Anda di halaman 1dari 10

IMPLIKASI POLA KELURUSAN GEOLOGI TERHADAP KEHILANGAN

BEBERAPA ALIRAN SUNGAI DI SEKITAR TEROWONGAN PLTA


SINGKARAK DI MALALO, KAB. TANAH DATAR, SUMATERA BARAT

Rusli Har, Ansosry


Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang

ABSTRACT
Maninjau Lake has an area of 10,400 hectares. Geographically the lake is located at
the southern latitude 0,36⁰ then 100,3⁰ East longitude at an altitude of 363.5 m above sea
level. In adaminstratif, the lake is located in two districts of the District of Solok and
Tanah Datar. In Geomorphology, Malalo area consists of units of alluvial plains, hilly
plains structural units and structural units of the hills. Geomorphology unit is used as a
basis in determining the boundaries of the hydrogeological system (water divide) Malalo
area, which is the boundaries without external flow.From the mapping of geological
structures, identified some faults such as: Malalo Fault, Duo Koto, Gulang-Gulang, Uway,
Bukit Cati, Kanang, Lambiu, Piliang, Baing and Rawa Cino Fault. This invention is used
as a basis for determining the boundaries of the area Malalo hydrogeological system that
is the boundaries without external flow, controlling the flow of groundwater and river
water and groundwater hydraulic potential. Results of this study also uncovered the loss of
water in some streams in the Malalo.

