Anda di halaman 1dari 15

PENENTUAN PRIORITAS PERBAIKAN GEDUNG

MENGGUNAKAN METODE AHP DARI SUDUT PANDANG


TENANT
Stefanus Santosa1,*), Mochammad Tri Rochadi1), Suroso1), Suwarto1),
Mawardi1)
1)
Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang
Jl. Prof H. Sudarto, S.H. Tembalang Semarang 50275
*)
Email: stefanus.st@gmail.com

Abstract
Bangunan mall adalah pusat perbelanjaan yang secara arsitektur berupa bangunan
tertutup dengan suhu yang diatur dan memiliki jalur yang teratur. Infrastruktur
bangunan mall terdiri dari beberapa tenant yang menawarkan berbagai macam
kebutuhan masyarakat serta adanya atrium dalam mall yang berfungsi sebagai
tempat pameran. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui urutan prioritas dan
kondisi bangunan mall, yang berguna sebagai acuan dalam kegiatan perbaikan
yang berimbas pada kepuasan tenant. Permasalahan kepuasan tenant dapat
diakibatkan dari berbagai faktor salah satunya, yaitu terkait fasilitas, perbaikan
gedung dan penanganannya yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi
produktivitas. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan cara pengamatan
langsung di lokasi penelitian, dan menyebarkan form kuisioner kepada responden
yang terkait. Data sekunder diperoleh dari data penelitian terdahulu, peraturan
yang berlaku, dan pedoman bangunan gedung. Penelitian ini menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP), untuk menentukan bobot komponen yang
diperoleh dari hasil penilaian kepentingan komponen bangunan, oleh masing-
masing responden. Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor pertimbangan utama
perbaikan gedung peringkat pertama adalah faktor kenyamanan dengan nilai
prioritas 21,299%, peringkat kedua faktor keselamatan dengan nilai prioritas
18,343%, peringkat ketiga faktor dana/ biaya yang terbatas dengan nilai prioritas
16,192%. Berdasarkan model hierarki yang telah disusun, maka dapat ditemukan
Model Prioritas Pengambilan Keputusan Perbaikan Gedung khususnya Mall
dengan mempertimbangkan faktor kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
kemudahan akses, dana/ biaya yang terbatas, petugas yang terbatas, dan waktu
yang terbatas (deadline).

Kata kunci : perbaikan gedung,analytical hierarchy process (AHP), mall.

PENDAHULUAN koridor utama mall atau pedestrian


Mall adalah pusat perbelanjaan yang yang merupakan unsur utama dari
berintikan satu atau beberapa sebuah pusat perbelanjaan (mall),
departement store besar sebagai daya dengan fungsi sebagai sirkulasi dan
tarik dari retail-retail kecil dan rumah sebagai ruang komunal bagi
makan dengan tipologi bangunan terselenggaranya interaksi antara
seperti toko yang menghadap ke
pengunjung dan pedagang (Maitland, Penilaian kondisi bangunan pada
1987). suatu waktu dapat dilakukan dengan
Paragon Mall Semarang menetapkan index kondisi bangunan
merupakan pusat perbelanjaan yang merupakan penggabungan dua
berkonsep Lifestyle and Entertainment atau lebih nilai kondisi komponen
Mall yang didirikan oleh investor Poo dikalikan dengan bobot komponen
Sun Kuok. Paragon Mall Semarang masing-masing. Kerusakan komponen
terletak di Jalan Pemuda No.118 bangunan menjadi masalah yang serius
Semarang. Paragon Mall memiliki dalam mall, karena akan mengganggu
berbagai tenant (penyewa) dalam produktivitas dan operasional tenant
negeri dan luar negeri. Tenant tersebar yang bersangkutan. Oleh karena itu,
di setiap lantai mall. perbaikan komponen gedung sangat
Sebagai gedung komersil dengan diperlukan agar tetap laik fungsi.
luas pertokoan 120.000 m2 dan area Penentuan prioritas merupakan
parkir yang luas dengan kapasitas hal yang kompleks dan rumit karena
3.500 mobil, Paragon Mall Semarang melibatkan banyak aspek seperti
mempunyai manajemen pemeliharaan kenyamanan, kesehatan, keselamatan,
dan perbaikan terhadap tenant. Seiring kemudahan akses, biaya terbatas,
dengan penggunaan dan produktivitas petugas terbatas, atau waktu yang
tenant, muncul masalah berupa terbatas (deadline) yang
kerusakan pada fasilitas dan komponen mempengaruhi kepuasan tenant.
bangunan yang menyebabkan
produktivitas menurun. Konstelasi Penelitian Penentuan
Menurut Sinchaloenman dan Prioritas Perbaikan Gedung
Ngamyan faktor-faktor yang Guna mengatasi masalah penentuan
mempengaruhi kepuasan tenant adalah prioritas komponen gedung mall
centre management performance, diperlukan penelitian tentang analisis
responsive behavior, service quality, penentuan prioritas untuk pengambilan
cooperation, empowerment, trust, dan keputusan. Beberapa peneliti telah
renew (Sinchaloenman, 2013). mencoba mengatasi masalah tersebut
Kendala yang dihadapi Paragon melalui penelitian – penelitian seperti
Mall Semarang dalam melaksanakan yang tercantum pada tabel Konstelasi
perbaikan adalah biaya dan tersedianya Penelitian Penentuan Prioritas
bahan siap pakai jika terjadi kerusakan. Perbaikan Gedung (Lihat Tabel 1).
Hal ini disebabkan pengajuan biaya Saparudin, dkk melakukan
perbaikan memerlukan waktu yang penelitian tentang perbaikan gedung
lama sampai proses disetujui oleh Kecamatan di Kabupaten Jember
General Manager. Untuk itu Tim menggunakan metode Analytical
Property dan Tim Engineering Hierarchy Proccess (AHP). Hartono,
mengatasinya dengan memakai bahan dan Ratnaningsih (2017) melakukan
yang ada atau memanfaatkan bahan penelitian tentang Penentuan Prioritas
yang masih bisa dipakai ulang. Pemeliharaan dan Pengembangan

