Anda di halaman 1dari 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

LAPORAN KHUSUS

PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR


SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN BAKU MUTU
LIMBAH CAIR KEGIATAN RUMAH SAKIT
DI RUMAH SAKIT KASIH IBU
SURAKARTA

Oleh:
Novia Ratnasari
NIM. R0008125

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul: Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Cair Sebagai

Upaya Pemenuhan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit

Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta

Novia Ratnasari, NIM: R0008125, Tahun: 2011

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan


Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja


Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari . . . Tanggal . . . 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Harninto, dr., MS,Sp.Ok Sri Hartati, Dra, Apth., SU

NIP. 194907091979032001

Ketua Program

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS Surakarta

Sumardiyono, SKM., M.Kes


NIP. 19650706 198803 1 002
commit to user

ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul: Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Cair Sebagai

Upaya Pemenuhan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit

Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta

Novia Ratnasari, NIM: R0008125, Tahun: 2011

Telah disetujui dan dipertahankan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

Fakultas Kedokteran UNS Surakarta

Pada Hari . . . Tanggal . . . 2011

Oleh :

Pembimbing Magang

A.A.A. Raka, SKM.

Manajer Umum Rumah Tangga

commit to user

iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

ABSTRAK

Novia Ratnasari, R0008125, 2011 PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH


CAIR SEBAGAI UPAYA PEMENUHAN BAKU MUTU LIMBAH CAIR
KEGIATAN RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT KASIH IBU SURAKARTA

Tujuan penelitian: Mengetahui apakah pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit


Kasih Ibu tahun 2011 sudah sesuai dengan peraturan tentang pengelolaan limbah cair
kegiatan rumah sakit.

Metode penelitian: Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian


ini dilakukan di unit Pengolahan Limbah Cair dan Sanitasi Rumah Sakit Kasih Ibu
Surakarta pada bulan Februari subjek penelitian adalah pelaksanaan pengolahan
limbah cair di IPAL Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta. Sumber data berasal dari Data
Primer dan Data Sekunder. Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan ketentuan yang ada yaitu Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit (KEP- 58/MENLH/12/1995)
dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:
1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
Serta pedoman Rumah Sakit Indonesia yang diperoleh dari studi pustaka.

Hasil: Pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta dilakukan di
IPAL rumah sakit dengan metode Dewats. Prinsip kerjanya adalah Pengolahan primer
dan sedimentasi. Pengolahan sekunder (anaerob), Pengolahan tersier (aerob/anaerob)
pada sistem filter aliran bawah tanah. Pengolahan tersier, (aerob/anaerob) dengan
sistem kolam. Pengujian kualitas air limbah dilakukan setahun 2 kali oleh pihak
rumah sakit. Yaitu pihak Dewats maupun departemen Kesehatan. Indikatornya adalah
Suhu, pH, TSS, COD, BOD, Amonia, dan Phospat.

Simpulan: Proses pengelolaan limbah cair sudah sesuai dengan kepmenkes


1204/menkes/SK/X/2004 tentang pengelolaan limbah cair rumah sakit dengan
menggunakan IPAL system Dewats. Hasil pengujian limbah cair yang dilakukan oleh
pihak Dewats dan Departemen Kesehatan menunjukan 2 kriteria tidak sesuai atau
bisa dikatakan melampaui batas maksimum kadar indicator yaitu Amonia dan
Phospat lebih dari 0,1 mg/l dan 2,0 mg/l. Hal ini belum sesuai dengan Baku Mutu
Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit (KEP- 58/MENLH/12/1995)

Kata Kunci: Pengelolaan Limbah cair, Rumah Sakit, Baku Mutu .


commit to user

iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala berkah, nikmat, serta hidayah-Nya, sehingga Tugas Akhir dengan judul
“Pelaksanaan Pengelolaan Limbah Cair Sebagai Upaya Pemenuhan Baku Mutu
Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta”
dapat diselesaikan.
Penulis menyadari Tugas Akhir ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Yth. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD. KR. FINASIM. Selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Yth. Sumardiyono, SKM. M.Kes Selaku Ketua Prodi DIII Hiperkes dan KK
FK UNS.
3. Yth. Harninto, dr., MS,Sp.Ok Selaku pembimbing utama yang telah bersedia
mambantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya Tugas Akhir ini.
4. Yth. Sri Hartati, Dra, Apth., SU Selaku pembimbing kedua yang telah
bersedia mambantu dan meluangkan waktunya hingga selesainya Tugas Akhir
ini.
5. Yth. Ari Dartoko, dr. Selaku HRD Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta.
6. Yth. A.A.A Raka SKM, selaku Manajer Rumah Tangga dan sekaligus
pembimbing magang
7. Yth. Galih Yuris, ST. Selaku kepala seksi IPSRS Kasih Ibu Surakarta.
8. Para pelaksana IPSRS dan Sanitarian Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta.
9. Ayah, Ibu serta kakak dan adik tercinta terimakasih atas dukungan dan doanya.
10. Teman-teman BEM FK UNS ”Bersatu dan Bersinar”, ”kos Sari”, Hiperkes
2008 atas dukungan dan semangatnya. Serta teman-teman yangtidak dapat
saya sebutkan satu-persatu.

Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan sehingga penulis tetap mengaharapkan kritik dan saran dmi kebaikan dan
sempurnanya Tugas Akhir ini.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi siapa
saja yang berkesempatan mambacanya.

Juli, 2011

Novia Ratnasari

commit to user

v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN RUMAH SAKIT ................................................ iii

ABSTRAK ........................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................... v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... 7

A. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7

B. Kerangka Pemikiran ........................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 29

A. Jenis Penelitian ............................................................................... 29

B. Lokasi Penelitian ............................................................................ 29


commit to user

vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ............................................. 29

D. Sumber Data ................................................................................... 29

E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 30

F. Pelaksanaan ..................................................................................... 31

G. Analisa Data .................................................................................... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 32

A. Hasil Penelitian .............................................................................. 32

B. Pembahasan ..................................................................................... 44

BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 51

A. Simpulan ......................................................................................... 51

B. Saran ................................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

LAMPIRAN

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit ................. ............ 27

Tabel 2. Uji Laboratorium Limbah Cair oleh Dewats .................................... 42

Tabel 3. Uji Laboratorium Limbah Cair oleh Departemen Kesehatan ........... 43

Tabel 4. Uji Laboratorium Limbah Cair oleh Dewats dan NAB .................... 47

Tabel 5. Uji Laboratorium Limbah Cair oleh

Departemen Kesehatan dan NAB ..................................................... 48

Tabel 6. Hasil yang Tidak Sesuai dengan NAB ............................................. 49

commit to user

vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengolahan Air Limbah Dewats ........................................................ 17

Gambar 2. Pengolahan Air Limbah Dewats ......................................................... 18

Gambar 3. Kolam Indikator ................................................................................. 23

Gambar 4. sistem DEWATS ............................................................................... 35

Gambar 5. Pengolahan Air Limbah Dewats ......................................................... 36

Gambar 6. Pembersihan Bak oleh Petugas ......................................................... 37

Gambar 7. Pembersihan Permukaan dinding ..................................................... 38

Gambar 8. Kolam Indikator ................................................................................. 41

Gambar 9. Petugas dengan APD ........................................................................ 41

Gambar 10. Petugas dengan APD ..................................................................... 42

commit to user

viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat ijin magang

Lampiran 2 Surat keterangan selesai magang

Lampiran 3 Hasil pengkuran limbah cair oleh Dewats

Lampiran 4 Hasil pengukuran limbah cair oleh Departemen Kesehatan

commit to user

ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam upaya menigkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di

kota-kota besar semakin meningkat pendirian rumah sakit (RS). Sebagai akibat

kualitas efluen limbah rumah sakit tidak memenuhi syarat. Limbah rumah sakit

dapat mencemari lingkungan penduduk di sekitar rumah sakit dan dapat

menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan dalam limbah rumah sakit

dapat mengandung berbagai jasad renik penyebab penyakit pada manusia

termasuk demam typoid, kholera, disentri dan hepatitis sehingga limbah harus

diolah sebelum dibuang ke lingkungan (BAPEDAL, 1999).

