Anda di halaman 1dari 16

TEKNIK PERENCANAAN PEMBANGUNAN

ANALISIS INPUT-OUTPUT

Dosen Pengampu : Dr. Siti Hodijah, S.E. M. Si.

KELOMPOK 7
Lili Febriyani C1A021008
Pendi Putra C1A021010
Anugerah Fahkri C1A021016
Dina Amalia Busyiro C1A021086

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
2024
Teori Input-Output
Input output merupakan teknik baru yang diperkenalkan oleh Profesor Wassily W. Leontief
pada 1951. Teknik ini dipergunakan untuk menelaah hubungan antar industri dalam rangka
memahami saling ketergantungan dan kompleksitas perekenomian serta kondisi untuk
mempertahankan keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Teknik ini juga dikenal sebagai
“analisa industri”.
Menurut Profesor J.R. Hicks input adalah “sesuatu yang dibeli untuk perusahaan”, sedang
output adalah “sesuatu yang dijual oleh perusahaan”. Input diperoleh tetapi output diproduksi. Jadi
input merupakan pengeluaran perusahaan, dan ouput merupakan penerimaannya. Jumlah nilai uang
dari input merupakan biaya total suatu perusahaan dan jumlah nilai uang dari output merupakan
total penerimaan.
Sebagian besar kegiatan ekonomi memproduksi barang-barang antara (input) untuk
digunakan lebih lanjut dalam pembuatan barang-barang akhir (output). Pada hakikatnya, analisa
input-output mengandung arti bahwa dalam ekilibrium jumlah nilai uang antar industri dan jumlah
nilai uang ouput antar industri.