Keywords: Geology Straight, Tectonic Activity, Fault Structure

PENDAHULUAN 1998 dengan kapasitas 175 MW. Dengan


adanya terowongan untuk PLTA ini
Danau Singkarak memiliki luas
mejadikan bertambahnya saluran air keluar
10.400 Ha. Secara geografis danau ini
dari danau Singkarak ke Samudra Hindia di
berada pada 0,36⁰ LS dan 100,3 BT dengan
pantai barat.
ketinggian 363,5 m dari permukaan laut
Bagi Sumatra Barat, PLTA
dan secara adaminstratif, terletak pada di
Singkarak ini merupakan pembangkit listrik
dua kabupaten yaitu Kabupaten Solok dan
ketiga yang punyai terowongan bawah
Kabupaten Tanah Datar. Danau ini
tanah. Pertama adalah terowongan PLTA
merupakan hulu Batang Ombilin dimana
Batang Agam (10,5 MW) selesai 1974
sebelum tahun 1998, Batang Ombilin ini
panjangnya 1.200 meter, dan PLTA
merupakan satu-satunya pintu keluar air
Maninjau (68 MW) memiliki terowongan
dari danau Singkarak yang mengarah ke
6.000 meter rampung 1985. Sebuah laporan
pantai Timur melalui sungai Indragiri dan
dari Putut Trihusodo dan Fachrul Rasyid
bermuara ke Selat Malaka. Kemudian, pada
dalam Majalah Tempo Online 24 Oktober
tahun 1992 dibangun terowongan PLTA
1992 menyebutkan bahwa kedalaman
Singkarak sepanjang 19 KM yang me
terowongan PLTA Singkarak ini bervariasi
nembus perut Gunung Merapi. Terowongan
antara 300 hingga 850 meter dari
ini digunakan untuk mengalirkan air dari
permukaan tanah. Terowongan bergaris
danau Singkarak ke PLTA yang berada di
tengah 5 (lima) meter ini menembus
desa Asam Pulau, Lubuk Alung Kab.
berbagai formasi batuan dengan tingkat
Padang Pariaman. Terowongan ini
kekerasan yang bervariasi dari batuan yang
merupakan terowongan terpanjang di
lunak (mudah runtuh) hingga batuan yang
Indonesia yang dioperasikan pada tahun
keras (stabil). Untuk menyanggah dinding
Eksakta Vol. 2 Tahun XVI Juli 2015 95
terowongan agar tidak runtuh, maka hidrolik merupakan fungsi dari matric
dinding terowongan dicor beton dengan suction, K = K(). Secara matematis,
ketebalan 40-60 cm. persamaan Richahrds itu dapat dituliskan
Dari mulai beroperasinya PLTA dalam bentuk:
Singkarak mulai tahun 1997 hingga saat ini, ............................. (1)
telah menimbulkan berbagai dampak Dimana adalah gradien hidrolik yang
diantaranya adalah muncul keluhan mencakup suction dan komponen gravitasi.
masyarakat yang berada di sekitar intake Persamaan umum aliran dua fase (air dan
PLTA di Nagari Guguak Malalo. Tokoh udara) dalam kondisi transien steady dapat
masyarakat yang tergabung dalam Tim ditulis dalam bentuk:
Sebelas Nagari Guguak Malalo Kabupaten
Tanah Datar menuntut aktivitas PLTA .......................................... (2)
Singkarak dihentikan, karena dinilai telah .............................. (3)
merugikan warga sekitar. Tim ini
mengungkapkan, dampak dari aktivitas Hydraulic Head adalah jumlah dari
PLTA Singkarak dari mulai beroperasi pressure head (dalam hal ini suction head
hingga saat ini adalah: hilangnya beberapa bernilai negative) dan gravitational head
mataair yang menjadi sumber pengairan (elevasi) z, sehingga persamaan (3) dapat
sawah mereka, beberapa aliran anak sungai ditulis dalam bentuk :
debitnya berkurang bahkan kering dan tidak
mengalirkan air lagi. Diduga keringnya ............................................................... (4)
sumber-sumber air yang berada di sekitar di Atau
Nagari Guguak Malalo adalah akibat dari
kebocoran terowongan PLTA Singkarak.
............................................................... (5)
Untuk menjawab persoalan tersebut di
atas, perlu dilakukan penelitian mendalam Dimana: adalah kemiringan karakteristik
tentang pola kelurusan geologi Singkarak kelembaban tanah
dan model hidrogeologi Malalo terhadap Perbedaan energi potensial pada setiap
berkurangnya kuantitas airtanah dan titik mengakibatkan air yang berada di
hilangnya beberapa mataair dan aliran dalam tanah mengalir. Airtanah cenderung
sungai di sekitar intake PLTA Singkarak di mengalir dari tempat dimana energi
Kenagarian Guguak Malalo Kabupaten potensialnya lebih tinggi ketempat yang
Tanah Datar Sumatera Barat. energi potensialnya lebih rendah.
Untuk mengetahui pergerakan air Sedangkan gaya aksinya sama dengan
tanah pada zona unsaturated di daerah negatif gradien potensial , Hillel
Malalo, dapat dilakukan dengan pendekatan
(1971). Dimana ( adalah perubahan
empiris, yaitu dengan mengetahui
parameter fisik akuifernya. Pekerjaan energi potensial dan (X) adalah jarak.
lapangan dengan melakukan pemboran Tanda negatif menunjukkan bahwa gaya
dangkal, adalah metode yang digunakan terebut bekerja searah dengan penurunan
untuk mendapatkan parameter fisik seperti energi potensial.
kedalaman muka airtanah dan kondisi Potensial airtanah merupakan
litologi penyusun akuifer tidak tertekan. gabungan dari beberapa potensial. Childs
Dalam konteks aliran dua fase, dan Collis – George (1948) dalam Kirkham
Richahrds (1931) dalam Hillel (1971) dan Powers (1972), menyebutkan adanya
menyusun persamaan aliran untuk zona empat potensial, yaitu: (1) potensial
tidak jenuh (dimana terdapat air dan udara) gravitasi (gravitational potential), (2)
dengan ketentuan bahwa konduktivitas potensial tekanan hidrolik (hydraulic

