Anda di halaman 1dari 142

Managemen Retail

Materi UAS
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman
Di suatu siang yang hujan deras, saya menumpang Go-Car menuju
kampus Atmajaya - Semanggi, untuk rapat dengan calon klien. Saat
mobil memasuki gerbang masuk kampus, sang sopir melihat
pengumuman yang memberitahukan bahwa pembayaran parkir
hanya bisa menggunakan OVO. Karena ia tak punya OVO, jadilah
saya terpaksa turun di depan gerbang dan jalan sekitar 100 meter
menuju gedung kampus, sambil diguyur hujan, dan pastinya sambil
ngedumel... ^%$%$%%$#*@!#####
Gerutu saya atas OVO bukan yang pertama kalinya. Suatu hari
lainnya, saya menyetir mobil menuju gerbang keluar sebuah mall di
Karawaci, lalu baru sadar palang pintunya baru mau terbuka dengan
uang elektronik ini. Sayapun terpaksa memundurkan mobil, kembali
masuk ke mall, mencari OVO corner, dan akhirnya itu jadi momen
pertama kali saya memakai OVO. Bukan karena saya ingin, tapi
karena saya "terpaksa" memakai OVO.
Dan pasti saya bukan satu-satunya yang merasa demikian.
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman

Beda halnya pengalaman saya memakai go-pay dari Gojek. Saat


pertama isi go-pay beberapa tahun lalu, saya masih punya opsi untuk
bayar tunai. Keputusan dibuat karena saya tipe orang yang nggak mau
ribet nunggu kembalian atau cari uang kecil untuk bayar go-jek. Semakin
kesini, pengalaman saya menggunakan go-pay semakin bervariasi.

Awalnya cuma untuk bayar go-jek, lalu dapat voucher dari transaksi
pakai go-pay, bisa transfer saldo ke keluarga, bisa kasih tip ke driver, dan
yang melekat di kepala adalah pengalaman membeli makanan di go-
food festival lewat go-pay pakai teknologi QR code, yang ternyata luar
biasa cepat dan gampang. Dan semua itu saya alami tanpa paksaan,
lebih pada ketertarikan untuk mengeksplor apalagi yang bisa go-pay
lakukan. Padahal saya termasuk orang yang skeptis dengan teknologi QR
code selama ini
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman
Apa yang dilakukan OVO versus yang dilakukan Gojek untuk merebut
pasar, ini yang saya umpamakan dengan marketing pemaksaan VS
marketing pengalaman. Go-jek meningkatkan user acquisition go-pay
dengan menawarkan pengalaman, biasa disebut juga dengan brand
experience. Sementara OVO meraihnya lewat kerjasama
BusinessToBusiness (b2b) ekslusif, yang berujung pada (hampir) tidak
adanya pilihan bagi konsumen. Kenapa saya tulis (hampir) didalam
kurung? Karena sebenarnya konsumen hampir punya opsi lain untuk
membayar tunai, tapi dipersulit dengan lokasi pembayaran tiket yang
seperti disembunyikan.
Brand experience sendiri definisinya adalah bagaimana mendesain
pengalaman sensorik yang melekat dalam memori seseorang, dan
akhirnya menciptakan hubungan yang berarti dengan brand. Strategi ini
kita bisa lihat pada brand lain, jaringan toko olahraga Planet Sports
misalnya, kini mengubah desain tokonya menjadi arena olahraga. Ada
track lari, lapangan basket, lapangan bulutangkis sampai gawang
sepakbola. Konsumen yang lagi mencoba sepatu lari, bisa merasa
seakan mereka mencoba di track lari, merasakan atmosfer olahraga
yang kuat. Danone juga pernah melakukan brand experience saat
kampanye #GagalFokus #AdaAqua nya masih berjalan sekitar tahun
2015 lalu. Mereka membuat vending machine ditaruh di mall, agar
konsumen bisa merasakan pengalaman susah fokus. Jenius!!
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman

Supaya tulisan ini terkesan lebih canggih, ada beberapa data riset yang
mendukung opini saya, misalnya:
86 persen dari pelanggan rela membayar lebih demi merasakan "brand
experience" yang lebih menyenangkan - sumber: Oracle
Pelanggan yang loyal, cenderung membeli 7 kali lipat lebih banyak,
mencoba produk/fitur baru 8 kali lipat lebih banyak, dan cenderung
menyebarkan kabar positif ke lingkungannya 15 kali lipat lebih banyak
ketimbang yang tidak loyal - sumber: Qualtrics.

Saya pribadi yakin, brand yang melakukan strategi marketing dengan


menyodorkan pengalaman ke konsumennya, at the end of the day akan
lebih tahan lama, lebih sustainable ketimbang yang "memaksa"
konsumennya. Karena sejarah membuktikan, sesuatu yang dipaksa tidak
akan bertahan lama. Lihat saja kisah Romeo & Juliet yang dipaksa berpisah
lalu akhirnya mereka berdua game over. Ingat juga bagaimana ojek
pangkalan yang dulu berusaha memaksa penumpang untuk tidak naik
ojek online, dan sekarang akhirnya mereka menuju kepunahan.
Marketing "Pemaksaan" VS Marketing Pengalaman

Hal yang sama sangat mungkin terjadi pada brand yang melakukan
coercion, atau pemaksaan pada konsumen. Kerjasama yang dilakukan
OVO dengan banyak brand, termasuk di banyak gedung milik Lippo grup,
sementara ini berhasil meroketkan OVO sebagai aplikasi uang elektronik
nomor satu di playstore. Secara strategi bisnis, ini sah-sah saja. Tapi adakah
yang bisa membedah, dari 5-6 juta pengguna saat ini, berapa komposisi
yang mendownload karena terpaksa dan hanya menggunakan untuk satu
keperluan yang terpaksa itu tadi?

Seberapa besar potensi mereka, konsumen hasil "terpaksa download"


seperti saya ini, ternyata tidak berubah dari "konsumen hasil kawin paksa"
menjadi "konsumen setia"?
Product Positionig
Mengenal Pelanggan?
Pembeli dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut
Peter dan Olson yaitu sebagai berikut:

– Brand loyalists yaitu konsumen yang memiliki keterikatan yang kuat


pada suatu merek yang disukainya dan membelinya secara tetap.

– Routine brand buyers yaitu konsumen yang memiliki intrinsic self-


reference yang rendah untuk suatu kategori produk, tapi mereka memiliki
merek-merek favorit yang tetap dibelinya (little brand switching).

– Information seekers yaitu konsumen yang punya pengetahuan


mengenai atribut suatu produk, kegunaan dan nilai yang terkandung di
dalamnya mengenai kategori produk, tapi tak ada merek tertentu yang
dianggapnya superior.

– Brand switchers yaitu konsumen yang memiliki intrinsic self-


reference yang rendah untuk merek dan kategori produk.
Sebagai produk yang menjadi substitusi bagi produk-produk
manufacurer’s brand, produk private brand memberikan banyak manfaat
baik bagi retailer maupun bagi konsumen.
Mengenal Pelanggan?

Bagi retailer, adanya private label merupakan bentuk strategi


diferensiasi, membangun loyalitas konsumen terhadap toko, dan
membantu meningkatkan penjualan. Bagi konsumen, produk private
label juga memberikan manfaat berupa banyaknya pilihan produk
dengan harga yang lebih rendah. Nama retailer yang terpercaya
juga turut mendongkrak kepercayaan konsumen terhadap private
label tersebut.

Produk private label memberikan nilai / value sekaligus kepada


konsumen maupun retailer sendiri. Sangat berbeda dengan
manufacturer’s brand yang harus menghabiskan waktu bertahun-
tahun dan biaya iklan yang sangat besar untuk dapat membangun
brand value, produk private label tidak membutuhkan iklan, promosi
ataupun aktivitas brand positioning yang gencar dalam
membangun valuenya.
Mengenal Pelanggan?

Walaupun banyak keuntungan, produk private label juga memiliki


kelemahan. Karena harganya yang relatif lebih rendah dari pada
produk dengan manufacturer’s brand, maka akan membuat persepsi
konsumen akan kualitas produk yang lebih rendah pula. Selain itu,
apabila terdapat satu jenis produk private label yang berkualitas buruk
atau tidak berfungsi dengan baik, maka konsumen akan
mempersepsikan hal yang sama terhadap jenis produk yang lainnya.
Kualitas produk private label yang tidak seragam ini biasanya
dikarenakan retailer tidak bisa menyeragamkan kualitas produk yang
dipasok oleh suppliernya
Efektif atau tidaknya strategi penggunaan Private Label dalam
perusahaan:

1. Private label adalah bentuk inovasi dari para pengecer yang


diposisikan sebagai produk yang terjamin mutunya dengan harga
terjangkau yang menggunakan merek dari pengecer. Private label
memberi keuntungan bagi retailer yang merupakan bentuk strategi
diferensiasi, membangun loyalitas konsumen terhadap toko, dan
membantu meningkatkan penjualan. Bagi konsumen, produk private
label memberikan manfaat berupa banyaknya pilihan produk.

2. Private label biasanya hanya untuk produk FMCG. Private label


biasanya membidik konsumen yang sensitif terhadap harga dan sedikit
memiliki loyalitas terhadap suatu brand tertentu. Bagi konsumen –
konsumen brand loyalist dan routine brand buyer, konsep private label
tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Efektif atau tidaknya strategi penggunaan Private Label
dalam perusahaan:

3. Dalam mengatasi permasalahan persaingan dari adanya private


label, produsen FMCG perlu melakukan pengembangan produk
secara terus menerus untuk dapat memenuhi apa yang diinginkan
oleh konsumen. Peranan divisi pemasaran perlu didukung oleh
adanya pengembangan produk yang dilakukan secara konsisten
melalui adanya divisi pengembangan produk, tanpa perlu
meniadakan fungsi pemasaran itu sendiri.

Sinergi kerja divisi pemasaran dan pengembangan produk akan


membantu perusahaan memenangkan persaingan di pasar.
Private Label, contoh lain dari the power
of packaging
Saat ini di setiap peritel modern semakin mudah kita jumpai produk
private label. Perkembangan private label yang sangat pesat dapat
terlihat dari semakin banyaknya jenis produk private label yang
dipasarkan. Jika dulu private label masih sebatas pada produk seperti
gula dan tissue, saat ini sudah ada private label untuk shuttle cock, tshirt,
dan minuman berkarbonasi. Beberapa produk private label yang mudah
dijumpai saat ini antara lain adalah beras, snack, krimer, kecap, sayuran
beku, diapers (baby & adult), kapas, sabun, pembersih rumah, obat
nyamuk, kotak sampah, roti & kue, mie instan, keset, kaos singlet, panci,
toples, electric kettle, selai, air minum, dan masih banyak lagi.
Private label diperkenalkan di Indonesia pertama kali (CMIIW) oleh
jaringan peritel Hero dengan merek Hero Save, Nature Choice, dan
Relliance. Ada pula peritel Makro dengan merek Aro, Giant dengan
merek Giant dan First Choice, Carrefour dengan merek Carrefour dan PM
(Paling Murah), Yogya dengan merek YOA, Indomaret, Hypermart, dan
Alfamart.
Definisi sederhana dari private label adalah produk yang dijual di sebuah
toko/peritel dengan merek yang dibuat khusus oleh toko/peritel tersebut.
Private label dikenal juga sebagai store brand. Strategi private label ini
lazimnya dilakukan oleh jaringan peritel modern.
STRATEGI BISNIS RITEL

UNTUK MEMENANGKAN BISNIS RITEL PERLU LANGKAH LANGKAH


SEBAGAI BERIKUT :

Analisis SWOT adalah salah satu teknik analisis untuk mengkaji Proses Bisnis
dalam suatu Organisasi secara keseluruhan.
Untuk mengkaji suatu organisasi perlu dilakukan analisis dengan melihat
faktor internal (yang muncul dari dalam) dan faktor eksternal (yang ada
atau datang dari luar).

Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis yaitu:


Kekuatan (Strengths) dan
Kelemahan (Weaknesses)

Pertanyaan kunci untuk menganalisis faktor-faktor internal:


Bagaimana Proses Pembangunan Organisasi Bisnis baru selama ini?
(penjelasan keberhasilan baik kuantitas maupun kualitasnya) (deskripsi dan
penilaian)
STRATEGI BISNIS RITEL

UNTUK MEMENANGKAN BISNIS RITEL PERLU LANGKAH LANGKAH


SEBAGAI BERIKUT :
Sistem manajemen, kebijakan dan strategi apa yang dijalankan untuk
mendayagunakan sumber daya yang ada? (deskripsi dan penilaian)
Apakah kekuatan-kekuatan yang dimiliki Proses Pembangunan Organisasi
Bisnis baru?Apakah kelemahan-kelamahan yang dimiliki Proses
Pembangunan Organisasi Bisnis baru?
Sedangkan faktor-faktor eksternal, yaitu:
Peluang (Opportunities) dan
Ancaman (Threats)
Pertanyaan kunci untuk menganalisis faktor-faktor eksternal:
Apa kecenderungan umum mengenai situasi dan kondisi ekonomi, politik,
budaya, lingkungan yang menjadi masalah dasar? Apa akar penyebabnya?
Termasuk kebijakan-kebijakan yang baik di tingkat lokal, nasional ataupun
internasional yang mempengaruhi? apakah pelaku-pelaku yang turut
mempengaruhi masalah tersebut? Adakah pengalaman yang berguna
untuk mengatasi masalah tersebut baik pengalaman lokal, nasional maupun
internasional? Apakah ancaman-ancaman (dampak negatif) yang
ditimbulkan waktu lalu, sekarang dan masa mendatang? Apakah peluang-
peluang (dampak pesitif) yang ditimbulkan pada waktu lalu, sekarang dan
masa mendatang?
KEY OF SUCCES FACTOR :

Apakah pilihan-pilihan kebijakan mendasar (eksternal dan internal) yang


kan dilakukan pada saat ini ?

MEMBANGUN DAN MENJAGA HUBUNGAN STRATEGIS DENGAN PEMASOK


Hubungan strategis juga dimaksud dengan hubungan kemitraan,
menjalin komitmen jangka panjang dan sama-sama menguntungkan.
Menjaga relasi strategis antara lain; saling mempercayai, komunikasi
terbuka, tujuan sama, komtmen yang kredibel. Membangun relasi
kemitraan dengan; kesadaran, eksplorasi, perluasan dan komitmen.
Pemilihan barang dagangan yang akan dijual per toko dengan
menggunakan Analisa yang lazim digunakan oleh Peritel Jaringan Besar
yaitu menggunakan analisa :

INVENTORY TURNOVER
COST MARCON RATE
GMROI ( GROSS MARGIN RETURN ON INVENTORY )
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
RETAILER
Diskon merupakan salah satu strategi penjualan dan bagian dari strategi
promosi yang paling sering diterapkan di saluran distribusi tingkat ritel
(retailer) atau pengecer.
Hampir semua toko (outlets) pernah menjalankan program diskon ini,
dengan berbagai tujuan, namun intinya hanya ada dua yaitu untuk
meningkatkan omset penjualan dan meminimalkan kerugian.
Pada moment tertentu diskon diberikan agar penjualan meningkat,
dengan perhitungan yang pas, maka total profit akan naik.
Diskon juga diberikan saat stok menumpuk, daripada menanggung
kerugian yang bisa jadi akan lebih besar lagi, maka dibuatlah program
diskon, dengan harapan barang lekas cair dan modal berputar dan
kerugian bisa diminimalisir.
Diskon dalam strategi promosi, bagaikan pisau bermata dua, satu sisi
memang akan meningkatkan omset, namun disisi yang lain, akan
menggerus profit.
Itulah sebabnya, penting bagi kita dalam menjalankan diskonn ini
dibuakan rencana yang matang, dan program diskon ini harus
merupakan bagian dari strategi penjualan dan promosi, bukan diskon
yang membabi buta karena panik
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 1 : Tujuan Program Diskon


Layaknya strategi pemasaran yang lain, program diskon tidak boleh
diterapkan secara membabi buta, atau tanpa tujuan yang jelas.
Tujuan yang berbeda, maka bentuk strateginya juga berbeda,
demikian juga dengan program diskon ini, tujuan harus ditentukan
dengan jelas.

Ada berbagai tujuan dari program diskon, seperti untuk mendapatkan


pelanggan baru, atau untuk meningkatkan jumlah pelanggan, untuk
meningkatkan volume penjualan (pada pelanggan lama), untuk
mengenalkan produk baru, untuk mencairkan stok (mengurangi
kelebihan stok), dan lain sebagainya.
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 2 : Segmentasi Pelanggan

Agar strategi diskon berhasil dengan baik, maka kita perlu mengetahui
preferensi atau pola pembelian dari para pelanggan kita, dengan
memberikan diskon sesuai dengan yang mereka harapkan, maka tingkat
keberhasilan program akan semakin tinggi juga.
Untuk dapat mengetahui pola pembelian pelanggan, kita perlu
melakukan segementasi dengan cara mengolah data pelanggan kita.
Kelompokkan data tersebut berdasar beberapa kategori atau pola
pembelian yang sudah dilakukann selama ini, misal :

Gunakan link SITEMAPS ini, untuk mencari artikel menarik seputar


distribusi, pemasaran dan komunikasi.

Kelompok pertama,
•Sensitif terhadap harga.
•Keputusan pembelian banyak ditentukan oleh harga.
•Seringkali memperhatikan promosi dan diskon yang diberikan toko
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 2 : Segmentasi Pelanggan

Kelompok kedua,
Mencari harga yang kompetitif, tetapi tetap akan membeli jika menyukai
barang tersebut.
Keputusan pembelian ditentukan oleh banyak faktor, seperti kualitas
produk, pelayanan dan harga.
Tertarik dengan program promosi, hanya jika pas membutuhkan produk
tersebut.

Kelompok ketiga,
Tidak sensitif terhadap harga
Keputusan pembelian ditentukan pada kualitas produk, value dan
service yang diberikan.
Bersedia membayar untuk produk baru atau produk premium.
Dari ketiga kelompok ini saja, kita sudah bisa membuat program promosi
atau diskon yang sesuai dengan profile dari masing-masing segmen.
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 3 : Waktu yang Tepat (Timing)


Keberhasilan program diskon juga ditentukan oleh waktu, pemilihan waktu
yang tepat akan memberikan hasil yang lebih baik.
Bagaimana kita bisa menentukan kapan waktu yang tepat untuk sebuah
promosi diskon ?, kembali kita harus melihat historical data kita, kita harus
memperhatikan kembali pola belanja konsumen dan pelanggan kita.
Akan lebih baik jika analisa juga didasarkan pada beberapa segmen
terkait yang kita gunakan untuk mengelompokan konsumen dan
pelanggan kita.
Misal kelompok A, banyak melakukan pembelian pada akhir bulan, untuk
beberapa kategori produk, dan pada saat ada promosi untuk kelompok
produk yang lain yang bersifat secondary.
Sedangkan kelompok B, banyak melakukan pembelian setiap akhir pekan,
dan sangat tertarik dengan program-program diskon atau sejenisnya.
Pada momen-momen tertentu kategori produk tertentu penjualannya
meningkat tajam, contoh tepung, telor, margarine dan gula akan
meningkat pada hari raya atau saat ada perayaan.
Dengan mengetahui berbagai pola pembelian untuk kelompok segemen
tertentu dan kategori produk tertentu, kita bisa memetakannya dan
membentuk matrik untuk mendapatkan kapan program harus dilakukan,
apa bentuk promosi diskon yang tepat untuk kategori produk tertentu
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 4 : Harga Psikologis

Harga psikologis adalah harga yang dinilai atau dipersepsi paling pas,
kompetitif atau lebih murah oleh konsumen.
Ada banyak cara untuk menciptakan harga psikologis ini, berikut
beberapa contoh harga psikologis yang sering digunakan oleh retailer.
Menetapkan diskon sehingga tercipta harga ganjil, misal 500.000,-
dengan 499.500,-
Menetapkan diskon sehingga tampak besar dalam prosentase (diskon
plus), misal 30% + 30%, akan tampak seperti diskon 60%.
Menetapkan diskon dengan menunjukan nilai nominal nya, misal diskon
100 ribu sebagai pengganti diskon 5%, dimana nilai 100 ribu akan lebih
menarik dari pada ditulis 5%, meski keduanya bernilai sama.
Memberikan diskon besar pada produk kedua dan ketiga, misal diskon
10% (atau nominalnya) untuk pembelian produk kedua dan diskon 15%
(atau nominalnya) untuk pembelian produk ketiga.
Memberikan diskon bersyarat, misal belanja senilai sekian rupiah akan
mendapatkan diskon 20%, atau berbelanja produk tertentu (kategori
tertentu) untuk mendapatkan diskon produk tertentu senilai sekian, dan
seterusnya
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel
# 5 : Gunakan Impulse Buying, Cross-Selling, Up-Selling dan Bundling

Banyak sekali pembelian yang terjadi tanpa perencanaan dari awal,


terutama di outlet-oulet yang melakukan pemajangan produk seperti
minimarket, supermarket, deptstore dan lainnya.
Pembelian tanpa perencaan atau lebih dikenal dengan pembelian
impulsif (impulse buying) banyak diterapkan oleh pelaku ritel untuk
meningkatkan penjualan mereka.Cara terbaik untuk menciptakan
impulse buying adalah dengan membuat visual merchandising yang
attractive plus serangkan promosi termasuk diskon.Impulse buying juga
bisa dikombinasikan dengan up-selling, cross-selling dan bundling, yaitu
dengan memberikan penawaran satu produk dengan produk yang lain
dengan harga diskon.
Cross selling, strategi menjual dengan menawarkan produk yang
berbeda dengan yang telah dibeli konsumen, sehingga total belanja
akan meningkat.
Up Selling, strategi menjual dengan menawarkan produk yang sama
tetapi memiliki nilai jual yang lebih tinggi dengan kompensasi tambahan
manfaat bagi konsumen.
Bundling, strategi menjual dengan menawarkan dua atau lebih produk
sekaligus, di mana harga jualnya akan lebih rendah dibanding dengan
total harga masing-masing item semua produk yang di bundling tersebut
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 6 : Perhatikan New Item

Untuk beberapa kategori produk, akan selalu muncul produk baru atau
produk dengan fitur baru, misal produk fashion, seperti pakaian, tas,
sepatu, aksesoris dan lain-lain.
Pihak pengecer harus pandai-pandai mengatur tata letak produk baru
ini, salah satu cara adalah dengan meletakkan produk baru di depan
atau ditempat yang mudah dijangkau, sementara produk yang lama
yang ada diskonnya bisa diletakkan dibelakang.
Atau bisa juga dengan melakukan mixing secara berkelompok, dimana
setiap kelompok selalu ada barang diskon dan barang baru yang dijual
dengan harga penuh.
Dengan cara demikian diharapkan penjualan dengan harga penuh bisa
lebih maksimal, sementara bagi konsume dan pelanggan yang hendak
mencari barang diskon masih tetap bisa mendapatkannya.
Satu lagi, pengaturan tata letak yang tepat antara barang diskon dan
full price akan menghasilkan impulse buying, baik direct maupun indirect,
yaitu konsumen akan melihat-lihat produk yang full price (new arrival)
dan menunggu beberapa periode lagi untuk melakukan pembelian jika
barang sudah didiskon
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 7 : Perhatikan Margin (Direct + Indirect) dan Lakukan Testing

Program diskon, sejatinya adalah strategi promosi atau strategi


pemasaran dan penjualan yang tentu saja bertujuan untuk
meningkatkan omset penjualan dan memaksimalkan tingkat profit.
Maka dari itu, dalam menyusun strategi dan program ini, kita tetap harus
memperhatikan tingkat margin yang bisa kita dapatkan, berapa safety
margin-nya dan berapa yang bisa dilepas.
Profit margin bisa dihitung baik secara langsung (direct margin) maupun
secara tidak langsung (indirect margin).
Margin secara langsung adalah margin yang kita dapatkan dari struktur
harga produk yang bersangkutan, yaitu selising harga penjualan, harga
pembelian dan biaya yang menyertainnya.
Sedangkan margin secara tidak langsung adalah saat kita
mengorbankan margin salah satu produk tetapi kita mendapatkan
margin yang cukup besar (full margin) dari produk yang lain, misal
dengan menerapkan strategi cross-selling, up-selling dan bundling.
7 Strategi Diskon untuk Meningkatkan Penjualan
dan Profit Ritel

