Anda di halaman 1dari 8

PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

PENGARUH PENAMBAHAN BATU KAPUR UNTUK PENCEGAHAN PEMBENTUKAN


AIR ASAM TAMBANG PADA MATERIAL CO-DISPOSAL TAILINGS MANAGEMENT
FACILITY (TMF)
1)
Khairul Afandi*, 1)Boymo S. Sinamo, dan 1)Ismoyo Catur Hadi
1)
Departemen TMF, PT Agincourt Resources
*E-mail: k.afandi26@gmail.com

ABSTRAK
Seiring dengan peningkatan jumlah cadangan bijih yang ekonomis, PTAR membutuhkan
tambahan lokasi sebagai penempatan tailing sebesar 61,2 juta ton. Tailing sebagai sisa
pengolahan emas dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3). PTAR akan
membuat fasilitas baru dalam penempatan tailing yang dihasilkan dengan metode penimbusan
akhir. Fasilitas ini disebut dengan Tailing Management Facility (TMF). TMF nantinya akan
menampung tailing kering dan dicampur dengan batuan samping yang kemudian disebut dengan
co-disposal. Material tailing kering dan 92% batuan samping di PTAR memiliki karakteristik
geokimia PAF (Potentially Acid Forming).
Pada penelitian ini dilakukan studi untuk mengetahui pengaruh penambahan batu kapur
dan dosis batu kapur yang optimal sebagai pencampur material co-disposal untuk mencegah
terbentuknya air asam tambang. Metode dilakukan dengan menggunakan metode uji statik yang
kemudian diverifikasi uji kinetik. Uji statik meliputi Acid Based Accounting (ABA) dan uji Net Acid
Generating (NAG) pH. Uji kinetik dilakukan dengan metode Free Drainage Column Leach Test
(FDCLT) disertai teknik pemadatan.
Penambahan batu kapur dan proses pemadatan pada material co-disposal memberikan
dampak terhadap karakteristik geokimia material. Berdasarkan hasil pengujian terjadi penurunan
nilai NAPP seiring dengan penambahan dosis batu kapur. Selain itu nilai NAG pH dan pH air
lindian mengalami peningkatan dengan penambahan batu kapur. Hasil penelitian menunjukkan
dosis limestone optimal sebagai pencampur material co-disposal adalah sebanyak 10 kg/ton
tailing.

Kata kunci: tailing, co-disposal, batu kapur, air asam tambang

ABSTRACT
With the increase in economically reserve, PTAR requires additional locations to
accommodate 61.2 million tons of tailings. Tailings as by product of the gold processing are
classified as hazardous and toxic waste. To address this, PTAR plans to establish a new facility
for tailings disposal using the final deposition method. This facility, called the Tailing
Management Facility (TMF), will be designed to store filtered tailings mixed with waste rock, a
process known as co-disposal. Both the filtered tailings material and 92% of the waste rock at
PTAR exhibit Potentially Acid Forming (PAF) geochemical characteristics.
The purpose of this study is to investigate the impact of limestone addition and determine the
optimal dosage of limestone as a co-disposal material mixer to prevent the formation of acid mine
drainage. The research methodology includes static testing, which is then verified through kinetic
testing. The static testing encompasses Acid Based Accounting (ABA) and Net Acid Generating
(NAG) pH tests. Kinetic testing is conducted using the Free Drainage Column Leach Test
(FDCLT) method, which incorporates a consolidation process.
The addition of limestone and the consolidation process in the co-disposal material have
significant effects on its geochemical characteristics. The test results demonstrate a decrease in
the Net Acid Production Potential (NAPP) value with an increase in limestone dosage.
Additionally, the NAG pH value and leachate pH experience an increase with the addition of
limestone. Based on the research findings, the optimal dosage of limestone as a co-disposal
material mixer is determined to be 10 kg per ton of tailings.

Keywords: tailings, co-disposal, limestone, acid mine drainage


PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

A. PENDAHULUAN

PT Agincourt Resources (PTAR) merupakan salah satu industri pertambangan emas dan perak di
Indonesia. Proyek penambangan PTAR adalah Martabe yang berlokasi di Kecamatan Batangtoru,
Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Kapasitas produksi PTAR 7 juta ton bijih per tahun
untuk menghasilkan 300.000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak.