96 Rusli Har
pressure potential), (3) Potensial osmotic Potensial Gravitasi
(osmatic potential) dan (4) potensial adhesi ................... (8)
(adhesion potential). Mereka menggabung Potensial Tekanan
kan (2), (3) dan (4) kedalam potensial
............................ (9)
kapiler (capillary potential), istilah yang
diperkenalkan oleh Buckingham (1907) Untuk mengetahui karakteristik
(Kirkham dan Power, 1972), (Philip, 1969 peresapan air tanah di daerah Malalo, perlu
dalam Scheidegger, 1974) dan Fetter dilakukan penelitian mendalam dengan
(1993). Dari beberapa literatur, potensial melakukan uji resapan pada daerah-daerah
kapiler disebut sebagai potensial matrik yang diidentifikasi sebagai daerah resapan
(matric potential) dari kata matrik tanah maupun yang bukan daerah resapan.
(soil matric) (Richard (1960), Rose (1966), Tujuannya adalah untuk mengevaluasi
Day dan Anderson (1967) dalam Kirkham kekesuaian tata ruang pembangunan dengan
dan Power (1972), Hillel (1971), Young zonasi daerah resapan. Karena tidak semua
dan Warkentin 91975), Fetter 91993). kawasan resapan mempunyai kemampuan
Kemudian hillel (1971) merumuskan meresapkan air secara maksimal. Pada
potensial total airtnah pada zona bagian kawasan resapan yang memiliki
unsaturated sebagai berikut: nilai infiltrasi kecil bisa dimanfaatkan
................... (6) untuk pembangunan. Sedangkan untuk
Dimana: adalah potensial total, kawasan yang memiliki nilai infiltasi tinggi
perlu dipertahankan dan dilakukan
potensial gravitasi, potensial tekanan konservasi. Pembagian zonasi kawasan
dan potnsial osmatik. Potensial- resapan harus berdasarkan data lapangan
potensial yang terdapat dalam persamaan yang konkrit sesuai dengan laju infiltrasi
(6) bekerja masing-masing dengan gradien akhir pada masing-masing zona. Untuk itu,
yang terpisah-pisah, sehingga tidak sama Hutasoit (1999) membagi zonasi daerah
efektifnya dalam membentuk aliran. resapan berdasarkan laju infiltrasi akhir.
Sebagai contoh, gradien potensial osmotik Tujuan dan manfaat dari penelitian
memerlukan membrane semipermeabel ini adalah:
untuk mendorong aliran zat cair di dalam 1. Mempelajari dan menggambarkan
media berpori. Freeze dan Cherry (1979) kondisi kelurusan geologi Singkarak
dan Fetter (1993) mengabaikan gradien dan model hidrogeologi daerah Malalo
osmotic dalam airtanah tidak jenuh. yang terletak di sekitar terowongan
Dengan demikian mereka menyusun PLTA Singkarak yang berada di
potensial total airtanah dalam bentuk wilayah Kenagarian Guguak Malalo,
, Z adalah potensial Kab. Tanah Datar.
gravitasi, adalah potensial kapiler 2. Mempelajari penyebab menurunnya
kuantitas airtanah dan hilangnya
yang merupakan fungsi kadar air.
beberapa sumber air masyarakat
Potensial matrik dapat diukur sebagai
(mataair dan aliran sungai) di
tekanan kapiler (capillary pressure) Pc,
Kenagarian Guguak Malalo, Kab.
satuannya adalah N/m2. Potensial gravitasi
Tanah Datar
Z adalah sama dengan dimana g
3. Mempelajari hubungan menurunnya
adalah percepatan gravitasi, adalah kuantitas airtanah dan hilangnya
densitas air dan z adalah elevasi. Maka beberapa sumber air masyarakat
potensial total dalam bentuk energi per (mataair dan aliran sungai) dengan
satuan volume dpat ditulis dalam bentuk: keberadaan terowongan di Kenagarian
............................. (7) Guguak Malalo, Kab. Tanah Datar.

