Anda di halaman 1dari 4

Nama : Imedia Sholem Shoukat Senin, 6 Desember 2021

Nomor : 21
Kelas : XI MIPA 6

Sahabat Baru Ivy


Oleh: Imedia Sholem Shoukat

Duar!
Sebuah peluru melesat tepat mengenai sasaran. Seorang anak perempuan
berjalan menghampiri anak perempuan seumurannya yang baru saya menembak.
“Nice shoot, girl! Seperti biasanya” kata anak perempuan tersebut.
“Woo iya jelas, dong! Aku kan hebat!” canda.
Mereka berdua tertawa mendengar candaan anak anak perempuan yang baru saja
menembak.
Anak perempuan yang baru saja menembak dengan tepat sasaran adalah Ivy,
seorang anak SMA yang memiliki hobi menembak. Dan anak perempuan satunya
adalah Amel, sepupu sekaligus sahabat terbaik Ivy. Selama ini Ivy hanya akrab dengan
Amel. Sebernarnya ada Indy yang juga merupakan sahabat Ivy. Tapi hanya Amel yang
tinggal satu kota dengan Ivy sampai sekarang.
Ivy dan Amel sudah berteman sejak masih bersekolah di TK. Keduanya sama sama
suka membaca buku dan menonton film, terutama yang bergenre fiksi ilmiah dan
sejarah. Mereka juga suka bermain game, membuat patung dari tanah liat dan
bermusik. Persahabatan mereka makin akrab karena pernah tinggal di kompleks
perumahan yang sama. Mereka sering berangkat dan pulang sekolah bersama dengan
berjalan kaki.
Setelah kepindahan Ivy ke rumah besar Nenak saat kelas 1 SMP, Ivy dan Amel
semakin jarang bermain bersama. Ditambah kegiatan organisasi yang cukup banyak,
menyebabkan mereka hanya bisa bermain saat kursus menembak, hari libur, dan hari
raya Idul Fitri.
“Jadi, ada rencana untuk menghabiskan libur akhir semester?” tanya Amel pada
Ivy setelah selesai kursus.
“Enggak ada si. Paling belajar biar nilai semester 2 ku ga turun. Nilai semester 1 ku
kurang memuaskan.” ujar Ivy dengan muka kecewa.
“Jangan sedih - sedih amat atuh Vy. Gimana kalo kita nonton aja? Lumayan lah
buat refreshing. Ada film fiksi ilmiah yang mau tayang di bioskop Sabtu ini loh!” seru
Amel.
“Wah, menarik tuh. Sabtu, kan? Oke deh, aku izin orang tuaku dulu. Tapi jangan
lupa ajak Indy ya. Mumpung dia lagi di kota ini.” ujar Ivy dengan semangat
“Siap bosku!” jawab Amel tak kalah semangat.

1
***
“Ayo, kawan! Kita udah nunggu 15 menit di sini. Buruan!” omel Ivy melalui hp nya.
Di layar hp nya tertera nama Amel.
“Iyaa, bentar lagi sampai bestie. Sabar yaa.” sahut Amel.
5 menit kemudian Amel sampai di bioskop tempat mereka akan menonton. Kedua
sahabat Amel menatapnya dengan tatapan kesal.
“Maaf, kawan. Tadi nganter tetanggaku ke toko alat tulis dulu. Jalannya searah
soalnya.” ucap Amel dengan terengah – engah.
“Akhirnya sampai juga kamu. Muterin dunia berapa kali kamu?” tanya Ivy sarkas.
“Apakah anda tau lama kita menunggu anda, kawan? 20 menit lebih, dude!” kata
Indy dengan kesal. “Dah lah. Yuk, kita masuk! Ga usah bertengkar.”
Mereka menonton film seperti yang direncanakan. Film tersebut menuai respon
positif dari mereka bertiga. Mereka melanjutkan berjalan jalan ke taman kota dan mall
untuk bersenang – senang mengingat besok Indy sudah harus kembali ke luar kota,
tempat tinggalnya sekarang.

***
Libur telah usai. Semester baru dimulai. Ivy kembali melanjutkan rutinitas
sekolahnya seperti biasa. Namun waktu Ivy dan Amel bermain bersama juga semakin
sedikit. Mereka hanya bertemu saat istirahat. Setelah itu, Amel akan sibuk berlatih
basket. Sebagai anggota tim basket sekolah, Amel harus berlatih 4 kali seminggu. Tim
mereka akan berkompetisi dengan sekolah lain bulan depan. Ivy juga akan sibuk
mempersiapkan kompetisi menembak yang diselenggarakan 3 minggu lagi.
“Oi, Amel! Aku baru beli buku fiksi ilmiah karya Alex Scarrow yg terbaru loh,”
Pamer Ivy. “Mau pinjem ga?”
“Wah, kapan – kapan aja aku pinjemnya, ya.” kata Amel sambal berjalan pergi.
“Amel, ayo cepat! Kita sudah ditunggu di lapangan,” panggil seorang anak
perempuan.
Febi, anak yang memanggil Amel itu juga anggota tim basket. Saat itu memang
waktunya latihan basket. Sepertinya Amel sudah terlambat karena semua anggota tim
sudah berada di lapangan basket. Amel segera menyusul Febi yang sudah lebih dulu
berlari ke lapangan. Pelan-pelan, Ivy memasukkan buku cerita detektif itu ke dalam
tasnya. Ia memandang sahabatnya dengan sedih.
Esoknya, Ivy kembali bertemu dengan Amel. Mereka bertemu setelah jam
pelajaran sekolah. Saat itu, mereka sedang menunggu jemputan.
“Ivy, mana buku yang kemarin kamu bilang? Boleh aku pinjam?” tanya Amel.

