Anda di halaman 1dari 105

DITEMANI KAWANAN BURUNG-BURUNG (1)

Elsa Gabriela Segerina

Sendiri alam sunyi yang terik

Ditemani matahari dengan gitar berseru

Bernyanyi dengan merdu

Inilah sebuah lagu

Tentang sawah kehidupan kami

Tempat mencari sesuap nasi

Ditemani kawanan burung-burung berterbangan

Mengepak-ngepakkan sayapnya dengan indah

Melodi gitar yang merdu ini

Menemaniku melihat seorang petani yang mencangkul tanah

Ku melihat petani yang lain membajak sawah

Tapi aku hanya berdiam

Dengan menikmati sore yang terik

Aku memetik sebuah gitar

Dan aku pun menikmati suara

Burung yang melintas


Dengan memandang belalang yang berterbangan

Ular yang melintas di sawah

Matahari yang terik

Dan petani yang mencangkul

Aku hanya memandangimu dengan alunan musik

Ku banyak memahami banyak pengetahuan

Di tengah angin yang berhembus

Di kala petani berpeluh

Di sana kami tak mengeluh

Semoga semua bisa luluh

ELSA GABRIELA SEGERINA, yang akrab di sapa Elsa, siswi SMA


Negeri 1 Kediri kelas XI MIPA 3. Lahir di Denpasar, 22 Juli 2006 dan
bercita-cita menjadi pramugari dan musisi. Siswi yang punya hobi
membaca artikel-artikel yang ada di sosmed dam menyanyikan
musik ini, tergabung dalam ekstrakurikuler Taksu Waringin Musik.
Ia tinggal di Jln. S, Parman Gg. Anggrek No 31, Banjar Taman Mekar
Sari, Kediri, Tabanan, Bali.
SEPETAK TANAH YANG TIDAK TERJAGA (2)

Ni Kadek Sriastiti

Berdiam sepi meratapi sepetak tanah terjaga

Seketika hilang tanpa jejak

Diambil orang-orang berkeliaran tanpa dosa

Air mata yang bercucuran tiada henti

Dari kelopak mata ini

Adalah cerita kekesalan tentang kehilangan

Menyelimuti kesengsaraan

Sekarang dan masa depan

Apakah ini amarah?

Yang tidak kuasa untuk ditahan

Terasa ingin membalas ketidakberdayaan

Aku hanya sebatang diri

Bukan segerombolan musang berkuasa

Penuh iri dan rasa dengki

Ini namanya tanah kehidupan?

Dikuasai oleh orang yang berkuasa


Tanah bemula asri seketika sesak penuh isi

Dimana ada nilai kemanusiaan?

Apakah lenyap dimakan keserakahan

Aku petani biasa yang bisa berdoa

Diam meratapi nasib ini

NI KADEK SRIASTITI yang akrab disapa Sriastiti, siswi SMA Negeri


1 Kediri yang duduk di kelas XI IPS 2. Ia kelahiran Mundeh Kangin, 3
September 2006, yang sejak kecil bercita-cita menjadi dosen atau
sebagai staf akuntansi disebuah bank. Siswi yang punya hobi menari
dan membaca ini, ikut bergabung dalam organisasi MPK, PMR , PIK-
R, KSPAN dan Tari BAKTA. Tinggal di Mundeh Kangin, Selemadeg
Barat, Tabanan.
SEPULUH TAHUN LAGI (3)

I Made Aristya Pramana Adi Saputra

Bersiul menyerupai burung yang terbang bebas

Memandangi sawah yang indah

Sambil menikmati udara yang cerah

Duduk di gubug kecil

Sambil merenungi alam yang indah

Terperosok

Pada hamparan hijau

Menggantung pada nuansa manja ilalang

Menghirup udara yang segar

Bau aroma bunga dan rerumputan yang khas

Warna hijau bagai permata alam

Hembusan angin yang kencang

Kulihat burung berterbangan di udara

Membuatku ingin terbang bebas bersamanya

Mendengar kicauan burung yang merdu

Membuat suasana hati menjadi damai


Mendengar gemericik air yang jernih

Melihat ikan – ikan berenang

Didampingi para pemancing yang duduk di atas batu

Merasakan dinginnya air

Ingin berenang bersama ikan-ikan mujair

Apalagi melihat orang memanen padi

Begitu indah mata memandang

Sungguh indahnya

Hangat sawah yang menghidupi manusia

Semoga belum musnah sepuluh tahun lagi

I MADE ARISTYA PRAMANA ADI SAPUTRA akrab disapa Aris


adalah siswa SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XI MIPA. Ia
kelahiran Tabanan, 3 November 2005. Siswa yang punya hobi
bermain game, jalan-jalan, dan olahraga, ikut bergabung dalam
ekstra kurikuler bulutangkis. Tinggal di Banjar Delod Puri Kediri,
Tabanan, Bali.

MATINYA IKAN KECIL DAN BESAR (4)


Ni Nyoman Meri Andani

Indahnya sawah di pagi hari

Duduk dekat sungai melihat sekitar

Sambil menatap pesona ayu yang amat indah

Kini kekeringan lahan pecahnya tanah

Matinya ikan kecil dan besar

Betapa sengsaranya hidup ini

Menangisi hujan yang lama dinanti

Menunggu hijaunya alam semarak bersemangat

Jika subak mulai dibajak

Kehidupan baru pun akan beranjak

Ketika para petani riang bersenandu

Mencangkul dan membajak harapan baru

Lahan kini ditangisi hujan

Betapa indahnya pesona masa lalu

Dibanjiri warna hijau dengan tanaman padi

Buat kenangan sejuk hati

Jadilah tumbuh dipersada membangun hidup


Pesona alami bangkit melangkah

Dengan pasti di peradaban negeri

Kini tinggal masa lalu tanpa bangkit kembali

NI NYOMAN MERI ANDANI siswi SMA Negeri 1 Kediri kelas Xll


MIPA 2, yang akrab dipanggil Mery. Lahir 10 Maret 2005, berasal
dari Desa Buwit, Kediri, Tabanan. Menjadi salah satu anggota inti
dari ekstrakulikuler PMR. Akan melanjutkan pendidikan di bidang
kesehatan khususnya keperawatan setelah lulus dari sekolah
tercinta BAKTA.

CUACA YANG BERGANTI (5)

Meliani Pee Ling-Ling


Cuaca yang berganti membuat petani

Kadang merasa sedih senang kecewa

Tetapi petani tersebut tetap bersabar

Hujan yang kadang membuat petani

Merasa senang atau sedih

Panas yang dikecewakan para petani

Dingin yang dikeluhkan para petani

Cobaan yang dihadapi para petani

Tidak merobohkan semangatnya

Mereka memiliki keberanian dan

Bersabar dalam bertani

Petani tersebut menanam berbagai

Macam tumbuhan dan sayuran seperti

Tomat, jagung, cabe, bunga juga kangkung

Seharusnya para petani tetap bersyukur

Terhadap cuaca yang telah diberikan

Karena setiap cuaca adalah anugerah


Dari Tuhan Yang Maha Esa

Keberanian yang dimiliki oleh petani

Sungguh luar biasa dalam menghadapi

Cobaan yang telah diberikan

Di balik cobaan yang Tuhan berikan

Pasti ada hikmahnya

Kita hanya bisa bersabar

MELIANI PEE LING-LING yang sering dipanggil Ling atau Meli,


adalah siswi SMA Negeri 1 Kediri kelas XI IPS 2, lahir di Pagimana,
16 januari 2005. Cita-citanya menjadi K-POP Idol. Siswi yang punya
hobi dance dan bersepeda ini, ikut bergabung dalam ekstra
taekwondo. Ia dikenal pendiam di sekolah, tinggal di jalan Ahmad
Yani No.59, Desa Abian Tuwung, Kediri, Tabanan, Bali.

TEMAN PETANI (6)

I Gusti Bagus Yudha Triguna


Aku seorang petani di desaku yang asri

Sebagian penduduknya bekerja sebagai petani

Setiap pagi subuh aku dan teman petani

Selalu bertani untuk menanam padi

Agar dapat menafkahi keluarga kami

Dengan cangkul di pundak

Aku selalu semangat dapat menanam pagi

Setiap pagi dan sore memberi pupuk

Agar padi tetap subur dan tak lupa menjaga

kestabilan air

Aku pun tak lupa memberi booster

Agar tak ada hama yang merusak padiku

Hamparan sawah yang begitu luas

Dan angin yang keras menemaniku setiap hari

Panas matahari yang sangat terik

Keringat membahasahi seluruh badan

Tak membuatku patah semangat

Untuk mencari nafkah


Aku dan teman petani

Merapikan alat-alat bertani

Lalu pulang untuk beristirahat

Agar esok hari dapat bertani kembali

I GUSTI BAGUS YUDHA TRIGUNA, yang akrab disapa Gus Yudha,


siswa SMA Negeri 1 Kediri. Lahir di Karangasem, 20 Oktober 2005.
Dan bercita-cita ingin menjadi TNI AD. Siswa yang punya hobi sepak
bola dan lari ini, tergabung dalam ekstra kurikuler PMR. Ia tinggal di
Asrama Rindam IX Udayana Kediri, Tabanan, Bali.