# 7 : Perhatikan Margin (Direct + Indirect) dan Lakukan Testing

Atau kita memberikan program diskon untuk mengejar total volume


penjualan (unit) untuk mendapatkan reward dari distributor atau
dari principal yang bisa menutup margin yang kita korbankan
tersebut.
Indirect margin banyak didapat dari berbagai program yang
banyak dijalankan oleh principal dan distributor (trade promo dan
consumer promo), dengan perhitungan yang matang, maka margin
yang kita lepas dalam diskon akan tergantikan oleh reward sales
promotion tersebut.
Bahkan kita bisa mendapatkan banyak keuntungan jangka
panjang, diantaranya adalah peningkatan jumlah pelanggan
(customer escalation), terbentuk barrier untuk kompetitor,
menciptakan customer loyalty (kesetiaan pelanggan) dan lain
sebagainya, dimana kesemuannya itu akan memberikan
keuntungan bagi perusahaan dalam jangka panjang
Strategi Ritel meliputi antara lain:

- Aspek Pemasaran
- Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia
- Aspek Keuangan
- Aspek Pemilihan Lokasi
- Aspek Sistem Informasi dan Manajemen Rantai Pasokan
- Manajemen Hubungan Pelanggan

Aspek Pemasaran
• Pemahaman terhadap target pasar bila dikaitkan dengan format
ritel
• Bagaimana Ritel dapat mengembangkan strategi keunggulan
bersaing yang berkelanjutan

Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia


• Bagaimana Ritel membuat keuntungan yang kompetitif dan
mendukung, dengan cara menggembangkan dan mengelola SDM
• Program-program Manajemen SDM untuk membangun komitmen
kerja
PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL

Dalam memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor


yang diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya.
Di lain pihak kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala
mempengaruhi pilihannya.
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain
meliputi:

1. Harga.
Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket dan
departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau
dapat ditawar (seperti discount store).
2. Kemudahan
Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah
mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan,
membandingkan, dan memilih).
3. Kualitas produk yang ditawarkan.
4. Bantuan wiraniaga.
Apakah harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara
aktif.
PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL

Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain
meliputi:

5. Reputasi
Kejujuran dan kewajaran dalam jual beli
6. Nilai yang ditawarkan
Yaitu perbedaan total customer value dan total customer cost. Total
customer value adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan
dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan, daya
tahan/keawetan, unjuk
kerja), service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan,
reparasi), personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya),
dan image value (citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri
dari harga yang dibayarkan,
biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis.
7. Jasa-jasa khusus yang ditawarkan.
Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau
menukar barang yang sudah dibeli.
Proses Pembuatan Rencana

1. Menetapkan tugas dan tujuan


Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat
difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan
tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang
tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam
pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka
dilakukan analisa terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa
kemungkinan dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah
diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian,
besarbya biaya yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain
sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan
yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-
kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai
kelemahan-kelemahan.
Private Label pada bisnis Ritel
Produk atau layanan private-label biasanya dibuat atau disediakan
oleh satu perusahaan untuk ditawarkan di bawah merek perusahaan
lain. Barang dan jasa label pribadi tersedia dalam berbagai industri
mulai dari makanan hingga kosmetik hingga hosting web.

Mereka sering diposisikan sebagai alternatif biaya rendah untuk merek


regional, nasional atau internasional, meskipun baru-baru ini beberapa
merek label pribadi telah diposisikan sebagai merek "premium" untuk
bersaing dengan merek "nama" yang ada. Menumbuhkan pangsa
pasar dan meningkatkan ragam barang kemasan pribadi konsumen
label sekarang menjadi fenomena global.

Namun, pangsa pasar label pribadi menunjukkan keragaman luas di


pasar internasional dan kategori produk. [1] Penelitian empiris pada
produk-produk private label telah menarik minat para akademisi dan
manajer pemasaran. Pekerjaan yang cukup banyak telah dilakukan
pada bidang penelitian label pribadi yang terdefinisi dengan baik
seperti strategi merek berlabel pribadi, kinerja pasar produk label
pribadi, persaingan dengan merek nasional, struktur pasar, dan perilaku
pembeli
Bisnis atau orang yang menjual barang ke konsumen, dibandingkan
dengan pedagang grosir atau pemasok, yang biasanya menjual
barang mereka ke bisnis lain
Jika Anda adalah pengecer, maka Anda perlu memastikan bahwa
produk Anda bagus dan Anda memasarkannya sebaik mungkin.
Produk yang merupakan ekstensi alami dari lini produk lain adalah
produk private-label yang ideal. Misalnya, produk Anda mungkin
berupa rak yang memungkinkan orang memanggang empat lembar
cookie sekaligus bukan hanya dua lembar. Produk ini mungkin tidak
memiliki daya tarik yang cukup untuk mendapatkan pedagang
massal untuk membawanya dari perusahaan yang terpisah. Tetapi
produk ini merupakan pelengkap yang ideal untuk perusahaan yang
menjual produk kue lain yang serupa. Pemasaran label pribadi
memberi Anda ruang rak, tetapi itu tidak berarti produk akan
didukung oleh kampanye iklan.

Produk Anda perlu "menjual diri" di rak toko agar bekerja dengan baik
dalam program label-pribadi. Anda membutuhkan produk yang akan
dijual dengan harga lima hingga enam kali lipat dari biaya
pembuatannya untuk mendapat tambahan biaya tambahan.
Kebanyakan produk private-label yang ideal mudah diproduksi
dalam volume dan tidak mahal
Belanja adalah aktivitas rutin sebuah keluarga. Dan karena belanja
hampir menguras lebih-kurang 40% pengeluaran bulanan, tentu pilihan
yang masuk akal pertama kali adalah bagaimana mengatur
pengeluaran keuangan di sana-sini dengan baik.

Mengatur pengeluaran itu bisa membeli barang kebutuhan pokok


terlebih dahulu. Atau, salah satunya adalah memilih membeli produk
private label saat berbelanja di suatu toko swalayan. Ternyata,
berbelanja produk private label bisa menghemat 24% lebih murah bila
dibanding Anda membeli merek lain. Tidak percaya?

Apa Sih Private Label Itu?

Pertama-tama, kita harus tahu apa sih yang dimaksud dengan Private
Label itu?
Private Label adalah produk-produk tertentu yang merek dagangnya
adalah bernama sama dengan toko penjualnya. Sebut saja tisu
pembersih, handuk, makanan ringan, sampai peralatan elektronik. Jika
teliti, ada banyak produk dijual dengan merek toko penjualnya. DI
beberapa negara kadang juga disebut Private Brand, tetapi intinya
sama saja kok.
Keuntungan Private Lable

Dari tahun 1997 hingga 2005, penjualan merek private label meningkat
dua kali lipat dari merek nasional, menurut laporan 2008 oleh
perusahaan penasihat bisnis global AlixPartners. Produk private label
rata-rata sekitar 30 persen lebih rendah dari harga dibandingkan merek
nasional, menurut Packaging Digest. Namun, label toko barang
dagangan, perlahan-lahan bergerak menjauh dari dianggap hanya
sebagai penghematan biaya bagi konsumen atas merek nasional.
Setelah dilihat sebagai alternatif kelas kedua, mereka sekarang
menjembatani kesenjangan ini dengan memberikan kualitas yang
sebanding dengan merek nasional

Setidaknya ada 5 keuntungan memilih Private Label untuk produk yang


Anda impikan. Apakah Private Label itu? Private Label atau juga
makloon berasal dari kata OEM (bahasa Inggris) singkatan Original
Equipment Manufacturer. Tidak semua produk mampu kita produksi
sendiri. Terkadang kita cukup membeli dari perusahaan lain. Membeli
OEM berarti membeli produk yang kita harapkan sesuai keinginan
dengan kemasan, termasuk merk, yang dibuatkan oleh perusahaan
lain.
5 Keuntungan memilih Private Label
Adapun keuntungan yang akan kita peroleh :
1.Kualitas
Sejak produk OEM dibuat dengan spesifikasi dan standar produsen yang
dimiliki, produk OEM di garansi berkualitas tinggi. Produk OEM ini juga di
garansi sesuai dengan spesifikasi yang telah Anda berikan kepada pihak
produsen.

2.Dukungan
Setiap klien OEM yang bersedia melakukan kontrak kerjasama pasti
diberikan stok produk OEM sehingga klien tidak perlu dikhawatirkan
dengan stok barang yang kosong kapanpun klien membutuhkan produk
OEM mereka.

3.Fleksibilitas
Produk OEM memang dibuat untuk sesuai dengan yang Anda impikan,
sehingga dipastikan dapat berbeda, kualitas dan kemasannya, dari produk
sejenis lainnya di pasaran.
5 Keuntungan memilih Private Label
Adapun keuntungan yang akan kita peroleh :

4.Garansi
Mungkin keuntungan yang paling terpenting dari produk OEM adalah
garansi dari pihak produsen. Setiap garansi produk OEM mungkin berbeda,
namun jika Anda menerima produk yang gagal atau cacat, maka pihak
produsen akan secepatnya mengganti produk pesanan Anda tersebut.

5.Investasi
Tidak ada investasi yang lebih baik. Di karenakan produk OEM dibuat agar
sesuai dengan harapan Anda, tentu Anda tidak perlu investasi untuk
membeli mesin produksi sendiri. Ini akan banyak menghemat uang Anda
dan mengurangi aktivitas bisnis Anda dalam jangka waktu yang lama
Apa Sih Beda Private Label dengan Produk Merek Lain?

Perbedaan yang signifikan dengan produk merek lain adalah private label
hanya dipasarkan di dalam toko saja. Hampir tidak ada aktivitas iklan di
luar toko, misalnya iklan di televisi, majalah, media cetak harian (koran),
atau kegiatan promosi lainnya. Kecual toko penjual tersebut menayangkan
iklan produk private label tersebut di monitor yang ada di dalam toko
tersebut. Hal tersebut membuat produk private label hanya diketahui di
kalangan terbatas. Hanya merekalah yang belanja di swalayan atau
supermarket tersebut yang pernah (paling tidak) pernah melihat, dan
kemudian membeli, produk private label tersebut. Bagi sebagian
masyarakat, produk private label tersebut memang terjangkau dari sisi
harga.
Menurut pakar pemasaran, iklan yang minimal justru menguntungkan. Kok
bisa begitu? Seperti yang kita tahu, kegiatan promosi dan pemasaran di
media apa pun (cetak, televisi, radio, dan media jenis lainnya) merupakan
pos pengeluaran paling besar dalam komponen biaya produk barang
konsumsi (consumer goods). Dengan beriklan yang sangat terbatas, bahkan
tidak beriklan sama sekali, produk private label bisa menekan biaya
tersebut, yang ujungnya bisa menjual dengan harga lebih murah.
Jika Anda jalan sejenak ke toko swalayan yang paling dekat dari rumah,
dan persis di pintu masuk toko tersebut dipasang papan iklan bahwa produk
semacam tisu toilet dengan huruf A warna merah di bungkusnya, itu tanda
Anda waktunya beli produk private label tersebut
Pelanggan Tidak Percaya bahwa Itu Murah?

Oke. Sekarang Anda sudah tahu kan perbedaan produk private label
dengan produk bermerek lainnya? Nah, sekarang kita coba bikin survei
kecil-kecilan atas beberapa bahan pokok yang paling sering dibeli saat
belanja bulanan di supermarket
kita bisa lihat bahwa harga private label memang lumayan murah
untuk dibeli. Bahkan untuk kategori yang sama pun, harga private
label memang terjangkau. Perlu diingat bahwa meskipun perbedaan
harganya tampak tipis, kategori di atas adalah barang-barang yang
sering kita beli dan cukup rutin. Perbedaan harga yang cukup tipis ini
membawa perbedaan besar dengan frekuensi pembelian yang rutin
dan sering.
Satu hal yang paling dikhawatirkan oleh konsumen perihal private
label adalah kualitas. Asumsi orang banyak, harga murah, maka
kualitas pasti jelek. Ditambah lagi produk private label jarang
diiklankan di media massa. Di benak utama kita sebagai konsumen
pasti sudah tertancap kuat terhadap sebagian besar merek-merek
yang sudah dikenal selama ini. Ada beberapa konsumen pasti
bertanya, jika produk semacam itu berkualitas bagus, kenapa tidak
diiklankan? Atau mungkin karena kualitas produknya yang tidak bagus
makanya tidak diiklankan. Betul tidak?
Apa Betul Merek Private Label Berkualitas Buruk?