Dalam profil kesehatan Indonesia, Departement Kesehatan, 1997

diungkapkan seluruh rumah sakit di Indonesia berjumlah 1090 dengan 121.996

tempat tidur. Hasil kajian terhadap 100 Rumah Sakit di Jawa dan Bali

menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah sebesar 3,2 kg pertempat tidur

perhari. Analisa lebih jauh menunjukkan produksi sampah (Limbah Padat) berupa

limbah domestic sebesar 76,8 persen dan berupa limbah infeksius sebesar 23,2

persen. Diperkirakan secara nasional produksi sampah (Limbah Padat) Rumah

Sakit sebesar 376.089 ton per hari dan produksi air limbah sebesar 48.985,70 ton

per hari. Dari gambaran tersebut dapat dibayangkan betapa besar potensi Rumah

commit to user

1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Sakit untuk mencemari lingkungan dan kemungkinan menimbulkan

kecelakaan serta penularan penyakit. (Arifin. M, 2008)

Rumah Sakit menghasilkan limbah dalam jumlah yang besar, beberapa

diantaranya membahayakan kesehatan dilingkungannya. Di negara maju,

jumlahnya diperkirakan 0,5-0,6 kg per tempat tidur rumah sakit perhari.

Pembuangan limbah yang berjumlah cukup besar ini paling baik jika dilakukan

dengan memilah-milah limbah kedalam kategori untuk masing-masing jenis

kategori diterapkan cara pembuangan limbah yang berbeda. Prinsip umum

pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin menghindari resiko

kontaminasi antrauma (Injuri) (Arifin. M, 2008)

Limbah Rumah Sakit mengandung bahan beracun berbahaya Rumah Sakit

tidak hanya menghasilkan limbah organik dan anorganik, tetapi juga limbah

infeksius yang mengandung bahan beracun berbahaya (B3). Dari keseluruhan

limbah rumah sakit, sekitar 10 sampai 15 persen diantaranya merupakan limbah

infeksius yang mengandung logam berat, antara lain mercuri (Hg). (Arifin. M,

2008)

Limbah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu

baik fisik, kimia dan biologi. Limbah Rumah Sakit bisa mengandung bermacam-

macam mikroorganisme, tergantung pada jenis Rumah Sakit, tingkat pengolahan

yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis sarana yang ada (laboratorium, klinik

dll). Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen.

Limbah rumah sakit seperti halnya limbah lain akan mengandung bahan-bahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

organik dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji

air kotor pada umumnya seperti BOD, COD, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

(Arifin. M, 2008)

Banyak sekali mikroorganisme seperti virus, bakteri, beberapa parasit

lebih suka atau hanya dapat hidup dalam air. Jadi selalu ada resiko adanya agen

penyebab penyakit akibat agen pathogen pada manusia yang tersebar melalui air

dan ini sangat mungkin terjadi dalam skala yang luas, terutama pada sistem

distribusi air melalui pipa. Kondisi dimana organisme berbahaya bisa bertahan

hidup di air, sangat bervariasi. Di antara faktor-faktor yang mempengaruhi adalah

suhu, tersedianya oksigen dan makanan, kandungan garam, rentang hidup dan

sebagainya. (Said dan Ineza, 2002)

Suatu masalah serius mengenai higiene akan timbul bila air tercemar oleh

air buangan yang mengandung kotoran manusia atau hewan (atau oleh limbah

industri). Masalah ini akan lebih membahayakan lagi apabila air limbah masuk

dalam sistem distribusi air minum. Banyak orang terkena akibat kontaminasi

(walaupun umpamanya sistem distribusi tersebut kecil, jadi sangat lain bila hal ini

terjadi hanya pada sumur gali pribadi, kemungkinan beberapa keluarga saja yang

terkontaminasi). (Said dan Ineza, 2002)

Banyak penyakit bisa menjangkiti manusia atau hewan melalui air, yang

dapat menampung agen penyebab penyakit untuk hidup didalamnya, dalam kurun

waktu tertentu. Di masa lalu, juga sekarang ini, wabah kolera menjangkiti

penduduk karena adanya bakteri-kolera dalam air minum. Wabah seperti itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sering berkembang menjadi epidemi akut. Typoid (penyakit yang mempunyai

gejala menyerupai penyakit typus) dan paratyphoid (penyakit yang mempunyai

gejala menyerupai penyakit pratyphus) adalah penyakit yang sampai sekarang ini

masih sering berjangkit, yang penyebarannya melalui air minum. Mikroorganisme

yang menyebabkan adalah Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi . Kedua

bakteri tersebut dan sejumlah sub-golongannya mampu meyebarkan typhoid atau

paratypoid dan juga pada beberapa kasus kecil, mereka dapat menyebabkan diare

(gastro-enteritis). (Said dan Ineza, 2002).

Pelayanan di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta adalah pelayanan 24 jam,

selain berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan pekerja, pasien,

pengunjung Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta juga berhubungan dengan

lingkungan rumah sakit. Karena dari sekian banyak pelayanan penunjang di

rumah sakit, setiap instalasi menghasilkan limbah rumah sakit yang berbentuk

padat, cair gan gas. Limbah dalam bentuk cair lebih berbahaya bagi lingkungan

karena dapat merusak tanah dan mencemari air tanah. Selain itu perlu

diperhatikan adanya kontaminasi pada air sungai yang bias menyebabkan

menularnya penyakit dari bakteri yang ada di dalamnya kepada kesehatan

masyarakat sekitar. (Said dan Ineza, 2002)

Oleh karena itu perlu diadakannya pengelolaan limbah cair rumah sakit

secara benar dan mendapatkan perhatian khusus. Agar limbah cair yang dibuang

dari rumah sakit ke lingkungan sesuai dengan baku mutu limbah cair. Sehingga

tidak merusak atau merugikan kesehatan dan kerusakan lingkungan sekitar rumah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

sakit. Upaya-upaya tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam cara

pengolahan. Salah satunya adalah system DEWATS.

B. Perumusan Masalah

Apakah pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Kasih Ibu tahun 2011

sudah sesuai dengan peraturan tentang pengelolaan limbah kegiatan rumah sakit

yang ada?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Kasih Ibu

tahun 2011 sudah sesuai dengan peraturan tentang pengelolaan limbah cair

kegiatan rumah sakit.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi ilmiah mengenai pengelolaan limbah cair di

Rumah Sakit Kasih Ibu tahun 2011 sudah sesuai dengan peraturan tentang

pengelolaan limbah cair kegiatan rumah sakit sehingga dapat dipakai sebagai

bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Aplikatif

Diharapkan mampu memberi saran kepada pihak Rumah Sakit Kasih

Ibu khususnya bagian Sanitarian atau Sanitasi Limbah untuk menjaga kualitas

keluaran limbah ke lingkungan,tetap sesuai baku mutu limbah cair agar tidak

mencemari lingkungan Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Rumah Sakit

a. Definisi

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan

rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan

kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau

dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya

pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes ,RI 2004).

Rumah sakit merupakan suatu kegiatan yang mempunyai potensi

besar menurunkan kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat,

terutama yang berasal dari aktivitas medis. Sampah rumah sakit dapat

dibedakan menjadi dua jenis yaitu sampah medis dan sampah non medis.

Untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan perlu adanya

langkah-langkah penanganan dan pemantauan lingkungan.

b. Pelayanan

Pelayanan yang di lakukan di rumah sakit meliputi:

1) Pelayanan Rawat Jalan

2) Pelayanan Rawat Inap


commit to user

6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

3) Pelayanan Gawat Darurat

4) Pelaynan Medis

5) Pelayanan Penunjang Medis

6) Pelayanan Non medis

Dari semua pelayanan yang tersedia di rumah sakit diatas, selain output

nya adalah kesembuhan pada pasien, namun juga ada hasil samping dari

proses tersebut, yaitu limbah. (Azwar,1996)

2. Limbah

a. Definisi

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah

yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang

lainnya.Apabila dibanding dengan kegiatan ins-tansi lain, maka dapat

dikatakan bahwa jenis sampah dan limbah rumah sakit dapat

dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan limbah rumah sakit

dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan

non klinis baik padat maupun cair.

Limbah klinis adalah yang berasal dari pelayanan medis,

perawatan, gigi, veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan,

penelitian atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan beracun,

infeksius berbahaya atau bisa memba-hayakan kecuali jika dilakukan

pengamanan tertentu. (kepmenkes 1204/2004)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

Limbah cair adalah semua bahan buangan yang berbentuk cair

yang berasal dari rumah sakit yang kemungkinan mengandung

mikroorganisme pathogen, bahan kimia beracun, dan radioaktivitas;

b. Jenis Limbah

Secara umum sampah dan limbah rumah sakit dibagi dalam dua

kelompok besar, yaitu sampah atau limbah klinis dan non klinis baik padat

maupun cair. Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan

potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

1) Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut

tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet

pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki

potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau

tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminasi

oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau

radio aktif.

2) Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut: Limbah yang

berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan

pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi

penyakit menular. Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

badan, darah dan cairan tubuh, biasanya dihasilkan pada saat

pembedahan atau otopsi. Limbah sitotoksik adalah bahan yang

terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi dengan obat sitotoksik

selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi

sitotoksik.Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat

kadaluwarsa, obat-obat yang terbuang karena batch yang tidak

memenuhi spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi, obat- obat

yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-obat

yang tidak lagi diperlukan oleh institusi bersangkutan dan limbah yang

dihasilkan selama produksi obat- obatan.

3) Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan

kimia dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses

sterilisasi, dan riset.

4) Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio

isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida.

(Arifin. M, 2008 ; (online).

c. Sumber limbah Cair

1) Limbah cair yang berasal dari rumah sakit adalah dari berbagai

kegiatan rumah sakit. Contohnya dari washtafel, kamar mandi ruang

rawat pasien, instalasi dapur rumah sakit, serta unit laundry/linen

rumah sakit. Dari sumber diatas, unit yang menghasilkan limbah cair

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

10

yang paling bnayak adalah dari unit laundry, dan kamar mandi rumah

sakit. (Arifin. M, 2008 ; (online).

d. Karakteristik Limbah Cair

1) Dalam melakukan pengolahan limbah industri terutama limbah cair

lebih baik dilakukan analisa terhadap jenis dan karaktersistik limbah

terlebih dahulu agar bisa dilakukan penanganan dengan efektif dan

efisien. Untuk mengetahui karakteristik limbah cair bisa dilakukan

beberapa analisa sehingga kita mengetahui air limbah yang dihasilkan

suatu industri sudah aman bagi lingkungan atau tidak. Ada beberapa

karakteristik limbah cair yang mudah dikenali baik secara fisik

maupun kimia. (Arifin. M, 2008 ; (online).

2) karakter fisiknya antara lain :

a) Padatan : pada limbah cair terdapat padatan organic dan

nonorganik yang mengendap dan tersuspensi sehingga bisa

mengendap dan menyebabkan pendangkalan.

b) Kekeruhan : kekeruhan menunjukkan sifat optis di dalam air

karena terganggunya cahaya matahari saat masuk ke dalam air

akibat adanya koloid dan suspensi

c) Bau : bau dikarenakan karena adanya mikroorganisme yang

menguraikan bahan organic.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

11

d) Suhu : limbah cair memiliki suhu yang berbeda dibandingkan

dengan air biasa, biasanya suhunya lebih tinggi karena adanya

proses pembusukan

3) karakter kimia dari limbah cair yaitu :

a) Keasaman : keasaman limbah cair dipengaruhi oleh adanya

bahan buangan yang bersifat asam atau basa. Agar limbah tidak

berbahaya, maka limbah diupayakan untuk memiliki pH netral.

b) Logam berat beracun : Cadmium dari industri tekstil, merkuri

dari pabrik cat, raksa dari industri perhiasan dan jenis logam

berat yang lainnya.

c) Nitrogen : umumnya terdapat sebagai bahan organic dan diubah

menjadi ammonia oleh bakteri sehingga menghasilkan bau busuk

dan bisa menyebabkan permukaan air menjadi pekat sehingga

tidak bisa ditembus cahaya matahari.

d) Fenol : salah satu bahan organic yang berasal dari industri tekstil,

kertas, minyak dan batubara sehingga menyebabkan keracunan.

e) BOD : kebutuhan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan

senyawa organic yang ada di dalam air.

f) COD : kebutuhan oksigen yang diperlukan mikroba untuk

menghancurkan bahan organik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

12

e. Pengaruh Limbah Cair pada Lingkungan dan Kesehatan

1) Gangguan kenyamanan dan estetika Ini berupa warna yang berasal

dari sedimen, larutan, bau phenol, eutrofikasi dan rasa dari bahan

kimia organik.

2) Kerusakan harta benda Dapat disebabkan oleh garam-garam yang

terlarut (korosif, karat), air yang berlumpur dan sebagainya yang dapat

menurunkan kualitas bangunan di sekitar rumah sakit.

3) Gangguan/kerusakan tanaman dan binatang Ini dapat disebabkan oleh

virus, senyawa nitrat, bahan kimia, pestisida, logam nutrien tertentu

dan fosfor.

4) Gangguan terhadap kesehatan manusia Ini dapat disebabkan oleh

berbagai jenis bakteri, virus, senyawa-senyawa kimia, pestisida, serta

logam seperti Hg, Pb, dan Cd yang berasal dari bagian kedokteran gigi.

5) Gangguan genetik dan reproduksi Meskipun mekanisme gangguan

belum sepenuhnya diketa-hui secara pasti, namun beberapa senyawa

dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetik dan sistem

reproduksi manusia misalnya pestisida, bahan radioaktif. (Arifin. M,

2008)

3. Pengelolaan Limbah Cair

1) Pengelolaan diartikan sebagai suatu rangkaian pekerjaan atau usaha

yang dilakukan oleh sekelompok orang untun melakukan serangkaian

kerja dalam mencapai tujuan tertentu. Definisi pengelolaan oleh para


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

13

ahli terdapat perbedaan. Perbedaan ini disebabkan karena para ahli

meninjau pengertian dari sudut yang berbeda-beda. Ada yang

meninjau pengelolaan dari segi fungsi, benda, kelembagaan dan yang

meninjau pengelolaan sebagai suatu kesatuan. Namun jika dipelajari

pada prinsipnyadefinisi-definisi tersebut mengandung pengertian dan

tujuan yang sama. (Arifin. M, 2008)

Pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang berintikan

perencanaan, pengorganisasian pergerakan dan pengawasan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. (Wardoyo 1980:41)

Pengelolaan adalah suatu istilah yang berasal dari kata kelola

mengandung arti serangkaian usaha yang bertujuan untuk menggali dan

memanfaatkan segala potensi yang dimiliki secara efektif dan efisien guna

mencapai tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. (Harsoyo

1977:121)

Dari uraian diatas adapatlah disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan pengelolaan adalah suatu rangkaian kegiatan yang beintikan

perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang

bertujuan menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki

secara efektif untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan.

(shvoong.com)

Prinsip Teknologi pengolahan limbah yang berkembang di negara

kita banyak yang bersifat hi-tech yang notabene mahal investasi, boros
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

14

energy, dan ongkos maintenance tinggi, sehingga membuat image di

masyarakat yang namanya teknologi pengolahan limbah itu ya harus pakai

mesin-mesin. Image demikian itu telah berlangsung sejak lama, sehingga

ketika ditawarkan teknologi baru yang berbasis teknologi tepat guna

masyarakat sulit menerima. (fromspring.Dewats.com)

Pengalaman Dewats Project Indonesia sebuah proyek kerjasama

antara LPTP Surakarta dan BORDA Jerman ketika akan implentasi

teknologi pengolahan limbah cair rumah sakit di Yogyakarta, hampir tidak

dapat izin dari instansi pemerintah yang berwenang, pertanyaan-

pertanyaannya bernada pesimis dan tidak memberi kesempatan. Hal itu

kita sadari karena memang belum ada contoh sistem pengolahan limbah

yang kita tawarkan disini. Namun dengan berbagai upaya termasuk

jaminan kesanggupan dari proyek kalau bangunan yang kita bangun nanti

tidak berfungsi, maka dana yang dikeluarkan oleh pihak rumah sakit akan

kita kembalikan. Dengan jaminan itu kemudian Dewats Project Indonesia

pada tahun 1997 diberi kesempatan dan izin membangun IPAL sistem

Dewats di salah satu rumah sakit swasta di Yogyakarta. Hasil uji

laboratorium menunjukkan bahwa pengolahan limbah rumah sakit dengan

IPAL sistem Dewats hasilnya jauh dibawah standart baku mutu yang

dipersyaratkan oleh pemerintah. IPAL sistem Dewats sangat bergantung

pada bakteri anaerobik dan aerobik. Untuk negara kita Indonesia yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

15

beriklim tropis, suhu (30-33 ℃) teknologi IPAL sistem Dewats sangat

sesuai untuk dikembangkan karena perkembangbiakan bakteri sangat

cepat, sehingga proses pembusukan limbah dengan teknologi Dewats akan

lebih cepat pula, yang berarti sistem pengolahan air limbah di negara

beriklim tropis harus lebih effisien dari negara yang tidak beriklim tropis.