Aktivitas penambangan saat ini dilakukan di tiga deposit mineral, yaitu Purnama, Barani, dan
Ramba Joring. Proses ekstraksi bijih emas dan perak dilakukan menggunakan metode Carbon In
Leach (CIL). Saat ini material sisa pengolahan bijih atau tailing ditempatkan di kolam penampungan
Tailing Storage Facility (TSF). Batuan samping atau mine waste dari pit ditempatkan di tanggul
TSF.

Seiring dengan peningkatan jumlah cadangan bijih yang ekonomis, PTAR membutuhkan tambahan
kapasitas penyimpanan tailing sebesar 61,2 juta ton. Peningkatan kebutuhan kapasitas tersebut
menyebabkan PTAR merencanakan untuk membuat fasilitas tailing baru yang kemudian dinamakan
dengan Tailing Management Facility (TMF). TMF nantinya akan menampung co-disposal yang
terdiri atas campuran tailing kering dan batuan samping.

Gambar 1. Lokasi PT Agincourt Resources

Karakteristik geokimia material batuan samping dari pit menunjukkan 92% bersifat PAF
(Potentially Acid Forming). Proses untuk menghasilkan tailing kering juga menunjukkan bahwa
tailing kering akan bersifat PAF. Untuk itulah perlu dilakukan upaya untuk mencegah terbentuknya
air asam tambang pada proses operasional TMF.
Salah satu upaya yang direncanakan oleh PTAR adalah dengan menambahkan batu kapur pada
material co-disposal. Dengan penambahan batu kapur, diharapkan batu kapur tersebut akan
mencegah terbentuknya air asam tambang dan kualitas air lindian sesuai dengan baku mutu air yang
telah ditetapkan pemerintah.
Pada penelitian ini dilakukan analisis karakteristik geokimia co-disposal berupa uji statik dan
uji kinetik. Uji statik dilakukan dengan menggunakan metode Acid Based Accounting dan uji Net
Acid Generating (NAG), sedangkan uji kinetik dilakukan menggunakan metode Free Draining
Column Leach Test (FDCLT).

B. METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: studi literatur mengenai
penelitian-penelitian sebelumnya, melakukan prosedur uji statik (ABA dan NAG pH) dan uji kinetik
menggunakan Free Draining Column Leach Test (FDCLT), pengolahan data dan analisis, dan
penyusunan laporan penelitian.

Pengujian dirancang dengan mereplika kondisi lapangan operasional Tailing Management Facility
(TMF) dalam skala yang lebih kecil. Dalam percobaan ini, dilakukan pengujuan pada empat jenis
PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

rinse pH material batuan samping yang bersifat PAF seperti pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jenis material batuan samping dalam percobaan
Kode Mateial Properti Material Rinse pH
A Batuan samping PAF 3,3
B Batuan samping PAF 3,9
C Batuan samping PAF 4,4
D Batuan samping PAF 4,9

Pencampuran batuan samping dan tailing dilakukan dengan rasio 2:1. Pada setiap kolom uji
digunakan material batuan samping dan tailing masing-masing sebangak 5 kg dan 2,5 kg. Untuk
melihat pengaruh penambahan batu kapur dilakukan penambahan batu kapur dengan komposisi 5, 10,
dan 15 kg/ton dari tailing. Tabel 2 berikut menunjukkan skenario metode pencampuran yang
dilakukan. Pencampuran material di lakukan di laboratorium.

Tabel 2. Skenario uji pencampuran material


No Kode Massa Material Pencampur Dosis Batu Kode Skenario
Materia Kapur (kg/ton)
l
1 A 5 kg 2,5kg tailing 0 A-TL0
2 B 5 kg 2,5kg tailing 0 B-TL0
3 C 5 kg 2,5kg tailing 0 C-TL0
4 D 5 kg 2,5kg tailing 0 D-TL0
5 A 5 kg 2,5kg tailing + 12,5g batu kapur 5 A-TL5
6 B 5 kg 2,5kg tailing + 12,5g batu kapur 5 B-TL5
7 C 5 kg 2,5kg tailing + 12,5g batu kapur 5 C-TL5
8 D 5 kg 2,5kg tailing + 12,5 g batu kapu 5 D-TL5
9 A 5 kg 2,5kg tailing + 25 g batu kapur 10 A-TL10
10 B 5 kg 2,5kg tailing + 25 g batu kapur 10 B-TL10
11 C 5 kg 2,5kg tailing + 25 g batu kapur 10 C-TL10
12 D 5 kg 2,5kg tailing + 25 g batu kapur 10 D-TL10
13 A 5 kg 2,5kg tailing + 37,5g batu kapur 15 A-TL15
14 B 5 kg 2,5kg tailing + 37, g batu kapur 15 B-TL15
15 C 5 kg 2,5kg tailing + 37,5g batu kapur 15 C-TL15
16 D 5 kg 2,5kg tailing + 37,5g batu kapur 15 D-TL15