90 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


Insfrastruktur Bangunan Gedung Pemeliharaan Bangunan Gedung
Puskesmas dengan Metode AHP Puskesmas dengan Bahasa
(Analytical Hierarcy Process) di Pemrograman Berbasis Metode
Kabupaten Jember. Analitycal Hierarchy Process (Studi
Demikian pula Cahyarini, Kasus Gedung Puskesmas Kabupaten
melakukan penelitian tentang Prioritas Sukoharjo) (Cahyarini, 2015).

Tabel 1. Konstelasi Penelitian Skala Prioritas Menggunakan AHP


No Peneliti dan Judul Pendekatan Persamaan Perbedaan
1. Saparudin, dkk Analytical Menentukan skala Penelitian ini
(2017) “Skala Prioritas Hierarchy prioritas dilakukan di
Pemeliharaan Gedung – Process (AHP) pemeliharaan gedung kantor
Gedung Kantor Kecamatan gedung dengan dengan luas
di Kabupaten Sukoharjo menggunakan <500 m2, dan
dengan Metode Analytical Metode Analytical komponen
Hierarchy Process (AHP)” Hierarchy Process bangunan yang
(AHP) diteliti tidak
kompleks.
2. Hartono, dan Ratnaningsih Analytical Menentukan skala Penelitian
(2017) “Penentuan Prioritas Hierarchy pemeliharaan dilakukan untuk
Pemeliharaan Dan Process (AHP) bangunan menentukan
Pengembangan menggunakan prioritas
Insfrastruktur Bangunan Metode Analytical pemeliharaan
Gedung Puskesmas Dengan Hierarchy Process dan
Metode (AHP) pengembangan
AHP (Analytical Hierarcy insfrastuktur
Process) gedung
di Kabupaten Jember” puskesmas
3. Cahyarini (2015) “Prioritas Analytical Meneliti komponen Penelitian ini
Pemeliharaan Bangunan Hierarchy bangunan dengan dilakukan di
Gedung Puskesmas dengan Process (AHP) metode Analytical gedung
Bahasa Pemprograman Hierarchy Process puskesmas
Berbasis Metode Analytical (AHP) dengan luas dan
Hierarchy Process (Studi kapasitas yang
Kasus Gedung Puskesmas kecil dan
Kabupaten Sukoharjo)” komponen
bangunan yang
tidak kompleks
4. Putra, D dan Rianto, F Analytical Mengkaji prioritas Objek yang
(2018) “Penentuan Skala Hierarchy pemeliharaan diteliti gedung
Prioritas Pemeliharaan Process (AHP) menggunakan kantor bukan
Gedung Perkantoran C metode Analytical gedung komersil
L2DIKTI Wilayah VI Jawa Hierarchy Process sehingga
Tengah dengan Metode (AHP) komponen dan
Analytical Hierarchy kerusakan tidak
Process (AHP)” kompleks
5. Ma’shum, F dan Analytical Menentukan Objek yang
Dharmawan, H Hierarchy prioritas diteliti gedung
(2018) “Analisa Prioritas Process (AHP) pemeliharaan kantor sehingga
Pemeliharaan Gedung PT. menggunakan responden yang
Telkom Regional IV Jateng metode Analytical terkait adalah
& DIY Menggunakan Hierarchy Process karyawan, dan
Metode Analytical (AHP) pihak PT.
Hierarchy Process (AHP)” Telkom Regional

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 91


IV Jateng dan
DIY
6. Stefanus, S. dkk. (2019) Analytical Menentukan Penelitian
“Penentuan Prioritas Hierarchy prioritas perbaikan dilakukan pada
Perbaikan Gedung dengan Process (AHP) gedung gedung komersil
Metode Analytical menggunakan yaitu Paragon
Hierarchy Process (AHP)” metode Analytical Mall Semarang
Hierarchy Process dengan
(AHP) responden
tenant.

