Naskah Sang Naga Samudra
Naskah Sang Naga Samudra
PEMAIN
no NAMA TOKOH KARAKTER
1 Ratu Kalinyamat (RK) : Pemimpin yang tegas, bersemangat, kuat, cerdas dan penuh
kewibawaan.
2 Senopati (S) : Pejabat yang patuh kepada pemimpinnya, tegas,
bersemangat, kuat, cerdas dan penuh kewibawaan.
3 Joko Lintang (JL) : Pemuda yang gagah, pemberani, cerdas, dan sangat
menyayangi istri dan keluarganya.
4 Roro Wulansari (RW) : Perempuan cantik yang menjadi istri Joko Lintang, ia
memendam trauma karena Ayahnya gugur dalam perang
dan Ibunya meninggal karena sedih.
5 Ki Galangwesi (KG) : Orang Tua yang tetap bersemangat untuk ikut penyerbuan
ke Malaka. Ayah Joko Lintang.
6 Nyai Galangwesi (NG) : Istri Ki Galangwesi, perempuan tua yang dulu bersama
suaminya merupakan pendekar pengawal Pati Unus.
7 Ki Bajul Sarek (KBS) : Licik dan kejam
8 Prajurit 1 (P1) :
9 Prajurit 2 (P2) :
Dari kegelapan bumi Eropa, tahun 1511, mendung hitam berselimut badai memporak
perandakan Malaka. Tahun 1512 ksatria Jepara menyerang Portugis di Malaka. Pantang menyerah,
tahun 1522 Pati Unus kembali mengarungi samudra. Karena banyak pemimpin-pemimpin Jawa
tidak mendukung Demak dan akan bersekutu dengan Portugis, maka Sultan Trenggono memagari
dan menyapu Jawa dari Portugis. Demak semakin kokoh dan Perkasa, Jung-Jung Jawa siap kembali
mengarungi samudra.
Tahun 1547 Aceh menyerang dan memblokade Malaka, benteng Perlis dibangun untuk
merampas pengiriman bahan makanan dari Utara dan Demak Bintoro yang saat itu dibawah
kepemimpinan Sunan Prawoto, memblokade pengiriman bahan pangan Malaka dari arah selatan.
Tahun 1548 Portugis mengutus Manuel Pinto untuk membujuk Raja ke empat Demak itu,
agar mengurungkan rencana politiknya, namun dengan tegas beliau menolaknya.
Tahun 1550, Ratu Kalinyamat mengirim 40 Kapal besar dengan 6.000 Ksatria, dikirim ke
Malaka.
Tahun 1551, Armada laut Jepara bersama Aceh, Pera, Pao, Marruas, dan yang lainnya
menyerang Malaka. Serangan dahsyat ini membuat ciut nyali Portugis untuk menyerang Jawa.
Setelah tahun 1551-1565 (bahkan sampai akhir koloninya di Nusantara), Portugis tidak
berani lagi mengincar Jawa Dwipa. Konsentrasi Portugis beralih ke kepulauan Ambon setelah
menemukan pusat sumber rempah-rempah tersebut.
Meskipun begitu, bukan berarti Jepara sedang tidur, apalagi terpuruk. Di bawah
kepemimpinan Kanjeng Ratu Kalinyamat, Selain di Malaka, di Ambon pun Jepara tetap menjadi
momok yang paling menakutkan. Jepara menjadi musuh yang paling berbahaya bagi Portugis selama
tiga perempat abad ke-16.
1
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112
BABAK 1
Adegan 1
Prajurit Jepara sedang berlatih olah keprajuritan dengan keras untuk persiapan penyerangan
ke Portugis di Malaka Tahun 1550 M
Adegan 2
Senopati masuk menghentikan latihan ia mengumpulkan semua prajurit
Adegan 3
Ratu Kalinyamat datang
3 Satriya bagi prajurit. Rawe Rawe Rantas, Malang Malang putung. Sekali
layar terkembang surut kita berpantang!”
1 RK : “Senopati”.
4
1 S : “Hamba Gusti.”
5
1 RK : “Lanjutkan latihannya.”
6
1 S : “Ngestoaken Dawuh, Gusti!”
7
BABAK 2
Adegan 1
Roro Wulan dan Joko lintang sedang Kasmaran, mereka adalah sepasang kekasih yang baru
menikah.
1 JL : “Wulan, mengapa di saat cinta kita merekah dan kita sedang merayakan itu,
8 kamu justru bersedih? pandanganmu kosong, ada apa Wulan?”
1 RW : “Perjumpaan kita hari ini, seolah-olah adalah perjumpaan terakhir kita.”
9
2 JL : “Engkau jangan membuat aku bingung, Wulan. Katakan, ada apa denganmu
0 yang sebenarnya?”