Memang betul bahwa di benak konsumen ada pepatah “Ada produk,


ada barang. Harga yang tinggi memang sebanding dengan kualitas yang
ditunjukkan.” Tapi sebenarnya, pepatah itu tidak berlaku untuk produk apa
pun. Produk yang satu tidak bisa disamakan dengan produk lainnya.
Bahkan, memang ada produk yang harganya cukup murah namun
dengan kualitas yang sama bagusnya dengan produk mahal.

Cara paling efektif untuk mengetahui bahwa produk private label


berkualitas bagus adalah, beli dan pakai. Nanti akan tahu bagaimana
antara harga dan kualitas. Sejauh ini, sepengalaman saya membeli
produk private label, harga dan kualitas berjalan seiring pada produk
tersebut. Kualitasnya akan tidak jauh berbeda dengan produk bermerek.
Walau demikian, kembali ke penilaian Anda masing-masing yang
menjalani kehidupan rumah tangga, apakah produk private label
memang sebanding dengan kualitas yang Anda butuhkan untuk sehari-
hari (bahkan untuk sabun pencuci piring sekalipun), atau memang Anda
lebih pilih produk dengan merek terkenal yang bahkan tidak ‘sebanding’
dengan harganya.
Private Label Strategy
Persaingan bisnis saat ini sangat kompetitif dimana merek produk tidak
hanya bersaing dengan merek produsen lain, tetapi juga bersaing dengan
produk tanpa merek (generik) dan produk private label. Khusus produk
private label, perkembangannya akhir-akhir ini sangat cepat sehingga bisa
menggeser kekuatan produsen ke retailer. Hal ini dilakukan oleh para
retailer sebagai strategi untuk memperkuat loyalitas konsumen terhadap
toko dan untuk mendapatkan margin keuntungan dari konsumen yang
sensitif terhadap harga.

Private label diperkenalkan di Indonesia pertama kali (CMIIW) oleh jaringan


peritel Hero dengan merek Hero Save, Nature Choice, dan Relliance. Ada
pula peritel Makro dengan merek Aro, Giant dengan merek Giant dan First
Choice, Carrefour dengan merek Carrefour dan PM (Paling Murah), Yogya
dengan merek YOA, Indomaret, Hypermart, dan Alfamart.

Definisi sederhana dari private label adalah produk yang dijual di sebuah
toko/peritel dengan merek yang dibuat khusus oleh toko/peritel tersebut.
Private label dikenal juga sebagai store brand. Strategi private label ini
lazimnya dilakukan oleh jaringan peritel modern.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?

1.Harga yang dapat disetting lebih murah dibandingkan produk sejenis


yang ‘bermerek’. Hal ini tentu sangat menarik bagi konsumen yang price
sensitive. Beberapa penyebab harga private label dapat lebih murah
adalah karena pemanfaatan kapasitas produksi supplier yang tidak
terpakai, pembelian yang dilakukan secara bulk/partai oleh peritel, dan
tidak adanya biaya promosi dari supplier kepada peritel. Promosi peritel
terhadap private label hanya dilakukan dengan media katalog dan
penempatan produk pada rak toko tentunya.

2.Margin keuntungan yang cenderung lebih besar jjka dibandingkan


dengan produk ‘bermerek’. Berdasarkan riset Food Marketing Institute di
AS, peritel bisa mendapatkan 35% gross margin dari produk private label.
Sementara gross margin dari produk ‘bermerek’ hanya 25,9%.

3.Peritel tahu benar produk apa saja yang perputarannya cepat (fast
moving) berdasarkan data base yang dimilikinya. Sehingga dengan
memiliki private label untuk produk fast moving, semakin besar keuntungan
yang langsung diterima oleh peritel tersebut.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?

4.Bisnis ritel identik dengan perang harga. Semakin murah harga produk
yang ditawarkan, semakin banyak konsumen yang berbelanja di peritel
tersebut. Nah, private label lah yang dapat menjaga dan menguatkan citra
harga murah dari peritel tersebut. Karena kontrol private label berada 100%
di tangan peritel.

Produk – produk yang banyak menggunakan private label biasanya


adalah produk Fast Moving Consumer Goods dan produk generik, dimana
harganya tidak mahal, digunakan dengan segera, dan sedikit
membutuhkan pertimbangan dalam keputusan pembelian. Saat ini produk
private label cukup beragam mulai dari gula, beras, minyak goreng,
kecap, roti tawar, pembersih lantai, snack, tissue, air kemasan, sampai kaos
kaki dan pakaian dalam.

Adapun konsumen dari private label ini adalah konsumen yang memiliki
sedikit loyalitas terhadap merek karena sangat sensitif terhadap harga.
Oleh karena itulah, bagi para produsen FMCG merek nasional, kehadiran
private label merupakan ancaman yang bisa menggerus pasar mereka
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?

Produk – produk yang banyak menggunakan private label biasanya


adalah produk Fast Moving Consumer Goods dan produk generik, dimana
harganya tidak mahal, digunakan dengan segera, dan sedikit
membutuhkan pertimbangan dalam keputusan pembelian. Saat ini
produk private label cukup beragam mulai dari gula, beras, minyak
goreng, kecap, roti tawar, pembersih lantai, snack, tissue, air kemasan,
sampai kaos kaki dan pakaian dalam.

Adapun konsumen dari private label ini adalah konsumen yang memiliki
sedikit loyalitas terhadap merek karena sangat sensitif terhadap harga.
Oleh karena itulah, bagi para produsen FMCG merek nasional, kehadiran
private label merupakan ancaman yang bisa menggerus pasar mereka.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?

Sebagian pengecer seperti memilih strategi cost leadership dalam


menghadapi persaingan, misalnya Alfa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
program potongan harga yang bertujuan untuk menarik minat konsumen
untuk membeli di jaringan ritel tersebut. Sebagian memilih strategi focus
diferensiasi yang terlihat pada berbagai produk yang ditawarkan dengan
harga yang ditujukan pada segmen konsumen menengah atas, seperti
yang dilakukan SOGO. Selain itu, ada yang mulai mencoba strategi
product differentiation seperti jaringan Matahari yang menyajikan
kenyamanan berbelanja disertai penawaran produk berkualitas dengan
harga yang menarik.

Pemilihan strategi product differentiation ini dikarenakan pengecer melihat


adanya perubahan pola hidup dan cara belanja kaum urban yang
menginginkan barang bermutu dengan cara yang mudah dan harga
yang dianggap pantas. Boleh dibilang masyarakat urban ini adalah
masyarakat pembelanja.
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?

Memang masih banyak produsen yang mempertahankan merek mereka


dengan tidak menjual produknya untuk diberi merek retailer, seperti
misalnya Coca Cola. Hal ini karena Coca Cola sangat yakin dengan
kekuatan mereknya yang telah dibangun bertahun-tahun. Akan tetapi,
bagi produsen yang belum memiliki kekuatan merek, bekerja sama
dengan retailer akhirnya menjadi pilihan strategi mereka.

Kemunculan private label merupakan suatu bentuk inovasi dari para


pengecer. Kondisi persaingan antara perusahaan ritel, ditambah
ancaman masuknya pendatang baru dan produk/jasa pengganti serta
bertambahnya kekuatan tawar menawar pembeli dan pemasok
memaksa pengecer menentukan strategi yang tepat untuk menang
dalam persaingan. Terdapat pengecer yang memilih strategi cost
leadership, product differentiation, bahkan focus (Porter, 1996).

Strategi focus sendiri terbagi lagi dalam focus biaya dimana perusahaan
mengusahakan keunggulan biaya dalam segmen sasarannya, dan focus
diferensiasi dimana perusahaan mengusahakan diferensiasi dalam
segmen sasarannya
Mengapa strategi private label dilakukan oleh peritel modern?

Keinginan masyarakat ini ditampilkan dalam persaingan di pusat-pusat


perbelanjaan yang terserak di berbagai wilayah, sehingga perusahaan
pemenang adalah mereka yang dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan secara ekonomis, memberikan kenyamanan dan dengan
komunikasi yang efektif. Untuk itu dikembangkanlah konsep toko yang
memiliki suasana nyaman serta menyediakan produk-produk bermutu
dengan harga ya dngianggap pantas, dan munculah gagasan menjual
produk dengan private label.]

Produk-produk dengan private label diposisikan sebagai produk yang


terjamin mutunya dengan harga terjangkau serta dikemas dalam
kemasan yang menarik dan memiliki nama yang mudah diingat.
Memang saat ini sebagian besar produk telah memiliki merek yang telah
tertanam kuat di benak konsumen, namun terdapat beberapa
kelompok pembeli yang bukan merupakan brand loyalists, maupun
routine brand buyers. Mereka adalah kelompok yang dikategorikan
sebagai information seekers dan brand switchers.
Mengenal Pelanggan?
Pembeli dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok menurut
Peter dan Olson yaitu sebagai berikut:

– Brand loyalists yaitu konsumen yang memiliki keterikatan yang kuat


pada suatu merek yang disukainya dan membelinya secara tetap.

– Routine brand buyers yaitu konsumen yang memiliki intrinsic self-


reference yang rendah untuk suatu kategori produk, tapi mereka memiliki
merek-merek favorit yang tetap dibelinya (little brand switching).

– Information seekers yaitu konsumen yang punya pengetahuan


mengenai atribut suatu produk, kegunaan dan nilai yang terkandung di
dalamnya mengenai kategori produk, tapi tak ada merek tertentu yang
dianggapnya superior.

– Brand switchers yaitu konsumen yang memiliki intrinsic self-


reference yang rendah untuk merek dan kategori produk.
Sebagai produk yang menjadi substitusi bagi produk-produk
manufacurer’s brand, produk private brand memberikan banyak manfaat
baik bagi retailer maupun bagi konsumen.
Mengenal Pelanggan?

Bagi retailer, adanya private label merupakan bentuk strategi


diferensiasi, membangun loyalitas konsumen terhadap toko, dan
membantu meningkatkan penjualan. Bagi konsumen, produk private
label juga memberikan manfaat berupa banyaknya pilihan produk
dengan harga yang lebih rendah. Nama retailer yang terpercaya
juga turut mendongkrak kepercayaan konsumen terhadap private
label tersebut.

Produk private label memberikan nilai / value sekaligus kepada


konsumen maupun retailer sendiri. Sangat berbeda dengan
manufacturer’s brand yang harus menghabiskan waktu bertahun-
tahun dan biaya iklan yang sangat besar untuk dapat membangun
brand value, produk private label tidak membutuhkan iklan, promosi
ataupun aktivitas brand positioning yang gencar dalam
membangun valuenya.
Mengenal Pelanggan?

Walaupun banyak keuntungan, produk private label juga memiliki


kelemahan. Karena harganya yang relatif lebih rendah dari pada
produk dengan manufacturer’s brand, maka akan membuat persepsi
konsumen akan kualitas produk yang lebih rendah pula. Selain itu,
apabila terdapat satu jenis produk private label yang berkualitas buruk
atau tidak berfungsi dengan baik, maka konsumen akan
mempersepsikan hal yang sama terhadap jenis produk yang lainnya.
Kualitas produk private label yang tidak seragam ini biasanya
dikarenakan retailer tidak bisa menyeragamkan kualitas produk yang
dipasok oleh suppliernya
Efektif atau tidaknya strategi penggunaan Private Label dalam
perusahaan:

1. Private label adalah bentuk inovasi dari para pengecer yang


diposisikan sebagai produk yang terjamin mutunya dengan harga
terjangkau yang menggunakan merek dari pengecer. Private label
memberi keuntungan bagi retailer yang merupakan bentuk strategi
diferensiasi, membangun loyalitas konsumen terhadap toko, dan
membantu meningkatkan penjualan. Bagi konsumen, produk private
label memberikan manfaat berupa banyaknya pilihan produk.

2. Private label biasanya hanya untuk produk FMCG. Private label


biasanya membidik konsumen yang sensitif terhadap harga dan sedikit
memiliki loyalitas terhadap suatu brand tertentu. Bagi konsumen –
konsumen brand loyalist dan routine brand buyer, konsep private label
tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
Efektif atau tidaknya strategi penggunaan Private Label
dalam perusahaan:

3. Dalam mengatasi permasalahan persaingan dari adanya private


label, produsen FMCG perlu melakukan pengembangan produk
secara terus menerus untuk dapat memenuhi apa yang diinginkan
oleh konsumen. Peranan divisi pemasaran perlu didukung oleh
adanya pengembangan produk yang dilakukan secara konsisten
melalui adanya divisi pengembangan produk, tanpa perlu
meniadakan fungsi pemasaran itu sendiri.