Putra, D dan Rianto, F (2018) terstruktur dan kompleks melalui


melakukan penelitian tentang penyusunan hirarkhi yang akan
Penentuan Skala Prioritas memudahkan pengambilan keputusan.
Pemeliharaan Gedung Perkantoran C Metode AHP bila diterapkan
L2DIKTI Wilayah VI Jawa Tengah dalam pengambilan keputusan, akan
dengan Metode Analytical Hierarchy membantu seseorang untuk
Process (AHP). Ma’shum, F dkk menggambarkan operasi pengambilan
(2018) meneliti tentang Prioritas keputusan secara umum dengan
Pemeliharaan Gedung PT. Telkom menguraikan masalah yang kompleks
Regional IV Jateng & DIY menjadi struktur hierarki tujuan,
menggunakan Metode Analytical kriteria, subkriteria, dan alternatif yang
Hierarchy Process (AHP), yaitu pada bertingkat (Saaty, 1990). Penelitian ini
gedung kantor dengan jumlah lantai < merupakan bagian dari roadmap
2 lantai. penelitian prioritas pemeliharaan dan
Kelemahan dari penelitian- perbaikan gedung dari sudut
penelitian tersebut adalah pada objek pandang tenant, pengunjung, dan staf.
penelitian yang mempunyai skala dan Khusus penelitian ini dibatasi hanya
kapasitas kecil, yakni gedung kantor pada aspek prioritas perbaikan gedung
atau puskesmas. Sehingga komponen dari sudut pandang tenant saja.
bangunan yang ada tidak terlalu Responden dari pihak tenant
kompleks. Dari segi kepuasan Paragon Mall Semarang. Objek yang
penghuni, penelitian tersebut hanya diteliti meliputi komponen yang
untuk menunjang kenyamanan berkaitan dengan tenant beserta
karyawan dan pengunjung kantor atau kerusakan yang terjadi pada komponen
puskesmas yang relatif kecil, sehingga tersebut.
pengambilan keputusan terkait
prioritas perbaikan tidak terlalu Pengembangan Model Pengambilan
kompleks. Keputusan Prioritas Perbaikan
Selain itu penelitian- penelitian Gedung
tersebut menunjukkan bahwa Metode Pengembangan model pengambilan
Analytical Hierarchy Proccess (AHP) keputusan perlu diawali dengan
sebagai salah satu pendekatan dapat pemahaman keseluruhan komponen
digunakan untuk menemukan solusi bangunan dan kondisinya.
atas masalah- masalah yang tidak

92 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


Penentuan kondisi komponen jumlah perkalian antara nilai
bangunan dilakukan dengan pengurang dengan faktor koreksi
melakukan survey langsung terhadap adalah seratus. Nilai index kondisi
komponen yang telah ditentukan untuk gabungan dapat digunakan sebagai
dilakukan penelitian. Survey dasar dalam penanganan bangunan
dilaksanakan dengan tim teknisi dari seperti yang diperlihatkan dalam Tabel
Paragon Mall Semarang. 2.
Untuk semua jenis kerusakan
pada satu sub elemen, maksimum

Tabel 2. Skala Index Kondisi Bangunan


Zon Index Kriteria Uraian kondisi Tindakan Penanganan
e Kondis Kondisi
i
85-100 Baik sekali Tidak terlihat kerusakan, beberapa
kekurangan mungkin terlihat Tindakan segera
1 70-84 Baik Hanya terjadi deteriorasi atau masih belum
kerusakan kecil diperlukan
Mulai terjadi deteriorasi atau
kerusakan namun tidak Perlu dibuat analisis
55-69 Sedang mempengaruhi fungsi struktur ekonomi alternatif
2 bangunan secara keseluruhan perbaikan untuk
Terjadi deteriorasi atau kerusakan menetapkan tindakan
40-54 Cukup tetapi bangunan masih cukup yang sesuai/tepat
berfungsi
Terjadi kerusakan yang cukup Evaluasi secara detail
Buruk kritis sehingga fungsi bangunan
25-39
terganggu
Sangat Kerusakan parah dan bangunan Diperlukan untuk
3 10-24
buruk hampir tidak berfungsi menentukan tindakan
repair, rehabilitasi dan
Pada komponen utama bangunan rekontruksi untuk
0-9 Runtuh
terjadi keruntuhan keamanan

Masalah yang ada yang bersifat multi 1. Mendefinisikan masalah dan


kriteria yang kompleks perlu disusun menentukan solusi yang diinginkan.
menjadi suatu hierarki. Hierarki 2. Membuat struktur hierarki yang
didefinisikan sebagai suatu diawali dengan tujuan utama,
representasi dari sebuah permasalahan kemudian menyusun level hierarki
yang kompleks dalam suatu struktur yang berada di bawahnya yaitu
multi level yang terdiri dari level kriteria-kriteria yang cocok untuk
pertama adalah tujuan, yang diikuti mempertimbangkan atau menilai
level faktor, kriteria, sub kriteria, dan alternatif yang diberikan dan
seterusnya ke bawah hingga level menentukan alternatif tersebut.
terakhir dari alternatif. 3. Membuat matrik perbandingan
Langkah-langkah dalam penyusunan berpasangan yang menggambarkan
hierarki AHP adalah sebagai berikut: kontribusi relatif atau pengaruh