Analisis Input Output Nasional


Analisis Input-output adalah Suatu model matematis untuk menelaah struktur
perekonomian yang saling kait mengait antar berbagai sektor atau kegiatan ekonomi "artinya
output suatu sektor merupakan input bagi sektor lain". Prinsip dasar dari analisis input-output
adalah mengidentifikasi dan mendisagregasi semua aliran pengeluaran antara berbagai
aktivita sekonomi (sektor/industri), antara aktivitas ekonomi dan konsumen, antara aktivitas
ekonomi dan penyediaan input yang ada dalam struktur perdagangan perekonomian.
Bertujuan untuk menentukan multiplier dan mengidentifikasi perekonomian secara
menyeluruh dan mengetahui dampak perubahan permintaan akhir dari setiap aktivitas
ekonomi terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Analisis Input-Output pertama kali diperkenalkan oleh Wassily Leontief dari Harvard
University pada tahun 1930-an. Walaupun gagasan dasar teknik analisis input-output pertama
kali oleh Leon Walras tahun 1877. Untuk menelaah kegiatan antar sektor dalam struktur
perekonomian di Amerika Serikat, Leontief menyusun tabel yang dikenal dengan Gambaran
Perekonomian (Tableu Economique) dengan Teori Keseimbangan Umum (General
Equibrium Theory). Berdasarkan teori-teori tersebut, Leontief menyusun hubungan antara
satu kegiatan ekonomi dengan kegiatan ekonomi lainnya secara kuantitatif. Hubungan
tersebut disusun berdasarkan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan ekonomi
yang ada di Amerika Serikat. Analisis Input-Output ini digunakan untuk mengetahui
keterkaitan antar sektor dalam upaya memahami kompleksitas perekonomian serta kondisi
yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan antar permintaan dan penawaran.
Analisis input-output merupakan penerapan teori keseimbangan umum terhadap gejala
produksi secara empirik. Penerapan teori tersebut terungkap dalam penelaahan segi
interdependensi antar berbagai unit atau produksi yang tercakup dalam perekonomian suatu
daerah atau negara. Analisis Input-Output menunjukkan dalam perekonomian secara
keseluruhan terkandung saling berhubungan dan saling ketergantungan antar sektor. Output
suatu sektor merupakan input bagi sektor lainnya begitu pula sebaliknya, sehingga pada
akhirnya saling keterkaitan tersebut akan membawa kearah keseimbangan antara penerimaan
dan penawaran dalam perekonomian secara keseluruhan. Pada hakekatnya, analisis input-
output mengandung arti bahwa dalam keseimbangan jumlah nilai uang output agregat dari
keseluruhan perekonomian harus sama dengan jumlah uang input antar sektor dan jumlah
nilai output antar sektor (Jhingan, 1993).
1. Konsep dasar Model Input-Output yaitu:
 Struktur perekonomian tersusun dari berbagai sektor/industri yang satu sama lain
berinteraksi melalui transaksi jual belli.
 Output suatu sektor akan didistribusikan dengan jalan dijual kepada sektor- sektor
lainnya dan untuk memenuhi permintaan akhir, baik yang berasal dari rumah
tangga(C), pemerintah (G), investasi (I), maupun permintaan ekspor (X).
 Input suatu sektor didapatkan dengan cara membeli bahan baku dari sektor- sektor
lainnya, dari rumah tangga (dalam bentuk jasa tenaga kerja), pemerintah (misalkan
saja dalam bentuk pembayaran pajak tidak langsung), penyusutan, surplus usaha serta
impor (M).
 Hubungan antara input dengan output adalah linier.
 Analisis model dilakukan pada kurun waktu tertentu (biasanya setahun) dimana akan
selalu didapat identitas bahwa total input sama dengan total output.
 Suatu sektor dianggap terdiri dari satu atau beberapa perusahaan dengan ketentuan
utama bahwa output yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut diproduksi
oleh satu tingkat teknologi yang sama.
2. Asumsi Dasar Analisis Input-Output yaitu:
 Homogenitas
Setiap sektor menghasilkan suatu output tunggal dengan susunan input tunggal
(tertentu), serta tidak ada substitusi antar output dari berbagai sektor yang ada.
 Proporsionalitas
Jumlah dari tiap jenis input yang dipakai oleh suatu sektor akan berubah sebanding
dengan berubahnya output total yang dihasilkan oleh sektor tersebut.
 Aditivitas
Efek total dari pelaksanaan produksi diberbagai sektor dihasilkan oleh masing- masing
sektor secara terpisah.

Contoh Perhitungan
Analisis Input-Output dengan Microsoft Office Excel
Tulisan ini membahas simulasi/latihan analisis Input-Output (I-O) dengan menggunakan
Microsoft Office Excel. Analisis yang dibahas mencakup perhitungan matriks pengganda, indeks
daya penyebaran, indeks derajat kepekaan dan analisis dampak.

Pada dasarnya sudah terdapat program yang secara khusus bertujuan untuk analisis I-O ini. Oleh
karenanya, tulisan ini lebih sebagai latihan pembelajaran untuk melihat menelusuri proses
analisisnya. Sebagai latihan, misalnya kita punya tabel I-O dalam bentuk tabel Transaksi
Domestik atas Dasar Harga Produsen yang dibagi atas tiga sektor. Angka-angka dalam tabel
dalam satuan Trilyun Rupiah.
Agar dapat mengikuti alur pembahasan dalam tulisan ini, sel-sel pengetikan disesuaikan dengan
sel-sel pada tampilan 1 dibawah ini.
Tampilan 1. Tabel I-O: Transaksi Domestik atas Dasar Harga Produsen
A. Perhitungan Matriks Pengganda

Dampak Pengganda adalah suatu dampak yang terjadi baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap berbagai kegiatan ekonomi dalam negeri sebagai akibat adanya perubahan
pada variabel-variabel eksogen perekonomian nasional.
Untuk menghitung matriks pengganda dilakukan melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Menghitung matriks koefisien input (matriks A)


Unsur matriks A dapat dihitung dengan rumus:

