Anda di halaman 1dari 9

Naskah SANG NAGA SAMUDRA

Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

SANG NAGA SAMUDRA


Satru Bebuyutan Portugis
Penulis : M. Ali Burhan
Email. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

PEMAIN
no NAMA TOKOH KARAKTER
1 Ratu Kalinyamat (RK) : Pemimpin yang tegas, bersemangat, kuat, cerdas dan penuh
kewibawaan.
2 Senopati (S) : Pejabat yang patuh kepada pemimpinnya, tegas,
bersemangat, kuat, cerdas dan penuh kewibawaan.
3 Joko Lintang (JL) : Pemuda yang gagah, pemberani, cerdas, dan sangat
menyayangi istri dan keluarganya.
4 Roro Wulansari (RW) : Perempuan cantik yang menjadi istri Joko Lintang, ia
memendam trauma karena Ayahnya gugur dalam perang
dan Ibunya meninggal karena sedih.
5 Ki Galangwesi (KG) : Orang Tua yang tetap bersemangat untuk ikut penyerbuan
ke Malaka. Ayah Joko Lintang.
6 Nyai Galangwesi (NG) : Istri Ki Galangwesi, perempuan tua yang dulu bersama
suaminya merupakan pendekar pengawal Pati Unus.
7 Ki Bajul Sarek (KBS) : Licik dan kejam
8 Prajurit 1 (P1) :
9 Prajurit 2 (P2) :

Dari kegelapan bumi Eropa, tahun 1511, mendung hitam berselimut badai memporak
perandakan Malaka. Tahun 1512 ksatria Jepara menyerang Portugis di Malaka. Pantang menyerah,
tahun 1522 Pati Unus kembali mengarungi samudra. Karena banyak pemimpin-pemimpin Jawa
tidak mendukung Demak dan akan bersekutu dengan Portugis, maka Sultan Trenggono memagari
dan menyapu Jawa dari Portugis. Demak semakin kokoh dan Perkasa, Jung-Jung Jawa siap kembali
mengarungi samudra.
Tahun 1547 Aceh menyerang dan memblokade Malaka, benteng Perlis dibangun untuk
merampas pengiriman bahan makanan dari Utara dan Demak Bintoro yang saat itu dibawah
kepemimpinan Sunan Prawoto, memblokade pengiriman bahan pangan Malaka dari arah selatan.
Tahun 1548 Portugis mengutus Manuel Pinto untuk membujuk Raja ke empat Demak itu,
agar mengurungkan rencana politiknya, namun dengan tegas beliau menolaknya.
Tahun 1550, Ratu Kalinyamat mengirim 40 Kapal besar dengan 6.000 Ksatria, dikirim ke
Malaka.

Tahun 1551, Armada laut Jepara bersama Aceh, Pera, Pao, Marruas, dan yang lainnya
menyerang Malaka. Serangan dahsyat ini membuat ciut nyali Portugis untuk menyerang Jawa.

Setelah tahun 1551-1565 (bahkan sampai akhir koloninya di Nusantara), Portugis tidak
berani lagi mengincar Jawa Dwipa. Konsentrasi Portugis beralih ke kepulauan Ambon setelah
menemukan pusat sumber rempah-rempah tersebut.

Meskipun begitu, bukan berarti Jepara sedang tidur, apalagi terpuruk. Di bawah
kepemimpinan Kanjeng Ratu Kalinyamat, Selain di Malaka, di Ambon pun Jepara tetap menjadi
momok yang paling menakutkan. Jepara menjadi musuh yang paling berbahaya bagi Portugis selama
tiga perempat abad ke-16.

