Anda di halaman 1dari 3

Fomo Marketing

FOMO atau yang seperti disebutkan sebelumnya yakni Fear of Missing Out adalah sebuah ketakutan
saat tertingggal melakukan sesuatu. Mereka yang mengalami FOMO akan merasakan kegelisahan
ketika ketinggalan suatu hal yang tengah menjadi tren. Istilah psikologi ini rupanya pertama kali
digunakan oleh Dr. Andrew K. Prybylski di tahun 2013 silam.

Mereka yang mengalami FOMO akan merasa orang lain lebih berbahagia saat mengetahui sesuatu
tersebut, sehingga mereka takut tertinggal. Biasanya orang yang FOMO adalah mereka yang
cenderung menghabiskan banyak waktu di media sosial daripada dunia nyata. Tak hanya itu saja
Sahabat Wirausaha, orang-orang FOMO juga terbiasa menggunakan gadget sepanjang hari karena
rasa ingin tahu pada kehidupan orang lain dan berita yang tengah dibicarakan sangatlah tinggi.

Melihat ciri-ciri mereka yang mengalami FOMO, tak heran kalau akhirnya kondisi ini lebih sering
dialami generasi muda termasuk kalangan milenial. Dikutip dari Strategy Online seperti
dilansir Opaper, diungkapkan bahwa lebih dari 60% milenial memilih untuk membeli, menyewa atau
bahkan menggunakan suatu produk barang atau jasa hanya karena takut dibilang tidak update oleh
rekan-rekannya. Sehingga tanpa sadar, mereka mengalami FOMO.

berikut tujuh contoh teknik jenius FOMO marketing yang layak dicoba:

1. Layanan Spesial untuk Pembeli Pertama


Dilansir dari Jurnal, contoh teknik pemasaran FOMO yang pertama ini memang bisa dibilang
sangatlah klasik. Hanya saja sekalipun klasik, ini tetap saja efektif untuk memanfaatkan calon
konsumen yang tengah FOMO. Di mana Sahabat Wirausaha sebagai pemilik bisnis bisa
menawarkan item tambahan atau mungkin voucher bagi mereka pembeli pertama. Pembeli pertama
ini sebetulnya bukanlah benar-benar orang pertama yang membeli, tapi bisa 10 hingga 100 orang yang
membeli.

Dengan menerapkan sistem kuota pada sejumlah pembeli pertama, kalian bisa
menggenjot omzet bisnis semaksimal mungkin lantaran calon konsumen tentu akan berlomba-lomba
untuk menjadi kelompok pembeli pertama. Hal ini akhirnya membuat mereka yang FOMO akan
langsung melakukan pembelian sesegera mungkin supaya mendapat item tambahan
hingga voucher yang ditawarkan, lantaran jika sudah melebihi kuota rombongan pertama, layanan
spesial itu tak akan didapatkan.

2. Tetapkan Diskon Terbatas


Tak perlu malu mengakui, banyak di antara kita yang tentu sangat menyukai diskon atau potongan
harga. Konsep pemberian diskon ini rupanya juga masuk salah satu contoh FOMO marketing hanya
saja dalam penerapannya, wajib diberi batasan waktu. Semakin terbatasnya diskon yang ditetapkan,
maka pasar yang tak ingin ketinggalan memperoleh diskon bakal berbondong-bondong melakukan
transaksi sesegera mungkin.

Misalnya saja, Sahabat Wirausaha yang berjualan online di Instagram, memberikan potongan diskon
hingga 70% pada pukul 00.00 WIB hingga 00.30 WIB saja. Sudah pasti konsumen tak ingin
ketinggalan event diskon terbatas itu sehingga mereka sampai rela bangun dini hari hanya untuk
mendapatkan diskon besar, dari produk yang tengah diincar.