Dimana : aij = koefisien input sektor ke i oleh sektor ke j

xij =penggunaan input sektor ke i oleh sektor ke j


Xj = output sektor ke j
Secara sederhana rumus ini berarti membagi sel pada permintaan antara secara kolom
terhadap total output (atau total input karena nilainya sama). Untuk kepentingan ini, letakkan
pointer di sel B19, kemudian ketikkan rumus =B6/B$12. Copy rumus tersebut dalam range
B19:D21

2. Menghitung (I-A)
Mengurangkan suatu matriks identitas (yaitu matriks dengan diagonal utama bernilai 1) dan
unsur-unsur lainnya bernilai 0) terhadap matriks koefisien input. Untuk itu, ketik matriks
identitas di range F19:H21. Matriks identitas kita buat 3 x 3, karena jumlah sektor contoh kita
sebanyak 3. Selanjutnya, pada sel B26, ketik rumus =F19-B19. Copy rumus tersebut dalam
range B26:D28

3. Menghitung matriks pengganda (B) dan Total Pengganda


Matriks pengganda (B) dihitung dengan cara menginverskan matriks yang diperoleh pada
tahap 2 diatas (B = (I-A)-1 ). Untuk itu, letakkan pointer pada sel G26 dan ketikkan
rumus =MINVERSE(B26:D28 ). Setelah itu, blok range G26:I28, kemudian tekan tombol F2
dan selanjutnya tekan CTRL+SHIFT+ENTER secara bersamaan.

Hasil matriks pengganda akan tampil pada range G26:I28. Selanjutnya untuk menghitung
total pengganda, jumlahkan secara baris dan secara kolom.
Hasil tahap 1-3 dapat dilihat pada tampilan 2 berikut. (catatan: Sdr dapat menambah judul- judul
dan keterangan seperti yang terlihat pada tampilan ini).

Tampilan 2. Koefisien Input dan Matriks Pengganda

Matriks koefisien input menggambarkan komposisi input antara yang digunakan masing- masing
sektor dalam berproduksi. Sebagai contoh pada kolom 1, untuk menghasilkan output, sektor
primer butuh input 2,53 persen dari sektornya sendiri, butuh input 6,33 persen dari sektor
sekunder dan butuh input 3,80 persen dari sektor tersier. Dengan kata lain juga, untuk
memproduksi 100 satuan output, maka sektor primer butuh input sebanyak 2,53 satuan dari
sektornya sendiri, 6,33 satuan dari sektor sekunder dan 3,80 satuan dari sektor tersier.
Selanjutnya untuk interpretasi pada matriks pengganda, akan dilihat lebih jauh pada
pembahasan indeks daya penyebaran dan derajat kepekaan berikut ini.

B. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan


Hubungan antara output dan permintaan akhir dapat dijabarkan sebagai X = (I-A) -1 F, dimana X
adalah vektor kolom dari output, F adalah vektor kolom dari permintaan akhir.

Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa dampak akibat perubahan permintaan akhir suatu
sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi (rj) dapat dirumuskan sebagai:
rj = b1j + b2j … + bnj = Σibij
Jumlah dampak tersebut juga disebut sebagai jumlah daya penyebaran. Daya penyebaran
merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan kebelakang (backward linkage) sektor-sektor
ekonomi di suatu wilayah. Selanjutnya, dengan membagi jumlah dampak tersebut (r j) dengan
banyaknya sektor (n), dapat dihitung rata-rata dampak yang ditimbulkan terhadap output masing-
masing sektor akibat perubahan permintaan akhir.
Namun demikian, karena sifat permintaan akhir masing-masing sektor saling berbeda, maka baik
jumlah maupun rata-rata dampak tersebut kurang tepat untuk dijadikan sebagai ukuran
pembanding dampak pada setiap sektor. Oleh karenanya, ukuran tersebut perlu dinormalkan
(normalized) dengan cara membagi rata-rata dampak suatu sektor dengan rata-rata dampak
seluruh sektor. Ukuran yang dinormalkan ini dinamakan dengan indeks daya penyebaran (α j) atau
tingkat dampak keterkaitan kebelakang (backward linkages effect ratio), yang dapat dirumuskan:

αj = 1 daya penyebaran sektor j sama dengan rata-rata daya penyebaran seluruh sektor
ekonomi.