Eksakta Vol. 2 Tahun XVI Juli 2015 97


METODE PENELITIAN litologi dan pengukuran jurus dan dip
lapisan batuan, kemungkinan terdapat crack
Metodologi yang digunakan meliputi
pada daerah penelitian jika dipermukaan
pengumpulan data sekunder (informasi dari
dijumpai soil yang tebal. Sedangkan
masyarakat, hasil dari penelitian terdahulu,
pemboran dangkal dengan hand auger
evaluasi dan interpretasi peta-peta geologi,
lebih dititik beratkan untuk mengetahui
peta dasar topografi, dan orientasi
keberadaan dan kedalaman muka air tanah.
lapangan. Evaluasi data sekunder dari Peta
Pemodelan geologi yang di lakukan pada
Geologi Lembar Solok, kondisi geologi
penelitian ini bertujuan untuk memberikan
yang meliputi litologi penyusun batuan,
gambaran model sebaran rekahan (crack)
stuktur batuan (crack dan patahan), serta
yang lebih cenderung mengakomodasi
mempelajari geologi regional daerah Danau
karakteristik litologi dan struktur geologi
Singkarak. Peta Hidrogeologi lembar Solok
lokal.
difokuskan pada Kondisi Hidrogeologi
Survey hidrogeologi dilakukan di
Danau Singkarak yang meliputi litologi
daerah sekitar terowongan terutama lokasi
penyusun akuifer bebas (unconfined
intake yang berada di daerah Jorong Duo
aquifer) dan akuifer tertekan (confined
Koto Kenagarian Guguak Malalo hingga
aquifer), Kondisi daerah recaharge area
sepanjang 5 km. Kegiatan Penyelidikan
yang berada di daerah Jorong Duo Koto
Hidrogeologi meliputi: Mengambil data
Kenagarian Guguak Malalo. Studi literatur
koordinat, mengukur elevasi muka airtanah
dilakukan untuk memahami historis
pada sumur penduduk, melakukan
pembangunan PLTA Singkarak serta
pemboran dangkal, mengukur kualitas fisik
dampak yang ditimbulkan setelah PLTA
airtanah, melakukan survey dan mengukur
Singkarak beroperasi hingga saat ini.
debit mataair, mengidentifikasi, menelusuri
Penelitian ini difokuskan pada masalah
dan mendeskripsi sumber mata air,
menurunnnya kuantitas airtanah, hilangnya
mengidentifikasi kekeringan lahan
beberapa mata air, keringnya aliran anak
pertanian, survey terhadap aliran anak
sungai dan lahan pertanian di Jorong Duo
sungai yang mengalami kekeringan,
Koto, Guguak Malalo. Desain terowongan
melakukan inventarisasi pemanfaatan dan
PLTA Singkarak, terutama lokasi intake
kebutuhan air oleh masyarakat di sekitar
terowongan yang berada di daerah Jorong
Duo Koto Kenagarian Guguak Malalo Intake Terowongan PLTA Singkarak
hingga sepanjang 5 km.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyelidikan lapangan meliputi
deskripsi litologi, struktur geologi, Hasil Pemetaan Geologi Malalo
stratigrafi, deskripsi terhadap singkapan Berdasarkan kenampakan pola kontur
batuan, pengambilan koordinat, pengukuran pada peta topografi dan kenampakan di
jurus lapisan batuan, pengambilaan sampel lapangan, morfologi daerah penelitian dapat
batuan dan pengamatan struktur yang dibagi menjadi beberapa satuan
berkembang. Orientasi lapangan meliputi geomorfologi, yaitu: Satuan dataran
pengamatan morfologi dan tataguna lahan. Alluvial, Satuan Dataran Perbukitan
Kegiatan pemetaan geologi dilakukan Struktural, Satuan Perbukitan Struktural.
untuk mengetahui litologi guna
pengelompokan satuan batuan dan a. Satuan Dataran Alluvial
dikomparasi pada Peta Geologi Regional Morfologi satuan ini berupa dataran dan
Lembar Solok skala 1 : 250.000. sedikit bergelombang, yang terdapat di
Pembuatan sumur uji (test pit) pada bagian selatan daerah peneltian, meliputi:
kegiatan penelitian dilakukan untuk menge Sawah banyak, Titian Air, Tanjung Kubang
tahui kedalaman batuan dasar, variasi dan Baying dan sekitarnya. Secara umum

98 Rusli Har
satuan ini tersusun oleh lanau, pasir, kerikil c. Satuan Perbukitan Struktural
kerakal dan endapan sungai berupa gosong- Bentuk morfologi ini berupa
gosong sungai yang berukuran lempung perbukitan yang melampar di bagian
sampai berangkal dan di beberapa tempat Baratlaut, Utara, dan Timurlaut dari daerah
membentuk konglomerat yang merupakan penelitian, ciri-ciri kenampakan pelurusan
batuan hasil rombakan batuan gunung api. dan perapatan garis kontur, pembelokan
Dibeberapa tempat satuan ini tersusun oleh pola garis kontur dan pembelokan sungai.
batuan sedimen berupa perulangan batu Pelurusan-pelurusan perbukitan, dengan
pasir – batulempung. Kenampakan satuan perbedaan morfologi yang mencolok
ini dapat dilihat pada Gambar 1 dengan sekitarnya, serta dijumpai
kenampakan sending segitiga. Morfologi
ini dikontrol oleh sesar tektonik berupa
sesar geser yang relatif berarah Baratlaut -
Tenggara. Satuan ini tersusun oleh batuan
malihan, aliran lahar, batugamping perm.
Pola pengaliran yang berkembang disatuan
ini bersifat subparalel dan subdendritik, tipe
sungai berupa sungai musiman dengan
lembah cukup dalam berbentuk huruf V.
Kenampakan Satuan Perbukitan Struktural
Gambar 1. Kenampakan Satuan Dataran apat dilihat pada Gambar 3.
Aluvial
b. Satuan Dataran Perbukitan Struktural.
Bentuk morfologi satuan ini berupa
dataran yang melampar di bagian tengah
dan memanjang dari Barat sampai Timur
daerah penelitianyang meliputi: dataran
sebelah Barat dari Duo Koto, Guguk,
Tanjung Kubang dan Baying. Satuan ini
tersusun oleh batuan aliran lahar,
batugamping, metomorf, kanglomerat dan
Gambar 3. Kenampakan Satuan
endapan kolovium. Pola pengaliran
Perbukitan Struktural
bersisfat subdendritik, dengan lembah agak
datar berbentuk U. Tipe sungai berupa Hasil Pemetaan Struktur Geologi
sungai yang berair sepanjang tahun. Survey struktur geologi di daerah
Kenampakan Satuan Dataran Perbukitan penelitian difokuskan pada struktur mayor
Struktural dapat dilihat pada Gambar 2. dan struktur minor. Dari hasil survey,
ditemukan beberapa struktur berupa
patahan yang mempengaruhi kondisi
hidrogeologi daerah penelitian. Struktur
yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Sesar Malalo
Nama Sesar Malalo diambil dari salah
satu kampung yang dilewatinya. Sesar ini
terletak di bagian Timur daerah penelitian
dan berada pada satuan morfologi alluvial
Gambar 2. Kenampakan Satuan Dataran
yang memotong beberapa aliran sungai,
Perbukitan Struktural

