2017.

Banda Aceh, 9 Oktober 2017

Nasib Guru Honorer Indonesia, Dari Kisah Guru Fahri, Guru


Masri Hingga Guru Ratih

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 29


12 tahun mengabdi sebagai guru honorer
kini harus menjadi cleaning service di negeri orang

HAPPY teacher's Day

entah Harus mulai Dari mana


tapi keputusanku saat 26 oct 2019 untuk hijrah karena Allah ke negeri seberang sudah
bulat.

beberapa barang ku gadaikan dan kujual untuk berangkat mencari pekerjaan dengan
penghasilan yang lebih baik.
bukan semata soal uang
tapi ketahuilah gaji seorang guru honor tidak bisa membantuku untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi ku bersama anak-anak apalagi ketika suami ku meninggal 7 tahun
lalu

kehidupan kami pun berubah drastis banyak hutang tercipta karena kebutuhan
pengeluaran tidak sesuai dengan pemasukan
banyak yang mengkritik buat apa sih uang sampai berhutang
trus kemarin sering posting jalan-jalan uangnya dari mana? bisa jalan2 tapi uang gada.
ya....

entah kenapa kondisi ku pun seperti diatur oleh angin aktif diberbagai organisasi bisa
membawaku kemana2 tanpa memakai uang pribadi. orang lain melihatnya sebatas
yang didepan mata tapi mereka tidak tahu apa yang ada dibalik layar.

bukan soal uang


tapi aku sudah memasrahkan hidupku
aku melakukan yang terbaik untuk orang2 sekelilingku
masuk kedunia perpolitikan
kemanusiaan, sosial
dan aktif diberbagai organisasi tidak membuat diriku menjadi lebih baik.

faktanya mereka yang tetap baik namanya ketika terlihat sangat bermanfaat di mata
orang memandang karena jiwa sosialnya tapi mereka tidak tahu mereka mengambil
manfaatnya dari orang yang rela berkorban
tapi tidak mau tahu bagaimana kehidupannya

beruntung masih memiliki saudara2 yang siap membantu dalam suka dan duka.
tapi keputusanku hijrah pertama kali ke negeri orang sudah menjadi tekad untuk awal
keberhasilanku bersama anak2 nanti.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 30


awal-awal aku dinegeri orang kulalui dengan penuh perjuangan
sangat jauh sekali perbedaannya
dulu aku mengibarkan sang merah putih untuk negaraku
kini aku membawa nama merah putih untuk negaraku di negeri orang.

dulu aku bertemu dengan orang2 hebat


kini aku bertemu dengan berbagai macam karakter manusia dengan sifat yang
berbeda-beda.

merah putih ku masih didada


walau terkadang aku berada seperti anak tiri dinegeriku dengan penghargaan yang
tidak ternilai diabaikan begitu saja
hingga 12 tahun lamanya aku bertahan menjadi guru honorer tapi aku membuang
waktu untuk mengabdi pada negara
tapi negara tidak bisa menjamin kehidupan para guru yang telah berjasa.
air mata darah pun keluar sudah tidak ada artinya
karena perjuangan ini bukan lagi melawan para penjajahnya
tapi melawan bangsa itu sendiri.

akhirnya banyak yang memutuskan untuk mencari peruntungan di luar negeri saya pun
memilih hijrah ke luar negeri berkat panduan dan bantuan sahabat terbaik saya "Lia".
karena setiap waktu dan pekerjaan yang kita lakukan selalu di hargai dan bernilai
walau banyak yang menghina pekerjaan seorang cleaning service, seakan pekerjaan ini
adalah yang terburuk dan kotor.

tapi sesungguhnya
hanya kami lah yang mau membersihkan dari bagian kotoranmu tanpa merasa lelah
dan mengeluh.

menjaga setiap kebersihan dalam lingkungan kerja adalah tanggung jawab kami tak
peduli darah siapa atau kotoran siapa yang kami bersihkan
tapi itu tetap terjaga kebersihanya karena rasa tanggung jawab dari seorang
perantauan tak baik kerja maka mendapat komplin

sesungguhnya perjuangan ini juga lebih membawa manfaat yang besar bagi negara ku
sendiri. kami tetap menjaga nama baik indonesia agar mereka menghargai setiap apa
yang kami kerjakan.
juga banyak belajar dari luar negeri bahwa mereka lebih memanage tenaga kerja nya
sangat baik dan mengelola upah yang begitu maksimal untuk para pekerja daripada
yang pernah saya rasakan di negara sendiri

bukanku tidak bersyukur dengan gaji 300rb hingga 350rb perbulan


tapi hutang2 ku tidak bersabar menunggu hingga 3 bulan sekali pencairan gaji..

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 31


dengan berat hati aku harus memutuskan untuk bekerja agar masalahku didunia
dengan manusia dapat kuselesaikan atas ridho Allah

rela kutinggalkan 2 anak2 yatim ku dan berharap agar Allah selalu melindungi mereka
aku bertahan untuk masa depan mereka yang lebih baik
walau setiap hari menangis mengingat keduanya
walau setiap hari harus melewati masa masa sulit
tapi hatiku kukuatkan demi perjuangan yang sesungguhnya.