αj > 1 daya penyebaran sektor j diatas rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
αj < 1 daya penyebaran sektor j dibawah rata-rata daya penyebaran seluruh sektor ekonomi.
Dari persamaan diatas juga dapat dilihat jumlah dampak output suatu sektor i sebagai akibat
perubahan permintaan akhir seluruh sektor, yang dapat dirumuskan sebagai: sj=Σjbij
Nilai sj disebut dengan jumlah derajat kepekaan, merupakan ukuran untuk melihat keterkaitan
kedepan (forward linkage) sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah.
Dengan pola pikir yang sama seperti ketika menghitung indeks daya penyebaran, kita juga bisa
menghitung indeks derajat kepekaan (βi) dengan rumus sebagai berikut:

βi = 1 derajat kepekaan sektor j sama dengan rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor
ekonomi.
βi > 1 derajat kepekaan sektor j diatas rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.
βi < 1 derajat kepekaan sektor j dibawah rata-rata derajat kepekaan seluruh sektor ekonomi.

Untuk menghitung indeks daya penyebaran, tempatkan pointer kita di sel B36. Kemudian
ketikkan rumus: =G$29/AVERAGE($G$29:$I$29). Copy rumus tersebut sampai ke B38.

Tetapi setelah itu, pada sel B37, rumus G$27 tersebut diganti menjadi H$27 dan pada sel B38
diganti menjadi I$27.
Selanjutnya untuk menghitung indeks derajat kepekaan, tempatkan pointer kit di sel C36.
Kemudian ketikkan rumus: =J26/AVERAGE($G$29:$I$29). Kemudian copy sampai ke sel C38.

Hasilnya dapat dilihat pada tampilan 3 berikut:

Tampilan 3. Indeks Daya Penyebaran dan Indeks Derajat Kepekaan

C. Analisis Dampak

1. Dampak Permintaan Akhir terhadap Output

Untuk melihat dampak masing-masing permintaan akhir terhadap output, dapat digunakan rumus:
X = (I-A)-1 F

Ini artinya, kita mengalikan matriks pengganda dengan matriks permintaan akhir. Sesuai dengan
penempatan data pada contoh kasus kita, matriks pengganda sudah dihitung dan ditempatkan
pada range G26:I28 dan matriks permintaan akhir berada pada range F6:J8.
Untuk itu, tempatkan pointer pada sel B44 dan ketikkan rumus: =MMULT(G26:I28,F6:J8).
Selanjutnya blok range B44:F46, tekan F2 dan kemudian tekan CTRL+SHIF+ENTER secara
bersamaan. Hasilnya akan terlihat pada range B44:F46. Selanjutnya lakukan penjumlahan secara
baris dan secara kolom, seperti terlihat pada tampilan 4 berikut:
Tampilan 4. Dampak Permintaan Akhir terhadap Output
Pembacaan menurut baris menunjukkan pengaruh masing-masing komponen permintaan akhir
terhadap pembentukan output suatu sektor. Misalnya pada baris 1 (sektor primer), dapat
diinterpretasikan bahwa output sektor primer yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah
tangga (301) sebesar 37,1; konsumsi pemerintah (302) sebesar 1,6; pembentukan modal tetap
(303) sebesar 12,6; perubahan stok (304) sebesar 2,8; dan ekspor barang dan jasa (305 + 306)
sebesar 24,6. Jumlah baris 1 merupakan total output sektor primer. Untuk sektor- sektor yang
lain, dapat dilihat dengan cara yang sama.