PANEN TELAH TIBA (7)

I Gusti Ayu Putu Manik Anggita Wulandari


Matahari yang cerah di pagi hari

Seorang petani dengan bersemangat

Bergegas untuk menanam benih padi

Dengan tanahnya yang begitu subur

Berkicauan terdengar suara burung

Langit yang cerah dan biru menawan

Petani dengan riangnya menanam padi

Merawat tanamannya dengan amat baik

Hari demi hari memberikan pupuk

Terdengar suara aliran air mengalir

Mengalir ke sela-sela tanaman

Membasahi tanaman dan tanah

Sawah yang dipenuhi dengan tanaman

Terik sinar matahari di atas kepala

Tak mematahkan semangatnya

Tiada kata lelah baginya sungguh penuh semangat dirinya

Hari demi hari sudah padi tumbuh semakin tinggi


Semangat seorang petani dengan rasa sabarnya

Menunggu hari panen tiba

Panen telah tiba untuk memanen

Bersorak-sorak terdengar

Senangnya seorang petani

Melihat hasil panennya

I GUSTI AYU PUTU MANIK ANGGITA WULANDARI akrab disapa


Gek Ita. Lahir 16 Desember 2005, tinggal di Desa Pejaten, Banjar
Simpangan, Kediri, Tabanan, Bali. Duduk di kelas XI MIPA 4.
Tergabung dalam ekstra kurikuler KSPAN. Mempunyai hobi menari
dan ikut berorganisasi.

KAKI YANG DIPENUHI ALANG-ALANG (8)

I Gde Satria Prawira Negara Wellas


Kedua mata terbuka

Dari tidur malamnya yang panjang

Berjalan perlahan menuju pemandangan

Indah menawan

Di luar sana, di hadapan hamparan padi

Yang sudah lama ditanam

Aku berlari mengelilingi satu dan dua kerbau

Saat itu pula, terdengar di kejauhan

Dari sela-sela batang padi

Sayup-sayup mesra si burung pipit

Gemericit sambil tersenyum

Seperti buah padi atau buah ceri?

Aku berjalan di tepi pematang

Berjalan dengan kaki telanjang

Sambil medendangkan lagu: rayuan batang-batang padi

Di kanan dan di kiri semua padi

Bernyanyi sambil menghirup angin sepoi-poi

Kini tiba saatnya

Mentari pun turun dari peraduan


Langit senja berwarna sungguh indah di angkasa

Dan katak jangkrik pun bergema

Semuanya bersuara

Aku kembali tertidur

Dengan kaki yang penuh alang-alang

Mungkin belum puas rasanya

Ingin berdendang dan bernyanyi

Sambil mengelilingi sawah

Yang tak ada batasnya

I GDE SATRIA PRAWIRA NEGARA WELLAS alias Satria. Ia adalah


siswa SMA Negeri 1 Kediri. Duduk di kelas XI MIPA 2. Kelahiran
Denpasar, 5 Agustus 2006. Menetap di jalan Tendean, Yeh Lebah,
Banjar Anyar, Kediri, Tabanan, Bali. Ia gemar menggambar desain
karakter. Dari hobinya ini, ia bercita-cita menjadi ilustrator. Ia
menyukai mata pelajaran Kimia dan Bahasa Inggris.

TAWA-TAWA DIMENSI (9)

Ni Kadek Desy Putrianti

Hembusan angin berdebu abu


Melewati tangisan dengan rasa perih

Derajatnya tak seindah pelangi

Yang mewarnai tawa-tawa dimensi

Uangnya hanya puluhan ribu

Yang tak sebanding dengan

Onty Crazy Rich!

Dilihat dari ilusi mata ini

Mereka hanya bisa melihat ke atas

Dan merasa dirinya paling hebat

Pekerjaannya hanya sebatas duduk santai

Sambil menyerap racunnya

Siapa dia?

Ya si kaya

Si miskin yang malang

Yang tahtanya hanya sebatas butiran beras

Menahan perih hembusan abu

Telinganya menahan panasnya cacian

Air matanya terus bercucuran

Dan sambil berpikir:

Apakah dunia ini memang kejam?


Masihkah engkau mengeluh?

Masihkah engkau merenung di bawah bahagiannya hidup ini?

Sudahkah engkau bersyukur atas nikmat rezeki ini?

Atau hanya sebatas bunga kering yang gugur?

Yang tak mau bangkit

Dan hanya dipenuhi dengan kata-kata tanpa bukti nyata

NI KADEK DESY PUTRIANTI, sering dipanggil Desy, adalah siswi


SMA Negeri 1 Kediri kelas XII IPS 3. Lahir di Banjar Anyar, 3
Desember 2005. Mempunyai hobi menari dan menonton film.
Mengikuti kegiatan organisasi MPK sekaligus menjadi Koordinator
Komisi. Setelah tamat SMA, ingin melanjutkan kuliah mencari
Jurusan Akuntansi.

IBU TANAH (10)

Ni Made Yunita Melani Putri

Inilah cerita padi

Yang tumbuh di sebuah lembah


Yang dijaga oleh ibu tanah

Ibu akankah tanah ini benar-benar subur

Atau makmur bagi kaum tani? Lihatlah

Tanah Mu!

Yang tampak mulai mengering

Yang tampak mulai memanas

Padi-padi pun ikutan jadi malas

Benarkah, ini musim yang lemah?

Atau musim yang sedang lelah?

Atau musim yang sekadar iseng dan ikutan latah?

Jika tidak, mengapa?

Selalu saja ada cerita terik panas matahari

Tanpa pernah ada basah kuyup hujan menanti?

Sedikit demi sedikit kekeringan ini

Adalah sakit bagi kami

Bagi padi-padi

Bagi anak-anak semesta dengan segala insan duniawi

Wahai Ibu tanah!


Sebentar lagi lembah akan berganti cerita

Tentang seorang Ibu yang akan dihakimi

Oleh padi-padi sebagai anaknya

Dengan kematian di penghujung deritanya

Jikalau Ibu lelah, beristirahatlah!

Lembah ini sudah cukup bercerita:

Tentang padi-padi yang pernah berjaya

Tentang kaum tani yang pernah dibuat kaya raya

Biarlah kami merawatmu

Dalam sisa musim separuh waktu

Yang tak pernah kenal siang dan malam

Apalagi untuk sekadar menanti:

Menuai padi yang tak mau bercerita

Biarlah, di antara kaum tani dan anak cucunya

Ada jarak untuk pergi dan bertumbuh

Di luar lembah yang jauh di sana

Jauh tanpa ibu tanah

Kami paham

Ibu yang kini lelah dan lemah


NI MADE YUNITA MELANI PUTRI yang akrab disapa Yunita, adalah
siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII IPS 1. Kelahiran
Tabanan, 30 Juni 2005 berzodiak Cancer. Ia memiliki cita-cita yang
berganti-ganti sesuai mood. Siswi yang mengikuti ekstra kurikuler
KSPAN ini, mempunyai hobi mendengarkan musik dan menyanyi
meskipun ia menyadari suaranya tak merdu. Saat ini, ia tinggal di
Banjar Penyalin, Kecamatan Kerambitan, Kab. Tabanan, Bali.

TANPA PEDULI MATAHARI (11)

I Gusti Ayu Made Suci Lestari

Aku dan teman-teman

Dari sebuah pelosok desa kecil

Bermain tanpa peduli matahari


Suka duka telah banyak dilalui

Tak peduli hujan dan terik hari ini

Melihat capung menari-nari

Cerita tertawa kita lalui di sawah

Masa-masa itu sangatlah indah

Kita tak mengenal lelah

Dahulu kita selalu bersama

Bercerita tentang kerasnya dunia

Menjadi petani tidaklah mudah

Apalagi dimasa-masa wabah

Semoga kita diberi berkah

Wahai teman-teman

Ku harap kalian tak kan lupa

Kenangan-kenangan kita di sawah

Bersama capung-capung indah

Hingga tak mengenal rasa lelah

Ku harap kita bisa menjadi seseorang yang berguna

Tak harus menempuh kuliah


jika menjadi petani di sawah

Bisa menjadi berkah

I GUSTI AYU MADE SUCI LESTARI, lahir 2 April 2006 di Banjar


Simpangan, Pejaten, Kediri, Tabanan. Duduk di kelas XI MIPA 3 di
SMA Negeri 1 Kediri. Yang mempunyai kegemaran menari dan
berenang sangat aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler menari dan
kegiatan les Bahasa Inggris. Setelah tamat SMA, ia mempunyai
keinginan untuk bekerja sebagai Pramugari di Maskapai
Penerbangan Indonesia.

PADI (12)

Firmansyah Andi Saputra

Mengawali hari di pagi yang indah dan tenang

Mentari pagi menyinari sawah yang luas

Embun membasahi padi padi


Suara kicau merdu yang membuat padu

Menari nari

Kami mencangkul dan membajak

Menanam benih padi

Petani merawat padi padi

Dengan tulus dan berhati-hati

Setiap helai dijaga dengan penuh kasih sayang

Membuat hati merasa senang dan gembira

Air pun setiap saat melintasi sawah yang ada

Pemandangan indah yang menyertai

Membuat hati menjadi tenang

Lumpur mengotori kaki hingga badan

Cinta petani terhadap padi-padi

Membuat semangat petani tak pernah padam

Pagi pun berlaku

Menjaga padi dari burung burung

Kulit yang terbakar sinar matahari

Namun semangat petani tak pernah pupus

Demi padi yang terjaga dan sehat


Tanah yang subur

Membuat padi menjadi sehat

Melengkapkan keindahan alam

Yang diciptakan oleh Tuhan

FIRMANSYAH ANDI SAPUTRA yang biasa di panggil Andik, adalah


siswa SMA negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XI IPS 3. Lahir pada
tanggal 13 Mei 2006. Ia mempunyai cita-cita sebagai dosen. Siswa
memiliki hobi bermain basket dan menonton film ini, memilih
ekstra bulu tangkis, basket, Bahasa Inggris, dan melukis untuk
menyalurkan hobinya. Ia tinggal di BTN Sanggulan, tepatnya di Jalan
Tukad Yeh Empas, Blok 33 D, No. 19, Tabanan, Bali.