1
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

SANG NAGA SAMUDRA


Satru Bebuyutan Portugis

BABAK 1

Adegan 1
Prajurit Jepara sedang berlatih olah keprajuritan dengan keras untuk persiapan penyerangan
ke Portugis di Malaka Tahun 1550 M

Adegan 2
Senopati masuk menghentikan latihan ia mengumpulkan semua prajurit

1 S : ”Wahai para prajurit Berhentilah sejenak!”


2 Prajurit : (Serentak berhenti dan menangkupkan tangan di atas kepala) “Ngestoaken
Dawuh, Gusti!”
3 S : “Kalian semua adalah Prajurit Samudra, harus siap siaga dan senantiasa
waspada. Jangan sampai kalian membuat kecewa Kanjeng Ratu
Kalinyamat.”
4 Prajurit : (Serentak berhenti dan menangkupkan tangan di atas kepala) “Ngestoaken
Dawuh, Gusti!”
5 S : “Ketahuilah, kalian semua adalah prajurit pilihan yang dipercaya oleh
Kanjeng Ratu Kalinyamat. Meskipun kalian berasal dari tempat yang
berbeda-beda, dari suku bangsa yang berbeda-beda, tetapi kalian harus
bersatu padu. Sadarlah bahwa sesungguhnya kalian adalah saudara satu
bangsa, yaitu bangsa Nusantara. Bangsa nusantara yang saat ini sedang
dijajah Portugis, camkan itu.”
6 Prajurit : (Serentak berhenti dan menangkupkan tangan di atas kepala) “Ngestoaken
Dawuh, Gusti!”
7 S : “Kalian bukanlah pasukan pertama yang melawan Portugis, Kakek-kakek
dan Bapak-bapak kita sudah melawan mereka dengan gagah berani. Dan
hari ini, kita dipercaya oleh Kanjeng Ratu untuk meneruskan perjuangan
leluhur kita. Kita harus bangga sebagai Putra Nusantara yang dibesarkan
oleh ombak Samudra.”

Adegan 3
Ratu Kalinyamat datang

8 RK : “Senopati, Bagaimana persiapan olah kanuragan para prajurit?”


9 S : “Atas doa dan restu Kanjeng Ratu, semua prajurit sudah berlatih keras.
Mereka sudah mampu dan cekatan dalam ilmu kanuragan dan ilmu
kelautan. Sewaktu-waktu jika akan diberangkatkan ke Malaka, maka tidak
akan mengecewakan Kanjeng Ratu.”
1 RK : “Bagus, Terimakasih, Senopati.” (Lantang kepada Prajurit) “Saudara-
0 saudaraku semua para Putra Nusantara yang selalu dirahmati Gusti Allah!”
1 Prajurit : (Serentak berhenti dan menangkupkan tangan di atas kepala) “Ngestoaken
1 Dawuh, Gusti!”
1 RK : “Ketahuilah! Portugis bukan hanya menjajah Bumi Nusantara, tapi juga
2 sudah menghina harkat dan martabat bangsa Nusantara. Mereka hanyalah
bangsa pendatang yang sudah berbuat zalim, maka aku meminta kesetiaan
kalian semua. Berpegang teguhlah pada Dharma Satria, bersatu,
bersemangat, tangguh, dan pantang menyerah. Kita bukanlah bangsa tikus
jalanan, tapi kita adalah Naga Samudra yang terluka.”
1 S : “Prasaja, Satya, Gemi Nastiti, Belaka, lan Legawa. Harus menjadi Jiwa
2
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

3 Satriya bagi prajurit. Rawe Rawe Rantas, Malang Malang putung. Sekali
layar terkembang surut kita berpantang!”
1 RK : “Senopati”.
4
1 S : “Hamba Gusti.”
5
1 RK : “Lanjutkan latihannya.”
6
1 S : “Ngestoaken Dawuh, Gusti!”
7

BABAK 2

Adegan 1
Roro Wulan dan Joko lintang sedang Kasmaran, mereka adalah sepasang kekasih yang baru
menikah.