Guru adalah pekerjaanku.


tapi pengalaman mengajarkan ku bahwa aku harus menerima kenyataan bahwa tidak
semua guru mendapatkan tempat yang paling sejahtera.

kini aku lebih mendapat penghargaan dari pekerjaan ku yang baru walau itu hanya
sebatas ucapan terimakasih

kini 26 november 2019 tepat 1 bulan saya diLuar negeri


dan bertepatan dengan hari guru nasional
saya mengucapkan selamat hari guru
sesungguhnya ibu bapak guru honorer adalah pahlawan sesungguhnya di era
minelialls ini.

bertahanlah jika kesejahteraanmu terjamin untuk tetap menjadi guru dan membangun
generasi bangsa untuk yang lebih baik
tapi jika sudah tidak ada lagi kehidupan yang layak bagimu
hijrahlah karena Allah

mungkin kamu akan menjadi GURU yang sangat berharga Dari sebuah Pengalaman.

dan cintai apa yang kamu lakukan.

bagi teman2 yang bertanya kemana saya selama ini menghilang


kini kalian boleh menikmati sedikit demi sedikit cerita yang akan saya bagikan untuk
kalian
dan jika kalian sudah tidak mau berteman lagi dengan saya karena saya seorang
pekerja cleaning service yang membersihkan toilet orang2 luar negeri boleh menjauhi
dan menghina saya..
tapi jika kalian mendengar bahwa ada seseorang yang menuduh saya menjual diri
untuk kebutuhan ekonomi anak2 saya..kalian salah besar..
karena pekerjaan saya saat ini adalah Halal dan semoga Allah selalu memberkahi saya
dan bisa mengirim tiap bulan ke indonesia UANG hasil Jerih payah sendiri korek2
tandas yang penting halal

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 32


karena saya sudah tidak memikirkan lagi apa pekerjaannya tapi penghasilan dengan
keberkahan adalah hal yang sangat saya impikan.

teman2 organisasi lembaga kemanusiaan dan politik yang terkejut dengan postingan
ini..
maafkan saya jika saya harus meninggalkan keaktifan di berbagai kegiatan baik itu
sosial maupun kemanusiaan.
karena bukan saatnya lagi saya bermanfaat untuk kalian semua
tapi saya ingin bermanfaat untuk kehidupan dan masa depan saya sendiri dan anak
anak saya saat ini.

#happyTeacher's
#day
#merdeka
#garudadidadaku

Diambil dari Status Facebook Raiz hanzi Eun Ratih

Tulisan diatas adalah status facebook yang penulis ambil dari


akun yang bernama Raiz Hanzi Eun Ratih, seorang guru honorer yang
telah bekerja sebagai guru selama 12 tahun di Kota Lhokseumawe, Aceh.
Beliau menulis status tersebut dalam rangka memperingati hari guru 26
November 2019 yang juga bertepatan 1 bulan belum berada di luar
negeri tepatnya di Malaysia.
Fenomena bagaimana guru honorer di Indonesia
mempertahankan hidupnya seperti judul yang penulis sebutkan diatas,
mulai dari kisah Guru Fahri di Novel Laskar Pelangi, Pagi menjadi guru
malam menjadi hantu hingga menjadi TKI di negeri jiran Malaysia. Di
mulai dari Guru Fahri seorang guru laki-laki yang akhirnya meninggalkan
status guru honorernya disebuah sekolah swasta di Pulau Bangka

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 33


Belitung dan lebih memilih tawaran mengajar di sebuah sekolah swasta
miliki perusahaan tambang terkenal pada saat itu.
Lain halnya dengan fahri, sosok guru Masri (dalam 2019), guru
Masri adalah sosok guru honorer yang telah mengabdi sebagai guru
honorer selama 20 tahun. Meskipun telah mengabdi selama 20 tahun di
SD Negeri 105364 di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan
Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara sebagai guru kelas VI, guru
Masri hanya bergaji 700 ribu per bulan dan ini ia dapatkan per tiga bulan
sekali. Untuk mencukupi kehidupannya, guru Masri harus bekerja
sampingan sebagai “Sundel Bolong” atau Hantu dalam kegiatan pasar
malam yang di gelar di tempat ia tinggal.
Lain Fahri dan Pak Masri, lain pula sosok perempuan yang
bernama Ratih, ia telah mengabdikan dirinya sebagai guru honorer di
Kota Lhokseumawe sejak 12 tahun yang lalu. Meskipun seorang guru
honorer, Guru Ratih pernah beberapa kali mewakili institusi tempat dia
bekerja pada event-event nasional namun demikian, posisinya tersebut
tidak dapat menahan dirinya untuk pada akhirnya memilih jalan untuk
mencari pekerjaan di negeri jiran Malaysia sebagai Tenaga Kerja Wanita
tidak lain dan tidak bukan alasannya adalah bahwa bekerja sebagai guru
honorer di kota tempat tinggalnya tidak mampu menutupi kebutuhan
hidupnya bersama 2 orang putra/I setelah ia di tinggal mati oleh suami
tercinta. Tentu berat baginya untuk dapat bertahan hidup sebagai guru
honorer yang hanya bergaji 350 ribu- 500 ribu per bulan dengan
pembayaran 3 bulan sekali.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 34


Tiga kisah diatas agaknya sudah dapat mewakili bagaimana
penderitaan guru honorer yang ada di negeri bergelar seribu satu pulau
ini, negeri dalam bait lagu Koes Plus adalah negeri tanah syurga tongkat
kayu dan batu jadi tanaman. Negeri yang mampu membayar staf ahli
presidennya dengan puluhan juta rupiah namun tidak mampu
membayar mereka walau hanya dengan nilai kecukupan bukan
berlebihan. 2 kisah diatas, Pak Masri dan Bu Ratih adalah kisah yang
terbaca dan terekspos media pada tahun 2019. Penulis tidak mencoba
untuk menyisir kisah-kisah tragis yang di alami oleh guru-guru honorer
kita untuk menyambung dan bertahan hidup dari tahun ke tahun. Jika
itu dilakukan, penulis yakin dan percaya bahwa kita akan menemukan
seratus bahkan seribuan kisah bagaimana guru-guru kita
mempertahankan hidupnya mengabdi pada Negara dengan gaji
seadanya, tanpa jaminan sosial apapun namun pada saat yang sama
mereka menyaksikan bahwa rekan seprofesinya hidup dalam jaminan
kepastian hidup saat ini bahkan hidup setelah mereka tidak bekerja lagi
sebagai guru nantinya.
Dan semoga 3 kisah yang penulis sampaikan diatas cukup
menjadi pengingat para pemimpin bangsa saat ini untuk malu dengan
semua janji-janji yang pernah mereka sampaikan pada saat kampanye
dulu namun janji itu tidak kudu sampai kepada mereka yang dijanjikan.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 35