Eksakta Vol. 2 Tahun XVI Juli 2015 99


diantaranya: aliran Bt. Malalo, Bt. Muaro
Anau, Bt. Taluk Kandang, Bt. Lambiu, Bt.
Air Runtuh dan Bt. Muaro Siguntuh. Sesar
Malalo berarah relatif Utara – Selatan dan
mempunyai panjang yang diperkirakan 3
km. Kenampakan dari sesar ini dapat
dilihat pada Gambar 4.

Gambar 5. Kenampakan sesar Duo Koto


yang memotong Aliran Sungai
Bt. Malalo dan Bangunan
Mesjid Mujahidin
c. Sesar Gulang-gulang
Sesar Gulang-gulang penamaannya
diambil dari salah satu Perbukitan Gulang-
Gambar 4. Kenampakan Sesar Malalo gulang yang dilewatinya. Sesar ini terletak
Ciri-ciri dari sesar ini antara lain : zona di bagian Utara daerah penelitian dan
hancuran yang dijumpai disepanjang jalur berada pada satuan morfologi Perbukitan
sesar, seperti yang terlihat pada dataran Struktural yang Utara–Baratlaut. Panjang
sungai batang Malalo. Kedudukan sesar sesar ini belum bisa diperkirakan, namun
sulit untuk diukur karena perlapisan batuan dari kenampakan dipermukaan sesar ini
sudah lapuk dan tertutup oleh tanah. Pada memotong aliran Bt. Malalo dan Bt.
Tebing dan dasar Batang Malalo dapat Bohong di bagian utaranya. Ciri – ciri dan
terlihat zona rekahan yang menyebabkan penampakan sesar ini dapat dilihat pada
aliran Batang Malalo terhenti dan mengalir Gambar 6.
melalui zona rekahan ini.
b. Sesar Duo Koto
Penamaan ini diambil dari salah satu
nama dusun yang dilewatinya. Sesar ini
terletak di bagian Utara daerah penelitian
dan banyak terdapat pemukiman dan sarana
ibadah, kemudian memotong aliran Bt.
Malalo dan menerus hingga ke Bt. Bohong.
Sesar ini berada pada satuan Dataran
Perbukitan Struktural. Sesar Duo Koto Gambar 8. Sesar Gulang-gulang
berarah relatif Baratlaut – Tenggara, d. Sesar Uway
panjangnya yang sulit diperkirakan dan Nama sesar ini diambil dari kampung
sesar ini diperkirakan menerus sampai yang dilewatinya. Letaknya berada di
pemukiman. Kenampakan dari sesar ini bagian tengah daerah penelitian, di atas
dapat dilihat pada Gambar 5. punggunan bukit yang dilalui oleh saluran
(Intake PLTA), berada pada satuan Dataran
Perbukitan Struktural. Sesar Uway berarah
Baratlaut–Tenggara sepanjang 5 km
membentang dari Duo Koto hingga daerah
Pilliang dengan kedudukan bidang sesar N
200°E/80°. Pada bidang sesar tersebut