PADI YANG DITANAM SENDIRI (13)

I Gusti Ayu Komang Putri Trisnadewi

Petani yang sedang berjuang

Berusaha melawan keraguan dan putus asa

Rasa khawatir yang muncul


Dan rasa putus asa yang ada

Petani yang berusaha untuk bangkit

Tapi di balik semua rasa lelah

Kekecewaan terus muncul

Yang membuatnya ingin menyerah

Dan tidak adanya harapan

Untuk membangkitkan semangat

Berusaha melawan

Dengan berjuang dan berusaha

Disaat sedang berjuang pasti muncul keraguan

Yang membuat ia khawatir

Dan hampir membuatnya mati putus asa

Hampir membuatnya gagal

Berjuang demi padi yang ditanam sendiri

Perjuangan yang ditanam menghilang begitu saja

Berusaha demi sebuah harapan

Yang ditanam dengan susah payah

Demi sebuah keberhasilan


I GUSTI AYU KOMANG PUTRI TRISNADEWI yang diakrab disapa
Putri, adalah siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk dikelas XII IPS
2. Ia kelahiran Kediri, 2 Desember 2004 dan bercita-cita sebagai
manajer perusahaan. Siswi yang mempunyai hobi bulu tangkis dan
ikut ekstra kurikuler KSPAN serta bulu tangkis ini, tinggal di Kediri,
Banjar Anyar, Tabanan, Bali.

HARTA KAMI (14)

Sayu Made Risna Andani

Hari-hari yang bahagia

Tiba tiba menjadi kesedihan

Yang amat mendalam

Membuat hati bergetar


Setelah mendengar ucapan dari mereka

Apa salah kami?

Mengapa engkau datang?

Lalu berbicara dengan kata-kata

Yang membuat kami terdiam

Hati ini terasa hancur

Mengapa engkau memaksa kami?

Menjual harta yang diberikan secara turun-temurun

Sawah adalah harta kami yang paling berharga

Kehidupan kami berasal dari sana

Jika engkau mengambil paksa

Bagaimana kami hidup?

Kalian orang yang berada

Berbanding terbalik dengan kami

Yang hanya seorang petani

Harta satu-satunya dirampas dengan paksa

Hati ini sungguh tidak rela


Kemarahan kegelisahan emosi

Mulai menyelimuti kami

Sampai tidak bisa berkata-kata

Sedih?

Hanya berpasrah

SAYU MADE RISNA ANDANI, lahir di Koripan Kaja, Desa


Abiantuwung, 23 Oktober 2005. Risna adalah panggilan akrabnya.
Ia adalah anak kedua dari dua bersaudara. Siswi yang mempunyai
hobi memasak ini, ikut bergabung ekstra kulikuler PMR di sekolah.

NASIB BERAS (15)

Ni Made Dwi Lestari

Kami diselimuti dengan keresahan

Kami berusaha untuk tenang

Namun apalah daya kami


Sawah yang dulu terhampar luas hijau elok dipandang

Namun kini semakin hari ditutupi bangunan

Rasanya kecewa dan ingin menuntut

Jika saja dibiarkan seperti ini

Bisa saja kami kekurangan pangan

Akan nasib beras di masa mendatang

Wahai pemerintah

Pikirkanlah nasib kami bersama

Jika persawahan yang dulu

Kini berubah menjadi bangunan

Seiring berjalannya waktu

Akan menyebabkan kepadatan

Alangkah baiknya

Hentikanlah pembangunan

Demi lingkungan kita

Demi kebutuhan kita

Demi masa depan kita

Hentikanlah kekhawatiran kami!

Buatlah kami tentram dan damai!


Tanpa adanya rasa kekhawatiran!

NI MADE DWI LESTARI yang akrab disapa Dwi, adalah siswa SMA
Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII IPS 1. Ia kelahiran Banjar
Balu, 19 September 2005. Sejak kecil bercita-cita menjadi
pengusaha. Siswa yang mempunyai hobi membaca ini, tergabung
dalam ekstra kurikuler KSPAN. Ia tinggal di Desa Abiantuwung,
Kediri, Tabanan, Bali.

NIAT HATI PANEN MELIMPAH (16)

Ni Made Dwi Putri Mahayani

Sang fajar menanti pagi pun mulai menyinari

Petani dengan segala aktivitasnya

Membajak sawah tanpa mengenal lelah

Dengan berbekal cangkul dan sabit


Mulai menanam padi

Ditemani burung-burung berterbangan

Hanya terik matahari yang dirasa

Walau bahu terasa pegal dan keringat mengucur

Hamparan sawah yang luas nan hijau

Bagai bak permadani

Namun kini mulai berubah

Niat hati panen melimpah

Namun dapat hanya setengah

Petani mulai meratapi nasib

Hingga mulai risau

Akankah bisa bertahan?

Akankah bisa berjuang?

Atau malah diuangkan?

Dan kini

Kemarau berkepanjangan beras mulai mahal

Penghasilan mulai berkurang bagai air tak mengalir

Tanah kering kerontang luluh lantak


NI MADE DWI PUTRI MAHAYANI yang akrab disapa Dwik, adalah
siswi SMA Negeri 1 Kediri yang saat ini duduk di kelas XII MIPA 2.
Lahir di Tabanan, 19 Oktober 2004. Siswi yang hobi menonton
drama Korea, mendengarkan musik, membaca dan mempelajari
bahasa asing ini, tergabung dalam ekstra kurikuler PMR. Setelah
lulus SMA, ingin melanjutkan ke Perguruan Tinggi Negeri. Tinggal di
Banjar Gamongan, Desa Kaba-Kaba, Kediri, Tabanan, Bali.

TEMPAT BERMAIN LAYANGAN (17)

Kadek Vijaya

Di atas langit yang mendung

Seorang anak sedang termenung

Matanya terlihat sedih dan kecewa

Ada apa?
Tempat ia berlari-lari

Tempat ia bermain layangan

Tempat ia berkumpul dengan teman

Telah berubah menjadi perumahan

Namun anak itu tidak bisa berbuat apa

Melihat sawah kini hampa

Berubah menjadi tempat yang panas

Terik matahari yang menyengat

Suara roda sepeda terdengar jelas

Teman anak itu tiba

Mereka kebingungan melihat anak itu

Mengapa begitu sedih akan sawah

Saat itu aku turut sedih

Aku membimbing mereka

Untuk menemukan kebahagiaan lain

Yang tersembunyi di suatu tempat

Saat mereka kembali

Mereka tertawa lepas karena


Bahagia

Tempat indah yang ku maksud

Akhirnya ditemukan oleh mereka

Tempat itu sangat indah

Tempat itu sangat menakjubkan

Mereka bertemu denganku di tempat itu

Tempat itu bernama surge

KADEK VIJAYA, yang sering dipanggil Vijaya adalah siswa SMA


Negeri 1 Kediri kelas XII MIPA 1. Lahir di Tabanan, 5 Mei 2005. Cita-
citanya menjadi seorang pilot. Siswa yang mempunyai hobi bermain
game ini, ikut bergabung dalam ekstra bahasa Inggris dan catur. Ia
tinggal di Sanggulan, Tabanan, Bali.

TANPA RASA DAN KARSA (18)

Bulan Sukma Ainur Rohman

Ku tau ragamu lelah

Langkahmu tak terarah

Kepalamu berisik

Hatimu bagai kopi tanpa gula

Hancur tanpa rasa dan karsa


Tenang

Semesta akan memberimu pelangi

Alam akan menopang jiwamu

Sabarlah wahai Tuanku

Berteriaklah pada dunia

Bahwa kau tak terarah

Janganlah kau menyerah

Mentari mewarnai harimu

Semangatlah wahai Tuanku

Sayapku akan mewarnai harimu

Tenangkan sukmamu

Wahai Tuanku

Berjuanglah semuakan baik-baik saja

Tetesan air mata di pipi

Akan memberi hikmah di hidupmu

Lahan yang kau miliki akan subur

Bergeraklah semampumu

Putus asa tak ada gunanya


Tak apa pelan

Semesta akan menuntun jalanmu

Alam akan berpihak padamu

BULAN SUKMA AINUR ROHMAN yang akrab disapa Bulan, adalah


siswi SMA Negeri 1 Kediri, yang duduk di kelas XII IPS 1. Ia
kelahiran Garut, 15 Januari 2005. Ia merupakan anak terakhir dari
dua bersaudara dan sejak kecil bercita-cita menjadi seorang
miliarder atau pengusaha yang sukses. Siswa yang punya hobi
memasak, membaca novel, dan menonton drama Korea ini, ikut
bergabung dalam ekstra kurikuler KSPAN dan olahraga bulu
tangkis. Saat ini tinggal di Banjar Taman Mekarsari, Banjar Anyar,
Kediri, Tabanan, Bali.