Banda Aceh, 22 Maret 2020

Kerja Aja Dulu Jangan Tanya Gaji Berapa

Saya mengawali tulisan ini dengan sebuah moment dimana suatu ketika
saya bercerita ringan dengan salah satu pejabat di sebuah kampus

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 36


universitas negeri di Aceh. Dirinya mengeluh menghadapi seorang calon
pengajar yang baru saja mengantarkan lamaran permohonan menjadi
pengajar di kampus tempat ia bekerja. Dengan heran dia berkata, “saya
heran generasi sekarang belum bekerja sudah bertanya berapa gaji
yang akan dia dapatkan jika mengajar di tempatnya? kemudian ketika ia
menyebutkan berapa jumlah yang akan ia dapatkan jika mengajar di
kampusnya, ia mendapatkan respon yang membuat semakin pusing;
“Kok jumlah gajinya kecil sekali dibanding dengan jumlah gaji mengajar
di universitas swasta yang ia tempati saat ini”. Kemudian sang pejabat
berujar : “Dahulu kami bekerja di kampus ini tidak pernah bertanya
berapa gaji yang akan kami dapatkan, yang penting kami bisa bekerja
saja”.
Kisah diatas menarik untuk penulis kemukakan tentang
perbedaan 2 generasi, generasi masa lalu dan generasi saat ini. Bagi
penulis apa yang dilakukan oleh calon pengajar diatas adalah bagaimana
seorang professional bertanya tentang apa dan berapa yang akan ia
dapatkan andai kata ia mengajar di kampus negeri tersebut? Agaknya
hal ini adalah hal yang biasa jika terjadi di perusahaan-perusahaan
swasta bonafit dan ini dilakukan sebagai cerminan bagaimana seorang
calon pekerja “menjual” dirinya kepada perusahaan tersebut. Biasanya
calon karyawan akan memberikan nilai gaji yang diinginkan dengan
pertimbangan pengalaman, status perkawinan dsb.
Hal ini berbeda jauh dengan apa yang dialami sang pejabat
kampus tersebut diatas. Dirinya menghendaki bahwa calon pengajar

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 37


tidak boleh bertanya berapa dan apa yang akan ia dapatkan setelah
mengajar di tempatnya persis seperti dulu ia mengawali karirnya di
perguruan tinggi tersebut. Bagi penulis apa yang dilakukan pejabat
tersebut adalah mengatur lembaga yang telah berusia diatas 50 tahun
sama dengan mengatur lembaga yang baru ber usia 5 tahun.
Menyamakan kondisi beberapa tahun yang lalu dengan tahun-tahun ini
adalah sesuatu yang tidak pantas bahkan konyol. Sebagai contoh, di
beberapa waktu lalu perusahaan PLN tidak pernah memberlakukan
pencabutan listrik jika seorang pelanggan menunggak tapi hari ini, PLN
akan melakukan pemutusan aliran listrik jika menunggak. Lain PLN lain
pula dengan BPJS, jika peserta BPJS melakukan penunggakan
pembayaran maka yang terjadi si peserta tidak dapat menggunakan
fasilitas kesehatan yang disediakan oleh lembaga tersebut. Apakah
kondisi tersebut diatas sama dengan kondisi beberapa tahun yang lalu?
Jawabannya tentulah tidak sama, oleh karenanya bagi penulis jika si
calon pengajar bertanya berapa dan apa yang akan ia dapatkan jika
mengajar di lembaga tersebut adalah sebuah kewajaran karena ia akan
memperhitungkan berapa yang akan ia dapatkan selama satu bulan?
Apakah mencukupi untuk diri dan keluarganya atau tidak?Jika tidak apa
yang harus ia lakukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Semoga andai saja seorang calon dosen atau calon guru bertanya
tentang berapa dan apa-apa saja yang akan ia dapatkan jika mengajar di
satu sekolah tertentu, kita tidak lagi menganggap bahwa orang tersebut
tidak ikhlas atau berhitung-hitung namun bagaimana kita menghargai

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 38


profesionalisme seseorang terhadap pendidikan yang ia telah jalani
selama beberapa tahun di perguruan tinggi.

Banda Aceh, 25 Maret 2020

Pekerja Sosial ≠ Pekerja Tanpa Bayaran

Tulisan ini mengingatkan penulis akan peristiwa beberapa tahun lalu


pada saat penulis bekerja sebagai tenaga psikologis pada sebuat yayasan
sosial di Banda Aceh. Yayasan ini bergerak dalam dukungan psikososial

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 39


pada masyarakat korban Gempa dan Tsunami 2004. Pada saat itu,
penulis mengantarkan rekan penulis ke sebuah puskesmas di Aceh
Besar, ketika menjalani pemeriksaan, sang dokter bertanya kepada
rekan penulis apa profesi mereka kemudian dia menjawab bahwa
profesinya adalah pekerja sosial. Mendapatkan jawaban tersebut, sang
dokter bertanya balik tapi andakan mendapat gaji dari lembaga
andakan?.