2
“Boleh dong. Nih.” jawab Ivy sambil menyodorkan bukunya. “Oiya, Mel. Kamu di
cariin coach, loh. Udah lama dia ga liat kamu nembak.”
“Waduh, jadwal latihan basketku makin padat. Bentar lagi kompetisnya, Vy. Habis
kompetisi mungkin aku baru bisa ikut nembak lagi.” jawab Amel sambal tersenyum
masam.
Setelah mengucapkan terima kasih, Amel segera berlari meninggalkan Ivy. Amel
menunjukkan buku itu pada Febi. Dari jauh Ivy melihat, Febi mengambil buku yang
disodorkan Amel itu. Tak lama kemudian, Amel dan Febi masuk ke mobil jemputan
yang sama.
“Ivy, kamu udah dijemput tuh.” panggil Aliya, teman sekelas Ivy.
Panggilan itu memecahkan lamunan Ivy. Diam-diam Ivy kesal melihat Amel dan
Febi. Dia merasa Febi telah merebut sahabatnya. Namun, Ivy tidak terlalu
memikirkannya sampai ia bertemu kembali dengan Amel dan Febi beberapa hari
kemudian.
“Ivy, kenalkan ini Febi. Dia juga suka cerita fiksi ilmiah, loh. FYI Febi ini
tetanggaku yang aku bilang pas kita nonton sama Indy” kata Amel.
Ivy menyalami Febi tanpa senyuman. Dia masih kesal karena Febi telah merebut
satu-satunya sahabatnya. Sebenarnya, Ivy dan Febi sudah saling tahu nama namun
belum pernah bertegur sapa.
“Ivy, aku tinggal di rumah yang dulu kamu tempati. Ada beberapa bukumu yang
ketinggalan. Aku nemu di beberapa sudut rumah. Ini aku kembalikan. Padahal isinya
seru, loh! Maaf kalau aku baca tanpa izin.” kata Febi.
Mendengar itu, Ivy langsung lupa pada kekesalannya. Ia langsung teringat
permainan mencari buku dengan menyembunyikan buku – buku nya di sudut rumah
yang sering ia lakukan bersama Amel saat masih tinggal di perumahan.
“Iya,kah? Wah, terima kasi, ya. Sepertinya aku kurang teliti saat membereskan
barangku sebelum pindah. Tapi, bagus lah kalau kamu suka.” ujar Ivy sambal
tersenyum.
“Di rumah Ivy ada banyak loh buku fiksi ilmiah. Siapa tau mau main.” kata Amel
sambal menyenggol lengan Ivy.
“Ah, enggak juga. Di rumah Amel juga ada banyak, kok.” kata Ivy merendah.
“Wow keren. Di rumahku juga ada beberapa buku fiksi ilmiah, loh. Gimana kalau
kita saling ngerekomendasiin buku fiksi ilmiah atau buku yang menurut kalian
rekomended?” usul Febi.
Usul Febi itu disambut gembira oleh Ivy dan Amel. Ketiga anak itu langsung
berbincang akrab. Febi, Ivy dan Amel gantian merekomendasikan buku – buku fiksi

3
ilmiah yang pernah mereka baca. Ivy juga merekomendasikan buku - buku sejarah
yang menjadi favoritnya.
“Ah, The Hunger Games! Aku udah baca, tapi baru yang buku 1.” kata Ivy.
“Seru deh ceritanya. Kamu wajib baca!” seru Febi mantap.
“Oiya Feb, buku Divergent karya Veronica Roth aku rekomendasiin banget buat
kamu. Aku ada bukunya kalau kamu mau pinjem” ujar Amel.
“Oke deh, sip. Kalau ada waktu aku mampir kerumahmu buat pinjem bukunya.”
tekad Febi.
“Ngomong – ngomong, kalian ada latihan basket ga?” tanya Ivy semangat.
“Nggak ada si, Vy.” ujar Febi. “Kenapa emangnya?”
“Nah, mantap. Aku baru aja beli game kemarin. Udah aku install juga. Kalau kalian
mau, mungkin nanti sore kita bisa main bareng di rumahku.” jawab Ivy
“Ayo!” seru Amel dan Febi semangat.
Ketiga anak itu tertawa gembira. Ivy sudah lupa pada kekesalannya. Saat itu, Ivy
tidak lagi merasa kehilangan sahabat. Ivy malah mendapatkan sahabat baru yang
sama-sama suka cerita fiksi ilmiah.

Cerpen oleh: Imedia Sholem Shoukat

Anda mungkin juga menyukai