Sinergi kerja divisi pemasaran dan pengembangan produk akan


membantu perusahaan memenangkan persaingan di pasar.
Private Label, contoh lain dari the power
of packaging
Saat ini di setiap peritel modern semakin mudah kita jumpai produk
private label. Perkembangan private label yang sangat pesat dapat
terlihat dari semakin banyaknya jenis produk private label yang
dipasarkan. Jika dulu private label masih sebatas pada produk seperti
gula dan tissue, saat ini sudah ada private label untuk shuttle cock, tshirt,
dan minuman berkarbonasi. Beberapa produk private label yang mudah
dijumpai saat ini antara lain adalah beras, snack, krimer, kecap, sayuran
beku, diapers (baby & adult), kapas, sabun, pembersih rumah, obat
nyamuk, kotak sampah, roti & kue, mie instan, keset, kaos singlet, panci,
toples, electric kettle, selai, air minum, dan masih banyak lagi.
Private label diperkenalkan di Indonesia pertama kali (CMIIW) oleh
jaringan peritel Hero dengan merek Hero Save, Nature Choice, dan
Relliance. Ada pula peritel Makro dengan merek Aro, Giant dengan
merek Giant dan First Choice, Carrefour dengan merek Carrefour dan PM
(Paling Murah), Yogya dengan merek YOA, Indomaret, Hypermart, dan
Alfamart.
Definisi sederhana dari private label adalah produk yang dijual di sebuah
toko/peritel dengan merek yang dibuat khusus oleh toko/peritel tersebut.
Private label dikenal juga sebagai store brand. Strategi private label ini
lazimnya dilakukan oleh jaringan peritel modern.
The 5 Smartest Sustainable Products of 2018

1.Industri alas kaki global memiliki jejak karbon yang besar, karena
perusahaan membakar manufaktur energi dan mengangkut produk
mereka dan menggunakan minyak bumi untuk membuat komponen
seperti sol karet.

AllBirds Sweet Foam ingin membalik skrip dengan Sweetfoam flip-flop


baru, sandal yang dibuat dari tebu. Materi itu adalah karbon-negatif,
yang berarti bahwa ia benar-benar mengeluarkan karbon dari atmosfer
daripada memancarkannya. AllBirds berencana untuk segera
menggunakan Sweetfoam di alas kaki lain juga

2.Inndustri peternakan hewan bertanggung jawab atas sekitar 15% emisi


gas rumah kaca dunia, menurut perkiraan AS, berkat sumber daya yang
sangat besar yang dibutuhkan untuk memelihara dan memberi makan
hewan.

The JUST Egg mengurangi emisi tersebut dengan produk pengganti telur
vegan yang terbuat dari tanaman bernama kacang hijau. Dimasak
dengan benar, rasanya cukup dekat dengan yang asli.
The 5 Smartest Sustainable Products of 2018

3.Daun nanas, batang pohon pisang, dan kulit batang tebu tidak
memiliki banyak nilai sebagai makanan, dan dengan demikian
biasanya dibuang. Tapi otak di belakang

Agraloop mengambil bahan tanaman organik ini dan mengubahnya


menjadi bahan baku untuk pakaian. Pakaian yang dihasilkan terlihat
normal, tetapi mereka memiliki lebih sedikit dampak lingkungan
daripada pakaian khas

4.Orang Amerika menggunakan miliaran botol air plastik setiap


tahun, yang sebagian besar berakhir di tempat pembuangan akhir.
Botol LARQ seperti banyak alternatif botol yang dapat digunakan
kembali, tetapi dengan satu fitur menonjol yang besar:

Menggunakan sinar UV, itu membersihkan air yang disimpan di


dalam botol, dan permukaan bagian dalam botol itu sendiri. Ini
merupakan nilai tambah yang besar bagi orang-orang yang
menginginkan alternatif botol air berkelanjutan yang tidak
memerlukan scrubbing konstan untuk menjaga agar air tetap terasa
enak.
The 5 Smartest Sustainable Products of 2018

5. Biaya lingkungan penggunaan jerami plastik melanda akord pada


tahun 2018, dengan perusahaan-perusahaan dari Starbucks ke
American Airlines melarang penggunaannya.

Final Straw menyediakan pengguna dengan cara bebas rasa bersalah


untuk menyesap minuman mereka dengan sedotan logam yang
dapat dilipat yang dapat dilipat dan dapat disimpan di gantungan
kunci. Perusahaan ini termasuk rak pengeringan dan squeegee khusus
untuk membantu pengguna menjaganya tetap bersih
i
A RETAIL MARKETING PLAN
A RETAIL MARKETING PLAN
A RETAIL MARKETING PLAN
Tahapan Dalam Mengembakan Strategi Pemasaran Bisnis Ritel

1.Target pasar
Meskipun bisnis retail biasa menawarkan berbagai produk kebutuhan
masyarakat, namun sebisa mungkin tentukan target konsumen yang ingin
Anda jangkau. Misalnya saja lebih menekankan harga murah untuk
menjangkau konsumen menengah kebawah, atau menyediakan produk
dengan kualitas terbaik untuk menjangkau sasaran pasar menengah
keatas.
2.Loyalitas pelanggan
Memiliki konsumen yang loyal, merupakan strategi tepat untuk
meningkatkan pemasaran. Bukan hanya itu saja, dengan adanya
loyalitas konsumen juga membantu bisnis retail untuk menghadapi
persaingan pasar. Oleh karena itu ciptakan suatu program –
program promosi yang dapat meningkatkan loyalitas konsumen,
contohnya saja dengan memberikan kartu diskon bagi para member
3.Pilih lokasi usaha yang strategis
Pemilihan lokasi usaha sangat mempengaruhi tingkat penjualan pada
bisnis retail. Sesuaikan lokasi usaha dengan bisnis retail yang ingin
dijalankan, sebab lokasi usaha juga ikut menentukan potensi pasar.
Tahapan Dalam Mengembakan Strategi Pemasaran Bisnis Ritel

4.Labeling Brand Pada Produk


Labeling brand pada produk, menjadi cara ampuh untuk memasarkan
bisnis retail. Yang perlu diingat adalah brand bukan hanya sekedar
nama, jadi cantumkan brand yang telah ditetapkan di setiap produk.
Seperti mencantumkan logo disetiap label harga produk, Sehingga
brand tersebut menjadi pembeda bisnis retail Anda dengan bisnis para
pesaing.
5.Pelayanan
Pembeli Adalah Raja, Istilah ini merupakan masukan kepada para
pelaku usaha untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi para
konsumen. Lakukan dari hal yang terkecil, seperti menyambut konsumen
dengan salam dan mengucapkan terimakasih setelah mereka selesai
berbelanja.

Setiap strategi pemasaran bisnis retail lebih mengacu pada konsumen


akhir sebagai potensi pasar, sebaiknya lakukan pemasaran bisnis
dengan pendekatan langsung kepada konsumen. Yakinlah bila loyalitas
konsumen telah terbentuk, maka akan menjadikan agen pemasaran
paling efektif bagi bisnis Anda. Oleh karena itu, Anda penuhi kebutuhan
konsumen dan biarkan mereka menjadi agen pemasaran Anda
Aspek pemasaran dalam ritel meliputi
:
1. Definisi strategi pemasaran retail (ritel)
2. Pemahaman terhadap target pasar bila dikaitkan dengan pilihan
terhadap format retail (ritel)
3. Bagaimana retail (ritel) dapat membangun strategi keunggulan
bersaing yang berkelanjutan
4. Tahapan dalam mengembangkan strategi pemasaran retail (ritel)
STRATEGI MANAJEMEN RITEL (RETAIL)?

Strategi retail (ritel) menekankan untuk memanfaatkan sumber daya


yang ada untuk mencapai tujuan.

Strategi ritel (retail) meliputi penentuan target pasar, sifat barang dan
jasa yang ditawarkan,dan bagaimana ritel memperoleh keuntungan
jangkan panjang dari para pesaingnya.

Bagian kebutuhan strategi dalam strategi retail (ritel) antara lain


strategi pasar, strategi keuangan, strategi lokasi, struktur organisasi
dan sumber daya manusia.
Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dalam retail (ritel)
meliputi:

1. Alasan mengapa manajemen SDM mempunyai peranan penting


membentuk sebuah bisnis atau organisasi retail (ritel)

2. Bagaimana retail (ritel) membuat keuntungan yang kompetitif dan


mendukung, dengan cara mengembangkan dan mengelola SDM

3. Bagaimana ritel mengkoordinasi aktivitas para karyawan dan


memotivasi mereka mencapai tujuan

4. Program-program manajemen SDM untuk membangun komitmen kerja

5. Bagaimana dan mengapa ritel mangatur perbedaan antarkaryawan


Aspek Keuangan dalam retail (ritel) meliputi:

1. Bagaimana strategi retail (ritel) direfleksikan dalam tujuan keuangan


2. Bagaimana ritel menggunakan alat-alat dan metode untuk
mengevaluasi kinerjanya
3. Bagaimana model strategis keuntungan dapat digunakan

Aspek pemilihan lokasi dalam area perdagangan retail (ritel) meliputi:

1. Tipe Lokasi yang memungkinkan oleh retail


2. Mengevaluasi keunggulan relatif dari setiap area perdagangan yang
dipilih.
3. Tipe lokasi perdagangan yang memungkinkan untuk tumbuh
4. Jenis lokasi yang ada
5. Alasan mengapa suatu ritel tetap berlokasi disuatu tempat tertentu
meskipun ada retail (ritel) lain berlokasi ditempat berbeda
6. Keuntungan relatif yang didapat dari sebuah tipe lokasi
7. Tipe lokasi yang cocok bagi retail (ritel)
8. Tipe lokasi yang kurang diminati
9. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh peritel dalam memilih
lokasi
Tersambung atau terhubung dengan pembeli Anda
dengan cara yang benar-benar baru.

Memberikan pengalaman pelanggan yang cerdas, personal,


dan terhubung di setiap tahap perjalanan pembelanja m
ulai dari kesadaran hingga pembelian, layanan, advokasi
merek, dan seterusnya. Tonton video demo ini untuk
mempelajari bagaimana Salesforce membantu
pengecer: Perluas jangkauan pemirsa menggunakan
kecerdasan buatan (AI) untuk menemukan pembeli baru

Sesuaikan perjalanan pembelanja dengan konten yang paling


relevan dan produk yang disarankan Berikan layanan dan
dukungan tingkat atas kepada pembeli di semua saluran Isi
formulir cepat ini untuk memulai
PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL

Dalam memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor


yang diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya.
Di lain pihak kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala
mempengaruhi pilihannya.
Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain
meliputi:

1. Harga.
Ada retail store yang memasang harga mati seperti supermarket dan
departement store) dan ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau
dapat ditawar (seperti discount store).
2. Kemudahan
Kemudahan parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah
mencari barang yang diinginkan (meliputi proses menemukan,
membandingkan, dan memilih).
3. Kualitas produk yang ditawarkan.
4. Bantuan wiraniaga.
Apakah harus swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara
aktif.
PROSES PERENCANAAN DAN MANAJEMEN RITAIL

Faktor-faktor ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain
meliputi:

5. Reputasi
Kejujuran dan kewajaran dalam jual beli
6. Nilai yang ditawarkan
Yaitu perbedaan total customer value dan total customer cost. Total
customer value adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan
dari produk dan jasa, meliputi product value (misalnya keandalan, daya
tahan/keawetan, unjuk
kerja), service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan,
reparasi), personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya),
dan image value (citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri
dari harga yang dibayarkan,
biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya psikis.
7. Jasa-jasa khusus yang ditawarkan.
Pengiriman barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau
menukar barang yang sudah dibeli.
Proses Pembuatan Rencana

1. Menetapkan tugas dan tujuan


Antara tugas dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat
difrmulir tanpa ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan
tujuannya. Tugas diartikan sebagai apa yang harus dilakukan, sedang
tujuan yaitu suatu atau nilai yang akan diperoleh.
2. Observasi dan analisa
Menentukan factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam
pencapaian tujuan (Observasi) bila sudah diketahui dan terkumpul, maka
dilakukan analisa terhadapnya untuk ditentukan mana yang digunakan.
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa
kemungkinan dalam pencapaian tujuan. Dimana kemungkinan yang telah
diperoleh dapat diurut atas dasar tertentu, misalnya lamanya penyelesian,
besarbya biaya yang dibutuhkan efisiensi dan efektivitas dan lain
sebagainya.
4. Membuat sintesa
Sintesa yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan
yang ada dengan cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-
kemungkinan tersebut. Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai
kelemahan-kelemahan.
Trend Dunia 2019 Ritel

Tren terbesar 2019 kemungkinan adalah kelanjutan dari


perubahan cepat dan radikal dalam industri makanan dan
bahan makanan.