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 93


setiap elemen terhadap tujuan atau ketidakkonsistenan dari pendapat/
kriteria yang setingkat di atasnya. preferensi yang diberikan oleh
Perbandingan dilakukan pengambil keputusan. Konsistensi
berdasarkan judgment dari dari penilaian berpasangan tersebut
pengambil keputusan dengan dievaluasi dengan menghitung
menilai tingkat kepentingan suatu Consistency Ratio (CR). Saaty
elemen dibandingkan elemen menetapkan apabila CR ≤ 0,1,
lainnya. maka hasil penilaian tersebut
4. Melakukan perbandingan dikatakan konsisten. Apabila Nilai
berpasangan sehingga diperoleh Rasio Konsistensi > 0,1 maka
judgement seluruhnya sebanyak penilaian perbandingan harus
n x [(n-1)/2] buah, dengan n dilakukan kembali. Formulasi
adalah banyaknya elemen yang untuk menghitung CR adalah:
dibandingkan. Hasil perbandingan
dari masing- masing elemen akan CR = CI/R … (1)
berupa angka dari 1 sampai 9 Keterangan:
yang menunjukkan perbandingan CI = Consistency Index (Index
Konsistensi)
tingkat kepentingan suatu elemen.
RI = Random
5. Menghitung nilai eigen dan
menguji konsistensinya, jika tidak ( 𝜆 max − 𝑛)
CI = (2)
konsisten maka pengambilan data (𝑛−1)

diulang kembali.
Keterangan:
6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5
CI = Index konsistensi
untuk seluruh tingkat hierarki. Λ maks = eigen value maksimum
7. Menghitung eigen vector dari n = banyaknya elemen yang
setiap matriks perbandingan digunakan.
berpasangan. Nilai eigen
merupakan bobot setiap elemen. Eigen value maksimum didapat
Langkah ini dilakukan sebagai dengan menjumlahkan hasil perkalian
penentuan prioritas elemen-elemen matriks perbandingan dengan eigen
pada tingkat hierarki terendah vector utama (vektor prioritas) dan
sampai mencapai tujuan. membaginya dengan jumlah elemen.
8. Memeriksa konsistensi hierarki Nilai CI tidak akan berarti bila tidak
yang diukur dalam AHP terdapat acuan untuk menyatakan
melalui rasio konsistensi dengan apakah CI menunjukkan suatu
melihat index konsistensi. matriks yang konsisten atau tidak
Concistensy Index dan Concistency konsisten? Nilai rata-rata Random
Ratio dalam penilaian perbandingan Index (RI) seperti pada Tabel 3
berpasangan sering terjadi berikut:

94 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


Tabel 3. Tabel Nilai Random Index (RI)
Ukuran Matriks 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nilai RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,491,51 1,48 1,56 1,57 1,59

Nilai eigen suatu matriks tidak akan Skala Penilaian Perbandingan


lebih kecil dari nilai n sehingga, Berpasangan dapat dilihat pada Tabel
tidak mungkin jika CI bernilai negatif. 4.

Tabel 4. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan


Skala Definisi Keterangan permisalan
1 Tingkat kepentingan yang Elemen 1 dan 2 sama pentingnya
sama
3 Tingkat kepentingan cukup Elemen 1 cukup penting dibandingkan elemen 2
penting
5 Tingkat kepentingan lebih Elemen 1 lebih penting dibandingkan elemen 2
penting
7 Tingkat kepentingan sangat Elemen 1 sangat lebih penting
lebih penting dibandingkan elemen 2.
9 Tingkat kepentingan mutlak Elemen 1 mutlak pentingnya
lebih penting dibandingkan elemen 2.
2,4,6,8 Jika ragu-ragu dalam memilih skala, misalkan
Nilai-nilai antara memilih sedikit lebih penting yaitu antara sama
penting atau lebih cukup penting (nilai 2).
Resprokal Jika elemen 1 dibanding
elemen 2 adalah skala 7,
Asumsi yang masuk akal
maka elemen 2 dibanding
elemen 1 adalah skala 1/7
(Sumber: Saaty, 1990)

Aspek-aspek yang Mempengaruhi keselamatan, dan kemudahan akses.


Prioritas Perbaikan Oleh sebab itu perlu dilakukan analisis
Prioritas Perbaikan Gedung Paragon perbaikan gedung yang melibatkan
Mall Semarang ini mempertimbangkan aspek kenyamanan, kesehatan,
prioritas perbaikan komponen dalam keselamatan, kemudahan akses, dana/
risiko yang timbul dari aspek biaya terbatas, jadwal petugas yang
kenyamanan, lingkungan (Marsha, terbatas dan waktu yang terbatas
2015), fasilitas dan kemudahan parkir (deadline).
(Subagio, 2011), dana atau biaya yang Menurut Permen PU No 24
terbatas, SDM/ petugas yang terbatas tahun 2008 tentang pedoman
serta waktu yang terbatas (deadline) pemeliharaan dan perbaikan bangunan
(Indra, dkk, 2016). Berdasarkan gedung, bahwa gedung terdiri dari
Persyaratan Keandalan bangunan yang beberapa komponen. Komponen
tercantum dalam Undang-Undang No. tersebut diantaranya adalah komponen
28 Tahun 2002, bahwa prioritas Arsitektur, Struktur, Mekanikal,
perbaikan bangunan gedung meliputi Elektrikal, Tata Graha (House
komponen kenyamanan, kesehatan, Keeping), dan Tata Ruang Luar.