Setelah material uji disipakan, dilakukan penambahan air pada material campuran dengan
perbandingan 1:2. Material tersebut kemudian didiamkan selama 48 jam sebelum air lindiannya
dikumpulkan untuk selanjutnya dilakukan analisis. Penambahan air dan pengumpulan air lindian
dilakukan sebanyak tiga kali untuk dilakukan pengukuran berupa pH, electro conductivity, dan
temperatur sesaat setelah sampel uji terlindikan. Untuk parameter logam terlarut, sulfur, anion, dan
kation dilakukan pengujian di laboratorium independen.

Gambar 2. Skenario pencampuran material

Setelah dilakukan pengujian, kesimpulan dosis batu kapur yang digunakan akan ditentukan
berdasarkan kualitas air lindian yang sesuai dengan baku mutu air dari proses penambangan sesuai
dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 tentang baku mutu air limbah
PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

bagi usaha dan atau kegiatan pertambangan bijih emas dan atau tembaga.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Fisik

Hasil karakteristik fisik material batuan samping yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3 dan
Gambar 3. Berdasarkan hasil distribusi ukuran butir, terlihat bahwa material batuan samping yang
digunakan memiliki gradasi seragam. Berdasarkan ukuran partikel, material lebih banyak berukuran
pasir, sehingga memiliki luas permukaan yang luas. Hal ini menyebabkan mineral sulfida yang
terkandung dalam batuan samping akan lebih cepat teroksidasi. Diperlukan penanganan cepat ketika
batuan samping telah terdedah untuk mencegah terjadinya oksidasi mineral sulfida.

Tabel 3. Karakteristik fisik material batuan samping


Sampel Batuan Samping
A B C D
% Kerakal 48.0 17.7 12.4 12.5
% Pasir 50.3 80.1 82.9 77.5
% Partikel halus 1.7 2.2 4.7 10.0

Gambar 3. Distribusi ukuran butir batuan samping

4.2 Karakterisasi Geokimia

Berdasarkan pengujian yang dilakukan dengan metode Acid Based Accounting (ABA), NAG pH
material A lebih besar dibandingkan dengan material B. Material C memiliki kandungan sulfur dan
NAG pH lebih rendah dibandingankan dengan material D. NAG pH keempat material tersebut
kurang dari 4,5, MPA keempat material > 0 kg H2SO4/t, dan ANC < 0 kg H2SO4/t.

Tabel 4 Rangkuman hasil ABA dari co-disposal sebelum ditambahkan batu kapur
Tipe Rinse Paste S MPA ANC NAG NAG 4,5 NAG 7
Material pH pH (%) (kg H2SO4/t) (kg H2SO4/t) pH (kg H2SO4/t) (kg H2SO4/t)

A 3,3 3,04 2,07 63.38 -14,05 3,04 47,78 57,26


B 3,9 3,25 2,66 81.45 -9,98 2,99 62,09 71,47
C 4,4 4,39 0,925 28.32 -3,32 3,19 10,43 17,96
D 4,9 5,93 3,9 119.42 -0,71 3,22 9,86 16,63

Penambahan batu kapur memberikan pengaruh yang konsisten terhadap nilai paste pH material
campuran (Gambar 4). Dengan penambahan dosis 15 kg/ton tailing semua jenis material memiliki
nilai pH pasta lebih dari 4,5.
PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

Gambar 4. Paste pH setelah pencampuran batu kapur

Nilai paste EC (Gambar 5) secara umum berkurang seiring dengan peningkatan dosis kapur dan
peningkatan pH. Hal ini mengindikasikan bahwa pH memiliki efek pada kelarutan logam. Semakin
tinggi nilai pH, maka akan semakin berkurang logam yang terlarut dalam air lindian. Paste EC
material A dan B memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan material C dan D.

Gambar 5. Paste EC setelah pencampuran batu kapur

Nilai Acid Netreulize Capacity (ANC) pada semua material co-disposal memiliki nilai negatif. Hal ini
mengindikasikan kurangnya penyanggan dan akibat kehadiran mineral penghasil asam yang larut.
Dengan adanya penambahan batu kapur, nilai ANC mengalami peningkatan. Penambahan batu kapur
sebanyak 15 kg/ton tailing, menghasilkan nilai ANC positif. Dengan demikian batu kapur yang
ditambahkan mampu mengatasi keasaman yang dihasilkan co-disposal.