Kami telah melihat gejala yang signifikan terhadap teknologi


baru yang inovatif, dan tidak ada tanda-tanda ini membanjiri
tahun depan.

Perkiraan pembeli telah berubah, dan sektor ritel dan bahan


makanan bekerja untuk memenuhi harapan tersebut di setiap
area bisnis. ”
Trend Dunia 2019 Ritel

1. Datalah menentukan caranya: data akan menjadi salah satu blok


bangunan utama pertumbuhan ritel. 2018 telah melihat data menjadi
lebih berharga bagi sektor ritel daripada sebelumnya.

Selain membantu meningkatkan penjualan, data yang akurat akan


sangat penting untuk alat yang memungkinkan pengecer memahami
perilaku pelanggan - menghargai kesetiaan mereka, dan menawarkan
belanja yang lebih pribadi.
Trend Dunia 2019 Ritel
2. Kepedulian yang berkelanjutan akan mengubah cara
pengecer berbisnis: perusahaan akan semakin memimpin pada
isu-isu keberlanjutan seperti limbah makanan dan polusi plastik
adalah berita utama, dan ini telah diterjemahkan ke perubahan
sikap di seluruh generasi.

Hampir tiga perempat (74%) pembeli dunia mengatakan bahwa


mereka telah menjadi lebih sadar akan dampak lingkungan dari
kemasan plastik selama setahun terakhir, dan ini telah
menyebabkan inovasi seperti pembungkus biodegradable dan
lorong supermarket plastik-bebas.

Pengecer tidak lagi hanya memikirkan mengurangi limbah, tetapi


ingin memberikan kontribusi yang positif dan nyata. Gelombang
berikutnya pengecer dan merek yang inovatif dan terkemuka
akan bergerak di luar mengurangi dampaknya
Trend Dunia 2019 Ritel

3. Pengalaman belanja yang mulus adalah kuncinya. Toko fisik akan


menawarkan pengalaman digital yang jauh lebih banyak pada tahun 2019,
dengan menggunakan teknologi untuk memudahkan pelanggan menemukan
barang dan mendapatkan lebih banyak informasi produk. Ini harus mengarah
ke toko yang lebih cepat bagi banyak orang, di mana menelusuri lorong dan
rak untuk barang yang tepat diganti dengan aplikasi yang memandu pembeli
ke tempat yang mereka inginkan.

Toko fisik menawarkan pengalaman belanja yang lebih nyata kepada


pelanggan, di mana mereka dapat melihat produk sebelum mereka
berkomitmen untuk membeli. Ini memberi ruang ini keuntungan lebih dari
penyedia online, dan kami melihat toko mulai memanfaatkan itu dan
menambahkan ekstra untuk memasukkan lebih banyak manfaat online. ”
Trend Dunia 2019 Ritel

4. Makan sehat dan kesehatan akan tumbuh dalam popularitas.


Pengecer akan memainkan peran yang lebih aktif dalam mendukung
kesehatan dan kesejahteraan konsumen.

Sebagian besar pembeli bercita-cita untuk makan dan hidup dengan


baik, dengan 85% mengatakan mereka secara aktif mencoba
meningkatkan pola makan mereka, tetapi aspirasi tidak selalu
diterjemahkan ke dalam tindakan.

Mendukung mereka untuk terlihat dan merasa baik akan menjadi


prioritas utama bagi pengecer dan pemasok mereka. Ini berarti
bahwa baik konsumen dan bisnis akan lebih memikirkan kesehatan
dan peran ritel dalam mempromosikan hidup yang lebih bersih di
masa mendatang.
Trend Dunia 2019 Ritel

5. Peluang berbelanja akan semakin tersedia di mana saja, kapan


saja. Perdagangan sosial akan tumbuh dengan lebih banyak
pilihan untuk membeli produk "di perjalanan".

Diharapkan bahwa solusi perdagangan sosial baru yang inovatif


muncul di seluruh 2019.

Pengecer dan pemasok akan memberikan pemasaran yang


ditargetkan, dan cara-cara baru untuk membuat belanja online
lebih sosial, instan, dan nyaman.
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019

1. Orang-orang lebih percaya pada orang lain yang mereka


kenal dan konten terkemuka, bukan iklan

Kami tahu tahun lalu bahwa orang-orang melarikan diri dari


iklan tradisional. Studi Nielsen dari 2015 menunjukkan bahwa
empat sumber iklan paling tepercaya adalah: orang yang
Anda kenal, situs bermerek, situs editorial, dan ulasan. Iklan
berada di bagian bawah daftar itu, dan fakta itu belum
benar-benar berubah.

Bahkan, 30 persen dari semua pengguna internet


diperkirakan akan menggunakan pemblokir iklan pada akhir
tahun ini, yang berarti iklan tradisional sekarang bahkan
tidak akan mencapai 30 persen dari kemungkinan anggota
audiens target. Jadi, apakah ini berarti pemasar harus
sepenuhnya meninggalkan iklan?
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019

2. Kreativitas, bukan konformitas, akan membuat pemasar yang sukses menjadi


berbeda.

Orang-orang telah mengatakan untuk waktu yang lama bahwa cetakan sudah
mati, tetapi saya baru-baru ini menemukan sebuah perusahaan yang
menggunakan perangkat lunak untuk mendapatkan alamat fisik untuk klien dan
mulai mengirim mereka buletin cetak. Bayangkan itu. Di zaman MailChimp dan
HubSpot, perusahaan ini menentang arus dan mengeluarkan uang ekstra untuk
melakukannya dengan cara lama. Saya juga terkejut ketika mengetahui bahwa
kampanyenya sangat sukses - tetapi mengapa? Sederhananya, semua orang
telah menjadi digital, dan perusahaan ini melihat kesempatan untuk melakukan
sesuatu yang berbeda. Sekarang, saya tidak menganjurkan bahwa bisnis harus
mencoba untuk membangkitkan pemasaran cetak atau melakukan sesuatu
hanya karena itu tidak biasa dan bukan karena itu bergema dengan khalayak
mereka. Tetapi mereka harus mempertimbangkan kampanye terpadu dan taktik
distribusi kreatif yang berfokus pada cara untuk melibatkan anggota audiens
yang mungkin tidak dipertimbangkan oleh pesaing industri mereka.
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019

3. Pemenang tidak akan peduli dengan hambatan internal.

Dalam poin pertama saya, saya berbicara tentang perlunya membuat konten
yang menarik daripada hanya iklan. Konten yang menarik ini tidak hanya
membantu pemasaran.

Ini dapat memungkinkan tim penjualan Anda dan bermanfaat untuk merekrut,
komunikasi investor, pelatihan internal, dan hampir setiap bidang bisnis Anda
juga.

Setiap kali saya melakukan presentasi utama, ada orang yang mendatangi
saya dan berkata, “John, kami tidak bisa melakukan hal ini! Terlalu banyak
pita merah dengan departemen lain. ”
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019

4. Memahami bagaimana pelanggan Anda berkomunikasi sangat penting.


Teknologi telah berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir.

Baru-baru ini, putri saya yang berumur 4 tahun mengambil jam tangan Timex
saya yang lama. Setelah bermain dengannya selama beberapa menit, dia
menemukan bahwa wajah arloji menyala ketika dia menekan tombol di samping.
Dia menjadi bersemangat dan memberi tahu jam: “Panggil Grandma Hall!” Tak
perlu dikatakan, wajah ibuku tidak muncul di Timex saya yang sudah tua, yang
sangat mengecewakannya. Anda dapat menonton video di sini.

Pelanggan tidak berbeda dengan anak perempuan saya. Mereka berharap


bahwa perusahaan akan berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang
mereka sukai. Itulah mengapa sangat penting bagi pemasar untuk mengetahui
preferensi komunikasi pelanggan mereka.
5 Tren Pemasaran Ritel Untuk Diperhatikan Tahun 2019

5. Bantuan dan keaslian akan memerangi hubungan yang hilang melalui


teknologi dan otomatisasi.

Tidak ada penghentian otomatisasi pemasaran dan teknologi. Kemajuan ini


membantu pemasar skala lebih efektif, membuat keputusan yang lebih baik,
dan menghemat uang.
Namun, kemajuan ini terkadang mengorbankan hubungan yang dimiliki para
pemasar yang sama dengan anggota audiens mereka. Meskipun otomatisasi
mungkin mencakup tugas-tugas dasar, penting untuk melakukan yang terbaik
untuk menambahkan sentuhan pribadi atau menawarkan bantuan langsung
jika memungkinkan. Saya baru-baru ini berbicara dengan beberapa kontak di
perusahaan konsultan yang telah melakukan komunikasi pemasaran skala
pekerjaan yang luar biasa, tetapi mereka masih membuat aturan untuk
mengunjungi klien mereka secara pribadi setiap tahun sekali untuk melihat
bagaimana mereka dapat membantu atau meningkatkan hubungan dan
sampai ke mengenal orang-orang dengan lebih baik. Mereka mengatakan
bahwa ketika mereka melakukan ini, klien akan tinggal lebih lama
Trend
Trend2019
2019Ritel
Raksasa furnitur Swedia IKEA akan memangkas sekitar 7.500 pekerjaan di
Ritel
seluruh dunia pada tahun 2020, terutama posisi administratif karena fokus
pada e-commerce dan outlet yang lebih kecil. Ini akan keluar dari total
160.000 rekan kerja, terutama berfokus pada fungsi dan kantor global di 30
pasar. Sementara itu, IKEA, melalui perusahaan induk Ingka, akan merekrut
sekitar 11.500 orang selama rentang waktu dua tahun karena perusahaan
berencana untuk membuka 30 toko baru dan mengadopsi "kemampuan
digital". Dalam sebuah pernyataan kepada

Sumber Daya Manusia, perwakilan dari IKEA Asia Tenggara mengatakan


bahwa pengumuman ini tidak mempengaruhi rencana atau karyawan
IKEA di wilayah tersebut, mencatat bahwa ini adalah wilayah di mana
“ekonomi tumbuh dan semakin banyak orang yang bergabung dengan
kelas menengah - dan meningkatkan kehidupan mereka di rumah. " Juru
bicara tersebut mengatakan: “IKEA Asia Tenggara, yang dimiliki oleh
Ikano, dengan toko IKEA di Singapura, Malaysia dan Thailand, ak
an membuka toko IKEA baru di Penang pada Maret 2019, dan di Filipina
pada 2020. Saat IKEA berekspansi di Tenggara Asia, perusahaan juga akan
mempekerjakan lebih banyak staf.
IKEA menunjukkan dukungannya pada olahraga sepak bola yang
Trend
Trend2019
2019Ritel
Ritel
baik dengan mengucapkan selamat kepada Inggris untuk
kemenangan Piala Dunia melawan Swedia
IKEA UK dengan senang hati mengucapkan selamat kepada Inggris
atas kemenangan Piala Dunia melawan Swedia , mengumpulkan
banyak cinta dari netizen untuk responsnya yang berkelas. Dalam
sebuah tweet, raksasa furnitur Swedia menampilkan topi dan jaket
Hemnes, ditambah dengan teks "Selamat Inggris, berikan topi
kepada Anda". Ini juga disertai dengan promosi fish and chips untuk
merayakan kemenangan dengan pelanggan
JARINGAN MANAGEMENT PERSEDIAAN
BISNIS RITEL
Tujuan dan Fungsi Penjualan Eceran (Ritel)

Perdagangan eceran melakukan aktivitas pengemasan menjadi


bagian yang lebih kecil, menyimpan persediaan, menyediakan jasa
agar pelanggan dapat memperoleh barang dengan mudah. Tujuan
penjualan eceran (ritel) antara lain adalah sebagai berikut (Weits dkk,
2007:4)

Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan


yang diinginkan oleh konsumen.
Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit
yang cukup kecil sehingga memungkinkan para konsumen memenuhi
kebutuhannya.
Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk (ready exchange
of value).
Mengadakan transaksi dengan para konsumen-nya
JARINGAN MANAGEMENT PERSEDIAAN
BISNIS RITEL
Tujuan dan Fungsi Penjualan Eceran (Ritel)
Sedangkan menurut Sudjana (2005:117), terdapat empat tujuan
perdagangan eceran atau retail, yaitu berikut:

Perantara antara distributor dengan konsumen akhir.