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 95


Komponen-komponen tersebut berikut ini. Model ini kemudian diuji
meliputi aspek sarana sirkulasi melalui kuesioner untuk tenant
(koridor, tangga, lift, eskalator), berdasarkan komponen-komponen
interior (dinding, partisi, lantai, tersebut dan dianalisis dengan metode
plafond, etalase), struktur (kolom, Analytical Hierarchy Process (AHP).
balok, lantai, atap), sistem tata udara Dari hasil analisis akan diperoleh
(ventilasi dan AC), sistem kelistrikan skala prioritas perbaikan gedung pada
dan penerangan, sistem tata suara setiap aspek Kriteria dan Alternatif
(speaker dan amplifier), jaringan untuk pengambilan keputusan
telepon dan komputer/internet, tata- perbaikan gedung bila dihadapkan
graha (hygene dan cleaning service), pada tuntutan/ kondisi yang kompleks,
dan fasilitas parkir dan jalan akses. misalnya dana/ petugas yang terbatas
Berdasarkan uraian tersebut atau tuntutan aspek kenyamanan,
maka dapat disusun model hierarkhi kesehatan, dan sebagainya.
untuk penngambilan keputusan dengan
Kriteria dan Alternatif seperti gambar

Gambar 1. Susunan Hierarki Kriteria dan Alternatif Prioritas Perbaikan Komponen


Bangunan

METODE PENELITIAN gypsum untuk membatasi ruang


Assesement Kondisi Bangunan produktivitas.
Paragon Mall Semarang mempunyai
sekitar 120 tenant yang tersebar dari Pengumpulan Data
lantai LG hingga lantai 3. Setiap tenant Pada penelitian ini, lokasi yang
mempunyai komponen bangunan digunakan adalah Paragon Mall
utama seperti instalasi air bersih dan Semarang beralamat di jalan Pemuda
air kotor, instalasi listrik, penerangan, No 118, Sekayu, Semarang Tengah,
speaker, AC, dan telepon. Tenant Kota Semarang, Jawa Tengan 50132.
dibatasi oleh dinding partisi dari Form kuesioner disusun
berdasarkan model yang telah disusun

96 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


yang terdiri dari komponen arsitektur antar-kriteria sehingga membantu
(dinding, partisi, plafond, dan etalase), dalam menentukan skala prioritas
mekanikal (koridor, tangga, lift, perbaikan gedung dengan
eskalator, ventilasi dan AC), struktur menggunakan metode Analytical
(kolom, balok, lantai, dan atap), Hierarchy Process (AHP) dan bantuan
elektrikal (sistem kelistrikan dan software Excel untuk mengolah data.
penerangan, sistem tata suara, jaringan
telepon dan komputer atau internet), Penyusunan Matrik Pairwise
tata graha (hygene dan cleaning Comparison
service) dan tata luar ruang (fasilitas Matrik Pairwise Comparison (Tabel 5)
parkir dan jalan akses), dengan disusun berdasarkan penilaian
mempertimbangkan aspek perbandingan dari kriteria.
kenyamanan, kesehatan, keselamatan, Perbandingan ditentukan dengan
kemudahan akses, dana atau biaya mengamati kebijakan yang dianut oleh
yang terbatas, jadwal petugas yang penilai yang diperoleh dari kuesioner,
padat, dan waktu yang terbatas. ceklis, atau basis data. Perbandingan di
atas adalah dengan membandingkan
Rekapitulasi Data kolom yang terletak paling kiri dengan
Berdasarkan sumbernya, maka data setiap kolom kedua, ketiga, hingga ke
penelitian yang dipakai dikelompokkan sembilan.
menjadi 2 (dua) jenis yaitu data primer
yang diperoleh melalui survei lapangan Menentukan Rangking Kriteria
dan form kuesioner serta data sekunder Penentuan rangking kriteria dalam
yang diperoleh dari berbagai referensi/ bentuk vektor prioritas (disebut juga
sumber mencakup lokasi bangunan, eigen vector ternormalisasi) dengan
informasi-informasi mengenai letak cara mengubah matriks Pairwise
geografis bangunan, data lain yang Comparison ke bentuk desimal dan
menunjang. Data hasil kuesioner menjumlahkan nilai tiap kolom.
diperiksa kelengkapannya dan disortir
bila ada data yang rusak atau tidak Menentukan Consistency Ratio (CR)
memenuhi syarat (melanggar aturan Dalam melakukan analisis metode
pengisian form kuesioner) sehingga Analytical Hierarchy Process (AHP),
data tidak dapat dianalisis. Dari total diperlukan tahap pengujian
40 kuesioner yang dibagikan, 30 konsistensi. Apabila Consistency Ratio
kuesioner sesuai dengan petunjuk (CR) > 0.1 atau CR > 10%, maka
pengisian, dan 10 kuesioner tidak konsistensi tidak terpenuhi dan
sesuai petunjuk pengisian. pengambilan data diulang kembali.
Sebaliknya, apabila Consistency Ratio
Analisis Data Perbaikan Bangunan (CR) < 0,1, maka data dapat diterima
Data dari responden digunakan untuk (Saaty,1990).
menentukan penilaian pembobotan

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 97


Tabel 5. Matrik Pairwise Comparison untuk Alternatif
Sarana Interior Struktu Siste Siste Siste Jaringan Tata Parkir
Sirkula r m m m Telepon Graha dan
Alternatif
si Gedung Tata Kelis Tata & Akses
Udara trikan Suara komputer Jalan
Sarana Sirkulasi 1,000
Interior 1,000
Struktur Gedung 1,000
Sistem Tata Udara 1,000
Sistem Kelistrikan 1,000
Sistem Tata Suara 1,000
Jaringan Telepon &
1,000
komputer
Tata Graha 1,000
Parkir dan Akses
1,000
Jalan
(Sumber Acuan Data Primer, 2019)