2 RW : “Kepergianmu… Kepergianmu, Kakang, aku belum rela Jika engkau pergi ke
1 Malaka”.
2 JL : “Wulan, aku juga sedih dan berat hati meninggalkanmu tapi ini adalah
2 Dharma Satria yang harus aku tepati.”
2 RW : “Apakah tidak ada orang lain yang bisa menggantikan tugasmu, Kakang?”
3
2 JL : “Tidak Wulan, tanggungjawabku ini bukan tanggungjawab yang bisa
4 dilaksanakan oleh sembarang orang, Bopo telah Renta, dan aku yang
dipercaya Kanjeng Ratu Kalinyamat menggantikannya. Aku diberi perintah,
untuk menyempurnakan kapal-kapal perang kita. Aku, Joko Lintang, Putra
ki Galang Wesi, dipercaya sebagai pemimpin pemberangkatan kapal-kapal
Nusantara ke Samudra”.
2 RW : “Kalau begitu, berarti engkau lebih mencintai Samudra daripada mencintai
5 saya?”.
2 JL : “Kamu salah, sampai kapanpun engkau tetap pujaan hatiku, Samudra
6 adalah sukmaku, laut adalah aliran darahku, kapal adalah jiwa ragaku. Aku
lahir saat Bintang Timur memandu Adipati Unus mengarung samudra ke
Malaka.
2 RW : “Tapi aku takut Kang Mas …”
7
2 JL : Joko Lintang memberi isyarat “Ssssst… Wulan, yang harus kamu takuti
8 adalah rasa takutmu sendiri. Buanglah rasa takut itu, ingatlah, matahari
pasti akan terbit lagi. Jika telah usai tugas dharmaku, Joko Lintang akan
kembali mendampingi Roro Wulansari.”
2 RW : “Jika itu tekadmu Kakang, lahir batin Aku ikhlas melepasmu, aku akan
9 menunggu kepulanganmu.”
3 JL : “Terima kasih, Wulan.”
0
BABAK 3
Di teras rumah pinggiran Selat Muria, sepasang orang tua sedang bercengkerama. Nyai
Galang Wesi sedang sibuk mengurai gabah di tebok, sementara Ki Galang Wesi menimang
baju lusuh yang dipakainya, sesekali ia menata ikat kepalanya dan membusungkan dadanya
3
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112
Adegan 2
Joko Lintang masuk
4
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112
BABAK 3
Adegan 1
Segerombolan Prajurit Jepara sedang berkumpul disuatu tempat, diantara mereka terdapat
Prajurit penghianat yang menghasut Prajurit lainnya agar mundur dan tidak mengikuti
rencana penyerangan ke Malaka
KBS : “Hai saudara-saudaraku, apakah kalian betul-betul mematuhi perintah Ratu
Kalinyamat untuk memerangi Portugis?”
P1 : “Iya, karena itu perintah, dan bentuk bhakti kita kepada Tanah Air
Nusantara”.
KBS : “Ha… ha… ha…, Tahan air Nusantara? Nusantara yang mana? Kita kesana
hanya akan mengantarkan nyawa dan kemudian anak-anak kita menjadi
yatim”.
5
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112
P2 : “Maksudmu apa?”
KBS : “Jika kalian mau, kita akan menggagalkan rencana penyerbuan itu”.
P2 : “Apa?”
KBS : “Iya, demi keluarga dan anak-anak kita agar tidak menjadi yatim, maka kita
harus menggagalkan rencana itu”. (Semua manggut-mangut mengiyakan).
“Lagi pula, jika kalian bergabung denganku, maka keluarga kalian akan
sejahtera, kita akan bergelimang harta, ha… ha… ha…”. (semua tertawa)
“Kita tidak akan hidup miskin, kita akan menjadi sahabat Portugis, kita akan
berdagang dengan mereka, dan kamu… kamu… kamu… bisa mabok
sepuasnya tanpa mikir utang di warung tauk, ha… ha… ha…” (semua
tertawa puas)
P1 : “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”
KBS : “Hari ini Senopati akan melewati jalan ini, ia membawa gulungan peta
rencana penyerangan ke Malaka. Kita akan rebut gulungan itu, dan akan
kita jual ke Portugis. Ha… ha… ha…” (semua diam tidak ikut tertawa,
ketakutan)
P1 : “Gusti Senopati itu sakti mandraguna, bagaimana kita akan
mengalahkannya? Aku takut!”
KBS : “Ha… ha… ha… kalau perang tanding, satu lawan satu, tentu kamu akan
kalah, tapi kita akan membuat rencana”.