1 JL : “Wulan, mengapa di saat cinta kita merekah dan kita sedang merayakan itu,
8 kamu justru bersedih? pandanganmu kosong, ada apa Wulan?”
1 RW : “Perjumpaan kita hari ini, seolah-olah adalah perjumpaan terakhir kita.”
9
2 JL : “Engkau jangan membuat aku bingung, Wulan. Katakan, ada apa denganmu
0 yang sebenarnya?”
2 RW : “Kepergianmu… Kepergianmu, Kakang, aku belum rela Jika engkau pergi ke
1 Malaka”.
2 JL : “Wulan, aku juga sedih dan berat hati meninggalkanmu tapi ini adalah
2 Dharma Satria yang harus aku tepati.”
2 RW : “Apakah tidak ada orang lain yang bisa menggantikan tugasmu, Kakang?”
3
2 JL : “Tidak Wulan, tanggungjawabku ini bukan tanggungjawab yang bisa
4 dilaksanakan oleh sembarang orang, Bopo telah Renta, dan aku yang
dipercaya Kanjeng Ratu Kalinyamat menggantikannya. Aku diberi perintah,
untuk menyempurnakan kapal-kapal perang kita. Aku, Joko Lintang, Putra
ki Galang Wesi, dipercaya sebagai pemimpin pemberangkatan kapal-kapal
Nusantara ke Samudra”.
2 RW : “Kalau begitu, berarti engkau lebih mencintai Samudra daripada mencintai
5 saya?”.
2 JL : “Kamu salah, sampai kapanpun engkau tetap pujaan hatiku, Samudra
6 adalah sukmaku, laut adalah aliran darahku, kapal adalah jiwa ragaku. Aku
lahir saat Bintang Timur memandu Adipati Unus mengarung samudra ke
Malaka.
2 RW : “Tapi aku takut Kang Mas …”
7
2 JL : Joko Lintang memberi isyarat “Ssssst… Wulan, yang harus kamu takuti
8 adalah rasa takutmu sendiri. Buanglah rasa takut itu, ingatlah, matahari
pasti akan terbit lagi. Jika telah usai tugas dharmaku, Joko Lintang akan
kembali mendampingi Roro Wulansari.”
2 RW : “Jika itu tekadmu Kakang, lahir batin Aku ikhlas melepasmu, aku akan
9 menunggu kepulanganmu.”
3 JL : “Terima kasih, Wulan.”
0

BABAK 3
Di teras rumah pinggiran Selat Muria, sepasang orang tua sedang bercengkerama. Nyai
Galang Wesi sedang sibuk mengurai gabah di tebok, sementara Ki Galang Wesi menimang
baju lusuh yang dipakainya, sesekali ia menata ikat kepalanya dan membusungkan dadanya
3
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

kemudian tersenyum sendiri.