Menentukan Rangking Alternatif HASIL DAN PEMBAHASAN


Rangking alternatif ditentukan dengan Berdasarkan analisis yang telah
cara menghitung eigen vector untuk dilakukan, diperoleh urutan prioritas
tiap kriteria dan subkriteria. Nilai berdasarkan komponen bangunan
bobot diperoleh dari kondisi yang sebagai alternatif perbaikan Paragon
dimiliki oleh alternatif. Hasil Mall dengan mempertimbangkan
diperoleh dari perkalian nilai vector faktor kenyamanan, kesehatan,
kriteria dengan vector subkriteria dan keselamatan, kemudahan akses,
setiap hasil perkalian kriteria dan dana/biaya yang terbatas, jadwal
subkriteria masing-masing kolom petugas yang padat dan waktu yang
dijumlahkan. terbatas (Deadline) seperti tercantum
dalam tabel 6.
Pengambilan Kesimpulan Tabel 6 merupakan tabel
Penentuan prioritas penanganan rangking perbaikan Gedung Paragon
perbaikan gedung Paragon Mall Mall Semarang berdasarkan nilai bobot
Semarang berdasarkan nilai setiap (%). Baris horizontal merupakan bobot
aspek Kriteria maupun Alternatif yang setiap alternatif dari komponen
diperoleh guna Pengambilan bangunan yang perlu diprioritaskan
Keputusan Perbaikan Gedung dengan dalam perbaikan. Warna latar belakang
mempertimbangkan faktor coklat/ gelap menunjukkan rangking
Kenyamanan, Kesehatan, tertinggi sedangkan warna kuning/
Keselamatan, Kemudahan Akses, agak terang menunjukkan rangking
Dana/Biaya yang Terbatas, Petugas terendah. Kolom merupakan alternatif
yang Terbatas dan Waktu yang yang bisa dipilih sesuai bobot masing-
Terbatas (deadline) baik secara parsial masing dalam melakukan perbaikan
maupun gabungan. pada Gedung Paragon Mall Semarang.

98 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


Tabel 6. Rangking Prioritas Perbaikan Gedung Paragon Mall Semarang dalam
Bobot (%)
Jaringan Parkir
Sistem Sistem
Alternatif/Kri Sarana Struktur Sistem Telepon Tata dan
Interior Tata Tata
teria Sirkulasi Gedung Kelistrikan dan Graha Jalan
Udara Suara
komputer Akses
Kenyamanan 20,191 12,135 6,883 15,345 10,655 6,682 5,384 14,808 15,524
Kesehatan 18,713 11,475 5,937 14,154 10,269 8,221 5,531 23,580 15,273
Keselamatan 23,959 13,179 8,090 7,739 13,817 10,152 6,227 12,309 19,673
Kemudahan 19,116
21,404 11,196 8,229 6,625 15,78 10,733 8,003 11,512
Akses
Biaya 11,399
17,181 20,732 8,665 13,906 10,944 7,928 4,256 11,753
Terbatas
Petugas 11,758
17,792 20,77 8,476 15,753 11,513 6,688 6,535 11,742
Terbatas
Waktu 11,947
21,536 18,763 9,788 14,38 10,81 7,653 4,54 10,791
Terbatas
(Sumber: Data Primer yang Diolah, 2019)

Berdasarkan Tabel 6, jika terjadi perbaikan 15,524%, dan peringkat


biaya terbatas dan waktu terbatas, ketiga sistem tata udara (ventilasi
maka alternatif yang harus dan AC) dengan nilai prioritas
didahulukan adalah Interior dan perbaikan 15,354%.
sirkulasi karena mempunyai bobot 2. Bila faktor Kesehatan menjadi
paling besar, dan yang tidak terlalu pertimbangan utama, maka prioritas
penting adalah jaringan telepon dan perbaikan peringkat pertama adalah
komputer karena mempunyai bobot tata graha dan hygene & cleaning
paling rendah. Jika faktor Kenyamanan service dengan nilai prioritas
dan Kesehatan yang menjadi perbaikan 23,580%, peringkat
pertimbangan utama, maka alternatif kedua sarana sirkulasi (koridor,
yang didahulukan adalah sarana tangga, lift, eskalator) dengan nilai
sirkulasi dan tata graha, sedangkan prioritas perbaikan 18,713%, dan
yang tidak terlalu penting adalah peringkat ketiga fasilitas parkir dan
jaringan telepon dan komputer dengan jalan akses dengan nilai prioritas
bobot paling rendah. perbaikan 15,273%.
Prioritas yang diperoleh 3. Bila faktor Keselamatan menjadi
tercantum pada poin-poin berikut ini. pertimbangan utama, maka prioritas
1. Bila faktor Kenyamanan menjadi perbaikan peringkat pertama adalah
pertimbangan utama, maka prioritas sarana sirkulasi (koridor, tangga,
perbaikan peringkat pertama adalah lift, eskalator) dengan nilai prioritas
sarana sirkulasi (koridor, tangga, perbaikan 23,959%, peringkat
lift, eskalator) dengan nilai prioritas kedua fasilitas parkir dan jalan
perbaikan 20,191%, peringkat akses dengan nilai prioritas
kedua fasilitas parkir dan jalan perbaikan 19,673%, dan peringkat
akses dengan nilai prioritas ketiga sistem kelistrikan dan