MENGINGAT KENANGAN (19)

Ni Luh Made Asri Anggreniasih

Ia kembali setelah sekian lama

Kenangan bermunculan satu persatu

Bagaikan kepingan puzzle

Hidup dan berputar dikepalanya


Beratapkan biru beralaskan hijau

Dengan kehangatan sinar mentari

Berlari Bersama di tempat itu

Menghubungkan diri dengan orang-orang

Merajut kenangan manis bersama

Bermain air di pengairan

Bermain di lumpur

Berlari mengitari pertanian

Di bawah terik matahari

Layang-layang menghiasi langit

Semangat mereka yang tak surut

Membagi tawa bersama

Gejolak kebahagiaan dimasa itu

Mengembalikan senyum di wajahnya

Mengingat kenangan indah

Namun itu tak sama lagi

Tak ada warna hijau dimatanya

Hanya nampak dinding abu-abu

Perubahan memang menyesakkan


Tetapi kenangan takkan berubah

NI LUH MADE ASRI ANGGRENIASIH yang akrab disapa Asri,


adalah siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XI MIPA 1. Ia
kelahiran Tabanan, 22 Agustus 2006. Sejak kecil, ia selalu
memperbaharui cita-citanya. Bermula ingin menjadi seorang guru,
komikus, hingga penulis, dan beralih ingin menjadi Graphic
Designer. Siswi yang memiliki hobi membaca ini, ikut bergabung
dalam ekstra kurikuler menggambar. Ia tinggal di Banjar Munggal,
Desa Kukuh, Marga, Tabanan, Bali.

SURAT: MILIK TANAH KEHIDUPAN (20)

Kadek Gita Hapsari Dewi

Berjalan perlahan

Menyusuri lorong tak bercahaya

Kegelapan

Hanya kegelapan yang menyambut

Dan beberapa semut yang terinjak-injak


Kegelapan ini tak kau hiraukan

Tak ada ketakutan disana

Ketamakan

Kelicikan

Hanya itu yang kulihat!

Di ujung sana

Pintu emas kusam menyambut

Semakin kau eratkan genggaman

Surat

Hanya selembar kertas

Bertuliskan “milik tanah kehidupan”

Di balik pintu

Lelaki tua rapuh,

Termenung tanpa kata

Ia tau

Lahan hijau yang dulu ia genggam

Kini bukan miliknya lagi


Tak berbekas

Lenyap sudah harapan lelaki tua

Dalam karma

Yang datang menghampiri

KADEK GITA HAPSARI DEWI, yang sering disapa Gita, siswi SMA
Negeri 1 Kediri kelas XI MIPA 4 (fosfour). Lahir di Kediri, 29
September 2005. Bukan hanya ikut di Komunitas Literasi Bakta saja,
Gita juga ikut organisasi Dewan Ambalan, PIK-R, KSPAN, dan juga
ikut kebangsaan. Cita-citanya setelah lulus dari SMA menjadi
pengusaha muda. Saat ini, tinggal di Perumahan BCA Land
Kerambitan, Tabanan, Bali.

PADI-PADI DAHAGA (21)

Ni Kadek Dia Pradnya Devi

Pagi yang cerah!

Petani itu terbangun bersemangat

Sayur-mayur yang melimbah ruah

Rasanya ingin cepat-cepat dipanen

Bakal bekal membayar keringat


Kata orang:

Jadi petani memang tak mudah!

Tidak boleh sering mengeluh kepada tanah

Apalagi sering marah-marah karena lelah

Tempat ini dulu sepi dari kendaraan

Tapi selalu ramai oleh petani

Lewat dan singgah sana sini

Yang menahan terik matahari di siang hari

Bermodal semangat tanpa banyak tahu menahu

Mereka tak ingin padi-padi dahaga

Ketika matahari mulai meraja

Ketika burung-burung pipit mulai memangsa

Para petani pun mengusirnya dengan tak rela

Ketika hama-hama mulai melekat

Mereka pun membasmi dengan obat yang pekat

Betapa cintanya para petani dengan sawahnya

Untuk mendapatkan hasil padi yang sempurna

Untuk segudang harapan


Yang sederhana tak pernah sempurna

Gembira sorak yang kita katakan

Bercampur raut muka yang menawan

NI KADEK DIA PRDNYA DEVI, yang akrab disapa Dia, lahir 3 Juli
2006. Ia tinggal di Jadi, Banjar Anyar, Kediri, Tabanan, Bali. Duduk
di kelas XI IPS 3 SMA 1 Kediri. Punya hobi renang dan bercita-cita
ingin menjadi guru. Saat ini ia ikut bergabung ekstra kurikuler PKS
BAKTA.

PADI EMAS (22)

Made Candra Pramesthi Dewi

Dulu aku sering pergi ke sawah

Melihat para petani di sawah

Membuat berpikir akan sesuatu

Tidak kah mereka merasa lelah?

Tidak kah mereka merasa panas?


Para petani bekerja di bawah cuaca panas

Matahari terlihat berada di atas kepala

Keringat mereka terlihat mengalir deras

Di tengah terik matahari yang panas

Mereka masih tetap berjuang

Berjuang demi padi yang berkualitas

Berjuang demi nasi lezat untuk kita makan

Demi kita mereka rela bekerja

tetesan keringat tidak menghentikannya

sungguh luar biasa

Sedangkan aku hanya bisa duduk

Dan melihat kalian yang bekerja

Di kelilingi padi emas yang berdansa

Melihat padi yang begitu cantik

Membuat kalian merasa senang

Air sawah nampak jernih

Padi emas yang sangat indah di pandang

Melihat para petani senang


Membuatku senang melihatnya dari jauh

Para petani sangatlah hebat

Demi kita dia menyampingkan rasa lelah

Rasa panas dan tetap berjuang demi kita

Terima kasih kuucapkan kepada mereka

Para petani

MADE CANDRA PRAMESTHI DEWI, yang sering dipanggil dengan


panggilan Candra, adalah siswa SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di
kelas XII MIPA 6. Ia lahir di Denpasar tanggal 9 Oktober 2004. Sejak
kecil, ia bercita-cita menjadi translator, namun ia memiliki hobi
yang berbeda dari cita-citanya yaitu membaca. Membaca novel dan
beragam jenis buku lainnya membuatnya sangat senang dan kadang
juga termotivasi. Candra memang tidak memiliki bakat menulis
puisi atau cerpen. Walaupun demikian, ia ingin terus belajar dan
mencoba melakukan yang terbaik.
BELANDA JEPANG SEMUA DATANG (23)

Ni Luh Azhanova

Negara agraris dengan sawah berundak-undak

Hamparan ladang yang luas

Sektor pertanian memegang peranan penting

Dulu Indonesia pernah dijajah

Belanda Jepang semua datang


Buat apa mereka datang?

Hanya sekadar melirik kekayaan sumber daya alam

Yang mereka inginkan

Yang mereka idam-idamkan

Mereka tidak punya seperti yang kita punya

Sungguh malang nasib dulu

Tapi biarlah berlalu

Mari kita lihat yang baru

Kekayaan alam di negara sendiri

Tidak perlu diragukan lagi

Hasilnya melimpah

Cukup membuat hati berbangga

Bersyukurlah yang hanya sebagai penikmat

Cintai hasil negara ini

Yang sebagai produsen

Semangat bekerja

Demi kesejahteraan Indonesia tercinta


NI LUH AZHANOVA yang biasa disapa Azha, adalah siswi SMA
Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII MIPA 4. Perempuan
kelahiran 16 November 2004 ini, sangat menyukai bunga mawar
merah. Dikarenakan selain cantik, mawar juga memiliki banyak
filosofi. Azha ialah siswi yang memiliki hobi bermain mobile legend.
Di samping itu, ia juga mengikuti ekstra Pramuka dan PKS.

MEMIKUL CANGKUL DI PAGI BUTA (24)

Putu Desy Arnita Widyaswari

Memikul cangkul di pagi buta

Para petani mulai menggarap sawahnya

Meskipun mentari pagi belum menyapa

Tanpa memikirkan isi perut di pagi hari

Mereka siap memulai rutinitas


Cahaya mentari mulai berbinar

Temani pertani menggarap tanah

Menimba air terus menerus

Saling sapa dengan kesederhanaan

Tanpa ada kemewahan diantara mereka

Terik mentari mulai menguar

Tak kenal takut dengan panas

Derasnya peluh keringat membasahi dahi

Berhenti sejenak mengusap keringat

Tetapi semangat mereka tak kenal henti

Dengan penuh harapan

Jerih payah akan terbayarkan

Saat hari panen telah tiba

Derasnya hujan membasahi raga

Lelah melanda jiwa

Rasa gelisah terus mengiringi

Kekecewaan selalu menghampiri

Memandang derajat dari sang kaya

Mendengar sorak dari sang kaya


Hanya ilusi yang tak memandang itu

Duduk rapi dengan pakaian formal

Tak sebanding dengan yang berlumpuran tanah

Sang kaya menganggap petani sang miskin

Menganggap petani hanya pekerjaan rendahan

Tanpa sadar tanpa adanya petani

Mereka tak dapat menikmati sesuap nasi

Pergi saja ambil cangkul

Dengan pakaian formal itu

Garap tanah hasilkan padi

Jikalau engkau mampu

Jangan memandang status orang itu

Pandanglah jasa mereka

PUTU DESY ARNITA WIDYASWARI, yang akrab disapa Desy, siswi


SMA Negeri 1 Kediri kelas XII IPS 3. Lahir di Tabanan, 1 Desember
2004 dan bercita-cita menjadi pengacara. Siswi yang punya hobi
menggambar, melukis, dan mendengarkan musik ini, tergabung
dalam ekstra kurikuler KSPAN (Kelompok Siswa Peduli Aids dan
Narkoba). Tinggal di Jalan Darmawangsa, No. 11, Banjar Taman Sari,
Tabanan, Bali.