(fromspring.Dewats.com)

Aplikasi Dewats berdasarkan pada empat sistem pengelolaan sebagai

berikut:

1) Pengolahan primer dan sedimentasi dengan sistem septictank.

2) Pengolahan sekunder, anaerob dengan fixed bed reactor atau baffle reactor

3) Pengolahan tersier, aerob/anaerob pada sistem filter aliran bawah tanah.

4) Pengolahan tersier, aerob/anaerob dengan sistem kolam.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

16

Gambar 1. Pengelolaan air limbah Dewats


Sedimentasi

Memisahkan Sedimentasi fermentasi Pemindahan


bahan yang aerobic dimulai pada Lumpur
mudah Lumpur/sludge bagian
mengendap bawah

Pencernaan Anaerobik
Memisahkan Mineralisasi Pengendapan Pemindahan
padatan suspensi atau bahan mineral, Lumpur
organic yang larutan senyawa mengumpulkan
mudah organic, biogas dan menyalurkan
didegradasi diproduksi biogas

Decomposisi aerobic dan fakultativ

Memisahkan Mineralisasi Pengendapan Pemindahan


padatan yang suspensi atau bahan mineral Lumpur
mudah dengan larutan
yang sulit di senyawa
degradasi organik

Pengolahan akhir

Pemisahan Pengendapan Pngkontrolan Pemindahan


padatan yang bahan padatan algae yang Lumpur
telah dicerna halus, hidup
dengan massa menghilangkan maupun yang
aktif bakteri algae mati

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

17

Gambar 2. Pengolahan Air Limbah Dewats

1) Septic tank

Pada dasarnya proses yang terjadi pada septic tank adalah

sedimentasi (pengendapan) dan dilanjutkan dengan stabilisasi dari

bahan-bahan yang diendapkan tersebut lewat proses anaerobik.

Septic tank minimum terdiri dari 2 ruang (chamber). Pada ruang

pertama (treatment chamber 1) berkisar antara 50 % s/d 70% dari total

volume desain, karena sbagian besar lumpur/sludge akan terjadi di

ruangan ini. Di dalam ruang ini air limbah akan menjadi 3 bagian,

yaitu:

a) Lumpur/sludge yang mengendap pada bagian bawah, untuk

selanjutnya lumpur ini akan terurai lewat proses anaerobik.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

18

b) Supernatant, adalah cairan yang telah terkurangi unsur padatannya,

untuk selanjutnya akan mengalir menuju ke ruang/chamber 2.

c) Scum, merupakan bahan yang lebih ringan dari pada minyak,

lemak dan bahan ikutan lainnya. Scum ini bertambah lama

bertambah tebal. Karena itu perlu dihilangkan secara periodik

(biasanya sekali dalam 3 hari). Scum ini sebenarnya tidak

mengganggu reaksi yang terjadi selama proses pengolahan, tetapi

apabila terlalu tebal akan memerlukan tempat sehingga kapasitas

treatment berkurang. (fromspring.Dewats.com)

2) Septic tank susun (anaerobic baffled reactor)

Septic tank susun (yang juga dikenal dengan baffle septic tank

atau baffle reactor) bukan sekedar septic tank yang ditambah kotak

chambernya. Karena proses yang terjadi di dalam septic tank susun

adalah berbagai macam kombinasi proses anaerobic hingga hasil

akhirnya lebih baik, proses-proses tersebut adalah:

a) Sedimentasi padatan

b) Pencenaan anaerobic larutan dan padatan melalui kontak dengan

Lumpur/sludge.

c) Pencernaan anaerobic (fermentasi) Lumpur/sludge bagian bawah

d) Sedimentasi bahan mineral.

Pada ruang pertama baffle reactor, proses yang terjadi adalah

proses settling/pengendapan (sama seperti yang terjadi pada septic


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

19

tank). Pada ruang selanjutnya proses penguraian karena kontak anatara

limbah dengan akumulasimikroorganisme. Pada penerapan baffle

reactor efisiensi pengolahan tergantung pada perkembangbiakan

bakteri aktif, pencampuran lilmbah baru dengan Lumpur lama dari

septic tank mempercepat pencapaian kinerja pengolahan yang optimal.

(fromspring.Dewats.com)

3) Filter Anaerobik

Filter anaerobic (fixed bed atau fixed reactor) menggunakan

prinsip yang berbeda dengan septic tank, karena system ini justru

untuk memproses bahan-bahan yang tidak terendapkan dan bahan

padat terlarut (dissolved solid) dengan cara mengkontakkan dengan

surplus bakteri yang aktif. Bakteri tersebut bersna bakteri lapar akan

menguraikan bahan organic terlarut (dissolved organic) dan baan

organic yang terdispersi (dispereed organic) yang ada dalam limbah.

Sebagian besar bakteri tersebur tidak bergerak. Bakteri cenderung

diam dan menempel pada partikel padat seperti pada dinding reactor

atau tempat lain yang permukaannnya bisa digunakan sebagai tempat

tempelan. (fromspring.Dewats.com)

Bahan filter yang dimaksud adalah media dimana akteri dapat

menempel dan air limbah dapat mengalir/melalui diantaranya. Selama

aliran ini kandungan organik akan diuraikan oleh berbagai bakteri dan

hasilnya adalah pengurangan kandungan organic pada effluent.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

20

Akan dilakukan pengambilan selaput bakteri jika sudah terlalu

tebal. Pengambilan dilakukan dengan mengguyur balik air limbah

atatu mengangkat massa filter untuk dibersihkan di luar reactor. Filter

anaeob sangat bias diandalkan. Penurunan efisiensi pengolahan

merupakan indicator penyumbatan pada beberapa bagian.

Penyumbatan terjadi ketika limbah cair mengalir hanya melalui

beberapa pori yang terbuka, akibatnya aliran kecepatan tinggi akan

menghanyutka bakteri. Hasil akhir adalah penurunan waktu

pembusukan dengan sedikit banyak rongga yang terbuka.

(fromspring.Dewats.com)

4) Filter Kerikil Horizontal

Filter kerkil horizontal bawah permukaan tanah juga disebut

sebagai subsurface flow wetlands (SSF), constructed wetlands atau

root zone treatment plants. Limbah cair yang akan diolah

menggunakan filter ini harus melalu pra-pengolahan terlebih dahulu

teutama sehubungahn dengan padatan tersuspensi, karena berbagai

pengalaman menunjukan bahwa masalah terbesar pada filter ini adalah

masalah penyumbatan. (fromspring.Dewats.com)

Prinsip kerikil horizontal adalah dimungkinkannya ketersediaan

oksigen yang berkesinambungan pada bagian lapisan atas, demikian

juga pada bagian bawah lapisan perakaran yang merupakan kondisi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

21

anaerob-fakultatif sehingga akan menyediakan lingkungan yang

menguntungkan bagi kehidupan beragam jenis bakteri.

Perawatan tanaman dilakukan oleh petugas dengan penjarangan

tanaman yaitu bertujuan mengurangi populasi tanaman setiap tiga

bulan sekali atau jika diperlukan. Penjarangan dilakukan dengan cara:

a) Mencabut rumpun tanaman yang sudah tua sampai ke akarnya

b) Mengurangi jumlah batang tanaman sehingga per rumpun

maksimal 6-8 batang untuk praghmintes, 1 batang untuk typha dan

sypherus.

c) Penjarangan memungkinkan bobot bagian tanaman di atas

permukaan sama dengan bobot bagian tanaman (akar) di bawah

permukaan.

d) Menanam kembali satu tunas Canna.

Selain penjarangan juga dilakukan upaya pemangkasan,

bertujuan untuk mengurangi ranting/cabang dari tanaman yang dapat

menghalangi sinar matahari masuk ke gravel. Juga mencegah

perkembangbiakan hama tanaman. Pemangkasan anman dilakukan

satu bulan sekali dengan cara memotong ranting yang sudah terlalu

rapat menggunakan gunting tanaman (untuk phragmintes dipotong

hingga setinggi 60cm), dan memangkas daun-dauan yang telah

menguning atau mati. (fromspring.Dewats.com)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

22

Penyiangan juga dilakukan bertujuan untuk menghilangkan

tanaman-tanaman selain yang diperbolehkan. Penyiangan dilakukan

dengan cara mencabut tanaman-tanaman tersebut sampai akar-akarnya

dan membuangnya ke tempat sampah. Kegiatan ini dilakukan

bersamaan dengan waktu penjarangan tanaman.

(fromspring.Dewats.com)

5) Kolam indicator (oksidasi)

Proses yang terjadi di dalam kolam sangat mirip dengan proses

pengolahan secara alami. Kolam ini relatif dangkal (<1.0 m). yang

berguna untuk mempertahankan kondisi anaerobik.