Pembacaan menurut kolom menunjukkan pengaruh suatu komponen permintaan akhir terhadap
pembentukan output di masing-masing sektor. Misalnya pada kolom 1, konsumsi rumah tangga
(301) mengakibatkan pembentukan output sektor primer sebesar 37,1, output sektor sekunder
sebesar 71,6 dan output sektor tersier sebesar 69,2. Jumlah kolom 1 yang sebesar 177,9
menunjukkan besarnya output seluruh sektor perekonomian yang terbentuk sebagai akibat dari
konsumsi rumah tangga. Untuk komponen permintaan akhir yang lain, dapat dilihat dengan cara
yang sama
2. Dampak Permintaan Akhir terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB)

Untuk menghitung dampak permintaan akhir terhadap NTB, terlebih dahulu dibentuk matriks
diagonal koefisien NTB. Koefisien NTB dicari dengan cara membagi nilai tambah bruto (input
primer) dengan total input. Dalam kasus kita, adalah dengan membagi sel B11 dengan sel B12,
C11 dengan C12 dan D11 dengan D12. Koefisien-koefisien tersebut ditempatkan pada diagonal
matriks, dan nilai sel lainnya dalam matriks tersebut diberi angka 0, seperti terlihat pada tampilan
di bawah ini.

Pada tahap selanjutnya, mengalikan matriks diagonal koefisien NTB ini (pada range B55:D57)
dengan matriks dampak permintaan akhir terhadap output yang telah dihitung sebelumnya (pada
range B44:F46). Untuk itu tempatkan pointer pada sel B62, kemudian ketikkan rumus:
=MMULT(B55:D57,B44:F46). Kemudian blok range B62:F64, tekan F2, tekan
CTRL+SHIFT+ENTER. Hasilnya akan terlihat pada range B62:F64. Selanjutnya lakukan
penjumlah secara kolom dan secara baris.

Tampilan 5. Dampak Permintaan Akhir terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB)


Pembacaan menurut baris menunjukkan pengaruh masing-masing komponen permintaan akhir
terhadap penciptaan NTB suatu sektor. Misalnya pada baris 1 (sektor primer), dapat
diinterpretasikan bahwa NTB sektor primer yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi

rumah tangga (301) sebesar 31,9; konsumsi pemerintah (302) sebesar 1,4; pembentukan modal
tetap (303) sebesar 10,8; perubahan stok (304) sebesar 2,4; dan ekspor barang dan jasa (305 +
306) sebesar 21,4. Jumlah baris 1 merupakan total NTB sektor primer. Untuk sektor- sektor yang
lain, dapat dilihat dengan cara yang sama.
Pembacaan menurut kolom menunjukkan pengaruh suatu komponen permintaan akhir terhadap
penciptaan NTB di masing-masing sektor. Misalnya pada kolom 1, konsumsi rumah tangga (301)
mengakibatkan penciptaan NTB sektor primer sebesar 31,9, NTB sektor sekunder sebesar 23,6
dan NTB sektor tersier sebesar 48,5. Jumlah kolom 1 yang sebesar 104,0 menunjukkan besarnya
NTB seluruh sektor perekonomian yang terbentuk sebagai akibat dari konsumsi rumah tangga.
Untuk komponen permintaan akhir yang lain, dapat dilihat dengan cara yang sama
3. Dampak Permintaan Akhir Terhadap Kebutuhan Impor

Untuk menghitung dampak permintaan akhir terhadap kebutuhan impor, diperlukan informasi
mengenai komponen impor pada masing-masing sektor, baik untuk permintaan antara maupun
permintaan akhir. (Data komponen impor biasanya disusun bersamaan dengan tabel transaksi
pada I-O).