HULU HILIR (25)

I Made Abhi Ardika Purwa

Jikalau di puncak asa

Enggan pun kau rasa

Bagai merak yang lupa menjadi unggas

Bagai riak air yang jauhi lunduk

Satu sisi pun kau anggap ranah


Air segan melihatmu

Ki Harapan kan menuntunmu

Merak kan menjadi unggas

Riak air kan menjadi lunduk

Seperti air yang enggan diam

Ia cintai hulu

Ia cintai hilir

Riaknya yang tersebar

Tak memandang kaki dan puncak

Kita rasa saksama

Dari tandan yang sama

Untuk hilir yang sama

Air jatuh dari awan yang sama

Untuk kita Bersama

Hulu ke hilir

Tenang tenanglah

Ini bukan salahmu

Ini bukan salah batu yang mencegat air


Tapi ini galat angin yang telat singgah

I MADE ABHI ARDIKA PURWA, yang biasa dipanggil Abhi, duduk


di kelas XI MIPA 5 SMA Negri 1 Kediri. Punya hobi menggambar,
dan berpartisipasi dalam kegiatan OSIS di sekolah, siswa yang
tinggal di Banjar Anyar, Desa Sanggulan Anyar, Kediri, Tabanan, Bali
ini, ingin sukses kedepannya dan membanggakan kedua orang
tuanya.

SANGKUNI (26)

Ni Made Nadhila Indri Saputra

Burung-burung bersenandung ria

Di bawah teriknya sang fajar

Gericik air terus mengalir

Samudra hijau membentang

Di tengah daratan luas


Barisan padi berjejer rapi

Menari-nari di tengah tiupan angin

Semakin hari semakin menguning

Para burung berdatangan

Menyantap buliran padi yang merunduk

Ku berlari di tengah hamparan sawah

Diiringi suara kincir yang nyaring

Uang bukan alasan bahagia

Namun kenikmatan alam yang tak terobati

Cangkul terus memukul

Bak amarah para petani

Jiwa api yang berkobar

Membakar semangat para petani

Untuk menghentas kemiskinan

Sungguh tamak

Wahai para penguasa

Bukalah mata hatimu

Untuk kami rakyat kecil

Yang selalu terpijak di bawah kuasamu


Yang kaya yang berkuasa

Semboyan itu tak asing ku dengar

Kau dengan mudah menipu

Pikiran licikmu bagai sangkuni

Samudera hijau kini telah lenyap

Barisan padi telah terganti menjadi barisan gedung

Demi keserakahannya

NI MADE NADHILA INDRI SAPUTRA atau lebih akrab di panggil


Dhila kelahiran 15 Agustus 2005. Ia memiliki hobi menonton film.
Ia merupakan siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di bangku
kelas XI IPS 1. Saat ini tinggal di Desa Pandak Gede, Kediri, Tabanan,
Bali.
MELAMUN UNTUK KESEKIAN KALI (27)

Putu Cintya MY Dewi

Menyerah mungkin kata yang ada di benaknya

Duduk termenung di tepian sawah

Dengan rintihan hujan di sekelilingnya

Mata yang sayu penuh pilu

Melihat sawahnya yang kering tak terbasahi hujan

Rasa lelah yang menguasainya


Rasa penat yang tak terbayarkan

Membuat batinnya berteriak

Terisak tangis di dalam dirinya

Bergejolak dengan putus asa

Mengeluh pun tidak sempat

Membayangkan terdahulu

Tak seperti saat ini

Melamun untuk kesekian kalinya

Tak ada harapan di pikirannya

Apakah aku harus kembali?

Demi padi yang di tanam

Akankah ada peluang untuknya saat ini?

Demi mempertahankan sawahnya ini

Ada harapan muncul dengan sendirinya

Semangat ucap dalam dirinya

Tersadar dari lamunannya

Mengambil cangkul

Dengan semangat memulai kembali

Demi hasil yang memuaskan


PUTU CINTYA MY DEWI yang akrab disapa Cintya, adalah siswi
SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII IPS 2. Ia kelahiran
Tabanan, 4 Maret 2005 dan sejak kecil bercita-cita menjadi
pengusaha yang sukses. Siswi yang punya hobi bernyanyi dan
pencak silat ini, ikut bergabung dalam ekstra Bahasa Inggris dan
silat. Ia tinggal di Banjar Anyar Dajan Tenten, Tabanan, Bali.

SEBUTIR BERAS (28)

Putu Dewi Handayani

Perihnya kehidupan mengajarkan kita banyak hal

Bagaimana seorang ayah yang hanya seorang petani

Berjuang keras demi sebutir beras

Senyum yang tak pernah padam

Menyembunyikan luka yang mendalam

Keringat yang terus mengucur

Dengan semangat yang tak pernah luntur


Dan hati yang tak pernah gentar

Ketika orang lain bertanya:

Mengapa kau masih berjuang?

Dialog yang sering ia dengar

Dalam hati ia bertanya:

Mengapa aku masih berjuang?

Dalam ruang hampa merenung

Tanpa sadar air mata mengalir dengan derasnya

Seakan mengingatkannya akan kenangan lama

Mentari pagi yang terpancar begitu cerah

Menerpa hijaunya hamparan sawah

Hamparan padi yang begitu indah

Tak menutup kemungkinan adanya hama

Tanah yang subur

Tak menutup kemungkinan terjadinya kekeringan

Air yang terus mengalir

Dari hulu ke hilir

Begitulah kehidupan

Yang tak pernah luput dari kesalahan


Terkadang ada kalanya kita berhasil

Dan ada kalanya kita merasa gagal

PUTU DEWI HANDAYANI yang akrab disapa Dewi, adalah siswi


SMA Negeri 1 Kediri yang duduk kelas XI MIPA 6. Ia lahir pada 28
Juli 2006 dan sejak kecil bercita-cita menjadi seorang dokter. Siswi
yang mempunyai hobi bernyanyi dan mendengarkan musik ini, ikut
bergabung dalam ekstra kurikuler musik, bulutangkis, dan Bahasa
Jepang. Ia tinggal di Banjar Anyar, Marga, Dajan Puri, Tabanan.

PANEN SEMAKIN DEKAT (29)

I Gusti Nyoman Triharta Utama

Aku heran dengan Tuanku

Hari demi hari selalu membawaku

Tenaganya habis tapi tetap memegang ku erat

Ia tak pernah lelah mengayunkanku di rerumputan

Keadaan yang membuatnya terus mengayunkanku

Tiada hari tanpa keletihan

Hari harinya penuh tekanan

Berjuang menumbuhkan padinya


Ketakutan gagal panen terus menghantui

Namun rasa menyerah tak terasa digenggamannya

Hari demi hari

Bulan demi bulan telah terlewat

Bulan panen semakin dekat

Kekecewaan dan ketakutan memenuhi pikirannya

Hanya pasrah dan doa yang bisa dilakukan

Hari itu pun tiba

Kebahagiaan memancar diwajahnya

Padinya sehat dan subur

Tangis haru keluar dari matanya

Seketika semua keresahan hilang

Usahanya sangat membuahkan hasil

Setiap keringat yang menetes

Tiap langkah yang melelahkan

Ayunan tangannya

Semua tidak berakhir sia-sia


I GUSTI NYOMAN TRIHARTA UTAMA yang akrab disapa Gusmang,
adalah siswa SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII IPS 2. Ia
kelahiran Tabanan, 16 Oktober 2004. Memiliki banyak hobi seperti
bermain basket, mendengarkan musik, berolahraga dan masih
banyak lagi. Ia bergabung dalam ekskul basket di sekolahnya. Ia
tinggal di Jalan Tendean, Gang Durian, Kediri, Tabanan, Bali.

KAMI JARANG MAKAN (30)

Ni Putu Neysa Puspita Dewi

Memulai hari di pagi buta

Ketika embun masih terlihat jelas

Matahari pun muncul dengan malu-malu

Diiringi kokok ayam bersahutan

Menggerakkan tungkainya

Menuju hamparan sawah tempat bekerja

Dengan tangan kanan menjinjing bekal

Dan tangan kiri memikul cangkul

Senyum pun terpatri indah di bibir


Hamparan sawah yang luas meghijau

Adalah bekal leluhur sejak dulu

Damai ini sejuk terasa

Penawar di kala lelah melanda

Kami sibuk dengan pekerjaan

Bermodal ketelatenan dan ketekunan

Meski peluh membanjiri

Meski pegal melanda tubuh

Semangat membara dan berkobar

Kala matahari di atas kepala

Gubug tua jadi tempat melepas lelah

Berkumpul bersenda gurau

Sembari menyantap bekal masing-masing

Terasa nikmat, meski sederhana sedikit rasa

Jerih payah sedikitterbayarkan

Meski hari ini tanpa nanti

Ketika masa panen menghampiri

Dengan harapan, akan ada hasil sesuai mimpi


Jadi petani bukan perkara mudah

Bukan untuk disepelekan

karenanya, negeri ini bisa makan

Walau kami jarang makan

Tetap bersyukur bersyukur

Tanpa perlu diukur

NI PUTU NEYSA PUSPITA DEWI yang akrab disapa Neysa, adalah


siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XI MIPA 2. Neysa
yang mempunyai hobi dance ini bergabung dalam ekstra kurikuler
dance BAKTA. Ia lahir di Palu, 27 Maret 2006. Kini, ia tinggal
bersama orang tuanya di Jalan Tendean No. 12, Banjar Anyar,
Kediri, Tabanan, Bali.
JASA YANG JARANG DIDENGAR (31)

Dwi Rahayu

Pagi yang cerah terbangun dari tidur lelap

Pergi ke sawah dan menjalankan tugas

Dengan membawa bekal pengganjal lapar

Agar semangat menanam padi

Suara jangkrik selalu menemani pagi

Sejuknya angin pagi yang dirasakan

Kicauan burung yang menemani

Menemani pagi yang penuh semangat

Semangat akan bekerja

Di kala teriknya panas matahari


Sama sekali tak pernah mengeluh

Keringat mengucur di leher

Di dahi dan di badan

Adalah hal yang biasa dihadapi

Di kala masa panen padi

Kau sangat gembira

Hasil kerja keras membuahkan hasil

Yang selama ini dirawat

Dengan penuh kasih sayang

Ada jasa yang jarang didengarkan

Karenamu masyarakat bisa makan

Mendapatkan beras

Walau sering jarang dimakan

NI MADE DWI RAHAYU yang akrab disapa Dwirahayu, adalah siswi


SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelaa XI MIPA 4. Ia kelahiran
Tabanan, 2 September 2006. Siswi yang gemar menari tradisional
ini, ikut bergabung dalam ekstra kurikuler tari, PMR, dan bergabung
dalam Dewan Ambalan. Ia berasal dari Banjar Ole, Marga, Dauh Puri,
Kecamatan Marga, Tabanan, Bali.
SAMPAI MATAHARI PERGI (32)

Ni Putu Arlya Dewi

Apa itu agraris kalau bukan untuk bersatu

Untuk menuju laju baru apa benar?