100 Rusli Har


dapat dijumpai struktur gores garis yang f. Sesar Kanang
menunjukkan arah pergeseran dekstral. Penamaan sesar ini diambil dari salah
Pola kelurusan morfologi, berupa kelurusan satu nama bukit yang dilewatinya. Letak
lembah bukit Uway relative sempit dan sesar ini berada ditengah daerah penelitian
panjang, selain itu pada zona ini dijumpai dan berada pada satuan perbukitan
mata air. Kenampakan dari sesar Uway ini struktural. Sesar Kanang berarah relatif
dapat dilihat pada Gambar 6. Baratlaut-Tenggara, memiliki panjang
kurang lebih 5 km dan memotong bagian
hulu Sungai Bt. Kanang dan Bt. Lembang.
Kenampakkan bidang Sesar Kanang dapat
dilihat pada Gambar 8.

Gambar 6. Kenampakan sesar Uway


e. Sesar Bukit Cati
Nama Sesar ini diambil dari salah satu Gambar 8. Kenampakkan bidang Sesar
nama perbukitan yang dilewatinya. Terletak kanang
di bagian Timurlaut daerah penelitian,
berada pada satuan morfologi perbukitan g. Sesar Lambiu
structural, berarah Baratlaut- Tenggara dan Nama sesar ini diambil dari salah satu
mempunyai panjang yang diperkirakan nama sungai yang dilewatinya. Sesar ini
mulai dari Jorong Baing – Jorong Duo terletak di bagian tengah daerah penelitian,
Koto. Ciri-cirinya adalah: ditemukan zona di sebelah punggungan bukit yang dilalui
hancuran yang dijumpai disepanjang jalur oleh saluran (intake PLTA) dan berada
sesar, seperti yang terlihat pada tebing- pada satuan Dataran Perbukitan Struktural
tebing. Ditemukan pola kelurusan yang berarah Barat - Timur dan panjangnya
morfologi di sepanjang jalur sesar, yang diperkirakan 2 km, membentang kearah
meliputi pola kelurusan dari lembah sungai. Timur menerus sampai ke Guguak.
Kenampakkan dari Sesar ini dapat dilihat Sedangkan ke Barat berhenti di bukit
pada Gambar 7. Uway. Ciri-ciri dari sesar ini adalah:
Bidang sesar berkedudukan kurang lebih N
200°E/80°. Pada bidang sesar tersebut
dapat dijumpai struktur gores garis yang
relatif menunjukkan arah pergeseran
dekstral. Selain itu terlihat pola kelurusan
morfologi, berupa kelurusan lembah bukit
Lambiu yang relative sempit dan
memanjang. Pada zona ini ditemukan
adanya mata air yang berada pada bidang
geser. Kenampakkan dari sesar lambiu
Gambar 7. Kenampakkan dari Sesar Bukit dapat dilihat pada Gambar 12.
Cati

Eksakta Vol. 2 Tahun XVI Juli 2015 101


seluruh airnya masuk ke zona sesar.
Kronologis hilangnya air pada aliran Bt.
Malalo disjikan pada Gambar 11. Hulu
sungai Bt. Malalo berada di sekitar bukit
Gulang-Gulang (jejak peristiwa galodo
pada tahun 2000). Debit air yang masuk ke
sungai Bt. Malalo adalah sebesar 184
liter/detik. Debit air yang masuk ini terbagi
menjadi 2 yaitu: 34 liter/detik masuk
Gambar 9. Kenampakkan bidang sesar kesaluran irigasi yang terdapat disebelah
Lambiu. kiri bangunan cek dam dan sisanya sebesar
Letak seluruh sesar pada daerah 150 liter/detik masuk ke cek dam. Aliran
penelitian yang berhasil ditemukan dapat yang melalui cek dam ini diteruskan ke Bt.
dilihat pada Gambar 10. Dari hasil survey Malalo, dipotong oleh sesar Duo Koto,
terhadap keberadaan sungai-sungai di akan tetapi tidak terjadi kehilangan debit
Malalo, terdapat 9 (sembilan) sungai yang karena bidang patahan ini telah di cor
berhasil di identifikasi mengalami dengan beton kedap. Dipertengahan Bt.
kekeringan, yaitu: Bt. Bohong, Bt. Malalo, Malalo, debit sebesar 150 liter/detik
Bt. Muaro Anau, Bt. Taluak Kandang, Bt. tersebut terbagi lagi menjadi dua aliran
Lambiu, Bt. Aia Runtuh, Bt. Muaro yaitu: 82 liter/detik masuk kesaluran irigasi
Siguntuh, Bt. Kanang dan Bt. Lembang. dan sisanya 68 liter/detik terus mengalir ke
Beberapa diantaranya mengalir melewati bagian hilir menuju danau Singkarak.
bidang patahan. Ketika aliran (68 liter/detik) ini melewati
bidang patahan sesar Malalo, seluruh airnya
masuk ke zona sesar Malalo. Sehingga
bagian hilir dari sungai Bt. Malalo menjadi
kering hingga ke muara sungai di Danau
Singkarak.