Misalnya data komponen impor kita ketikan pada sel-sel berikut seperti pada tampilan
Tampilan 6. Komponen Impor

Selanjutnya lakukan tahapan berikut:

1. Hitung matrik koefisien komponen impor (A m), dengan cara membagi masing-masing sel
pada input antara (range B76:D78 ) secara kolom dengan total inputnya masing-masing.
Untuk itu tempatkan pointer di sel B84, kemudian ketikan rumus: =B76/B$12. Copy
dalam range B84:D86

2. Kalikan matriks Am dengan matriks (I-A)-1 F. Matriks (I-A)-1 F sebelumnya sudah kita
hitung yang terletak pada range B44:F46. Untuk itu letakkan pointer di sel F84, ketikkan
rumus: =MMULT(B84:D86,B44:F46). Blok range F84:J86, tekan F2, dan tekan
CTRL+SHIFT+ENTER secara bersamaan.

3. Tambahkan matriks hasil perkalian pada tahap 2 diatas dengan matriks komponen
permintaan sebelumnya (yang terletak pada range F86:J88). Untuk itu, tempatkan pointer
di sel B92, ketikkan rumus: =F76+F84. Copy dalam range B92:F94. Selanjutnya lakukan
penjumlahan secara baris dan kolom.

Tampilan 7. Dampak Permintaan Akhir terhadap Kebutuhan Impor


Pembacaan kolom dari hasil tersebut adalah kebutuhan impor dari masing-masing sektor sebagai
dampak dari suatu komponen permintaan akhir. Misalnya pada kolom 1, kebutuhan impor
sebagai dampak dari konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 20,04 yang terdiri dari
kebutuhan impor di sektor primer sebesar 1,26, di sektor sekunder sebesar 13,20 dan di sektor
tersier sebesar 5,57.

Pembacaan baris dari hasil tersebut adalah kebutuhan impor dari suatu sektor sebagai dampak
dari masing-masing komponen permintaan akhir. Misalnya pada baris 1, kebutuhan impor sektor
primer akibat konsumsi rumah tangga (301) adalah sebesar 1,26, akibat konsumsi pemerintah
(302) sebesar 0,097, akibat pembentukan modal (303) sebesar 0,95 dan seterusnya.

Teknik analisis input-output regional

Teknik Input-Output (I-O) merupakan teknik baru yang dikenalkan oleh Vassily W. Leontief
pada 1951. Teknik ini digunakan untuk menelaah keterkaitan antar industri dalam upaya
untuk memahami kompleksitas perekonomian setra kondisi untuk mempertahankan
keseimbangan antara penawaran dan permintaan. Teknik ini juga dikenal sebagai analisis
antar industri.

Menurut Hicks, input adalah sesuatu yang dibeli oleh perusahaan, sedangkan output adalah
sesuatu yang dijual oleh perusahaan. Jadi input merupakan pengeluaran perusahaan, dan
output merupakan penerimaannya. Jumlah nilai input (dalam unit moneter) merupakan biaya
total suatu perusahaan dan jumlah nilai output (dalam unit moneter) merupakan penerimaan
total dari suatu perusahaan. Analisis I-O menunjukan bahwa di dalam suatu perekonomian
terdapat keterkaitan antar sektoral. Input suatu industri merupakan output industri lainnya dan
sebaliknya. Pada akhirnya keterkaitan antar sektoral tersebut akan menyebabkan terjadinya
keseimbangan antara penawaran dengan permintaan di dalam perekonomian tersebut.
Misalnya, batubara, walaupun keduanya merupakan output dari masing-masing industri
tersebut. Sebagian besar kegiatan ekonomi adalah memproduksi barang-barang antara (input)
yang selanjutnya dapat digunakan dalam pembuatan barang-barang akhir (output).