Hilang sudah sepenggal kehidupan

Untuk memenuhi langkah

Akankah nanti lebih baik?

Apa mimpi akan menjadi nyata?

Jujur banyak harapan melintasi jalan yang dibuat

Kehidupan globalis yang diharapkan

banyak senyum yang diinginkan

Harap-harap resah menjadi indah


Wahai pemimpin

Aku percayakan semua

Suara berisik yang datang menyertai

Bukan lagi berisik semangat petani

Ketenangan yang dirindukan

Tetaplah berbakti sepenuh hati

Sampai matahari pergi

Walau di negeri berkobar api

Pengorbanan sangat berarti bagi kami

Untuk anak cucumu nanti

NI PUTU ARLYA DEWI, anak pertama dari dua bersaudara


pasangan I Wayan Muliawan dan Ni Wayan Suka Artini ini, lahir di
Tabanan, 13 April 2005. Tinggal di Jalan Gatot Subroto, Banjar
Sanggulan, Kediri, Tabanan, Bali. Arlya yang punya hobi jalan-jalan,
menggambar, baca novel online, dan menonton film ini, sejak kecil
bercita-cita menjadi sarjana. Arlya aktif dalam kegiatan
pembelajaran di kelas. Ia dikenal pantang menyerah, murah
senyum, dan ramah kepada siapapun. Siswa kelas XII IPS 4 SMA
Negeri 1 Kediri ini, menjadikan pandemi covid 19 sebagai inspirasi
untuk menggali bakat dalam diri dengan cara berkreasi.
BERHUMA (33)

I Putu Nova Diputra

Cemas letih dan lara dalam bertani

Hujan menghadang banjir menerpa

Malangnya diri pada padi yang tertidur

Tanah yang kering membuat lara

Putus asa dan rasa

Angin sepoi-sepoi seakan pertanda

Air yang mengalir seakan menenangkan

Berani itu pikiran meski dibakar

Keringat bercucuran

Air dialiri pupuk diberi

Tuk dirimu wahai padi-padi


Sawah tempat bertani

Jadi saksi semangat

I PUTU NOVA DIPUTRA yang akrab di sapa Nova, adalah siswa


SMA Negeri 1 Kediri yang duduk dikelas XI MIPA 5. Ia kelahiran 20
November 2005 dan dari kecil bercita-cita menjadi seorang guru.
Siswa yang gemar membaca ini, ikut bergabung dalam ekstra
kurikuler PKS. Tinggal di Banjar Susut, Desa Baru, Marga, Tabanan,
Bali.
DEWI DI ZAMAN KALI (34)

Ni Komang Elsa Prasanti

Hanya tersisa beberapa petak

Keasrian seperti gelar Sang Raja

Hijau ini penuh makna

Haruskah hilang gemerlap mata?

Tanah yang subur ini

Dengan airnya yang jernih

Tempat berkicau ratusan burung-burung tua

Akan hilang karena simalakama

Apakah kau lupa?

Leluhur menitipkan Aku padamu

Yang harus dijaga dan dirawat

Bukan malah ditinggal begitu saja


Sepetak sawah

Yang memberimu makan

Yang menjagamu dari rasa lapar

Tak harus kau jual sebagian

Lalu kau tinggalkan sendirian

Dewi Sri yang sendirian

Dengan kenangan fatamorgana

Hologram dipikiran

Dengan gedung-gedung di tanah pesakitan

Kata orang:

Nasi sudah jadi bubur

Daging sudah dipenuhi duri

Sungguh malangnya Sang Dewi

Bertemu orang-orang di zaman kali

Tanpa harus tahu menahu

Cara bersyukur pada-Mu


NI KOMANG ELSA PRASANTI, yang akrab disapa Elsa merupakan
siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di Kelas XII IPS 3. Elsa
kelahiran Jebaud, 20 Desember 2004. Ia memiliki hobi menarikan
tarian modern atau K-POP atau sering disebut dengan Dance. Dance
merupakan bagian dari hidupnya dan sudah menjadi kebiasaan
baginya.

SAMPAI USIA TERBENAM (35)

Ni Made Manik Dharmayani

Sinar matahari menyambut pagi

Menemani petani bekerja di sawah

Tanpa hirau terik matahari

Tampak bekerja tak kenal lelah

Banyak yang kau korbankan

Mulai dari waktu dan tenaga

Kau pergi ke sawah memanen padi

Agar menjadi sebutir beras

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

Gemericik air mengalir di sawah

Membuat hati petani merasa senang

Semangat pagi selalu mereka miliki


Untuk menyambut pagi

Begitulah kehidupan mereka sehari - hari

Dengan tanah yang subur

Dengan sumber daya alam yang luar biasa

Membuat kagum tiada tara

Petani yang bersemangat

Atas perjuangan dan hasil kerja keras

Semoga tak sia-sia segala perjuangan

Tetaplah menanam sampai usia terbenam

NI MADE MANIK DHARMAYANI, yang akrab disapa Manik adalah


siswa SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII MIPA 4. Ia
kelahiran Tabanan, 20 November 2004 dan sejak kecil bercita-cita
jadi dokter. Siswi yang punya hobi menari, menonton film, dan
berenang ini, ikut bergabung dalam ekstra tari dan olahraga bola
basket. Tinggal di Banjar Panti, Kecamatan Kediri, Kab. Tabanan,
Bali.
ANAK CUCU SEMESTA (36)

Ni Nengah Sri Purnamayanti

Angin berhembus kencang meniup-niup hamparan padi

Di tengah sawah yang luas erdiri sosok tangguh pekerja

Tak peduli badai menerjang

Terik matahari bahkan hujan sekalipun

Tak pernah mematahkan semangat

Bahkan rasa pusing yang melanda tanpa hirau

Tidakkah kesehatan itu penting baginya

Tak jarang juga terjadi kekeringan di lahannya

Dikarenakan tak mendapat aliran air

Bukankah setiap lahan selalu mendapat air

Mengapa para petani begitu serakah

Hanya untuk mendapat air untuk lahan mereka


Mereka rela memutus aliran air ke lahan lain

Bahkan tak jarang tanah pada lahan petani lain kering

Tak jarang dia sering gagal panen

Bibit-bibit yang dirawat sepenuh hati

Kini tumbuh menjadi padi berkualitas

Meski terkadang banyak hama pengganggu

Dia tak pernah menyerah

Dan terus berusaha untuk hasil yang terbaik

Seorang pria paruh baya yang tangguh

Terus berusaha dan pantang menyerah

Tak lupa berdoa

Untuk anak cucu semesta

NI NENGAH Sri PURNAMAYANTI, lahir 7 September 2006 tinggal


di Banjar Kelakahan Gede, Desa Buwit, Kediri, Tabanan, Bali. Ia
adalah siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Kediri. Memiliki hobi
menari dan mendengarkan musik. Ikut bergabung dalam ekstra
kurikuler PMR. Ia dikenal pendiam oleh kebanyakan orang. Bercita-
cita menjadi seorang koki dan Polwan.
DI BAWAH POHON YANG RINDANG (37)

Wandayaning Oktaliana Putri

Di bawah pohon yang rindang

Ada sawah yang hijau dengan suara

Gemericik air menenangkan

Suara kicauan burung merdu

Didampingi kawanan burung membuat hati riuh

Bersenandung berjalan ke arah sawah

Rumput menari dihembus angin

Semangat menggebu-gebu

Mengelilingi sawah dengan tersenyum

Sejauh jarak senyummu terpampang di mata

Langit yang cerah dengan hati gembira

bersama padi yang mulai tumbuh

Suara sungai yang mengaliri sawah


Berkhayal di bawah pohon yang rindang

Bersamamu adalah mimpi indah

Dirimu yang selalu didamba

Yang selalu berlari-larian

Selalu memikirkan hal yang sama di ladang

Bersamamu adalah takdir yang tak tercapaikan

Bersamamu hanyalah sebuah angan

Jika waktu memberi kesempatan

Aku ingin menyatu bersama

Bersantai di bawah pohon yang rindang

Menatap ladang yang luas

Ditahan sesak yang merusak

WANDAYANING OKTALIANA PUTRI, yang akrab disapa Wanda,


Liana, dan Nana, adalah siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di
kelas XI IPS 4. Ia memiliki hobi membuat kaligrafi Arab dan makan.
Ia bercita-cita menjadi psikolog walaupun hanya khayalan baginya.
WAJAH YANG CERIA (38)