KGW : “Bagaimana Nyai, apakah aku masih gagah dengan baju pendekarku ini?”
NGW : “Alah, wong sudah tua kok masih bertingkah! Meskipun pakai baju
pendekar, pakai baju raja, atau pakai baju bangsawan, tetap saja tampak tua
dan ringkih.”
KGW : “Kau ini Nyai, selalu saja mengejekku.” (Nyai Galang Wesi mendekat, mata
Ki Galang Wesi menerawang jauh) “Ia Nyai, senja sudah tiba. Lihatlah,
matahari sudah memerah menuruni tangga cakrawala, meredup mengubur
sinarnya dan sebentar lagi malam. Malam yang akan menutup cerita hari
ini.”
NGW : “Ki, masih ingatkah dirimu? kapan pertama kali kita bertemu?”
KGW : “Iya, di Tengkareh, saat itu engkau menyelamatkan aku. Karena
penghianatan seorang kawan, aku di culik dari galangan Kapal Demak. Aku
di bawa ke Malaka dengan maksud agar aku mau berhianat dan membuat
kapal-kapal untuk mereka. Tapi aku tidak mau. Aku diadili dan dijatuhi
hukuman pancung di alun-alun kota, aku di bawa keliling pasar dengan
todongan bedil-bedil portugis dan kawalan ketat antek-anteknya.”
NGW : “Saat itu aku juga sedang menyamar sebagai putri saudagar jawa. Entah
kenapa, hatiku berdebar melihat pemuda gagah yang bermata rajawali,
tajam menyala meski tubuhnya terangket rantai besi, dan itu adalah dirimu
Ki.”
KGW : “Dan saat itu, aku terkesima dengan Tarian Pedang Camar Karang milikmu.
Dengan mudah engkau membabat habis lima orang portugis dan delapan
antek-anteknya.”
NGW : “Dan mulai saat itu, jagad samudra Nusantara, dari perairan Aceh sampai
Maluku, Patroli kapal Demak yang dipimpin olek sepasang pendekar Galang
Wesi, adalah yang paling ditakuti.”
KGW : “Ha… ha… ha… Dan hingga suatu waktu, Gusti Pati Unus diangkat menjadi
raja, kita diminta untuk pulang ke Jepara.”
NGW : “Iya, Gusti Pati Unus adalah saudara seperguruanmu, sahabat, juga
junjunganmu, Ki.”
KGW : “Bersama Raden Bagus Hadi Mukmin, Raden Yunus, dan pemuda-pemuda
terpilih, di Semarang kami dididik langsung oleh Kanjeng Kusen, Adik
Sultan Fatah. Para Pangeran dididik ilmu tatapraja sementara kami, dididik
khusus ilmu perkapalan dan perbintangan”.
NGW : “ Tahun 1520, Iya, saat itu kita sepasang pengantin muda, harus
meninggalkan bayi kecil kita untuk bersama Pati Unus menyerang Malaka.”
KGW : “Iya, Joko Lintang kecil kita tinggalkan.”
NGW : “Dan hari ini, Nyai. Genderang itu kembali di tabuh, gendering itu kembali
memanggil jiwa-jiwa Ksatria, Jiwa ku kembali bergolak, aku bertekad akan
ikut serta dalam penyerbuan ini.”
KGW : “Jangan bergurau Ki, kamu ini sudah tua, biarkan serangan ini dilakukan
oleh anak-anak muda.”
NGW : “Aku tidak bergurau, aku akan ikut dalam perang ini.”
KGW : “Jangan, Ki.”
NGW : “Tidak! aku akan tetap ikut!”
KGW : “Aku tidak setuju.”
NGW : “Aku tetap akan ikut!”
KGW : "Tidak boleh!.”
NGW : “Tidak! aku akan tetap ikut.” (Nyai Galang Wesi gusar, kemudian berteriak
memanggil putranya).
KGW : “Joko Lintang!, Joko Lintang! Joko Lintang! Sini Nak”.