Definisi pekerja sosial menurut pendapat ahli adalah profesi yang


memberikan pertolongan pelayanan sosial kepada individu, kelompok
dan masyrakat. Menurut penulis, bahwa pekerja sosial adalah orang
yang melakukan pekerjaan di tengah-tengah masyarakat seperti
memberikan pelayanan sosial, menyampaikan informasi kesehatan,
informasi pendidikan dsb kepada masyarakat tanpa ia berharap bahwa
masyarakat tersebut akan memberikannya upah seperti membeli
produk yang ditawarkannya atau membeli produk dari perusahaan
tempat dimana ia bekerja. Namun pekerja tersebut akan mendapatkan
upah atau imbalan dari perusahaan atau lembaga/organisasi yang
menaunginya tersebut. Hal ini berarti bahwa seorang pekerja sosial
bukanlah pekerja yang tidak diberikan upah sama sekali, karena sebagai
seorang manusia, ianya juga memiliki tugas perkembangan baik kepada
dirinya dan keluarganya. Sebagai contoh ia juga harus menikah dan
menghidupi keluarganya, lantas darimana ia akan mendapatkan uang
untuk menghidupi keluarganya jika terminology seorang pekerja sosial
adalah orang yang bekerja ditengah-tengah masyarakat dan tidak
diberikan bayaran.

Contoh diatas sering kita jumpai dalam praktek dimasyarakat.


Seorang imam yang menjadi pemimpin shalat dalam sebuah masjid
selalunya tidak akan diberi gaji karena masyarakat mengganggap bahwa
profesi imam bukanlah pekerjaan yang perlu mendapatkan gaji dari
manusia namun ridha dari Allah SWT sehingga sering sekali muncul

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 40


ditengah-tengah masyarakat bahasa yang muncul adalah sedekah untuk
imam masjid. Sedangkan “Sedekah“ secara bahasa berasal dari akar kata
(shodaqa) yang terdiri dari tiga huruf : Shod- dal- qaf, berarti sesuatu yang
benar atau jujur. Kemudian orang Indonesia merubahnya menjadi Sedekah.

Sedekah bisa diartikan mengeluarkan harta di jalan Allah, sebagai bukti


kejujuran atau kebenaran iman seseorang

Orang tua, keluarga atau kerabat, anak yatim, orang miskin

.Sebaliknya apa yang dilakukan seorang imam adalah pekerjaan yang


telah menuntut ia untuk mengingat dan menghafal ayat al-quran agar
dapat dibacakan pada saat memimpin shalat. Sebuah kompetensi
(menghafal al-quran) yang tidak mudah didapatkan pada saat ini, oleh
karenanya penulis sangat tidak sependapat jika upah seorang imam
disebut sedekah jamaah suatu masjid kepada seorang imam disuatu
mesjid padahal Ia telah memberikan kompetensi profesionalnya kepada
masyarakat secara baik dalam bentuk menjadi pemimpin shalat
ditengah-tengah masyarakat. Bagi penulis, terminologi sedekah adalah
sebuah terminologi yang menempatkan seseorang pada kondisi
dibawah, jika seseorang yang mendapatkan sedekah maka artinya
kondisi ekonominya lebih lemah dari kondisi orang memberikan
sedekah.

Praktek diatas juga sering terjadi pada petugas-petugas


kebersihan untuk rumah ibadah, guru ngaji dan juga termasuk sosok
guru honorer di pelosok Indonesia. Pekerjaan professional yang telah
mereka lakukan mulai dari pagi hingga siang hari atau sore hari masih
sering disebut sebagai uang belas kasihan atau sedekah dari pihak
sekolah karena sekolah tidak memiliki dana yang memadai namun pada
saat yang sama sekolah sangat memerlukan tenaga mereka untuk
mengajar siswa-siswa di sekolah atau lembaga pendidikan tersebut.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 41


74 tahun usia kemerdekaan Indonesia seharusnya mampu
menunjukan perbaikan dalam sisi kesejahteraan ekonomi. Jika dahulu
diawal-awal kemerdekaan, rakyat Indonesia bekerja sebagai pegawai
pemerintah dan hanya di bayar seadanya, kita sangat memakluminya
namun seiring perjalanan waktu dan perbaikan ekonomi yang kita
rasakan, seharusnya fenomena ini akan berkurang dengan sendirinya.
Wallahu a’lam bishawab.

Banda Aceh, 28 Maret 2020

Kemiskinan dan Radikalisme

Tulisan ini terinspirasi dari pemberitaan tentang Demo Guru Anarkis


yang dilakukan di Kantor Dinas Pendidikan Timika, Jayapura (2018) dan
kasus pembakaran gedung unimal (, 2017). Dalam laporannya