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 99


penerangan dengan nilai prioritas utama, maka prioritas perbaikan
perbaikan 13,817%. peringkat pertama adalah sirkulasi
4. Bila faktor Kemudahan Akses (koridor, tangga, lift, eskalator)
menjadi pertimbangan utama, maka dengan nilai prioritas perbaikan
prioritas perbaikan peringkat 21,556%, peringkat kedua interior
pertama adalah sarana sirkulasi (dinding, partisi, lantai, plafond,
(koridor, tangga, lift, eskalator) etalase) dengan nilai prioritas
dengan nilai prioritas perbaikan perbaikan 18,763%, dan peringkat
21,404%, peringkat kedua fasilitas ketiga sistem tata udara (ventilasi,
parkir dan jalan akses dengan nilai AC) dengan nilai prioritas
prioritas perbaikan 19,116%, dan perbaikan 14,380%.
peringkat ketiga sistem kelistrikan Dari sudut pandang yang lebih
dan penerangan dengan nilai umum dan menyeluruh, dari ketujuh
prioritas perbaikan 15,780%. faktor utama, yakni Kenyamanan,
5. Bila faktor Dana/ Biaya yang Keselamatan, Kemudahan Akses,
Terbatas menjadi pertimbangan Dana/Biaya yang Terbatas, Petugas
utama, maka prioritas perbaikan yang Terbatas, dan Waktu yang
peringkat pertama adalah interior Terbatas (deadline) dapat dilakukan
(dinding, partisi, lantai, plafond, analisis pula. Berikut ini dengan
etalase) dengan nilai prioritas metode analisis yang sama diperoleh
perbaikan 20,732%, peringkat faktor- faktor yang menjadi prioritas
kedua sarana sirkulasi (koridor, dari sudut pandang secara global.
tangga, lift, eskalator) dengan nilai
prioritas perbaikan 17,181%, dan Tabel 7. Urutan Prioritas Perbaikan
peringkat ketiga sistem tata udara antar-Faktor- faktor Utama
(ventilasi, AC) dengan nilai
Kriteria Bobot Kriteria (%)
prioritas perbaikan 13,906%.
6. Bila faktor Petugas yang Terbatas Kenyamanan 22,611
Keselamatan 17,193
menjadi pertimbangan utama, maka
Biaya yang terbatas 15,564
prioritas perbaikan peringkat Kemudahan akses 13,429
pertama adalah interior (dinding, Kesehatan 13,251
partisi, lantai, plafond, etalase) Petugas Terbatas 7,359
dengan nilai prioritas perbaikan Waktu yang terbatas 6,798
20,770%, peringkat kedua sarana (Sumber: Data Primer yang Diolah,
sirkulasi (koridor, tangga, lift, 2019)
eskalator) dengan nilai prioritas
perbaikan 17,792%, dan peringkat Dari hasil analisis diperoleh rangking
ketiga sistem tata udara (ventilasi, teratas yang menjadi prioritas global
AC) dengan nilai prioritas adalah faktor Kenyamanan dengan
perbaikan 15,753%. nilai 22,611 % yang diikuti oleh faktor
7. Bila faktor Waktu yang Terbatas Keselamatan dengan nilai 17,193%.
(deadline) menjadi pertimbangan Satu hal yang menarik di sini adalah

100 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


faktor Kenyamanan dari sudut pandang eskalator), interior (dinding, partisi,
tenant merupakan faktor yang paling lantai, plafond, etalase), struktur
diharapkan melebihi faktor Keamanan. (kolom, balok, lantai, atap), sistem tata
Hal ini dapat dimengerti karena udara (ventilasi dan AC), sistem
kemungkinan menurut padangan kelistrikan dan penerangan, sistem tata
tenant frekuensi terjadinya hal- hal suara (speaker dan amplifier), jaringan
yang mengganggu Keamanan sangat telepon dan komputer/internet, tata-
rendah dibanding frekuensi terjadinya graha (hygene dan cleaning service),
gangguan Kenyamanan. Hal ini sesuai dan fasilitas parkir dan jalan akses,
dengan salah satu prinsip manajerial menunjukkan bahwa yang perlu
yang tidak perlu memberikan perhatian menjadi perhatian utama manajemen
dengan proporsi sangat besar pada hal- perbaikan gedung dari sudut pandang
hal yang jarang terjadi walaupun tenant adalah sarana sirkulasi (koridor,
dengan risiko besar, namun seharusnya tangga, lift, eskalator) kemudian
fokus pada faktor- faktor dengan interior dan tata-graha (hygene dan
frekuensi tinggi dengan risiko sedang. cleaning service).
Faktor yang memiliki priorotas Dari sisi Kriteria yang perlu
rendah adalah Faktor Waktu yang memperoleh prioritas atau perhatian
Terbatas, dan Petugas yang Terbatas. utama adalah faktor Kenyamanan
Kedua faktor ini relatif lebih mudah dengan nilai 22,611 % yang diikuti
diatasi dibanding misalnya faktor Dana oleh faktor Keselamatan dengan nilai
yang Terbatas. Kedua faktor ini saling 17,193%.
terkait, proses perbaikan dapat Penelitian ini terbatas pada
dipercepat dengan menambah petugas/ model pengambilan keputusan prioritas
tenaga kerja, dan sebaliknya perbaikan oleh pengelola gedung mall
keterbatasan pekerja dapat diatasi dari sudut pandang tenant (penyewa)
dengan penyediaan waktu yang lebih saja, sehingga lebih mengedepankan
lama. kepentingan dan kepuasan tenant.
Pengguna lain yang juga berkontribusi
SIMPULAN terhadap kesuksesan pengelolaan suatu
Dari hasil analisis data maka dapat mall adalah pengunjung mall. Oleh
disimpulkan bahwa Model sebab ke depan perlu dilakukan
Pengambilan Keputusan Penentuan penelitian penentuan prioritas
Priorias Perbaikan Gedung dengan perbaikan gedung mall dari sudut
hierarkhi yang mengandung aspek pandang dan keinginan pengunjung
Kriteria Kenyamanan, Kesehatan, untuk diperbandingkan dengan
Keselamatan, Kemudahan Akses, keinginan tenant.
Dana/Biaya yang Terbatas, Jadwal
Petugas yang Padat, dan Waktu yang UCAPAN TERIMA KASIH
Terbatas (Deadline), dengan aspek Peneliti mengucapkan terimakasih
Alternatif yang terdiri dari sarana kepada Politeknik Negeri Semarang
sirkulasi (koridor, tangga, lift, yang telah menyediakan dana dan