Adegan 2
Joko Lintang masuk

4
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

3 NG : “Anakku, Joko Lintang. Tolong engkau bujuk Bopomu, agar mengurungkan


1 niatnya untuk ikut ke Malaka.”
3 KG : Joko Lintang mendekati Boponya, belum sempat ia mengutarakan
2 maksudnya, Ki Galang Wesi berkata : “Kamu tidak usah ikut-ikutanmu
mencegahku, selama nyawaku masih bersemayam dalam ragaku,
keputusanku tidak bisa dihalangi oleh siapapun.”
3 JL : “Jika itu tekad Bopo, saya tidak bisa mencegahnya. Tapi, mohon maaf Bopo,
3 Ananda ingin bertanya.”
3 KG : “Silahkan anakku.”
4
3 JL : “Bopo sudah Tua, Mengapa bersi kukuh ingin ikut penyerbuan Ini?”
5
3 KG : “Anakku, Joko Lintang. Saya adalah orang yang paham seluk beluk Laut
6 Malaka, juga paham watak dan karakter Portugis yang licik. ”
3 NG : “Tapi, Ki. Perasaanku selalu dihantui oleh gelegar meriam Portugis yang
7 dulu memporak-porandakan kapal-kapal kita. Banyak prajurit yang gugur,
kapal-kapal kita banyak yang tenggelam.”
3 KG : Tidak. Tidak Nyai, kekalahan Kanjeng Pati Unus, bukan karena meriam
8 Portugis. dirimu dulu juga menyaksikan, kekalahan Kanjeng Pati Unus
karena beliau ditusuk dari belakang oleh tikus-tikus Portugis penghianat.
Mereka membakar kapal-kapal kita dan membantai prajurit kita.”
3 NG : “Iya Ki, dan karena itu kita kalah”.
9
4 KG : “Tidak, kita menang karena kuat menjunjung jiwa Satria.”
0
4 NG : “Meski terombang-ambing ombak samudra dengan seribu luka?”
1
4 KG : “Ha… ha… ha…, apakah sepasang pendekar pilih tanding pengawal Kanjeng
2 Pati Unus, hari ini, salahsatunya telah berubah menjadi ciut nyalinya? Ingat
Nyai, luka adalah baju Satria prajurit, goresan-goresan luka di tubuh tidak
lantas membuat prajurit itu hina, tetapi itu adalah derajat kegagahannya.”
4 NG : “Tapi, keadaan tubuhmu yang telah Renta ini, bukannya membantu, tapi
3 malah akan menyulitkan prajurit-prajurit lainnya.”
4 JL : “Jangan Kwatur, Biyung. Joko Lintang yang akan menjaga Bopo, saya akan
4 menjadi tameng bagi Popo di medan perang nanti.”
4 KG : “Untuk mengarungi samudra, tidak cukup hanya dengan tenaga saja, tapi
5 juga pengalaman hidup dan rasa bhakti Dharma Satria.
4 NG : “Kakang Galang Wesi…” (Menangis)
6
4 KG : “Aku selalu berdoa kepada gusti Allah, agar aku tidak mati sebagai bunga
7 ranjang, tapi aku ingin menjumpai Gusti Allah di Medan laga, dalam
kedalaman Samudra”.

BABAK 3

Adegan 1
Segerombolan Prajurit Jepara sedang berkumpul disuatu tempat, diantara mereka terdapat
Prajurit penghianat yang menghasut Prajurit lainnya agar mundur dan tidak mengikuti
rencana penyerangan ke Malaka
KBS : “Hai saudara-saudaraku, apakah kalian betul-betul mematuhi perintah Ratu
Kalinyamat untuk memerangi Portugis?”
P1 : “Iya, karena itu perintah, dan bentuk bhakti kita kepada Tanah Air
Nusantara”.
KBS : “Ha… ha… ha…, Tahan air Nusantara? Nusantara yang mana? Kita kesana
hanya akan mengantarkan nyawa dan kemudian anak-anak kita menjadi
yatim”.
5
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