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 42


menyebutkan aksi seratusan guru honor di Kantor Dinas Pendidikan
Dasar dan Menengah Kabupaten Mimika pada 22 Juni 2018 berujung
anarkis. Ratusan guru yang menuntut pembayaran honor insentif
merusak fasilitas Kantor Bupati DInas Pendidikan Timika. Kisah kedua
yaitu pembakaran yang dilakukan oleh mantan pekerja di Universitas
Malikussalah (UNIMAL) Lhokseumawe, Aceh. Pelaku melakukan
pembakaran tidak lama setelah dia mendapatkan kabar tentang
pemecatan dirinya oleh UNIMAL yang dilakukan secara sepihak. Selain
sepihak, UNIMAL juga tidak memberikan pesangon atau uang santunan
setelah ia tidak bekerja selama bertahun-tahun di lembaga plat merah
tersebut.
2 kisah diatas menunjukan bahwa penyebab dari perilaku yang
muncul yaitu pembakaran fasilitas kantor Bupati Timika dan Gedung
Rektorat UNIMAL dilakukan setelah mereka mendapatkan perlakuan
yang tidak adil dan semena-mena. Perilaku semena-mena yang
dilakukan 2 lembaga Negara yaitu Dinas Pendidikan Kabupaten Timika
Papua dan Universitas Malikussaleh, Aceh. Perilaku pembakaran baik
pembakaran ban, pengrusakan kantor bupati Timika maupun
pembakaran gedung rektorat Unimal pastilah kita sebut sebuah perilaku
radikal yang ditunjukan oleh anak bangsa ini kepada masyarakat dan
tentunya telah dihukum sebagaimana hukum yang berlaku di negeri ini.
Kemiskinan yang mereka alami selama ini telah memicu mereka
untuk melakukan aksi radikalisme dan kemiskinan yang mereka dapati
bukanlah hasil dari perilaku malas mereka namun lebih kepada

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 43


ketidakmampuan pemerintah menyediakan pekerjaan yang layak, baik
layak secara sosial, psikologi dan ekonomi tentunya.
Penulis sedang tidak ingin membenarkan aksi anarkis yang
dilakukan oleh guru-guru di Timika maupun staf di UNIMAL ini namun
penulis ingin bertanya apakah perilaku yang dilakukan oleh Dinas
Pendidikan Kabupaten Timika dan UNIMAl dibenarkan secara hukum?.
Jika dibenarkan, hukum apa yang mereka gunakan sehingga dengan
sangat mudah praktek penundaan pembayaran gaji hingga berbulan-
bulan lamanya sangat umum bagi instansi yang ada di seantero negeri
ini. Atau juga bagaimana UNIMAl memperlakukan tenaga kerjanya
dengan memberhentikan karyawan secara sepihak dan tidak
memberikan pesangon sepersen pun. Bagi penulis, berakhirnya sebuah
kontrak dalam pekerjaan adalah sebuah hal yang wajar namun yang
tidak wajar adalah memperkerjakan karyawan selama bertahun-tahun
tanpa melengkapi dengan fasilitas jaminan sosial adalah sesuatu yang
sangat naïf dan tidak masuk akal terlebih lagi ditengah situasi ekonomi
Indonesia yang masih sangat labil. Para pemberi kerja di lembaga
pemerintah tidak memberikan jaminan sosial sesuai dengan undang-
undang yang berlaku mengandalkan sebuah mimpi indah yang mungkin
suatu saat para pekerja ini akan diputihkan sebagai pegawai negeri sipil.
Jika mimpi itu terwujud beruntunglah namun bagaimana jika tidak
bagaimana nasib pekerja tersebut, isteri dan anak keluarganya. Kemana
mereka akan mengadukan kondisi dan nasib yang mereka alami selama
bertahun-tahun di tengah para pemimpin yang hanya berjanji pada saat

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 44


kampanye politik berlangsung dan lupa setelah mereka mendapatkan
jabatan yang mereka inginkan.

Banda Aceh, 24 Maret 2020

Kesejahteraan Guru dan Dosen dalam Undang-Undang


Republik Indonesia

Berbicara tentang kesejahteraan Guru dan Dosen adalah sebuah topik


memilukan dan penting, memilukan karena menjelang usia
kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 74 Tahun ini kita masih

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 45


menyaksikan guru-guru kita dihargai dengan nilai yang sangat jauh dari
nilai kecukupan hidup manusia disekilingnya, penting sebab profesi ini
yang kemudian akan melahirkan kualitas pendidkan yang berkualitas
dan bermutu sehingga akan melahirkan generasi-generasi Indonesia
yang cerdas dan tangguh di masa yang akan datang. Bagaimana mungkin
seorang pendidik baik guru atau dosen mampu menghadirkan
pendidikan yang berkualitas pada saat yang sama mereka masih dalam
kondisi yang sangat memprihatinkan.
Kesejahteraan adalah kondisi aman, sentosa, damai, makmur
dan selamat (terlepas) dari segala macam gangguan, kesukaran. (KBBI
online, 2020). Kesejahteraan bagi seorang guru dan dosen mencakup
pada kesejahteraan ekonomi, sosial, politik, budaya. Dengan kata lain
bahwa seorang guru dapat menjalankan profesinya dengan rasa aman
dan nyaman karena terbebas dari gangguan seperti kesulitan ekonomi,
tekanan masyarakat, jaminan sosial dan kesehatan dsb.
Guru adalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Sementara dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 46


Jika merujuk pada Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14
Tahun 2005 Guru dan dosen memiliki: 1. Kualifikasi Akademik, 2.
Kompetensi, 3. Sertifikat Pendidik, 4. Sehat Jasmani Dan Rohani dan
5.Memenuhi Kualifikasi Lain Yang Dipersyaratkan Satuan Pendidikan
Tinggi Tempat Bertugas, 6. Kemampuan Mewujudkan Tujuan Pendidikan
Nasional. Dengan tugas diatas, seorang pendidik diharapkan memiliki
komitmen profesionalitas antara lain; a. Memiliki bakat minat, panggilan
jiwa dan idealisme b. Memiliki komitmen, kualifikasi akademik,
kompetensi akademik dan tanggung jawab c. Memperoleh penghasilan
yang ditentukan dan d. Memperoleh jaminan perlindungan baik
kesehatan, kecelakaan, hari tua dan kematian. Sungguh sangat
bermartabat dan profesional peran dan fungsi guru dan dosen, sehingga
wajar saja kalau banyak yang bangga menjadi guru dan dosen. Namun
hal diatas terutama terkait dengan penghasilan dan jaminan
perlindungan tidak berlaku bagi guru atau dosen yang berstatus abu-abu
ini.
Gunawan R,L dan Hendriani W (dalam Psikoislamedia 2019)
menyebutkan bahwa kehidupan seorang guru honorer masihlah jauh
dari kata sejahtera dalam bidang ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya guru honorer yang melakukan kerja sampingan agar
kebutuhan hidup sehari-hari terpenuhi. Karena jika seorang guru
honorer hanya mengandalkan penghasilannya yang jauh dari Upah
Minimum Regional (UMR) ataupun gaji seorang PNS maka hal tersebut
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 47