Penghimpunan berbagai kategori jenis barang yang menjadi kebutuhan
konsumen.
Tempat rujukan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan konsumen.
Penentu eksistensi barang dari manufaktur di pasar konsumen.

Adapun fungsi perdagangan eceran atau ritel menurut Utami (2008:8-9)


adalah sebagai berikut:

 Menyediakan berbagai jenis produk dan jasa. Konsumen selalu


mempunyai pilihan sendiri terhadap berbagai jenis produk dan jasa. Untuk
itu, dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan
beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.

Memecah (breaking bulk). Memecah (breaking bulk) di sini berarti


memecah beberapa ukuran produk menjadi lebih kecil, yang akhirnya
menguntungkan produsen dan konsumen.
JARINGAN MANAGEMENT PERSEDIAAN
BISNIS RITEL

Adapun fungsi perdagangan eceran atau ritel menurut Utami


(2008:8-9) adalah sebagai berikut:

Penyimpan persediaan. Fungsi utama ritel adalah mempertahankan


persediaan yang sudah ada, sehingga produk akan selalu tersedia
saat konsumen menginginkannya.

Penyedia jasa. Dengan adanya ritel, maka konsumen akan


mendapat kemudahan dalam mengkonsumsi produk-produk yang
dihasilkan produsen.

Meningkatkan nilai produk dan jasa. Dengan adanya beberapa jenis


barang atau jasa, maka untuk suatu aktivitas pelanggan dapat
ditingkatkan manfaat yang diperoleh oleh pelanggan dari nilai yang
diperoleh dari produk/jasa tersebut.
Metode Persediaan Ritel

1.Biaya persediaan barang

Metode persediaan ritel (ritail inventory method) adalah metode untuk


memperkirakan biaya persediaan berdasarkan hubungan biaya barang
tersedia untuk dijual terhadap harga ritel barang yang sama.
Untuk menggunakan metode ini, harga ritel seluruh barang disiapkan dan
dijumlahkan.
Selanjutnya, persediaan pada harga ritel ditentukan dengan
mengurangkan penjualan untuk periode tertentu dari harga ritel barang
tersedia untuk dijual selama periode tersebut
Ketika persediaan terdiri atas kelas barang yang berbeda dengan tingkat
laba kotor yang berbeda, persentase biaya dan persediaan harus
dikembangkan untuk setiap kelas persediaan.

Salah satu keuntungan utama metode ritel adalah metode ini


memberikan angka persediaan untuk menyiapkan laporan keuangan
bulanan atau kuartalan saat sistem periodik digunakan.

Toko serba ada dan perusahaan dagang sejenis dapat menghitung laba
kotor dan laba operasi setiap bulan, tapi melakukan penghitungan fisik
persediaan hanya satu atau dua kali dalam setahun
Selain itu membandingkan perkiraan persediaan akhir dengan persediaan
akhr secara fisik.
Keduanya pada harga ritel, akan membantu menunjukkan kehilangan
persediaan yang berasal dari pencurian dan sebab lainnya.
Selanjutnya manajemen dapat mengambil tindakan yang diperlukan.
Metode ritel juga dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan
penghitungan fisik persediaan.
Dalam hal ini, barang yang dihitung dicatat dalam lembar persediaan
pada harga jual ritel, buaknya pada biaya.
Kemudian penghitungan fisik pada harga jual diubah ke biaya dengan
menggunakan rasio biaya terhadap harga jual ritel untuk barang yang
tersedia untuk dijual.
Metode Persediaan Ritel

2. Metode Laba Kotor untuk Memperkirakan Persediaan Barang

Metode laba kotor adalah metode yang menggunakan perkiraan laba


kotor dalam periode tertentu untuk memperkirakan persediaan pada akhir
periode.

Laba kotor biasanya diperkirakan dari tingkat aktual tahun sebelumnya,


disesuaikan untuk seluruh perubahan yang dibuat dalam biaya dan harga
jual selama periode berjalan.

Dengan menggunakan tingkat laba kotor, jumlah nominal penjualan


untuk suatu periode dapat dibagi dalam dua komponen, yaitu:
Laba kotor

Harga pokok penjualan (HPP)


Jumlah yang disebut terakhir kemudian dapat dikurangkan dari barang
tersedia untuk dijual untuk menghasilkan perkiraan biaya persediaan.
Tabel di atas menggambarkan metode laba kotor untuk memperkirakan
persediaan perusahaan per 31 Januari.
Dalam contoh ini, persediaan barang per 1 Januari diasumsikan sebesar Rp
57.000.000.
Pembelian bersih bulan berjalan sebesar Rp 180.000.000, dan penjualan kotor
bulan berjalan adalah Rp 250.000.000.
Sebagai tambahan, laba kotor historis adalah 30% dari penjualan bersih.
Metode laba kotor berguna untuk memperkirakan persediaan barang dagang
untuk laporan keuangan bulanan atau kuartalan dalam sistem persediaan
periodik.
Dan juga berguna dalam memperkirakan biaya barang rusak yang
disebabkan kebakaran atau bencana lainnya
Interpretasi Keuangan Persediaan Barang Ritel

Sebuah ritel harus menyimpan sisa persediaan barang dagang dalam


jumlah memadai untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
Kekurangan persediaan barang dagang akan mengakibatkan
kehilangan penjualan
Sebaliknya, terlalu banyak persediaan barang dagang akan
mengurangi likuiditas perusahaan.
Karena dana yang seharusnya digunakan untuk memperluas atau
meningkatkan kegiatan operasional, akan tertanam dalam bentuk
persediaan barang dagang.
Di samping itu, kelebihan persediaan barang dagang meningkatkan
beban seperti penyimpanan, asuransi, dan pajak properti.
Akhirnya, kelebihan persediaan barang dagang akan meningkatkan
risiko kerugian akibat penurunan harga, kerusakan atau perubahan
dalam pola pembelian pelanggan.
Dengan begitu banyaknya analisis keuangan, sangatlah mungkin
untuk menggunakan lebih dari satu ukuran untuk menganalisis
keefisienan dan keefektifan perusahaan dalam manajemen
persediaan.
Dua ukuran yang dapat digunakan adalah perputaran persediaan (inventory
turnover) dan jumlah hari penjualan dalam persediaan (number of days sales
in inventory)
Perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang terjual dan
jumlah persediaan yang dimiliki selama periode tertentu.
Rasio ini dihitung sebagai berikut:
Jumlah hari penjualan dalam persediaan adalah ukuran kasar untuk lamanya
waktu yang diperlukan untuk memperoleh, menjual dan mengganti persediaan,
yang dihitung sebagai berikut:

Harga pokok penjualan harian rata-rata ditentukan dengan membagi harga pokok penjualan
dengan 365. Jumlah hari penjualan dalam persediaan untuk HS dan RCL dihitung sebagai
berikut
Kotler (2003:535) mengemukakan, “penjualan eceran meliputi semua
kegiatan yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung
pada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis
(retailing includes all the activities involved in selling goods or services
directly to final consumer for personal, non business use)
Menurut Asosiasi Perusahaan Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis
ritel di Indonesia antara 10%–15% per tahun. Jumlah gerai ritel modern di
Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata 17,57% per tahun, dalam
periode enam tahun terakhir. Pertumbuhan jumlah gerai tersebut tentu
saja diikuti dengan pertumbuhan penjualan. Berkembangnya perusahaan
ritel di Indonesia disebabkan oleh pola belanja masyarakat Indonesia
yang bergeser dari pasar tradisional menjadi pasar modern.

Perintis Ritel di Indonesia.


Sarinah Dept Store didirikan pada tanggal 17 Agustus 1962, atas
gagasan mendiang Ir Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia.
Pada awalnya, Sarinah diharapkan akan menjadi stimulator, mediator,
stabilisator harga dan distribusi barang serta pelopor bagi
pengembangan usaha ritel modern adalah untuk memperlihatkan
kepada dunia bahwa wanita-wanita Indonesia turut melaksanakan
ekonomi menuju masyarakat adil dan makmur.
10 Pasar Modern Terpopuler Di Indonesia
Untuk memperoleh kebutuhan sehari-hari, mulai dari makanan & minuman,
perlengkapan mandi, kosmetik, hingga peralatan bersih-bersih, kita dapat
memperolehnya di pasar baik pasar modern maupun tradisional.
Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli, dimana di sana
terjadi transaksi jual-beli yang disepakati kedua belah pihak. Keberadaan pasar
sangatlah penting sekali dan telah ada sejak zaman kerajaan
Untuk jelasnya, berikut perbedaan antara pasar tradisional dan pasar
modern (ritel):
Pada pasar tradisional memungkinkan terjadi proses tawar-menawar,
sedangkan pada pasar modern tidak.
Biasanya, kondisi dan suasana pasar modern lebih bersih dan rapi
dibanding pasar tradisional.
Jenis barang yang dijual di pasar tradisional kebanyakan barang
kebutuhan sehari-hari (sembako), dan yang mudah busuk seperti sayuran,
buah-buahan dan daging. Sedangkan jenis barang yang dijual di pasar
modern kebanyakan barang-barang yang memiliki masa kadaluarsa
lama dan bersifat bulanan.
Biasanya harga barang di pasar tradisional lebih murah dibanding pasar
modern (kecuali untuk kasus tertentu, misalnya promo)
10 Pasar Modern Terpopuler Di Indonesia

10. Indomaret
9. Alfamart
8/7. Hero/Giant
6. Borma
5/4. Matahari/Hypermart
3. Superindo
2/1. Transmart & Carefour
Perintis Ritel di Indonesia.
.
Hari darmawan, seorang pendiri Matahari Group yang memulai bisnisnya
dari sebuah toko pakaian kecil di kawasan pasar baru

Saleh kurnia, pendiri kelompok Hero memulainya dari gang ribal

Dick gelael, dari kelompok gelael yang memiliki toko di daerah


falatehan, blok M Jakarta.

Bob sadino, memulai dari berdagang telor keliling.


Keberhasilan tokoh-tokoh tersebut tidak terlepas dari dukunga bpk Ali
Sadikin yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta yang
menginginkan Jakarta segera menjadi kota metropolitan.
Jumlah Ritel Modern dan Penyebarannya.
·
DKI Jakarta memilki ritel modern terbanyak.
Dari kurang lebih 2072 gerai yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia
sampai pada tahun 2001, DKI Jakarta memiliki 120 dept. store, 258
supermarket, 426 minimarket dan 19 hypermarket.

·Jabotabek memiliki ruang ritel modern terluas.


Kurang lebih 60% kontribusi yang diberikan oleh wilayah jabotabek
dibanding kota-kota besar seperti bandung yang memiliki kontribusi
11%, Surabaya 7,4% dan medan, makasar, Pontianak yakni di bawah
5%.
Fungsi Penjualan Eceran.
Menciptakan tersedianya pilihan akan kombinasi sesuai dengan
keinginan konsumen.
Memberikan penawaran produk dan jasa pelayanan dalam unit yang
cukup kecil.
Menyediakan pertukaran nilai tambah dari produk.
 Mengadakan transaksi langsung dengan para konsumennya.

Jenis-jenis Penjualan Eceran.


Store Retailer (Pedagang Eceran Bertoko)
Non Store Retailer (Pedagang Eceran Bukan Toko)
Retailer Organization (Organisasi Pedagang Eceran)
Aspek Pemasaran dalam bisinis ritel

Perilaku Konsumen
Perilaku Belanja
Korelasi antara perilaku konsumen dengan perilaku
belanja
Posisi Pasar
Posisi Pasar

Davidson 1998 yang dikutip Asep Sujana (2005).di industri ini ada
2 jenis pasar :

1. Pasar Sumber Daya (property – saham – tenega kerja dll


2. Pasar Kosumen ( individu maupun institusional )

Dimana pada kedua pasar ini sangat berpengaruh terhadap


tumbuh kembangnya bisnis ritel

Peritel untuk pasar sumber daya akan bersaing umtuk :

1. Mendapatkan lokasi properti terbaik’


2. Dapatkan investor pasar modal
3. Dapatkan sumber daya manusia
4. Dapatkan teknologi dan inovasi baru
Posisi Pasar

Dimana pada kedua pasar ini sangat berpengaruh terhadap


tumbuh kembangnya bisnis ritel

Peritel untuk pasar konsumen akan bersaing umtuk :

1. Mendapatkan orientasi pasar’


2. Mempelajari strategi pemasaran pasar konsumen
3. Kondisi persaingan ( vertikal dan horizontal)
4. Memahami kondisi internal
5. Perkembangan Ekonomi
Orientasi Perubahan Pasar

Kotler dan Keller )2009) konsep pemasaran holistik

Pemasaran Holistik merupakan sebuah konsep dalam marketing


yang mendefinisikan sebuah entitas (perusahaan) secara
keseluruhan bukan hanya sebatas korporasi saja.