Bakteri dan ganggang yang merupakan mikroorganisme kunci

dalam oksidasi. Bakteri heterotrofik bertanggung jawab untuk

stabilisasi bahan organic dalam kolam. Sebagian BOD yang masuk

akan mengendap dan melangsungkan fermentasi anaerobik dalam

Lumpur bagian dasar. Fermentasi ini akan mengurangi volume

Lumpur bila suhu cukup sedangkan produk fermentasi dilepaskan ke

lapisan cairan. Pada kolam indicator ini diberikan ikan lele sebagai

indicator kehidupan air. Jika ikan masih hidup dan dalam keadaan baik,

maka air layak untuk di alirkan ke lingkungan.

(fromspring.Dewats.com)

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

23

Gambar 3. Kolam Indikator

Limbah rumah sakit mengandung bermacam-macam mikroorganisme,

bahan-bahan organik dan an-organik. Beberapa contoh fasilitas atau Unit

Pengelolaan Limbah (UPL) di rumah sakit antara lain sebagai berikut:

(fromspring.Dewats.com)

a. Kolam Stabilisasi Air Limbah (Waste Stabilization Pond System)

Sistem pengelolaan ini cukup efektif dan efisien kecuali masalah

lahan, karena kolam stabilisasi memerlukan lahan yang cukup luas; maka

biasanya dianjurkan untuk rumah sakit di luar kota (pedalaman) yang

biasanya masih mempunyai lahan yang cukup. Sistem ini terdiri dari

bagian-bagian yang cukup sederhana yakni:

2) Pump Swap (pompa air kotor).

3) Stabilization Pond (kolam stabilisasi) 2 buah.

4) Bak Klorinasi

5) Control room (ruang kontrol)

6) Inlet

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

24

7) Incinerator antara 2 kolam stabilisasi

8) Outlet dari kolam stabilisasi menuju sistem klorinasi.

b. Kolam oksidasi air limbah (Waste Oxidation Ditch Treatment System)

Sistem ini terpilih untuk pengolahan air limbah rumah sakit di kota,

karena tidak memerlukan lahan yang luas. Kolam oksidasi dibuat bulat

atau elips, dan air limbah dialirkan secara berputar agar ada kesempatan

lebih lama berkontak dengan oksigen dari udara (aerasi). Kemudian air

limbah dialirkan ke bak sedimentasi untuk mengendapkan benda padat

dan lumpur. Selanjutnya air yang sudah jernih masuk ke bak klorinasi

sebelum dibuang ke selokan umum atau sungai. Sedangkan lumpur yang

mengendap diambil dan dikeringkan pada Sludge drying bed (tempat

pengeringan Lumpur). (fromspring.Dewats.com)

Sistem kolam oksidasi ini terdiri dari:

9) Pump Swap (pompa air kotor)

10) Oxidation Ditch (pompa air kotor)

11) Sedimentation Tank (bak pengendapan)

12) Chlorination Tank (bak klorinasi)

13) Sludge Drying Bed ( tempat pengeringan lumpur, biasanya 1-2 petak).

14) Control Room (ruang kontrol)

c. Anaerobic Filter Treatment System


Sistem pengolahan melalui proses pembusukan anaerobik melalui

filter/saringan, air limbah tersebut sebelumnya telah mengalami

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

25

pretreatment dengan septic tank (inchaff tank). Proses anaerobic filter

treatment biasanya akan meng-hasilkan effluent yang mengandung zat-zat

asam organik dan senyawa anorganik yang memerlukan klor lebih banyak

untuk proses oksidasinya. Oleh sebab itu sebelum effluent dialirkan ke bak

klorida ditampung dulu di bak stabilisasi untuk mem-berikan kesempatan

oksidasi zat-zat tersebut di atas, sehingga akan menurunkan jumlah klorin

yang dibutuhkan pada proses klorinasi nanti. (fromspring.Dewats.com)

Sistem Anaerobic Treatment terdiri dari komponen-komponen

antara lain sebagai berikut :

15) Pump Swap (pompa air kotor)

16) Septic Tank (inhaff tank)

17) Anaerobic filter.

18) Stabilization tank (bak stabilisasi)

19) Chlorination tank (bak klorinasi)

20) Sludge drying bed (tempat pengeringan lumpur)

21) Control room (ruang control).

Sesuai dengan debit air buangan dari rumah sakit yang juga tergantung

dari besar kecilnya rumah sakit, atau jumlah tempat tidur, maka kontruksi

Anaerobic Filter Treatment System dapat disesuaikan dengan kebutuhan

tersebut, misalnya: Volume septic tank, Jumlah anaerobic filter, Volume

stabilization tank, Jumlah chlorination tank, Jumlah sludge drying bed.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

26

4. Baku Mutu Limbah Cair

Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit adalah batas maksimum limbah

cair yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari suatu kegiatan rumah

sakit (KEP- 58/MENLH/12/1995). Dari kegiatan pengelolaan limbah cair

rumah sakit, pemerintah pada keputusan mentri lingkungan hidup telah

memberikan aturannya sendiri. Yaitu tertuang dalam baku mutu limbah cair

bagi kegiatan rumah sakit.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

27

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

28

B. Kerangka Pemikiran

a. Pel. Rawat Jalan


b.Pel. Rawat Inap
Pelayanan Rumah Sakit
c. Pel. Gawat Darurat
d.Pel. Medis
e. Pel. Penunjang
Limbah
Medis
f. Pel. Non Medis

Gas Cair Padat

Pengelolaan Septic Tank

Septic Tank Susun


DEWATS

Filter Anaerobic

Proses
Kerikil Horizontal

Kolam Indicator
Keluaran Limbah

Sesuai Baku Mutu Tidak Sesuai Baku Mutu

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif yaitu suatu penelitian yang

menggambarkan objek penelitian dengan sejelas-jelasnya.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di unit Pengolahan Limbah Cair dan Sanitasi

Rumah Sakit Kasih Ibu Jalan Brigjen Slamet Riyadi nomor 404 Surakarta.

C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Sebagai sumber penelitian ini adalah pelaksanaan pengolahan limbah cair di

IPAL Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta.

D. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berasal dari:

1. Data Primer

Data Primer ini diperoleh dengan mengadakan pengamatan atau

observasi langsung ke Pengelolaan Limbah Cair dan Sanitasi Rumah Sakit

Kasih Ibu dan berdialog dengan tenaga kerja yang bersangkutan.

commit to user

29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

30

2. Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari data-data yang dimiliki oleh Rumah

Sakit Kasih Ibu serta literature yang berkaitan tentang pengelolaan limbah

cair rumah sakit dan baku mutu limbah cair kegiatan rumah sakit.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam

penelitian penulis adalah sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan

Teknik penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data secara

teoritis yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Data ini bisa

didapat dari buku-buku teks, karya ilmiah, media masa maupun hasil

penelitian.

2. Observasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan terjun langsung ke

lokasi penelitian. Artinya peneliti mengamati langsung apa yang sebenarnya

terjadi di lapangan.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data visual dengan

menggunakan kamera, yang hasilnya berbentuk foto-foto.

4. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara Tanya jawab antara peneliti

dengan narasumber
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

31

F. Pelaksanaan

Observasi dilaksanakan selama 1(satu) bulan mulai tanggal 1 Februari

2011 sampai dengan 4 Maret 2011 pada setiap hari kerja yaitu Senin - Sabtu,

pukul 07.30 - 14.00 WIB.

Kegiatan yang dilakukan antara lain mengadakan observasi dan pendataan

mengenai :

1. Menerima smpah medis.

2. Pengukuran suhu limbah cair.

3. Pembersihan bak baffle reactor.

4. Pemantauan kualitas air.

5. Pemantauan limbah cair IPAL

6. Chlorinasi air.

7. Proses pembersihan atau pembalikan batu penyaring.

G. Analisa Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan

ketentuan yang ada yaitu Keputusan Mentri Lingkungan Hidup Baku Mutu

Limbah Cair Rumah Sakit (KEP- 58/MENLH/12/1995) dan dibandingkan dengan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor:

1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah

Sakit. Serta pedoman Rumah Sakit Indonesia yang diperoleh dari studi pustaka.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Jenis Limbah Cair

Limbah cair yang ada di Rumah Sakit Kasih Ibu secara garis besar

dibedakan menjadi 2 macam yaitu:

a. Limbah Cair Infeksius

Limbah cair infeksius yaitu limbah cair yang berpotensi

mengandung bakteri penyakit yang bisa berakibat menular bagi manusia

dan berakibar buruk bagi lingkungan. Limbah cair tersebut seperti darah

pasien, tinja pasien, cairan tubuh pasien, dll.

b. Limbah Cair Non Infeksius

Limbah cair ini kebanyakan bersumber dari kegiatan pengunjung

rumah sakit, kamar mandi perkantoran, washtafel, unit dapur rumah sakit,

dan unit laundry rumah sakit. Seperti air bilasan cucian linen, air bilasan

mencuci bahan makanan, air cuci tangan, sisa makanan yang berkuah.