Menurut data BPJS Kantor Wilayah Aceh

Menurut data BPJS Ketenagakerjaan (2020) yang penulis


dapatkan dari permintaan data ke lembaga tersebut terhadap data guru
dan dosen non PNS yang terdaftar pada kantor BPJS Ketenagakerjaan
Banda Aceh. Terdapat data yang menonjol antara lain: Yayasan
Pendidikan Getsempena 107 orang, Sekolah Menengah Teknik Industri
Banda Aceh berjumlah 61 orang, SDIT Nurul Ishlah 43 orang, Yayasan
Perguruan Methodist Banda Aceh 48 orang, KB TK Al-Azhat Cairo 35
orang, selebihnya adalah nama-nama sekolah swasta. Dalam data
menunjukan bahwa terdapat Universitas Syiah Kuala 3 orang.
Pertanyaannya adalah apakah jumlah pegawai Non PNS di Universitas
Syiah Kuala hanya berjumlah 3 orang. Selanjutnya penulis tertarik dari
beberapa lembaga pendidikan yang ada, tidak muncul nama-nama
kampus besar di data ini antara lain : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry,
Universitas Serambi Mekkah, Universitas Abulyatama, Universitas
Muhammadiyah Aceh, Universitas Iskandar Muda, Sekolah-sekolah
negeri baik SD, SMP dan SMA di sekitaran wilayah kota Banda Aceh dan
Aceh Besar. Padahal jika merujuk pada aturan baik Undang-undang Guru
dan Dosen, Peraturan Kementerian Tenaga Kerja, Kementerian
Pendidikan dan Peraturan Gubernur bahwa jaminan sosial bagi guru dan
dosen berstatus bukan PNS adalah sebuah hak yang dapat mereka

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 48


peroleh. Salah satu keuntungan atau manfaat yang didapatkan bagi
seorang guru jika mendapatkan manfaat ini adalah memperoleh dana
jika ia mendapatkan pemutusan kontrak atau mendapatkan dana hari
tua jika nantinya dia sudah tidak bekerja sebagai guru ataupun dosen.
Namun kenyataannya, dari data diatas menunjukan ketidakpatuhan
lembaga pendidikan khususnya lembaga pendidikan ber-plat merah
terhadap ketentuan jaminan sosial bagi pekerja. Wajar jika kemudian
peristiwa pembakaran yang dilakukan oleh mantan pekerjanya pada
salah satu fasilitas yang dimiliki Univeristas Malikul Saleh, selain di PHK
secara sepihak, pekerja juga tidak mendapatkan pesangon sebagaimana
mestinya.
Terkait dengan keberadaan Guru dan Dosen Non PNS ini
sebenarnya telah banyak peraturan yang mencoba untuk
memperhatikan kesejahteraan mereka. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2013 Tentang
Pengangkatan Dosen Tetap Non Pegawai Negeri Sipil pada perguruan
tinggi negeri dan dosen tetap pada perguruan tinggi swasta, pasal 9 ayat
1 menyebutkan bahwa dosen tetap non PNS dan dosen tetap PTS
berhak mendapatkan: a. Memperoleh penghasilan yang layak diatas
kebutuhan hidup minimum, b. Mendapat Jaminan hari tua dan jaminan
kesehatan, c. Mendapatakan promosi dan penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja, d. memperoleh perlindungan dalam
melaksanakan tugas dan ha katas kekayaan intelektual, e. memperoleh
kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, akses sumber belajar,

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 49


informasi, sarana dan prasarana pembelajaran serta penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, f. memiliki kebebasan akademik,
mimbar akademik dan otonomi keilmuan, g. memiliki kebebasan dalam
memberikan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik dan h.
memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisnasi profesi/profesi
kelimuan. Selanjutnya, terdapat juga Peraturan Menteri Agama Nomor 3
tahun 2016 tentang pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri
Sipil di Perguruan Tinggi Negeri Islam dan Dosen Tetap di perguruan
tinggi agama swasta yang isinya kurang lebih sama sepertinya peraturan
mendikbud RI nomor 84 tahun 2013.
Selain Undang-undang dan Peraturan Menteri diatas, peraturan
terbaru yang berkaitan dengan tenaga kerja di sektor pemerintah non
pns adalah Peraturan Pemerintah Nomor 49 tahun 2019 tentang
manajemen pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK).
Menurut hemat penulis, peraturan pemerintah ini adalah jawaban dari
janji presiden Joko Widodo dalam piagam ki hajar dewantara tentang
pemenuhan hak-hak pekerja non pns di sektor pemerintah.
Baik Undang-undang Nomor 15 Tahun 2005, Peraturan
Mendikbud RI Nomor 84 tahun 2013, Peraturan Menteri Agama Nomor
3 tahun 2016 serta peraturan pemerintah nomor 49 tahun 2019 telah
sangat jelas menyebutkan tentang hak dan kewajiban seorang baik guru
dan dosen di sebuah institusi negeri dan swasta namun kenyataan
dilapangan menunjukan bahwa mereka masih belum mendapatkan hak
sesuai dengan peraturan yang ada. Perbedaan perlakuan yang