Gambar 6. Nilai ANC setelah pencampuran batu kapur

Nilai NAG pH semua sampel berkisar 3 tanpa penambahan batu kapur. Hal ini mengindikasikan
potensi pembentukan asam pada semua material sangat kuat. Penambahan batu kapur meningkatkan
PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

NAG pH utamanya dengan dosis 10 - 15 kg/ton dari tailing yang mengindikasikan adanya buffering
proksi keasaman dengan penambahan batu kapur. Pada penambahan batu kapur dengan dosis
tertinggi menghasilkan NAG pH antara 4 dan 4,5. (Gambar 7). Semakin tinggi dosis batu kapur yang
ditambahkan, semakin tinggi nilai NAG pH yang dihasilkan oleh material campuran.

Gambar 7. Nilai NAG pH setelah pencampuran batu kapur

Keasaman yang dihasilkan pada pH 4,5 berbanding lurus dengan nilai NAG pH. Ketika nilai NAG
pH sudah mencapai 4,5 tidak terdeteksi lagi keasaman yang dihasilkan oleh material campuran.
Terlihat bahwa hasil pengujian NAG menunjukkan bahwa laju penambahan batu kapur tidak cukup
untuk menyangga semua keasaman yang dihasilkan oksidasi mineral sulfida. Sehingga dalam
pengelolaan air asam tambang, perlu dilakukan proses enkapsulasi sesegera mungkin pada material
campuran untuk mengurangi kehadiran oksigen.

Gambar 8 Keasaman yang dihasilkan pada NAG 4,5

Dari hasil pengujian NAG, tercatat bahwa penambahan batu kapur dalam pengujian tidak mencukupi
untuk menetralkan semua keasaman yang dihasilkan oleh material co-disposal. Hal ini
mengkonfirmasi bahwa untuk mengelola risiko asam akibat oksidasi mineral sulfida yang signifikan,
diperlukan penambahan batu kapur yang lebih banyak lagi. Namun hal ini masih sesuai dengan
strategi pencegahan pembentukan air asam tambang (AAT), dimana tingkat penambahan batu kapur
dirancang untuk mengelola pH air sampai material co-disposal tersebut tertutup dalam jangka
pendek. Pengaruh penambahan batu kapur ini diperlukan hingga terjadinya proses enkapsulasi. Oleh
karena itu, penelitian ini mengkonfirmasi pentingnya meminimalkan waktu paparan material co-
disposal untuk membatasi masuknya oksigen dan produksi asam.

4.3 Properti Air Lindi

pH air lindi material A dan material B memiliki kesamaan pada ketiga siklus pengujian. Kedua tipe
material ini mencapai pH air lindi 6 setelah penambahan batu kapur sebanyak 15 kg/ton. pH air lindi
material C lebih tinggi dibandingkan material A dan B, meskipun pH air lindi material ini juga
PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

mencapai 6 ketika penambahan dosis batu kapur sebanyak 15 kg/ton tailing. pH air lindi material D
mencapai 5 ketika penambahan batu kapur 5 kg/ton dan mencapai 6 pada dosis batu kapur 10 kg/ton.

Gambar 9 pH air lindian

Berdasarkan pengujian material air lindian tidak ditemukan kehadiran sianida dan perak. Antimoni,
iodide, merkuri, molybdenum, dan timah ditemukan dalam konsentrasi yang rendah. Barium
dilaporkan dalam konsentrasi rendah, yaitu kurang dari 0,025 mg/L. Kebanyakan logam terlarut
ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada material A dan B dibandingkan dengan material C dan D.
Dari pengujian terlihat bahwa pH yang rendah dan sulfat yang lebih tinggi ditemukan pada air
lindian A dan B.