Ni Putu Dea Yustisia

Gerak-geriknya dengan cangkul dipikul

Berjalan di tengah sawah dengan sepatu bot tua

Semangatnya membara

Sawah dibajak padi ditanam

Diperhatikan dengan saksama

Wajah penuh keringat

Senyum tak kian luntur

Kerja keras untuk keluarga

Menjadi alasan untuk terus kuat

Sawah sudah menjadi teman

Lumpur dan pohon di sekeliling

Sudah tak asing lagi dilihat

Cangkul sudah jadi senjata


Topi kerucut lusuh adalah perisai

Baju menjadi zirahnya

Berjuang untuk kehidupan

Meskipun sederhana

Padi adalah kehidupan

Sumber penghasilan saat musim panen

Bersuka cita

Dengan kerja keras yang tak terbayarkan

Kulihat wajah yang ceria tersenyum dengan lepas

Pohon-pohon yang bergoyang

Seolah turut merasa senang

NI PUTU DEA YUSTISIA, yang sering dipanggil Dea, adalah siswi


SMA Negeri 1 Kediri kelas XI MIPA 1. Lahir di Koripan Kelod, 25 Juni
2006. Cita-citanya menjadi seorang Perawat. Siswi yang punya hobi
membaca komik dan menonton kartun ini, ikut bergabung dalam
ekstra kurikuler PMR. Ia tinggal di Banjar Koripan Kelod, Desa
Abiantuwung, Kediri, Tabanan, Bali.
OBOR DI LADANG JAGUNG (39)

Karina Aulia

Terbuka matanya

Tak sampai akalnya menafsirkan apa yang telah terjadi

Jadi kuteteskan sedikit airku, menjernihkan akalnya

Berdirilah dia, menatap sayu rombonganku yang membisu

Dan berangsur-angsur kisahnya kami tuturkan padanya

Dia memang tolak kenyataan tentang saudarinya malam itu

Segerombolan binatang buas berdasi masuk menerjang

Hanya karena salah seorangnya punya jutaan biji jagung

Amat rendah derajatnya walau begitu dia disembah-sembah

Sampai tak lama mengundang amarah

Anak itu gemas hendak mengoyakkan jas gelamor mereka

Sayang susul matanya dipejamkan paksa, berandailah dia

Jikalau raganya cukup kuat, dia bisa lindungi gadis itu

Dengan pandangan memudarnya kembali menatap kami


Diingatkanlah dia akan betapa tertekan batinnya

Memimpikan saudarinya yang terlanjur muda untuk menyusui

Akhirnya gadis itu mati dengan sebab yang tak terucap

Melihat hatinya telah lumpuh

Garam luka itu akhirnya berpadu dengan lada penerimaan

Seketika wajahnya bertukar menjadi tanpa ekspresi

Tatapan tajamnya memberi kami arti yang dia maksud

Kami dukung dia

Balas dendam

Diangkatnya sebatang obor

Di mana mahkotanya berwarna merah menyala

Larilah kaki kecilnya, menuju ladang jagung seluas samudera

Diperintahkannya si jago merah menyantap hidangan utamanya

Dengan secarik catatan tata krama

Berbunyi, habiskan semua yang dihidangkan untukmu

Bahkan pendosa di dalamnya

Kami berikan minum si jago merah sehabis anak itu puas

Dilebarkannya tangannya bak sayap sembari menyeringai

Seakan mengajak seisi dunia bersenang ria bersamanya


Kami pun turut memaklumi

Karena dia memang layak

KARINA AULIA, yang akrab disapa Karin, adalah siswi di SMA


Negeri 1 Kediri yang gemar menulis dan mendengarkan musik. Ia
lahir di Medan, 13 November 2006. Cita-citanya beragam, mulai
dari menjadi dosen, pengacara, dan novelis.
SAWAH YANG HILANG (40)

Ni Made Mia Wulandari

Apakah arti kata asri?

Banyak sawah hilang diganti

Semua telah berganti peran

Berlomba membanting harga

Demi kepentingan diri sendiri

Tidakkah mereka menyadari?

Petani banting tulang memberi sebutir padi

Agar kita tidak kelaparan

Namun semua menjadi bualan belaka

Sumber pekerjaan mereka direnggut begitu saja

Zaman sekarang, hanya uang yang utama

Kebanyakan orang lepas tangan

Melupakan kewajiban dan kebutuhan

Kesejukan hilang diganti panas membara


Seakan menusuk jiwa dan raga

Kalian dengan jiwa tak bertanggung jawab

Apa tujuan semua ini?

Bangunan dibuat setinggi mungkin

Tanah subur diganti paving

Tapi kalian tidak fungsikan

Banyak gedung tersebar

Tak terhitung jumlahnya

Namun untuk apa?

Dibuat tidak digunakan

Terasa sepi seperti kota mati

NI MADE MIA WULANDARI, atau akrab disapa Mia adalah siswi


SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII IPS 3. Kelahiran di
Banjar Pemenang, 24 Mei 2005 dan sejak kecil sangat tertarik
dengan tantangan baru. Siswi yang punya hobi membaca dan
mendengarkan musik ini, ikut bergabung dalam ekstra kulikuler
dance BAKTA.
PADI MENARI-NARI (41)

Komang Yulia Febriyanti

Mentari yang menyinari ladang

Angin berhembus membuat padi menari-nari

Melihat hamparan yang menghijau

Membuat hati berdamai

Membuat mata terpesona

Membuat makin jatuh hati

Dengan warna hijau padi

Merawat dengan sepenuh hati

Dimulai dari pagi hingga senja menanti

Di bawah hangat terik matahari

Yang membakar kulit

Aku tetap semangat untuk menanam

Agar tumbuh hingga paling subur

Sejuk jika melihatmu menari-nari

Tertiup angina ke kanan dan ke kiri


Sungguh indah diri tumbuh subur

Dengan tanah yang alami

Menemani hari-hari yang berarti

KOMANG YULIA FEBRIYANTI akrab di sapa Yulia, adalah siswi


SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XI IPS 4. Ia lahir di
Denpasar, 20 Februari 2006. Tinggal di Jalan Ciung Wanara, Banjar
Anyar, Kediri, Tabanan. Siswi yang mempunyai hobi mendengarkan
musik ini tergabung dalam ekstra kurikuler Pramuka, PIK-R, dan
dance. Ia juga bercita-cita menjadi manager di salah satu
perusahaan terkenal.
AKU TANAM BENIH PADI (42)

I Gusti Ketut Wahyu Sentana Putra

Aku tanam benih padi untuk makhluk hidup di bumi

Padi tumbuh subur dengan air yang mengalir

Indah dan hijaunya pada kata yang terucap

Ketika melihat pemandangan

Tapi hanya sesaat

Hijau kini menjadi coklat

Dengan seenaknya digusur sawahku!

Dari lahan menjadi beton

Tatapan yang dulu kagum

Berubah seketika menjadi sedih

Kertas sudah menjadi abu

Sawahku telah hilang

Profesiku juga hilang

Lantas kemana aku pergi?


Dimana ada tempat mencari nafkah

Tidaklah bisa dengan menanam bangunan

Kecewa dan sedih

Kini sawah berubah

Menjadi angan-angan

I GUSTI KETUT WAHYU SENTANA PUTRA yang sering dipanggil


Wahyu, adalah siswa SMA Negeri 1 Kediri kelas XI IPS 1. Lahir di
Tabanan, 18 Agustus 2006. Punya hobi menonton film dan
mendengarkan musik. Mengikuti ekstra kurikuler melukis dan
Bahasa Inggris. Kini tinggal di Jalan Majapahit, Banjar Denbantas,
Tabanan, Bali.
ISI HATI ORANG KECIL (43)

Ni Wayan Risma Nanda Putri

Seorang petani menangis dalam kegelapan

Merana dalam kehilangan

Terpaksa berkata iya

Padanya yang banyak punya uang

Miskin sebabnya merana akibatnya

Mengeluh karena terpaksa

Yang dimiliki kini telah diambil paksa

Marah yang terpendam rasa

Yang tertindas oleh yang selalu merasa di atas

Bernasib naas geram melihat keadaan

Selalu kalah olehnya

Kecewa pada Tuhan

Akankah harus mati tersiksa?

Geram dengan sikapnya

Tapi tak bisa menghentikan

Orang-orang berdasi yang menang


Orang kecil tak berdaya pada tanah

Miliknya dibangun bukan untuknya

Lahan yang telah habis hanya meratapi nasib

Yakinkah nasib?

NI WAYAN RISMA NANDA PUTRI yang akrab disapa Risma, siswi


SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XII IPS 4. Ia lahir di
Kedungu, 14 Juni 2005. Beralamat di Banjar Kedungu, Desa
Belalang, Kediri, Tabanan, Bali. Memiliki cita-cita ingin menjadi
seorang Manager Marketing. Ia mempunyai hobi menari. Di sekolah
ia tergabung dalam ekstra kurikuler tari.
BERDASI TAK BERHATI (44)

Kadek Putri Stiya Pradipta

Kami semua lelah dengan adanya limbah

Entah dari mana berasal mungkin dari perusahaan tak berakal

Wahai pemimpin perusahaan tidakkah engkau kasihan?

Dengan kami yang sedang bertahan

Meratapi kekeliruan

Bertindak keji sebagian padi menjadi mati

Menimbulkan rugi dan mengguncang ekonomi

Seharusnya kau bertindak tegas

Dalam mengemban tugas mempertimbangkan kebijakan

Menjunjung tinggi perikemanusiaan

Engkau seharusnya tahu dengan adanya rasa malu

Kepada kami yang kau buat pilu

Semoga masalah ini memiliki titik temu

Kapan itu?