Analisis I-O mengandung arti bahwa dalam keadaan keseimbangan, jumlah nilai output
agregat (dalam unit moneter) dari perekonomian secara keseluruhan harus sama dengan
jumlah nilai input antar industri (dalam unit moneter) dan jumlah nilai output antar industri
(dalam unit moneter).Menurut Hicks, input adalah sesuatu yang dibeli oleh perusahaan,

Analisis I-O merupakan varian terbaik dari keseimbangan umum. Analisis ini mempunyai 3
karakteristik/ciri utama :
1. Analisis I-O memusatkan perhatian pada perekonomian dalam keadaan
keseimbangan. Hal ini tidak kita temui dalam analisis keseimbangan parsial.
2. Analisis ini tidak memusatkan perhatiannya pada analisis permintaan tetapi pada
masalah teknis produksi.
3. Analisis ini diperhatikan pada penelitian empiris

Model I-O dinamis / review

model I-O dinamis ini memperluas konsep penyeimbangan atar sektor pada batas waktu
tertentu menjadi konsep antar sektor sepanjang waktu. Oleh karena itu, model ini mencakup
konsep modal tahan lama.
Model I-O dinamis Leontief merupakan model statis dan didasarkan pada asumsi-asumsi
yang sama. Di dalam model dinamis, output suatu waktu tertentu dianggap asuk di dalam
stok, dalam hal ini barang modal, dan sebaliknya stok tersebut didistribusikan di antara
industri-industri. Persamaan keseimbangannya ialah :
Xi(t) = Xi1(t) + Xi2 + X13...Xin + (S'i1 + S12 + S'i3 +...S'in) + Di(t) + Yi(t)
Di sini Xi(t) menunjukkan keseluruhan aliran output industri ke-i pada periode t, yang
digunakan untutk tiga tujuan : (1) untuk produksi di dalam industri n dalam Xi1(t), Xi2(t), dan
seterusnya, pada periode tersebut; (2) sebagai tambahan netto terhadap stok barang modal di
dalam industri n yaitu S't yang dapat juga ditulis sebagai delta Si(t) = Si(t=1) - Si(t), dimana
Si(t) menunjukkan stok modal yang terkumpul pada periode sekarang (t), dan Si(t+1)
merupakan stok tahun berikutnya Di(t+1). Jika kita mengabaikan penyusutan dan penurunan
nilai, maka Si(t+1) - Si(t) merupakan tambahan netto stok modal dari produksi saat ini.
Karena itu dapat ditulis sebagai:
Xi(t) = Xi1 + Xi2 +...Xin + Si(t+1) - S1(t) + Di(t) + Yi(t)
Yi(t) merupakan jumlah yang diserap oleh sektor luar pada periode t. Seperti halnya dalam
model statis, koefisien modal di sini dicari dengan cara yang sama. Koefisien modal dari
produk ke-i yang dipergunakan oleh industri ke-j dinyatakan dengan:
Sij
bij=
Xj
Dengan mengalikan silang kita peroleh
Sij = Bij – Xj
Dimana Sij menunjukkan jumlah stok modal produksi ke-I yang dipergunakan pleh industri
ke-j. Xj adalah keseluruhan output industri j, dan bij adalah konstanta yang disebut koefisien
modal atau koefisien stok. Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan struktural di dalam
model dinamik. Jika koefisien bij tersebut adalah nol. Ini berarti tidak ada stok yang
diperlukan oleh industri dan model dinamis itu menjadi model statis. Lagi pula, bij tidak dapat
bersifat negatif ataupun infinit. Jika koefisien modal tersebut negatif, maka input tersebut
pada hakikatnya merupakan output suatu industri.

Metode pemutakhiran koefisien

Manfaat bagi perencanaan Pembangunan

Teknik I-O yang berasumsi bahwa koefisien teknik konstan ini sangat membantu para
perencana suatu di NSB. Model I-O homogeny linier cocok bagi perekonomian suatu NSB
dimana data statistic yang handal tentang koefisien teknik sulit diperoleh. Dengan menggap
koefisien aliran dan koefisien modal adalah tetap, kebutuhn akan pengumpulan dan
penghitungan sejumlah data statistic menjadi sangat berkurang. Oleh karena input dianggap
proporsional terhadap output, teknik ini jelas sekali membantu di dalam menentukan jumlah
aliran barang dan jasa antas industry di suatu NSB.