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 50


didapatkan oleh guru dan dosen ini sangat beragam alasannya, mulai
dari tidak ada petunjuk teknis, belum ada arahan dari pimpinan hingga
ketidak mampuan anggaran pada suatu instansi.
Menurut catatan penulis per tahun 2019 Indonesia telah
memiliki perangkat undang-undang dan peraturan yang sangat jelas
untuk mensejahterakan Guru dan Dosen Non PNS namun sekali lagi
Undang-undang telah ada, Peraturan Pemerintah telah nyata, Peraturan
Menteri juga sudah sangat jelas menyebutkan tentang kesejahteraan
yang seharusnya didapatkan oleh para buruh pendidikan ini. Namun
kenapa masih sangat sulit untuk menwujudkannya, jawabannya adalah
harus ada kepedulian dari seluruh pihak agar kesejahteraan terwujud
bagi mereka yang telah mengabdi di dunia pendidikan Indonesia.

Banda Aceh, 8 April 2020

Jeritan Guru Dalam Lirik Lagu

Dalam beberapa terakhir di tahun 2018, penulis mencoba


menangkap beberapa lirik lagu yang viral di media sosial. Lagu-lagu
yang berisikan tentang sebuah harapan dari seorang guru honorer atau
guru bakti untuk mendapatkan sedikit perhatian para pengelola negeri
mulai dari Walikota, Gubernur hingga Presiden. Bagi penulis harapan
yang muncul bukanlah sebuah harapan yang datang begitu saja namun
harapan itu terbangun dari janji-janji yang pernah disampaikan oleh
para pemimpin negeri ini jauh hari sebelum mereka menjadi pemimpin
di tingkat masing-masing.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 51


Berikut terdapat 2 buah lagu yang diunggah oleh seorang guru
bakti dengan seorang penyanyi profesional menceritakan tentang nasib
sang guru bakti dan honorer.

Lagi Bakti

Vocal Cahyo Guru Wiyata Bakti Banyumas)

Inyong Lagi Bakti…ti…ti…ti…ti…ti


Presidenku dina siki inyong mummet….
Mumer ora tuyeng kerja
Sebab bensine langka
Presidenku rungokna inyong ngomong
Arap ora ngarang ngorong
Apa maning karo corong

Presidenku bojoku melu mumet


Mumet ora bisa liwet
Aja Prentah kon mangan suket
Presidenku honorku satus sewu
Nggo tuku Lombok terasi
Ora ngimpi tukuni mersi

Inyong lagi bakti


Lah Inyong lagi bakti
Bakti-bakti gini ya pengin layak gaji
Inyong lagi bakti puyeng setengah mati
Langkah sing ngerteni mung gawe perih ati
Presidenku key pancen unek-unek
Unek-unek njero dada..kanca se Indonesia
Presidenku bisane bangsa maju
Dadi negara maju ….berkat jasane guru

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 52


Inyong lagi bakti…ti..ti..ti…ti…ti
Inyong lagi bakti…ti..ti..ti…ti…ti

Inyong lagi bakti karo ibu pertiwi


Mangkat aben dina mbela nusa dan bangsa
Emang lagi bakti tapi bukan sok suci
Bakti bakti gini ya pengen layak gaji
Inyong lagi bakti puyeng setengah mati
Langka sing ngerteni mung gawe perih hati
Anggota DPR lambeku sampe ndower
Tulung rika pada mikirna wong honorer

Terjemahan:

Selain lirik lagu diatas seorang guru juga meng upload video tentang
curhatannya sebagai guru honorer apada chanel you tube

Kabaa Yo Kabaa
Vocal: Kamar Zet

Gaji tidak seberapa


Uang Makan Tak ada
Bila lapar terasa aku makan bakwan saja
Sempat juga kubertanya kepada pak Kepala
Aku diceramahinya Ngajar tu Ikhlas Saja
Rasanya mengajar malas
Ku jarang masuk kelas
Akhir bulan 12 gajiku kena pangkas

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 53


Kabaa Yo Kabaaaa
Sudah ngajar lama
masih honor juga
Kabaa Yo Kabaaaa
Gaji tak seberapa
Abis ongkos saja
Kabaa Yo Kabaaaa
Mau Pindah Kemana
Kabaa Yo Kabaaaa
Kusapu air mata

Guru baru diterima sepupu pak Kepala


Baru masuk bulan tiga langsung mendapat SK
Hutang Dimana-mana
Kabaa Yo Kabaaaa
Honda Kredit Pula
Kabaa Yo Kabaaaa
Sudah Mau disita
Kabaa Yo Kabaaaa
Kutawakkal padanya
Kabaa Yo Kabaaaa
Semua telah diaturnya

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 54


2 lirik lagu diatas mengambarkan secara jelas bagaimana
penderitaan yang dialami sosok guru honorer, mulai dari diskriminasi,
gaji yang rendah, masa depan yang tidak menentu, janji-janji sang
pemimpin hingga kesemuanya memberikan kesulitan hidup bagi
mereka. Ternyata jenjang Pendidikan tinggi dan profesi guru di sekolah
ber-plat merah bahkan masih belum mampu menjamin kesejahteraan
dan kecukupan hidup. Semoga kemerdekaan yang telah diraih bangsa ini
73 tahun yang lalu kiranya akan memerdekakan mereka dari belenggu
kemiskinan.