1. Konsep Produksi
2. Konsep Produk’
3. Konsep Penjualan
4. Konsep Pemasaran
5. Konsep Pemasaran Holistik
Manajemen Ritel Modern
menggunakan Retail Mix
Bagi pemerhati, praktisi manajemen pemasasaran seringkali kita
mendengar dan membaca tentang konsep bauran pemasaran
(marketing mix), sebagai sebuah konsep yang terus berkembang,
demikian juga dalam hal implementasinya. Dalam konteks
manajemen ritel modern, dikenal juga konsep tentang bauran ritel
(retail mix). Konsep tentang bauran ritel ini sebenarnya merupakan
jantung atau penggerak dari semua aspek operasional dari
manajemen ritel. Untuk itu, penting bagi pemerhati konsep dan
praktisi ritel menyimak bagaimana konsep dan implementasi bauran
ritel (retail mix).
BAURAN RITEL
Bauran ritel adalah elemen-elemen yang menjadi faktor penentu
dalam implementasi strategi dan taktik yang dijalankan oleh peritel.
Bauran ritel terdiri dari beberapa elemen yaitu Place, People,
Product, Price, Promotion. Kelima elemen tersebut saling melengkapi
satu dengan lainnya sehingga digambarkan dalam wujud
bangunan menyerupai rumah. Elemen tersebut dapat digambarkan
secara rinci
ELEMEN-ELEMEN BAURAN RITEL

Terdapat enam elemen bauran ritel yang akan memiliki fungsi saling
mendukung dan melengkapi. Tidak dapat dikatakan bahwa satu elemen
memiliki peran yang lebih penting dibandingkan elemen lain karena masing-
masing elemen akan saling mendukung dan melengkapi. Berikut penjelasan
dari masing-masing elemen tersebut.

1. Lokasi (Place)
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran ritel. Pada lokasi
yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang
berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama,
merchandise dijual oleh pramuniaga yang sama banyak dan sama-sama
memiliki keterampilan, bahkan sama-sama memiliki setting /ambience yang
bagus.
ELEMEN-ELEMEN BAURAN RITEL

Beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran terkait dengan penetapan lokasi
ritel adalah sebagai berikut:
Lokasi merupakan hal yang kritis dalam bisnis ritel, meliputi pemilihan
terhadap wilayah perdagangan untuk bisnis tersebut dan di mana tepatnya
bisnis tersebut akan dijalankan.
Ukuran toko pada suatau lokasi tertentu, yang dimaksud dengan ukuran
adalah besar dan bentuk toko yang dapat memaksimumkan produktifitas
tempat yang ada. Hal ini penting dilakukan, kadang ritel dihadapkan pada
pilihan lokasi yang strategis, namun luas area untuk toko tidak mencukupi
(sempit)
Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu
lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual;
luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang;
serta suasana di sekeliling toko.
Beberapa jenis gerai yang berbeda seperti supermarket, variety
store/depatment store, toko fashion dapat menetapkan lokasi, berkumpul
dalam suatu area perdagangan ritel; seperti mal atau pusat bisnis. Masing-
masing mendapatkan pembeli dari segmen yang sesuai incaran mereka. Hal
ini dimungkinkan setelah masing-masing peritel mempelajari karakteristik mal
atau pusat perbelanjaan yang bersangkutan dari berbagai aspek seperti luas
dan kepadatan wilayah/area yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk,
luas mal/pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas, sarana transportasi umum,
Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu
lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual;
luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang;
serta suasana di sekeliling toko.
Keputusan menentukan lokasi dapat berubah karena ritel juga harus
melakukan investasi substansiil, seperti melakukan pembelian dan
pengembangan untuk tokonya, atau menyewa secara jangka panjang
kepada para pengembang. Seandainya ditempatkan di mall atau daerah
pusat bisnis, menguntungkan bagi ritel karena strategi bersaingnya lain tidak
mudah ditiru, sebab ada batasan penempatannya.

Ritel mempunyai 3 tipe dasar lokasi yang bisa dipilih :


1. Pusat perbelanjaan
2. Lokasi di kota besar atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil
3. Freestanding (bebas)
2.Produk (Product)
Produk yang dijual peritel dalam gerainya, disebut merchandise merupakan
satu dari unsur bauran pemasaran ritel (retail marketing mix). Produk yang
dibeli oleh peritel untuk dijual kembali merupakan penerjemahan dari
positioning yang dipilih oleh peritel tersebut (karena penting bagi peritel
untuk menentukan positioining di awal memulai bisnis). Merchandise yang
akan dijual penting untuk dipilih dengan karena merchandise adalah mesin
sukses bagi pengecer.
Produk yang dijual peritel (merchandise) merupakan satu dari unsur bauran
pemasaran ritel yang penting dan terkait dengan hal-hal sebagai berikut:
Intensitas yaitu mengenai produktifitas barang-barang yang dijual yang
dinyatakan sebagai penjualan barang tersebut per meter persegi
Mode/gaya yaitu mengenai jenis barang yang akan dijual oleh pengecer
yang bersangkutan, seperti seberapa jauh barang yang dijual dapat
mengikuti mode atau seberapa inovatif mode/gaya barang yang dijual
dimana hal ini menentukan tingkat perbedaan/diferensiasi suatu usaha
dengan usaha lain yang sejenis
Keragaman barang mengacu kepada bauran produk yang akan dijual
dalam hal pilihan akan jenis barang dan jumlah barang (“depth”/dalam dan
“width”/lebar)
Lebih jauh pembahasan lebih dalam tentang produk atau lebih tepatnya
merchandise akan dilakukan pada pokok bahasan berikutnya
3.Harga (Price)

Keputusan penetapan harga semakin peting karena pelanggan saat ini


cenderung mencari nilai barang (value) ketika mereka membeli barang
dagangan atau jasa.

Nilai adalah hubungan antara apa yang diperoleh pelanggan (barang dan
jasa) dan dan apa yang harus dia bayar untuk mendapatkan manfaat
barang tersebut. Seringkali penetapan harga yang dilakukan oleh ritel skala
besar yang menyediakan item barang dagangan sampai puluhan ribu
merupakan hal yang biasa, sedangkan bagi ritel yang baru memulai usaha
dan belum memiliki sistem ataupun tenaga trampil dalam menetapkan
harga, maka satu-satunya langkah yang dapat dilakukan adalah
membenahi dan membangun sistem pengadaan barang dagangan yang
baik dengan tidak meninggalkan keinginan untuk membangun relasi yang
baik dan saling menguntungkan dengan pihak pemasok dan didukung pula
oleh keberadaan sistem informasi yang handal dan canggih.
3.Harga (Price)
Beberapa hal yang terkait dengan harga dapat dirinci sebagai berikut:
“Value”/Nilai berkaitan dengan persepsi konsumen tentang harga yang
ditawarkan dibandingkan dengan persaingan yang ada di bisnis tersebut
Kualitas mengacu kepada hubungan antara harga dengan kualitas dan
posisi pengecer tersebut di pasar
Tingkat harga berhubungan dengan rentangan harga yang diberikan yang
mempengaruhi kemasan barang yang dijual. Tingkat harga ini juga
mencakup harga yang ditetapkan untuk menarik target market yang ada.
Dalam pasar ritel sekarang, terdapat dua strategi penetapan harga yang
berlainan yaitu:
3.Harga (Price)
Penetapan harga rendah tiap hari (=EDLP; everyday low pricing) yang
menekankan kontinyuitas harga ritel pada level antara harga non-obral
reguler dan harga obral diskon besar pesaing ritel (tak selalu berarti
termurah).
High atau low pricing (HLP), di mana ritel menawarkan harga yang kadang
kadang diatas EDLP pesaing, dengan memakai iklan untuk mempromosikan
obral dalam frekuensi yang cukup tinggi.
Penetapan strategi harga rendah, harga biasa atau biasa disebut dengan
at par (sama dengan harga rata-rata pasar) maupun harga tinggi, berkaitan
erat dengan faktor-faktor merchandise (yaitu ragam, fitur maupun nilai
barang dagangan), lokasi, atmosfer maupun layanan yang disediakan oleh
ritel. Barang dagangan (merchandise) yang tergolong kelas rata-rata dan
dijual di lokasi biasa akan dijual dengan harga yang umum. Sedangkan
produk-produk yang bersifat eksklusif yang unik biasanya dijual di lokasi yang
strategis dengan sedikit pesaing biasanya akan dijual dengan harga yang
relatif tinggi. Sebaliknya produk yang sangat populer dan banyak dibuat
orang sehingga tersebar hingga ke pelosok akan dijual dengan harga yang
lebih rendah daripada harga pasar atau harga umum
4. Orang (People)
Manajemen Sumber Daya Manusia dapat menjadi dasar untuk
mendapatkan keuntungan yang kompetitif, dengan tiga alasan sebagai
berikut :
Perhitungan biaya tenaga kerja termasuk sebagai salah satu komponen
dalam biaya total ritel. Oleh karena itu, mengelola karyawan yang efektif
dapat menghasilkan keuntungan dalam penghematan biaya total ritel.
Pengalaman yang dimiliki kebanyakan pelanggan terhadap ritel, bisa
ditentukan dari aktivitas karyawan yang menseleksi barang dagangan atau
merchandise, menyediakan informasi dan bantuan, dan ketrampilan dalam
memajang stok barang dagangan (stock merchandise) di rak pajang. Oleh
karena itu, karyawan menjadi fungsi utama dalam membedakan apa yang
ditawarkan ritel terhadap apa yang ditawarkan oleh ritel pesaing.
Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang baik akan mewujudkan kinerja
operasional karyawan ritel yang baik pula dan dapat mewujudkan
keuntungan potensial bagi ritel. Keuntungan potensial tersebut sulit atau
bahkan tidak dapat ditiru oleh pesaing. Contoh, tiap eksekutif departemen
toko memahami tentang pentingnya penyediaan layanan bagi pelanggan
yang dilakukan oleh karyawan dalam menyambut pelanggan secara
outstanding (karyawan berdiri di luar toko), namun tiap eksekutif tidak
mungkin secara terus menerus melakukan pengawasan agar standar
pelayanan ini konsisten dilaksanakan. Hal ini akan sangat tergantung pada
komitmen masing-masing pekerja ritel dan sangat berorientasi pada budaya
perusahaan tersebut4.
5.Promosi (Promotion)

Bisnis ritel berkaitan dengan pemasaran barang-barang (atau jasa) yang


dibutuhkan perorangan dan rumah tangga. Pembahasan mengenai
konsumen berarti berbicara tentang pikiran dan emosi mereka. Dengan
demikian image atau citra perusahaan ritel yang ingin diciptakan dapat
berwujud dalam bentuk; image secara umum, atribut merchandise
(..menyajikan produk lengkap dan bermutu), atribut harga(..dengan
harga murah/wajar..), atribut fisik (…digerai yang ditata secara nyaman di
lokasi prima…), customer service (…pramuniaga-pramuniaga yang sopan
dan terlatih…), perhatian terhadap lingkungan (…akrab dengan
lingkungan…). Jika digabungkan image secara lengkap akan berbunyi”
sebagai 3 besar peritel nasional yang menyajikan produk lengkap dan
bermutu dengan harga wajar di gerai yang ditata secara nyaman di lokasi
prima dengan pelayanan prauniaga yang sopan dan terlatih dan akarb
dengan lingkungan.
Image akan dibangun dengan program promosi. Program promosi yang
lengkap disebut sebagai bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas
iklan, sales promotion, public relation(& publisitas) dan personal selling

Anda mungkin juga menyukai