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 101


fasilitas penelitian dan Pihak Perawatan dan Perbaikan
Manajemen Paragon Mall yang telah Gedung, Politeknik Negeri
banyak membantu bagi terlaksananya Semarang, 2018
penelitian ini. Maitland, Barry, 1987, Shopping
Hypermarkets Planning and
DAFTAR PUSTAKA Design, London, Construction
Cahyarini, V.P., Hartono, W., dan Press. 1987
Sugiyarto, 2015, Prioritas Marsha, A., 2015, The Impact of Plaza
Pemeliharaan Bangunan Indonesia Shopping Mall’s
Gedung-Gedung Puskesmas Attributes toward Customers
dengan Bahasa Pemograman Satisfaction, iBuss Management
Berbasis Metode Analytical Vol 3, No 2. 2015
Hierarchy Process (Studi Kasus Putra, D dan Rianto, F., 2018, Analisis
Gedung- Gedung Puskesmas Skala Prioritas Pemeliharaan
Kabupaten Sukoharjo), E-Jurnal Gedung Perkantoran C L2DIKTs
Matriks Teknik Sipil, 2015. Wilayah VI Jawa Tengah dengan
1145-1150 Metode Analytical Hierarchy
Hartono, M. B., dan Ratnaningsih, A., Process (AHP). Skripsi, Jurusan
2017, Penentuan Prioritas Teknik Sipil, Program Studi
Pemeliharaan dan Teknik Perawatan dan Perbaikan
Pengembangan Insfrastruktur Gedung, Politeknik Negeri
Bangunan Gedung Puskesmas Semarang, 2018
Dengan Metode AHP (Analytical Republik Indonesia, 2008, Peraturan
Hierarcy Process) di Kabupaten Menteri Pekerjaan Umum
Jember. Konferensi Nasional Nomor 24/PRT/M/2008 tentang
Teknik Sipil dan Infrastruktur, Pedoman Pemeliharaan dan
Jurusan Teknik Sipil, Universitas Perawatan Bangunan Gedung.
Jember, 2017 Lembaran Negera RI Tahun
Indra. Sinulingga, S, Nazaruddin., 2008. Sekretariat Negara. Jakarta
2016, Analisis Efektivitas Republik Indonesia, 2002, Undang
Manajemen Pemeliharaan Undang No. 28 Tahun 2002
Gedung dengan Studi Kasus tentang Tujuan Pengaturan
Mall Meulaboh. Jurnal Ekonom, Bangunan Gedung. Lembaran
Vol 19, No 4, Oktober 2016 Negera RI Tahun 2002, No. 28.
Ma’shum, F dan Dharmawan, H., Sekretariat Negara, Jakarta
2018, Analisis Prioritas Saaty, T.L., 1990, The Analytic
Pemeliharaan Gedung PT. Hieararchy Process In Conflict
Telkom Regional IV Jateng & Management. The International
DIY Menggunakan Metode Journal of Conflict Management.
Analytical Hierarchy Process 1990, Vol 1, No. 1
(AHP). Skripsi, Jurusan Teknik Saparudin, Y., Hartono, W., dan
Sipil, Program Studi Teknik Sugiyarto, 2017, Skala Prioritas

102 Wahana TEKNIK SIPIL Vol. 24 No. 2 Desember 2019 89 - 103


Pemeliharaan Gedung-Gedung
Kantor Kecamatan di Kabupaten
Sukoharjo dengan Metode
Analytical Hierarchy Process
(AHP), E-Jurnal Matriks Teknik
Sipil. 2017. P.423-429
Sinchaloenman dan Ngamyan, 2013,
Key Factors Affecting Small
Tenant Decision on Renewing
Shopping mall Rent Contract.
International Journal of
Scientific and Research
Publications, Volume 3, Issue
12, December 2013, ISSN 2250-
3153
Subagio, H., 2011, Pengaruh Atribut
Supermarket terhadap Motif
Belanja Hedonik Motif Belanja
Utilitarian dan Loyalitas
Konsumen, Jurnal Manajemen
Pemasaran, Vol. 6, No. 1, April
2011: 8-21

Penentuan Prioritas Perbaikan Gedung Menggunakan .. (Stefanus Santosa, dkk) 103

Anda mungkin juga menyukai