3. Infokan Ketersediaan Produk Real Time


Contoh berikutnya seperti dilansir Niagahoster adalah memberikan informasi ketersediaan produk
secara real time. Teknik marketing yang satu ini pernah begitu booming di platform TikTok melalui
fitur live di TikTok Shop. Contohnya, si penjual yang tengah berjualan secara live, memberikan
informasi lewat kalimat, “Gamis ini tinggal warna biru dan pink saja,” atau “Laptop ini cuma tinggal
tiga unit saja,”

Terdengar sangat sederhana? Memang. Tapi secara tidak sadar, pembeli itu memberikan tekanan
kepada calon konsumen yang bisa mempengaruhi psikologi mereka untuk sesegera mungkin
melakukan transaksi. Apalagi saat calon pembeli mengetahui jika ketersediaan produk semakin
menipis, maka dia akan berpikir kalau produk itu sudah pasti sedang diburu banyak orang, sehingga ia
mengalami FOMO.

4. Batasi Produk dan Jadikan Eksklusif


Pernahkah Sahabat Wirausaha melihat sebuah brand fashion terkenal mengumumkan jika mereka
hanya memproduksi sebuah tas secara terbatas, seperti cuma 100 unit di seluruh dunia? Hal ini
ternyata juga jadi bagian FOMO marketing. Produk yang dibuat secara terbatas akan jadi eksklusif
sehingga banyak orang berbondong-bondong untuk memiliki, serta merasa ketinggalan update jika
tak membelinya.

Biasanya strategi marketing ini menggaet selebritis atau influencer media sosial, termasuk seorang
desainer yang diajak bekerjasama oleh si pemilik bisnis untuk memproduksi sebuah barang. Sehingga
karena produknya eksklusif dan dijual terbatas, harga jualnya akan lebih mahal tapi bukan jadi
masalah bagi konsumen yang sudah FOMO.

5. Beri Tekanan Bahwa Produk Sangat Dibutuhkan


Pada dasarnya, kunci agar strategi FOMO marketing ini bisa berhasil adalah mampu memberikan dua
efek pada calon konsumen. Efek pertama akan membuat calon pembeli berpikir jika mereka tak
melakukan transaksi maka kesempatan memiliki produk itu akan hilang entah sampai kapan. Lalu
efek kedua, jika tak segera melakukan pembelian maka produk itu akan tersedia dengan harga yang
lebih mahal.

Untuk itulah penting bagi Sahabat Wirausaha untuk menegaskan jika produk yang ditawarkan
memang benar-benar dibutuhkan oleh banyak orang. Semakin tekanan itu berhasil diberikan, maka
calon konsumen tak akan punya alasan menunda pembelian karena kecemasan-kecemasan di dalam
pikirannya. Strategi ini banyak digunakan oleh penjual produk kesehatan di kala pandemi COVID-19
silam.

6. Lakukan Flash Sale


Jika Sahabat Wirausaha sering membuka marketplace, tentu sangat lazim dengan event flash sale.
Dilansir dari Krona, flash sale adalah penjualan cepat yang biasanya memanfaatkan sebuah event di
masyarakat. Misalnya saja penjualan di tanggal kembar seperti 05.05 di bulan Mei, 10.10 di bulan
Oktober hingga 12.12 di bulan Desember. Biasanya dalam kegiatan flash sale, produk yang dijual
akan memberikan potongan harga cukup besar dan terbatas, sehingga konsumen saling berebut.

7. Penawaran Gratis Ongkir Terbatas


Dan teknik FOMO marketing yang terakhir dan bisa dicoba adalah penawaran gratis ongkir alias
ongkos kirim, tapi tetap dilakukan secara terbatas. Seperti yang sudah banyak diketahui, e-
commerce saat ini adalah salah satu pilar perekonomian nasional yang dilakukan oleh segala lapisan
masyarakat. Agar e-commerce bisa menghubungkan pembeli dan konsumen dari berbagai pelosok
Tanah Air, diperlukan proses pengiriman produk lewat jasa logistik yang menerapkan biaya kirim.

Banyak calon konsumen batal melakukan transaksi hanya karena ongkos kirim yang terlalu tinggi.
Nah, supaya konsumen saling berebut melakukan transaksi, penawaran gratis ongkir jelas akan
diburu. Lakukan penawaran ini dalam waktu 12 jam saja di hari tertentu, atau dalam kurun waktu tiga
hari saja, maka omzet penjualan yang didapat bakal jauh lebih besar lantaran banyak pembeli yang
memanfaatkan supaya tak ketinggalan FOMO gratis ongkir.

Anda mungkin juga menyukai