P2 : “Apa itu?”
KBS : “Kita akan keroyok dia rame-rame. Ha… ha… ha…”
P1 : “Senopati adalah pendekar pilih tanding, Ia murid para Wali. Meskipun
jumlah kita dua kali lipat dari ini, kita tidak akan mampu mengalahkannya.”
KBS : “ Ha… ha… ha…, kita coba saja. Sekalian aku ingin menjajaki ilmunya.
Apakah ia benar-benar Ksatria pilih tanding?”
P1 : “Kalau kita tetap kalah?”
KBS : “Tentu kita akan pura-pura meminta ampun padanya. Dia adalah Ksatria
sejati, tidak akan membunuh lawannya yang menyerah. “
P2 : “Maksudmu, kita akan mengalahkannya dengan cara licik?”
KBS : “Ha… ha… ha…, itu bukan licik namanya, tapi kecerdasan untuk meraih
kemenangan. Ha… ha… ha…”
P1 : “Itu bukan watak Ksatria!”
KBS : “Ha… ha… ha…, Ksatria? Ksatria Kere! Ha… ha… ha…, sudahlah, tidak usah
banyak berfikir, ikuti saja jalanku, kupastikan hidupmu akan sejahtera,
bergelimang harta. Ha… ha… ha…”
P1 : “Senopati datang!?”
Adegan 2
Senopati datang dan semua berdiri menghadang dengan berkacakpinggang
S : “Heh… ada apa ini? Apa yang kalian kerjakan? Jangan halangi
jalanku!”(Semua tertawa)“Bukankah seharusnya kalian ada di barak untuk
latihan kanuragan?”
KBS : “Ha… ha… ha…, Senopati, serahkan gulungan itu padaku, dan kami akan
mengampunimu.”
S : “Ki Bajul Sarek, ingatlah, Kanjeng Ratu sudah mengampunimu ketika
engkau dan anak buahmu membuat rusuh disepanjang pantai muria”.
KBS : “Iya, aku ingat dan aku sengaja untuk menyerahkan diri, agar aku bisa
dekat dengan Ratu Kalinyamat.”
S : “Dan engkau memata-matainya, mengumpulkan informasi tentangnya, dan
kau jual informasi itu kepada Portugis?”
KBS : “Ha… ha… ha…, kamu memang cerdas, tidak salah Ratu Kalinyamat
mengangkatmu menjadi Senopati. Tapi kamu juga bodoh, kenapa dirimu
mau tunduk kepada Ratu Kalinyamat?”
S : “Ini bukan sekedar tunduk kepada Ratu, tapi ini demi kesejahteraan
bersama, dan membela martabat kita sebagai manusia, membela tanah air
6
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112
4 JL : “Tunggu Kisanak, mau ke mana kalian? berikan gulungan itu padaku dan
8 mungkin Kanjeng Ratu akan mengampuni kalian.”
4 PH : “Ha… ha… ha… Joko Lintang, tidak aku sangka engkau begitu jeli sehingga
9 bisa membongkar rahasia kami.”
5 JL : “Benar kata Kanjeng Ratu Kalinyamat, kekalahan Demak melawan Portugis
0 bukan karena Portugis lebih kuat daripada prajuritnya, tapi karena
banyaknya pengkhianat sepertimu.”
5 PH : “Ha… ha… ha… Ini bukan penghianatan, tapi ini adalah kecerdasan memilih
1 kawan dan menentukan nasib. Dengan Jalanku ini hidupku bisa lebih mulia.
Ha… ha… ha… Bagaimana cah bagus? kalau mau, ikutlah denganku. Engkau
akan hidup mewah, hartamu tidak akan habis dimakan tujuh turunan oleh
anak cucumu.”
5 JL : “Cuih…” (meludah) “Dasar kau muka badak, tidak tahu malu, tidak Tahukah
2 Engkau bahwa darah dan dagingmu berasal dari tanah ini? Ingatlah bahwa
perbuatanmu itu membahayakan nyawa saudara-saudaramu”.
5 PH : “Dasar bocah gemblung, tidak tahu di untung.” Perang tanding antara
3 mata-mata Portugis dengan Joko Lintang berlangsung seru, akhirnya mata-
mata itu bisa diringkus, tapi gulungan surat rahasia itu bisa dibawa kabur
oleh yang lain.
BABAK 4
Suasana hening, Roro Wulan merenung sendiri disusul oleh Nyai Galang Wesi.
BABAK 5
Pasukan telah siap diberangkatkan, semua berteriak menyambut kedatangan Kanjeng Ratu
Kalinyamat
8
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112
Selesai
Makna kata