Sistem persamaan seimbang di dalam analisis I-O tersebut menunjukkan syarat adanya
konsisten internal perencanaan. Tanpa ini, perencanaan ini tidak akan layak terap karena jika
persamaan-persamaan ini tidak terpenuhi ada kemungkinan timbul kelebihan pada barang-
barang tertentu dan kekurangan pada barang-barang lainnya.

Dari segi perencanaan, model I-O dinamis lebih banyak punya daya Tarik. Model ini
membantu menunjukkan keseimbangan output yang bergerak. Investasi dinyatakan dalam
tingkatan yang tak dapat dibagi-bagi dalam artian barang-barang investasi tertentu dan
dianggap bersifat endogen. Para perencanaan dapat melihat dengan lebih jelas implikasi
peningkatan jumlah investasi pada suatu sector tertentu, mengingat adanya keperluan akan
keselarasan antar sector.

Analisis I-O juga dipergunakan untuk perencanaan ekonomi nasional. Model-model statis dan
dinamis tersebut dapat diterapkan di dalam mempersiapkan kerangka rencana di NSB. Model
I-O memberikan informasi yang perlu yang perlu mengenai keofisien structural berbagai
sektor perekonomian selama suatu jangka waktu atau suatu waktu tertentu yang dapat
dipergunakan seoptimal mungkin mengalokasikan sumberdaya-sumberdaya ekonomi menuju
cita-cita yang diinginkan.

Berikut ini adalah beberapa penerapan model I-O di dalam perencanaan pembangunan :
(1) Model I-O ini memberikan kepada setiap sektor perekonomian perkiraan tentang tingkat
produksi dan impor yang sesuai satu sama lain dan sesuai dengan perkiraan permintaan akhir.
(2) Solusi model ini membantu pengalokasikan investasi yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkat produksi dan model ini memberikan pengujian yang lebih tajam mengenai cukup
tidaknya sumber investasi yang tersedia.
(3) Kebutuhan akan tenaga kerja terdidik juga dapat dievaluasi dengan cara yang sama
(4) Dengan adanya pengetahuan tentang penggunaan bahan baku impor dan buatan dalam
negeri dalam berbagai bidang dalam perekonomian, analisis tentang kebutuhan impor dan
kemungkinan substitusi menjadi lebih mudah.
(5) Sebagai tambahan terhadap kebutuhan langsung akan modal, tenaga kerja, dan impor;
kebutuhan tidk langsung pada sector-sektor lain perekonomian juga dapat diperkirakan.
(6) Model I-O secara regional juga dapat dibuat untuk tujuan perencaan, untuk menjajagi
implikasi program pembangunan wilayah tertentu, ataupun untuk perekonomian secara
keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwj7s9bll-
eEAxWvZmwGHca_CXgQFnoECCkQAQ&url=https%3A%2F%2Fdigilib.uns.ac.id
%2Fdokumen%2Fdownload%2F40311%2FMTI5ODg5%2FTransformasi-Struktur-Ekonomi-
Indonesia-Tahun-1990-2005-Pendekatan-Analisis-Input-Output-
bab2.pdf&usg=AOvVaw0gTH7_fQVAqLMTHN9WD_vI&opi=89978449
https://www.slideshare.net/yudie82/makalah-analisis-input-output

https://www.purnomo.co.id/2019/11/model-input-output-untuk-analisis.html

https://repository.unja.ac.id/137/1/Analisis_Input-Output_dengan_Microsoft_O.pdf

https://id.scribd.com/document/428626994/Teknik-Analisis-Input-Output-Dalam-
Perencanaan-Pembangunan-Ekonomi-Regional

Anda mungkin juga menyukai