Donggala Bagian Utara, Tambhu, 15 Maret 2019

Puisi Untuk Guru


Mereka Berhak Sejahtera Tanpa Harus Kecewa

Oleh
Fatma Sepita Syarah

Setiap pagi dengan semangat tak pernah pudar

Kau jalani hari penuh semangat kau langkahkan kaki dengan niat

Tak mengenal apa itu arti lelah

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 55


Perjalanan kau tempuh sudah terlalu jauh dari tahun hingga berganti
tahun

Tanpa ada ubah dan yang mengubah kecuali dirimu yang tulus dan
ikhlas

Semua yang telah berlaku demi anak didik generasi cemerlang penerang
dan penerus agama, bangsa dan negara

Dirimu pahlawan tanpa tanda jahasa

Tugasmu begitu mulia demi kami anak didik agar berguna dan bahagia

Engkau rela meninggalkan keluarga demi mendidik generasi bangsa

Raut wajahmu kian menua dalam hatimu tergores ada lelah dalam
pikirmu ingin mengeluh

Ku menangis juga menjerit merasa teriris dengan pahitnya nasib sang


pendidik

Pengabdian tanpa balasan tiada pula kesejahteraan

Pengabdian bertahun-tahun seolah tiada guna

Apakah mereka yang duduk di sana di kursi empuk di ruangan penuh


sejuk merasa buta untuk berempati bahkan hati mereka tertutup akan
iba?

Derita guru memang terpampang nyata, adakah rasa ingin memberinya


sejahtera dan bahagia

Dengar...dengarlah sang penguasa keluh kesah jerit bahkan tangis air


mata mereka, mereka begitu berjasa untuk pendidikan generasi bangsa

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 56


Banting tulang kesana kemari karena asa mereka bertahan sampai hari
ini

Namun keihklasannyalah yang menjadikan dirinya tegar

Semoga Allah senantiasa melimpahkan berkah atas tulusmu guru

Terimakasih kepada seluruh pendidik generasi penerus bangsa yang


ingin sejahtera dan bahagia

Banda Aceh, 20 Januari 2020

Guru Menanti Kesejahteraan Yang Tak Kunjung Tiba Dalam


Gambar dan Cuplikan Berita

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 57


Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 58
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 59
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 60
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 61
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 62
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 63
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 64
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 65
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 66
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 67
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 68
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 69
Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 70
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penyelenggara Kesejahteraan Sosial Ketenagakerjaan Aceh. (2020) Data
terbaru tentang jumlah peserta BPJS berasal dari
PTN/PTS/PTKIN/PTKIS/Sekolah di Banda Aceh dan Aceh Besar

Data Jumlah Perguruan Tinggi Swasta di Aceh. Diambil dari


http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/index.php/kopertis-wilayah-xiii-
aceh/# pada Desember 2019

Datuk Haris Molana (2017). Pelaku Bakar Gedung Rektorat Unimal


Lhokseumawe karena Dipecat. Di akses di

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 71


https://news.detik.com/berita/d-3604970/pelaku-bakar-gedung-rektorat-
unimal-lhokseumawe-karena-dipecat pada tanggal 23 Maret 2020.

Gultom. Demo Guru Anarkis, Kantor Dinas Pendidikan Timika Dirusak.


Https://wonepapua.com/2018/06/23/demo-guru -anarkis-kantor-dinas-
pendidikan-timika di rusak diakses pada tanggal 8 Oktober 2018

Gunawan R.L , Hendriani W. Psikoislamedia (2019) Psychological Well-being


pada Guru Honorer di Indonesia : A Literature Review

Ihsanuddin. Demo Guru Honorer Respons Cuek Jokowi dan Jawaban Istana.
https://nasional.kompas.com/read/2018/11/02/10014031/demo-guru-
honorer-respons-cuek-jokowi-dan-jawaban-istana

Isminarno Chandra (2019)


https://banten.suara.com/read/2019/11/25/183024/nasib-guru-honorer-
di-hari-guru-dipuji-bak-pahlawan-diupah-di-bawah-
umr?fbclid=IwAR1_OyDj1_M1HSO3voDI7T12-
mohF2ZcMIOv1UupX9LaQTZg9fAXDIuJil4

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 84


Tahun 2013 Tentang Pengangkatan Dosen Tetap Non Pegawai Negeri Sipil
pada Perguruan Tinggi Negeri Dosen Tetap Perguruan Tinggi Swasta

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor tahun 2006 tentang


pengangkatan Dosen Tetap Bukan Pegawai Negeri Sipil pada Perguruan
Tinggi Keagamaan dan Dosen Tetap di Perguruan Swasta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2019 Tentang


Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2017 Tentang


Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

Gonggong, A (2020) Indonesia Lawyer Club, Jangan Persoalkan Agama Dan


Pancasila Karena Itu Sudah Selesai diakses melalui
https://www.youtube.com/watch?v=tIJo_aVHE20

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 72


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen

Facebook https://web.facebook.com/raiez.ratih Diambil dari Status Facebook


Raiz hanzi Eun Ratih

Cover Ya Maulana by Kamar Zet - Yo Kabaa Guru Honorer You tube Kabaa Yo
Ka baa https://www.youtube.com/watch?v=JdWE3_Rqpro

You tube Lagi Bakti Lagi Bakti / Plesetan Lagi Syantik by Cahyo (Guru Honorer
Banyumas) https://www.youtube.com/watch?v=zE8GxYAHdVg

Krisna, M (2019). Nasib Rahmah Guru Honorer Dianiaya Wali Murid, Wajah
Ditampar Sampai Memar Hingga Kepala Bengkak,
https://sumsel.tribunnews.com/2019/11/24/nasib-rahmah-guru-honorer-
dianiaya-wali-murid-wajah-ditampir-sampai-memar-hingga-kepala-bengkak.

Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 73


Potret Guru Indonesia Jelang 74 Tahun Indonesia Merdeka Halaman 74

Anda mungkin juga menyukai