Kedua jenis limbah tersebut Infeksius dan Non infeksius semuanya

dialirkan dan dikelola dalam satu instalasi yaitu IPAL rumah sakit sistem

Dewats.

2. Sumber Limbah Cair

Air buangan Rumah Sakit Kasih Ibu berasal dari :


commit to user

32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

33

a. Kamar mandi (Asrama, Ruang Perawatan, dan ruang perkantoran)

b. Laundry

c. Dapur

d. Laboratorium

e. Ruang perawatan

f. Ruang tindakan (Ruang Operasi, Kmar Bersalin, IGD, dll)

g. Radiologi

Dimungkinkan air buangan ini mengandung bakteri, dan zat kimia

dalam jumlah yang relatif kecil. Untuk itu sbelum dibuang keselokan umum,

air buangan ini telah diproses dahulu agar tidak mencemari lingkungan,

dengan IPAL sistem Dewats.

3. Tenaga Pengelola Limbah Cair

Sampah dan limbah rumah sakit diperkirakan dapat mempengaruhi

factor lingkungan baik fisik, kimiawi, biologis, social psikologis, dan

kesejahteraan social para petugas rumah sakit, pengunjung maupun

masyarakata disekitar rumah sakit. Menyadari hal demikian Rumah Sakit

Kasih Ibu telah menaruh perhatian yang serius terhadap upaya pengelolaan

sampah dan limbahnya. Fasilitas sanitasi yang berupa bangunan dan

penetapan yang berguna mengendalikan factor-faktor lingkungan ang dapat

mengganggu lingkungan masyarakat telah tersedia, seperti IPAL Sistem

Dewats, Incenerator dll. Pengelolaan dan pengamanan limbah terkait dengan

kegiatan sanitasi Rumah Sakit Kasih Ibu sampah dan limbahnya dikelola oleh
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

34

bagian Rumah Tangga (Kebersihan dan Seksi Pemeliharaan), dan panitia

Penanggulangan Infeksi Nosokomial.

a. Seksi Kebersihan (Sanitasi Rumah Sakit)

Bertugas untuk mengelola kebersihan Rumah Sakit termasuk

sampah dan limbah rumah sakit. Menjaga kebersihan tempat pelayanan

yang dlam hal ini dibantu oleh pihak ke Tiga yaitu ISS.

b. Seksi Pemeliharaan

Mengurusi teknis pembuangan/pembakaran sampah (Incenerator),

dan teknis pengelolaan limbah cair (IPAL sistem Dewats).

c. Panitia Penanggulangan Infeksi Nosokomial Rumah Sakit Kasih Ibu

Dibentuk direktur untuk mencegah adanya infeksi nosokomial serta

memantau proses pengelolaan limbah/sampah Infeksius. Dari tempat

diproduksi sampai pemusnahannya.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

35

4. Pengelolaan Limbah Cair

a. Sistem DEWATS

Gambar 4. sistem DEWATS

Sistem dewats pada Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta mulai

digunakan sejak tahun 2004 hingga sekarang.

b. Proses Pengelolaan

Pengolahan pada dasarnya merupakan proses stabilisasi polutan

melalui proses oksidasi, pemisahan bahan padatan (solid), seta

penghilangan zat-zat beracun atau berbahaya. Penerapan rancang bangun

Dewats didasarkan pada pinsip perawatan yang sederhana berbiaya

rendah/murah, Karena bagian penting dari sistem ini beroperasi tanpa

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

36

memerluka input energi serta tidak dapat dimatikan dan dihidupkan

dengan tiba-tiba.

Gambar 5. Pengolahan Air Limbah Dewats


Sedimentasi

Memisahkan Sedimentasi fermentasi Pemindahan


bahan yang aerobic dimulai pada Lumpur
mudah Lumpur/sludge bagian
mengendap bawah

Pencernaan Anaerobik
Memisahkan Mineralisasi Pengendapan Pemindahan
padatan suspensi atau bahan mineral, Lumpur
organic yang larutan senyawa mengumpulkan
mudah organic, biogas dan menyalurkan
didegradasi diproduksi biogas

Decomposisi aerobic dan fakultativ

Memisahkan Mineralisasi Pengendapan Pemindahan


padatan yang suspensi atau bahan mineral Lumpur
mudah dengan larutan
yang sulit di senyawa
degradasi organik

Pengolahan akhir

Pemisahan Pengendapan Pngkontrolan Pemindahan


padatan yang bahan padatan algae yang Lumpur
telah dicerna halus, hidup
dengan massa menghilangkan maupun yang
aktif bakteri algae mati
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

37

1) Septic tank

Pembersihan Septic tank dilakukan seminggu 2 kali yaitu pada

hari selasa dan Sabtu. Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan

scum dan benda-benda padat yang tidak bisa dialirkan.

Gambar 6. Pembersihan Bak oleh petugas

2) Septic tank susun (anaerobic baffled reactor)

Pada ruang pertama baffle reactor, proses yang terjadi adalah

proses settling/pengendapan (sama seperti yang terjadi pada septic

tank). Pada ruang selanjutnya proses penguraian karena kontak antara

limbah dengan akumulasi mikroorganisme. Pada penerapan baffle

reactor efisiensi pengolahan tergantung pada perkembangbiakan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

38

bakteri aktif, pencampuran limbah baru dengan Lumpur lama dari

septic tank mempercepat pencapaian kinerja pengolahan yang optimal.

3) Filter Anaerobik

Filter anaerobic (fixed bed atau fixed reactor) menggunakan

prinsip yang berbeda dengan septic tank, karena system ini justru

untuk memproses bahan-bahan yang tidak terendapkan dan bahan

padat terlarut (dissolved solid) dengan cara mengkontakkan dengan

surplus bakteri yang aktif. Bakteri tersebut bersna bakteri lapar akan

menguraikan bahan organic terlarut (dissolved organic) dan bahan

organic yang terdispersi (dispereed organic) yang ada dalam limbah.

Sebagian besar bakteri tersebut tidak bergerak.

Sehingga dilakukan pembersihan permukaan dinding-dinding

dengan menyemprotkan air bersih setiap seminggu 2 kali, yaitu pada

hari selasa dan sabtu.

Gambar 7. Pembersihan Permukaan Dinding

4) Filter Kerikil Horizontal

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

39

Filter kerkil horizontal bawah permukaan tanah juga disebut

sebagai subsurface flow wetlands (SSF), constructed wetlands atau

root zone treatment plants. Limbah cair yang akan diolah

menggunakan filter ini harus melalu pra-pengolahan terlebih dahulu

teutama sehubungahn dengan padatan tersuspensi, karena berbagai

pengalaman menunjukan bahwa masalah terbesar pada filter ini adalah

masalah penyumbatan.

Prinsip kerikil horizontal adalah dimungkinkannya ketersediaan

oksigen yang berkesinambungan pada bagian lapisan atas, demikian

juga pada bagian bawah lapisan perakaran yang merupakan kondisi

anaerob-fakultatif sehingga akan menyediakan lingkungan yang

menguntungkan bagi kehidupan beragam jenis bakteri.

Perawatan tanaman dilakukan oleh petugas dengan penjarangan

tanaman yaitu bertujuan mengurangi populasi tanaman setiap tiga

bulan sekali atau jika diperlukan. Penjarangan dilakukan dengan cara:

a) Mencabut rumpun tanaman yang sudah tua sampai ke akarnya

b) Mengurangi jumlah batang tanaman sehingga per rumpun

maksimal 6-8 batang untuk praghmintes, 1 batang untuk typha dan

sypherus.

c) Penjarangan memungkinkan bobot bagian tanaman di atas

permukaan sama dengan bobot bagian tanaman (akar) di bawah

permukaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

40

d) Menanam kembali satu tunas Canna.