Gambar 10. Posisi Seluruh Sesar di


Malalo.
Salah satu sungai penting di Malalo Gambar 11. Kronologis kehilangan air pada
adalah sungai Bt. Malalo yang hilirnya Bt.Malalo
bermuara Danau Singkarak, dimana muara Kasus hilangnya air pada aliran sungai
sungai yang berada di Danau Singkarak ini Bt. Malalo, juga terjadi pada sungai-sungai
berada dalam kondisi kering baik pada lainnya. Seperti pada Bt. Bohong. Sungai
musim kemarau maupun pada musim ini dilintasi oleh dua buah sesar yaitu sesar
penghujan. Keringnya bagian hilir dari Bt. Gulang-Gulang dan sesar Uway. Seperti
Malalo ini disebabkan karena pada Bt. yang terlihat pada Tabel 1, Muara sungai
Malalo dipotong oleh sesar Duo Koto, sesar Bt. Bohong berada dalam keadaan kering
Gulang-Gulang dan di bagian hulunya baik pada musim penghujan maupun pada
dilalui oleh sesar Uway. Aliran air pada Bt. musim kemarau. Hal ini terjadi karena
Malalo ini, ketika melintasi bidang sesar, selain untuk kebutuhan irigasi, sebagian

102 Rusli Har


aliran air pada sungai tersebut masuk ke tersebut, yang menyebabkan sebagian
zona patahan. Sehingga debit aliran atau seluruh aliran air masuk ke dalam
menjadi berkurang dan bahkan aliran tidak zona sesar yang melewatinya.
mencapai muara di Danau Singkarak.
Sungai Bt. Taluak Kandang dibagian DAFTAR PUSTAKA
hulunya dipotong oleh sesar Uway. Agoes, I, 2004, Strategi Pengendalian
Meskipun tetap berair dan mengalir baik Dampak Pengelolaan Sumberdaya
pada musim penghujan maupun pada Air Propinsi Sumatera Barat.
musim kemarau, namun debitnya berkurang Makalah Seminar Sehari Strategi
bila dibanding pada tahun 80-an. Debit Sektor Pertanian Pemerintah
aliran Saat dilakukan pengukuran diketahui Propinsi Sumatera Barat Dalam
hanya sebesar Q = 4,7 liter/detik. Pelaksanaan Undang-Undang Sum
berdaya Air, Tanggal 19 Juni 2004.
KESIMPULAN
Anonim. 1998. Neraca Sumberdaya Air
Dari Penelitian ini dapat disimpulkan Satuan Wilayah Sungai Propinsi
beberapa hal, yaitu: Sumatera Barat. Dinas PU
1. Secara Geomorfologi, daerah Malalo Pengairan Propinsi Sumatera
terdiri dari satuan dataran alluvial, Barat. Padang
satuan dataran perbukitan struktural Anonim. 1990, Peta Hidrogeologi
dan satuan perbukitan struktural. Indonesia Skala 1:250.000,
Satuan geomorfologi ini digunakan Direktorat Geologi Tata Lingkungan,
sebagai salah satu dasar atau patokan Departemen Pertambangan dan
dalam penentuan batas-batas system Energi.
hidrogeologi (water devide) daerah Bappeda Propinsi Sumatera Barat, 2000,
Malalo, yang bersifat batas tanpa aliran Neraca Sumberdaya Alam Daerah
eksternal. Propinsi Sumatera Barat
2. Dari hasil pemetaan struktur geologi 1999/2000.
daerah penetian, berhasil diidentifikasi Berd, Isril, 2003. Analisis Debit Sungai
beberapa sesar seperti: Sesar Malalo, dan sedimentasi serta kaitannya
Sesar Duo Koto, Sesar Gulang-Gulang, dengan karakteristik DAS (Studi
Sesar Sesar Uway, Sesar Bukit Cati, kasus Sub DAS Hulu Batang
Sesar Kanang, Sesar Lambiu, Sesar Mahat, Kab. 50 Kota, Sumatera
Piliang, Sesar Rawa Cino dan Sesar Barat). Disertasi S3 Pada Program
Baing. Sesar-sesar ini digunakan Pasca Sarjana Universitas Andalas.
sebagai salah satu dasar atau patokan Padang.
dalam penentuan batas-batas system Darmawan, I,. 1998. Kajian Laju Infil
hidrogeologi daerah Malalo yang trasi Berdasarkan Jenis Batuan
bersifat batas tanpa aliran eksternal, dan Sifat Fisik Tanah, ITB-
pengontrolan aliran airtanah dan air Bandung
sungai dan perhitungan potensial Departemen Permukiman dan Prasarana
hidrolik airtanah. Wilayah, 2003, Studi Pengelolaan
3. Dari hasil survey terhadap sungai- Sumberdaya Air dan Role Sharing
sungai di Malalo, berhasil Pada Balai PSDA Kuantan
diidentifikasi bahwa berkurang atau indragiri.
kehilangan debit aliran air pada Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air, 2003,
beberapa sungai di Malalo, salah satu Laporan Akhir Pengukuran
penyebabnya adalah adanya sesar yang Potensi dan Pemanfaatan
memotong beberapa aliran sungai