Kami pun tak tahu-menahu


KADEK PUTRI STIYA PRADIPTA, kelahiran 11 Juni 2005. Saat ini
duduk di kelas XII IPS 1 SMA Negeri 1 Kediri. Putri yang punya hobi
menonton drama Korea ini, tercatat sebagai pengurus ekstra
kurikuler PIK-R dan KSPAN BAKTA. Baginya, di dunia ini, semua
insan yakni manusia memiliki kekurangan dan kelebihannya
masing-masing. Tetapi, ia tidak ingin seperti kupu-kupu karena
kupu-kupu tidak dapat melihat sayapnya yang indah.
SAKIT YANG DITAHAN (45)

Ni Putu Saras Sinta Dewi

Capung terbang mengepakkan sayapnya

Menemani sosok pejuang

Menunjukan cucuran keringat hingga membasahi kulit

Negeri yang indah sebutan negeri tercinta

Memiliki sawah luas terbentang

Ditanami padi-padi dengan warna cantiknya

Keindahan negeri ini

Perjuangan dari sosok yang lelah

Dengan sakit yang ditahan

Adalah perjuangan petani

Semangat yang tak pernah luntur

Sebutan negeri indah

Pahlawan-pahlawan bangsa

Memberikan seluruh tenaganya

Tanpa mengeluarkan keluh kesah

Menjadikan negeri yang kaya


Kaya akan alam

Kaya akan sumber daya

Negeri berikan banyak keindahan

Negeri yang makmur

NI PUTU SARAS SINTA DEWI yang akrab disapa Sinta, lahir 22 Juli
2005. Tinggal di Banjar Abiantuwung Kaja, Kediri, Tabanan. Duduk
di kelas XII MIPA 3 SMA Negeri 1 Kediri. Mempunyai hobi membaca
novel, mendengarkan lagu, dan menari. Aktif dalam organisasi
Dewan Ambalan di sekolah. Sejak kecil, bercita-cita ingin menjadi
guru agar dapat membanggakan kedua orang tua.

TANPA PETANI (46)


Ni Kadek Putri Ani

Sinar mulai menyinari bumi

Alam semesta yang sangat indah

Pagi yang sangat cerah

Kini para petani pergi ke sawah

Untuk bekerja demi bangsa

Keringat yang bercucuran

Keluh kesah yang selalu dirasakan

Karena menjadi petani itu tidak mudah

Kau selalu senang melakukan pekerjaan itu

Ia adalah seorang petani

Lelah tiada terbayarkan

Sedih senang yang telah dilewati

Banyak waktu yang dikorbankan

Semua dilakukan demi rakyat

Hanya untuk sebutir nasi

Matahari terik pada siang hari


Kau tak peduli betapa panasnya sinar matahari

Kau selalu tersenyum menjalani hidup

Semangat tak pernah pudar

Jasamu sangat mulia

Alam semesta

Ia selalu menyaksikan kerja keras

Tapi tak banyak manusia yang sadar

Bahwa ada jasa yang sangat besar

Mereka selalu meremehkan pekerjaan

Tanpa petani hidup ini tidak berarti

NI KADEK PUTRI ANI bisa di panggil Putri adalah siswi SMA Negeri
1 Kediri yang duduk di kelas XII MIPA 3. la lahir di Tabanan tanggal
14 Mei 2004. Ingin menjadi chef, youtuber dan bekerja keluar
negeri. Ia punya hobi memasak, menari, dan suka mendengarkan
lagu. Di sekolah, ia tergabung dalam ekstra kurikuler tari. Baginya,
tarian adalah sebuah seni olah gerak serta rasa yang indah dan
menginspirasi. Saat ini, ia tinggal di Banjar Abiantuwung Kaja,
Kediri, Tabanan, Bali.

MEMELUK RAGA (47)


Ni Kadek Alit Intan Arini

Aku menjadi saksi raungan-raungan itu

Memilukan bagi sang pendengar

Curahan hati tidak ada yang bisa mengerti

Tempat dia memberi kehidupan

Hijau asri menyejukan hati

Kini telah hilang hanya tersisa kenangan

Dia menyesal lahan yang diganti gedung

Sejuk yang diganti panas

Rasa kecewa menghantui

Air mata yang mengalir

Jika bisa ngin rasa memeluk raga

Ribuan kata-kata keluar

Nasi sudah menjadi bubur

Menangis juga tak ada guna

Dia ingin mengingat kembali

Dengan bertelanjang kaki

Memikul cangkul

Memakai topi kerucut

Senyum yang terbit tanpa paksaan


Kicau burung yang melengkapi

Semua lenyap seketika

Hanya memori yang diingat

Berusaha berserah

Dengan apa yang diperbuat

NI KADEK ALIT INTAN ARINI atau yang akrab disapa Intan adalah
salah satu siswi SMA Negeri 1 Kediri yang duduk di kelas XI MIPA 1.
Lahir di Kediri, 27 Desember 2005. Tinggal di Jalan Ahmad Yani VII
No.21, Abiantuwung, Kediri, Tabanan, Bali. Memiliki hobi membaca
novel, menulis novel, dan menyanyi.

SEPERTI ANAK SENDIRI (48)


Putu Frila Eviliana

Di pagi hari

Seorang petani pergi

Dengan harapan ada sesuap nasi

Dari padi yang di tanam sendiri

Memang tidak mudah

Tapi usaha serius tanpa rasa lelah

Aku tumbuh di atas tanah yang subur

Dengan harapan yang tak pernah gugur

Tumbuh di bawah mentari

Menguning di pagi hari

Atas pupuk yang diberi

Betapa engkau bersemangat

Badan pegal dan penuh keringat

Memberikanku pupuk

Mengairi agar tak kering

Merawatku tanpa rasa lelah

Tak pernah mengeluh


Walaupun keringat mengucur deras

Sangat tulus merawat dan menyayangiku

Mencintaiku seperti anak sendiri

Sampai aku menjadi sebutir beras

PUTU FRILA EVILIANA, lahir 10 April 2006 tinggal di Banjar Panti,


Desa Pandak Gede, Kediri, Tabanan, Bali. Duduk di kelas XI IPS 3
SMA Negeri 1 Kediri. Punya hobi bersepeda dan bercita-cita ingin
menjadi arsitek. Ia ikut bergabung dalam ekstra kurikuler bulu
tangkis BAKTA.

TERBANGUN SETIAP PAGI (49)


I Nyoman Eling Krisna Murthi

Seorang petani berkehidupan sederhana

Terbangun setiap pagi disambut kicauan burung

Yang saling bersautan

Sepeda pun dikayuh

Menikmati perjalanan menuju sawah

Melanjutkan perjuangan

Bibit ditanam dan dirawat

Menikmati proses mengikuti dengan baik

Dengan penuh rasa tanggung jawab

Dengan hati yang tulus

Tetapi ada yang membuat ragu

Kekhawatiran yang dirasakan

Kekeringan hama gagal panen

Rasa lelah telah dirasakan

Semua berterima karena kami percaya

Setiap perjuangan adalah hasil

Kegagalan tiada takut

Kami harus bangkit!


I NYOMAN ELING KRISNA MURTHI yang akrab disapa Eling
Krisna, adalah siswa SMA Negeri 1 Kediri yang duduk dikelas XII IPS
2. Ia kelahiran Seririt, 30 Juni 2005 dan sejak kecil bercita-cita
menjadi seniman hebat. Siswa yang mempunyai hobi menabuh
gambelan ini, ikut bergabung dalam ekstra kurikuler tabuh
disekolahnya. Ia tinggal di Banjar Taman Sari, Desa Delod Peken,
Tabanan, Bali.

DIMANA KITA BERMAIN AIR? (50)


Ni Luh Putu Sintya Dewi

Suara gemericik air yang damai

Bagaikan alunan melodi

Dimana kita bermain air bersama

Turun bermain lumpur sambil mencari belut

Tertawa lepas tanpa beban

Tanaman padi yang hijau

Membuat mata tak bosan memandang

Tanaman padi yang menari diterpa angin

Angin yang sejuk membuat mata mengantuk

Kita yang tak pernah bosan bermain ilalang

Sangat bahagia meski sederhana

Tak memikirkan beban yang ada di kepala

Seakan tak peduli dengan beban itu

Tetapi kini telah berbeda

Sawah yang dulu tempat kami bermain telah hilang

Sawah yang hijau kini telah menjadi bangunan

Mengapa kau tega merusaknya


Kau hanya peduli dengan uang dan diri sendiri

Dengan seenaknya kau gusur sawah kami

Akankah kau tahu dampaknya

Apa kau bisa menggantinya

Sebab dirimu polusi dimana-mana

Kian hari cuaca makin panas

Demi sebuah komplek perumahan

Membuat sawah kotor

Dasar tak punya hati!

NI LUH PUTU SINTYA DEWI yang akrab dipanggil Sintya adalah


siswi SMA Negeri 1 Kediri kelas XI IPS 1. Lahir 2 Mei 2006, tinggal di
Banjar Anyar, Kediri, Tabanan. Siswi yang mempunyai hobi
membaca novel dan menggambar ini, bergabung dalam ekstra
kurikuler Pramuka dan PMR. Sejak kecil, selalu mengganti cita-
citanya. Bermula ingin menjadi seorang pramugari, lalu beralih jadi
seorang pengacara. Ia dikenal sangat ceria di sekolah.

Anda mungkin juga menyukai