Selain penjarangan juga dilakukan upaya pemangkasan,

bertujuan untuk mengurangi ranting/cabang dari tanaman yang dapat

menghalangi sinar matahari masuk ke gravel. Juga mencegah

perkembangbiakan hama tanaman. Pemangkasan anman dilakukan

satu bulan sekali dengan cara memotong ranting yang sudah terlalu

rapat menggunakan gunting tanaman (untuk phragmintes dipotong

hingga setinggi 60cm), dan memangkas daun-dauan yang telah

menguning atau mati.

Penyiangan juga dilakukan bertujuan untuk menghilangkan

tanaman-tanaman selain yang diperbolehkan. Penyiangan dilakukan

dengan cara mencabut tanaman-tanaman tersebut sampai akar-akarnya

dan membuangnya ke tempat sampah. Kegiatan ini dilakukan

bersamaan dengan waktu penjarangan tanaman.

5) Kolam indicator (oksidasi)

Proses yang terjadi di dalam kolam sangat mirip dengan proses

pengolahan secara alami. Kolam ini relatif dangkal (<1.0 m). yang

berguna untuk mempertahankan kondisi anaerobik.

Bakteri dan ganggang yang merupakan mikroorganisme kunci

dalam oksidasi. Bakteri heterotrofik bertanggung jawab untuk

stabilisasi bahan organic dalam kolam. Sebagian BOD yang masuk

akan mengendap dan melangsungkan fermentasi anaerobik dalam


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

41

Lumpur bagian dasar. Fermentasi ini akan mengurangi volume

Lumpur bila suhu cukup sedangkan produk fermentasi dilepaskan ke

lapisan cairan. Pada kolam indicator ini diberikan ikan lele sebagai

indicator kehidupan air. Jika ikan masih hidup dan dalam keadaan baik,

maka air layak untuk di alirkan ke lingkungan.

Gambar 8. Kolam Indikator

c. APD (Alat Pelindung Diri)

APD (Alat Pelindung Diri) yang dipakai oleh para petugas sanitasi

atau pengolahan limbah cair adalah berupa sepatu boot, sarung tangan,

baju seragam, topi, masker. Dipakai setiap kali akan melakukan

pekerjannya. Seperti pada pembersihan bak indicator, pembersihan scum

pada bak inlet, pembalikan batuan kerikil setiap harinya.

Gambar 9. Petugas dengan APD

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

42

Gambar 10. Petugas dengan APD

5. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair

a. DEWATS

Selain pengujian yang dilakukan oleh departemen kesehatan.


Pengujian hasil keluaran limbah cair di Rumah Sakit Kasih Ibu juga
dilakukan oleh pihak Dewats setiap setahun 2 kali. Dengan hasil sebagai
berikut:
Tanggal pengambilan sampel: 12 April 2011
Tanggal pengukuran sampel : 12 April 2011
Tabel 2. Uji laboratorium oleh Dewats
No Parameter Satuan Metode Hasil

1 COD Mg/L Spektrofotometri 64

2 BOD Mg/L Oxitop 11

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

43

3 FOSFAT (PO₄)3- Mg/L Spektrofotometri 6,13

4 Amonia Mg/L Spektrofotometri 62,36

5 pH - Potensiometri 7,42

6 TSS Mg/L Gravimetri 25

Sumber: data pengkuran Dewats

b. Departemen kesehatan

Pengukuran kadar limbah cair dilakukan oleh departemen kesehatan


setiap setahun 2 kali. Pengambilan sampling dan pengujian dilakukan
pada hari yang sama.
Tanggal pengambilan : 13 Januari 2010
Tanggal Pengujian : 13 Januari 2010 s.d 21 Januari 2010
Tabel 3. Uji laboratorium oleh Deoartemen Kesehatan
No Parameter Satuan Metode Hasil

1 COD Mg/L Section 5220-C 28

2 BOD Mg/L Section 4500-OG 11,1

3 FOSFAT (PO₄)3- Mg/L Section 4500-PD 7,2825

4 Amonia Mg/L SNI 06-2479-1991 0,3533

5 pH - SNI 06-6989.11-04 7,0

6 TSS Mg/L In house Method 1

7 Suhu ℃ SNI 06 29

Sumber: Data Pengkuran Depkes

B. Pembahasan

1. Tenaga Pengelola Limbah Cair


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

44

Pada kepmenkes 1204/menkes/SK/X/2004 disebutkan pada pengolahan

limbah cair rumah sakit. Rumah sakit haruss memiliki instalasi pengolahan

limbah cair sendiri atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan

disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak

terjangkau system pengolahan air limbah perkotaan.

Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta tenaga pengelola limbah acair telah

sesuai dengan peraturan tersebut. Dengan pembagian tugas masing-masing

dan peran serta dalam pengelolaan limbah cair rumah sakit. Rumah Sakit

Kasih Ibu Surakarta juga telah mengorganisir tenaga pengelola limbah cair

dengan baik, dengan adanya shift yang sebagian juga diserahkan pada pihak

ketiga yaitu ISS.

2. Pengelolaan Limbah Cair

a. DEWATS

Dalam Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 disebutkan Rumah

sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri atau

bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya yang

memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak terjangkau

sistem pengolahan air limbah perkotaan. Rumah Sakit Kasih Ibu

Surakarta telah memiliki IPAL yang dinamakan Dewats.

b. Proses pengelolaan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

45

Menurut Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 Limbah cair harus

dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik bahan

kimia dan radiologi, volume, dan prosedur penanganan dan

penyimpangannya.

a. Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran

tertutup, kedap air, dan limbah harus mengalir dengan lancar, serta

terpisah dengan saluran air hujan.

b. Rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan limbah cair sendiri

atau bersama-sama secara kolektif dengan bangunan disekitarnya

yang memenuhi persyaratan teknis, apabila belum ada atau tidak

terjangkau sistem pengolahan air limbah perkotaan.

c. Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui

debit harian limbah yang dihasilkan.

d. Air limbah dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan saluran

air limbah harus dilengkapi/ditutup dengan gril.

e. Air limbah yang berasal dari laboratorium harus diolah di Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), bila tidak mempunyai IPAL harus

dikelola sesuai kebutuhan yang berlaku melalui kerjasama dengan

pihak lain atau pihak yang berwenang.

f. Frekuensi pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent)

dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan

sekali uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

46

g. Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung atau

terkena zat radioaktif, pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan

BATAN.

h. Parameter radioaktif diberlakukan bagi rumah sakit sesuai dengan

bahan radioaktif yang dipergunakan oleh rumah sakit yang

bersangkutan.

Dalam hal ini rumah sakit kasih ibu telah memenuhi syarat dengan

melakukan pengolahan limbah cair melalui system Dewats. Dalam system

Dewats air limbah dari sumber-sumber kegiatan rumah sakit telah

dimasukkan dalanm satu instalasi yaitu Dewats, dengan saluran pipa

tertutup dan tidak tercampur dengan air hujan.

Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta telah memiliki IPAL Dewats yang

mengelola segala macam limbah cair. Dari pengolahan tersebut dengan

berbagai proses dan tahap yaitu proses pada bak inlet. Settker atau septic

tank, baffle reactor, anaerobic filter, horizontal grave filter, kolam

indicator. Setelah melalui enam proses tersebut baru air bisa dialirkan ke

saluran air di lingkungan luar Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta.

Di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta pengambilan sample limbah cair

dilakukan setahun dua kali. Oleh pihak Dewats maupun Departemen

Kesehatan. Sedangkan di dalam Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

disebutkan pemeriksaan kualitas limbah cair terolah (effluent) dilakukan

setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali uji petik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

47

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Jadi hal tersebut masih belum

sesuai dengan peraturan karena pemeriksaan limbah cair hanya dilakukan

satu tahun dua kali.

c. APD (Alat Pelindung Diri)

Alat pelindung diri yang dikenakan oleh petugas yang mengelola

limbah cair di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta telah sesuai dengan factor

bahaya yang ada di dalam pengolahan limbah. Yaitu bakteri penyakit yang

terkandung dalam limbah cair. APD yang dikenakan yaitu topi, pakaian

pelindung full body, sepatu, sarung tangan dan masker saat bekerja. APD

tersebut telah memenuhi syarat dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Dan Transmigrasi Republik Indonesia nomor Per.08/Men/Vii/2010

Tentang Alat Pelindung Diri.