Tabel 5. pH air Lindian, Alkalinitas, dan Konsentrasi Sulfat dan Logam Terlarut
Material A dan B Material C dan D
Nilai
0 kg/ ton 5 kg/ton 10 kg/ton 15 kg/ton 0 kg/ ton 5 kg/ton 10 kg/ton 15 kg/ton
pH 2.52 3.40 4.80 5.90 3.97 5.08 5.82 6.57
EC 15.2 13.7 1.7 0.5 1.8 0.7 0.6 0.2
Alkalinitas 9.25 18.54 16.01 33.6 87.7
Sulfat 13223 1140 544 264 2125.3 363.2 273.7 349.3
Antimoni, Sb 0.0114 0.0173 0.0078 0.0033 0.0017 0.0024 0.0027 0.0047
Arsenik, As 3.6 3.4 0.144 0.155 0.0017 0.0013 0.0021 0.0036
Barium, Ba 0.0133 0.01 0.0117 0.01667 0.0267 0.035 0.045 0.03
Berilium, Be 0.05 0.2 0.06 0.03533 0.001 0.001
Boron, B 0.21 0.06 0.05333 0.02 0.26 0.1
Cadmium, Cd 1.69 2.52 1.6583 0.043 0.02 0.0048 0.0017 0.0124
Chromium, Cr 5.5 2 4.2 0.14567 0.001 0.001
Cobalt, Co 6.7 5.1 7.1567 0.873 0.0197 0.001
Copper, Cu 24.3 35.1 15.7 1.2 1.1 0.3 0.04 0.83
Iron, Fe 6257 2338 4603 228 0.12 0.045
Iodid, I- 0.73 0.72 0.19 0.27 0.05 0.03 0.07 0.1
Timbal, Pb 0.0207 0.0302 0.0353 0.0172 0.091 0.0137 0.0058 0.034
Mangan, Mn 114.2 168.3 104.1 22.8 1.6 0.4
Merkurium, Hg 0.00032 0.00005 0.00005 0.00005 0.00005
Molibdenium, Mo 0.0113 0.0017 0.00333 0.001 0.001 0.001
Nikel, Ni 1.98 1.37 2.1767 0.2557 0.0177 0.0013
Selenium, Se 0.0901 0.1247 0.0654 0.0314 0.009 0.0068 0.0051 0.012
Timah, Sn 0.0303 0.0173 0.0187 0.002 0.0037 0.0043
Seng, Zn 368.9 476.7 94.5 2.44 1.4 0.3 0.19 0.63
PROSIDING TPT XXXII PERHAPI

Hubungan antara pH dan Electrical Conductivity (EC) air lindi terlihat kuat pada pH kurang dari 4.
Hal ini mengindikasikan kelarutan mineral sulfat meningkat seiring dengan penurunan pH. Material
C dan D memiliki EC yang rendah pada semua uji, ini sejalan dengan pH yang lebih dari 3,5.
Sebaliknya pada material A dan B, nilai EC lebih tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan mineral
sulfida yang relatif lebih tinggi pada material tersebut.

Jika merujuk kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 202 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Pengolahan Bijih Emas dan atau Tembaga, keseluruhan
parameter berada di bawah kadar maksimum yang disyaratkan ketika dilakukan penambahan batu
kapur dengan dosis 10 sampai 15 kg/ton.

D. KESIMPULAN

Penelitian ini menjelaskan efek dari penambahan batu kapur pada material co-disposal yang bersifat
PAF untuk konstruksi Tailing Management Facility (TMF). Hal tersebut diperlukan agar kualitas air
yang keluar dari TMF sesuai dengan baku mutu yang telah disyaratkan oleh pemerintah. Pengujian
telah dilakukan dengan simulasi uji kinetik dan uji statik. Hasil pengujian menunjukkan ada
peningkatan pH seiring dengan penambahan batu kapur pada co-disposal. Nilai NAPP mengalami
penurunan dan nilai NAG pH mengalami peningkatan dengan semakin banyaknya batu kapur yang
ditambahkan. Dengan penambahan batu kapur sebanyak 10-15 kg/ton tailing, hasil air lindian sudah
memenuhi baku mutu sesuai dengan persyaratan pemerintah.

Berdasarkan hasil kajian yang telah dilakukan, direkomendasikan untuk mengunakan batu kapur
sebanyak 15 kg/ton. Untuk penelitian selanjutnya perlu juga dilakukan dengan simulasi pencampuran
batu kapur yang berbeda terhadap material co-disposal dan perlu dilakukan uji pada batu kapur
dengan distribusi yang berbeda.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Agincourt Resources dan semua pihak yang telah
mendukung penulis bekerja dan penyusunan makalah ini. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada
seluruh panitia TPT PERHAPI 2023 yang telah memfasilitasi untuk penulisan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

AMIRA International (2002): ARD Text Handbook, Ian Wark Research Institute
Gautama, Rudy Sayoga (2014): Pembentukan, Pengendalian, dan Pengelolaan Air Asam Tambang,
Institut Teknologi Bandung Press

Anda mungkin juga menyukai