Eksakta Vol. 2 Tahun XVI Juli 2015 103


Sumberdaya Air Pada SWS Batang 1:250.000. Direktorat Geologi, Ditjen
Hari. Pertambangan Umum. Departemen
Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air, 2002, Pertambangan
Laporan Akhir Pengukuran Lahmeyer International GmbH, 1992.,
Potensi dan Pemanfaatan Padang Water Supply Priject
Sumberdaya Air Pada SWS Silaut. Groundwater, Drilling Programme
Kepmen Energi dan Sumberdaya Mineral, Hydrogeology.
No. 1451 K/10/MEM/2000, tentang Miyazaki, T. 1993., Water Flow in Soil,
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Marcel Dekker, Inc, New York.
Tugas Pemerintahan di Bidang Ruchijat, Syaiful, 2001, Peta Cekungan
Pengelolaan Air Bawah Tanah. Airtanah Pulau Sumatera Bagian
Kepala Dinas Pengelolaan Sumberdaya Air Utara (Sumatera I) Skala
Propinsi Sumatera Barat, 2004, 1:250.000.
Rencana Strategis Pemda Sutrisno S, 1987, Peta Hidrologi
Sumatera Barat Dalam Indonesia, Lembar Muara Siberut.
Pengelolaan Sumberdaya Air Sudadi, Purwanto, 1983, Hidrogeologi
Berkaitan Dengan Pelaksanaan Lembar Solok, Sumatera Barat.
Undang-Undang Sumberdaya Air Suripin, 2004., Pelestarian Sumberdaya
dan Kaitannya Dengan Tanah dan Air,, ANDI, Yogyakarta
Ketersediaan Air Baik Dari Segi Schwab, G.O. & Frevert,R.K. 1981., Soil
Kualitas Maupun Kuantitas. and Water Concervation
Driscoll, F.G,. 1989, Groundwater and Engineering. John Wiley & Sons.
Well, Johnson Filtration System New York.
Inc., St. Paul, Minnesota 55112. Tirtomiharjo, Haryadi, 2003, Potensi dan
Fetter, C.W, 1993, Contaminant Pengelolaan Airtanah di Propinsi
Hydrogeology, Mac Millan Sumatera Barat Dalam Rangka
Publishing Company, New York. Pelaksanaan Otonomi Daerah.
Freeze, R.A & J.A. Cherry, 1979, Tood, DK. 1980., Groundwater
Grounswater, Prentice Hall, Hydrology, Topan Company Ltd,
Englewood Cliffs, New Jersey. Tokyo.
Hillel, D,. 1978, Soil and Water Physical Undang-undang Republik Indonesia No. 7
Principles and Processes, Academic Tahun 2004, tentang Sumberdaya
Press New York, San Francisco, Air.
London Wilson, EM. 1993., Hidrologi Teknik.
Hutasoit, L.M,. 1997. Kajian Kuantitatif ITBBandung
Peresapan Air di Kawasan
Bandung Utara. LPPM-ITB
Bandung.
Kastowo dan Leo. 1973., Peta Geologi
Lembar Padang, Sumatera, Skala

104 Rusli Har

Anda mungkin juga menyukai