3. Hasil Uji Laboratorium Limbah Cair

a. DEWATS

Hasil uji terakhir yang dilakukan oleh pihak Dewats pada tanggal 12

April 2011 adalah:

Tabel 4. Uji Laboratorium oleh Dewats dan NAB

No Parameter Satuan Metode Hasil NAB

1 COD Mg/L Spektrofotometri 64 80 mg/l

2 BOD Mg/L Oxitop 11 30 mg/l

3 FOSFAT (PO₄)3- Mg/L Spektrofotometri 6,13 2,0 mg/l

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

48

4 Amonia Mg/L Spektrofotometri 62,36 0,1 mg/l

5 pH - Potensiometri 7,42 6,0-9,0

6 TSS Mg/L Gravimetri 25 30 mg/l

Di dalam pengukuran yang dilakukan oleh Dewats tidak dilampirkan

data pengukuran suhu limbah cair. Karena pengukuran juga dilakukan

oleh Departemen Kesehatan.

b. Departemen kesehatan

Pengukuran kadar limbah cair dilakukan oleh departemen kesehatan

setiap setahun 2 kali. Pengambilan sampling dan pengujian dilakukan

pada hari yang sama.

Tanggal pengambilan : 13 Januari 2010

Tanggal Pengujian : 13 Januari 2010 s.d 21 Januari 2010

Tabel 5. Uji laboratorium limbah cair oleh departemen kesehatan dan NAB

No Parameter Satuan Metode Hasil NAB

1 COD Mg/L Section 5220-C 28 80 mg/l

2 BOD Mg/L Section 4500-OG 11,1 30 mg/l

3 FOSFAT (PO₄)3- Mg/L Section 4500-PD 7,2825 2,0 mg/l

4 Amonia Mg/L SNI 06-2479-1991 0,3533 0,1 mg/l

5 pH - SNI 06-6989.11-04 7,0 6,0-9,0

6 TSS Mg/L In house Method 1 30 mg/l

7 Suhu ℃ SNI 06 29 ≤ 30℃

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

49

Dari hasil pengkuran yang dilakukan oleh Dewats dan departemen

kesehatan diperoleh data yang dibandingkan dengan Baku Mutu Limbah

Cair Kegiatan Rumah Sakit (KEP- 58/MENLH/12/1995). Hasil yang telah

sesuai atau tidak melebihi NAB adalah pengukuran COD, BOD, TSS, pH,

dan Suhu. Sedangkan untuk kadar Phospat dan Amonia masih tinggi, yaitu

dengan angka:

Tabel 6. Hasil yang tidak sesuai NAB

No Parameter Hasil NAB

1 Phospat 7,2825 mg/l 2,0 mg/l

2 Amonia 0,3533 mg/l 0,1 mg/l

Kadar phospat dan Amonia tersebut diatas batas maksimal yang ada

dalam peraturan menteri lingkungan hidup. Nilai tersebut signifikan, yang

terjadi dalah kadar tersebut tidak begitu mempengaruhi lingkungan. Namun

akan mempengaruhi keadaan limbah cair yang akan dibuang ke lingkungan

yaitu air menjadi bau menyengat sehingga membuat keadaan tidak nyaman.

Hal ini dipengaruhi dalam proses pengolahan limbah cair dalam

instalasi Dewats tidak sempurna. Dalam instalasi Dewats SOP yang ada

adalah pembersihan atau pengurasan lumpur aktif yang lama dengan lumpur

aktif yang baru penggantian harus dilakukan selama minimal 5 tahun sekali.

Bertujuan agar mengganti efisiensi polutan pengmbang bakteri dalam

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

50

lumpur aktif di tiap baffle reaktor maupun anaerobic reactor. Serta juga

harus dilakukan penggantian batu pada kolam kerikil HGF yang seharusnya

diadakan penggantian batu selama lima tahun sekali. Namun hal ini belum

dilakukan selama 8 tahun ini.

Kendala yang ada adalah jika pengurasan dilakukan maka instalasi

Dewats harus dihentikan sementara sehingga debit limbah yang masuk tidak

dapat ditampung dengan baik pada bak inlet. Untuk penggantian batu belum

dilakukan karena kendala segi teknis penggantian batu. Karena lokasi

Dewats sangat sempit dan memungkinkan terjadi gangguan transportasi

rumah sakit nantinya.

Terkadang juga pada musim penghujan, dimana debit air hujan yang

sangat tinggi. Debit air pada lingkungan cukup tinggi, sehingga aliran air di

luar rumah sakit lebih tinggi dan masuk pada aliran Dewats. Ketika dalam

keadaan demikian air yang ada dalam kolam indikator bisa tercemar oleh

kualitas air lingkungan.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan pengelolaan

limbah cair Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta sebagai upaya pemenuhan baku

mutu limbah cair kegiatan rumah sakit, maka dapat diambil kesimpulan:

1. Pada proses pengelolaan limbah cair sudah sesuai dengan kepmenkes

1204/menkes/SK/X/2004 tentang pengelolaan limbah cair kegiatan rumah

sakit. Dengan menggunakan IPAL yang disebut dengan system Dewats.

Namun ada bebrapa hal yang mesti perlu diperbaiki dan ditingkatkan kinerja

pengolahannya.

2. Proses pengelolaan limbah cair di Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta antara

limbah cair infeksius dan limbah non infeksius dijadikan dalam satu instalasi

treatment limbah cair yaitu sistem Dewats.

3. Prinsip kerja yang dipakai dalam system Dewats adalah Pengolahan primer

dan sedimentasi dengan sistem septictank. Pengolahan sekunder, anaerob

dengan fixed bed reactor atau baffle reactor Pengolahan tersier, aerob/anaerob

pada sistem filter aliran bawah tanah. Pengolahan tersier, aerob/anaerob

dengan sistem kolam.

4. Sebagai upaya menjaga kualitas keluaran air dari proses Dewats pada Rumah

Sakit Kasih Ibu Surakarta maka dilakukan pengukuran setiap satu tahun 2 kali,
commit to user

51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

52

oleh pihak Dewats. Dan hal ini belum sesuai, karena seharusnyan swapantau

dilakukan sebulan sekali atau minimal 3 bulan sekali.

5. Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta telah menyediakan Alat Pelindung Diri

yang lengkap dan memenuhi syarat,. Namun dalam prakteknya ada beberapa

pekerja yang tidak mengenakan APD sebagaimana mestinya. Ini dikarenakan

tidak adanya panitia khusus K3RS yang bertindak sebagai pengawas lapangan.

6. Pengukuran yang dilakukan oleh pihak Dewats dan Departemen Kesehatan

sama-sama ada 2 point yang tidak sesuai atau bisa dikatakan melampaui batas

maksimum kadar indicator yaitu Amonia dan Phospat yaitu melebihi dari 0,1

mg/l dan 2,0 mg/l. sedangkan untuk indicator lainnya Suhu, pH, TSS, COD,

dan BOD telah sesuai dengan Baku Mutu Limbah Cair Kegiatan Rumah Sakit

(KEP- 58/MENLH/12/1995). Hal ini bisa disebabkan karena ada beberapa

perawatan yang seharusnya dilakukan, namun terkendala oleh mekanismenya

yang mungkin akan mengganggu kegiatan rumah sakit.

B. Saran

Dari hasil penelitian dan pembahsan tersebut diatasmaka, penulis

memberikan saran yang mungkin dapat dijadikan bahan masukan, anatara lain:

1. Dibentuk panitia khusus pengelolaan dan pengawasan limbah cair di Rumah

Sakit Kasih Ibu Surakarta.

commit to user

52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

53

2. Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta perlu menambah tenaga ahli K3RS sebagai

divisi operasional K3RS di lapangan. Yang mengawasi K3 secara keseluruhan

termasuk pengawasan pemakaian APD oleh Tenaga Kerja.

3. Perlu dilakukan pengurasan Baffle Reactor dan penggantian sludge yang lama

dengan baru karena dilihat dari pemakaian yang telah mencapai lebih dari 8

tahun yang seharusnya dilakukan pengurasan selama 5 tahun sekali.

4. Perlu dilakukan penggantian batu-batu kerikil baru, karena yang lama sudah

menimbulkan bau yang tidak enak, juga mempengaruhi kualitas keluaran air

limbah dari Dewats.

5. Hendaknya pihak Rumah Sakit Kasih Ibu Surakarta melakukaan pengukuran

kualitas air limbah atau swapantau minimal 3 bulan sekali. Untuk menjaga air

yang dialirkan ke lingkungan tidak mencemari.

6. Perlu dilakukan pemberitahuan kepada para pengunjung maupun pengguna

rumah sakit agar tidak membuang sampah padat di dalam kloset. Bukan hanya

dalam bentuk tulisan, tapi juga himbauan lisan, visual maupun peraturan.

Karena dapat mengganggu proses yang terjadi dalam Dewats.

commit to user

53

Anda mungkin juga menyukai