P2 : “Maksudmu apa?”
KBS : “Jika kalian mau, kita akan menggagalkan rencana penyerbuan itu”.
P2 : “Apa?”
KBS : “Iya, demi keluarga dan anak-anak kita agar tidak menjadi yatim, maka kita
harus menggagalkan rencana itu”. (Semua manggut-mangut mengiyakan).
“Lagi pula, jika kalian bergabung denganku, maka keluarga kalian akan
sejahtera, kita akan bergelimang harta, ha… ha… ha…”. (semua tertawa)
“Kita tidak akan hidup miskin, kita akan menjadi sahabat Portugis, kita akan
berdagang dengan mereka, dan kamu… kamu… kamu… bisa mabok
sepuasnya tanpa mikir utang di warung tauk, ha… ha… ha…” (semua
tertawa puas)
P1 : “Lalu, apa yang harus kita lakukan?”
KBS : “Hari ini Senopati akan melewati jalan ini, ia membawa gulungan peta
rencana penyerangan ke Malaka. Kita akan rebut gulungan itu, dan akan
kita jual ke Portugis. Ha… ha… ha…” (semua diam tidak ikut tertawa,
ketakutan)
P1 : “Gusti Senopati itu sakti mandraguna, bagaimana kita akan
mengalahkannya? Aku takut!”
KBS : “Ha… ha… ha… kalau perang tanding, satu lawan satu, tentu kamu akan
kalah, tapi kita akan membuat rencana”.
P2 : “Apa itu?”
KBS : “Kita akan keroyok dia rame-rame. Ha… ha… ha…”
P1 : “Senopati adalah pendekar pilih tanding, Ia murid para Wali. Meskipun
jumlah kita dua kali lipat dari ini, kita tidak akan mampu mengalahkannya.”
KBS : “ Ha… ha… ha…, kita coba saja. Sekalian aku ingin menjajaki ilmunya.
Apakah ia benar-benar Ksatria pilih tanding?”
P1 : “Kalau kita tetap kalah?”
KBS : “Tentu kita akan pura-pura meminta ampun padanya. Dia adalah Ksatria
sejati, tidak akan membunuh lawannya yang menyerah. “
P2 : “Maksudmu, kita akan mengalahkannya dengan cara licik?”
KBS : “Ha… ha… ha…, itu bukan licik namanya, tapi kecerdasan untuk meraih
kemenangan. Ha… ha… ha…”
P1 : “Itu bukan watak Ksatria!”
KBS : “Ha… ha… ha…, Ksatria? Ksatria Kere! Ha… ha… ha…, sudahlah, tidak usah
banyak berfikir, ikuti saja jalanku, kupastikan hidupmu akan sejahtera,
bergelimang harta. Ha… ha… ha…”
P1 : “Senopati datang!?”

Adegan 2
Senopati datang dan semua berdiri menghadang dengan berkacakpinggang
S : “Heh… ada apa ini? Apa yang kalian kerjakan? Jangan halangi
jalanku!”(Semua tertawa)“Bukankah seharusnya kalian ada di barak untuk
latihan kanuragan?”
KBS : “Ha… ha… ha…, Senopati, serahkan gulungan itu padaku, dan kami akan
mengampunimu.”
S : “Ki Bajul Sarek, ingatlah, Kanjeng Ratu sudah mengampunimu ketika
engkau dan anak buahmu membuat rusuh disepanjang pantai muria”.
KBS : “Iya, aku ingat dan aku sengaja untuk menyerahkan diri, agar aku bisa
dekat dengan Ratu Kalinyamat.”
S : “Dan engkau memata-matainya, mengumpulkan informasi tentangnya, dan
kau jual informasi itu kepada Portugis?”
KBS : “Ha… ha… ha…, kamu memang cerdas, tidak salah Ratu Kalinyamat
mengangkatmu menjadi Senopati. Tapi kamu juga bodoh, kenapa dirimu
mau tunduk kepada Ratu Kalinyamat?”
S : “Ini bukan sekedar tunduk kepada Ratu, tapi ini demi kesejahteraan
bersama, dan membela martabat kita sebagai manusia, membela tanah air
6
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

tumpah darah kita, ini Dharma Bhakti Ksatria.”


KBS :
“Banyak omong kau Senopati, Hayo… ringkus dia!!!” (Terjadi perang
tanding antara Senopati dan gerombolan Ki Bajul Sarek, saat Senopati
lengah, gulungan peta jatuh dan di ambil oleh salahsatu anak buah Ki Bajul
Sarek. Setelah itu, datang para prajurit Jepara, akhirnya terjadi pertarungan
yang dahsyat antara para penghianat dan prajurit setya Ratu Kalinyamat.
Hingga seseorang berlari melintasi panggung, belum sempat ia keluar Joko
Lintang menghentikannya.

4 JL : “Tunggu Kisanak, mau ke mana kalian? berikan gulungan itu padaku dan
8 mungkin Kanjeng Ratu akan mengampuni kalian.”
4 PH : “Ha… ha… ha… Joko Lintang, tidak aku sangka engkau begitu jeli sehingga
9 bisa membongkar rahasia kami.”
5 JL : “Benar kata Kanjeng Ratu Kalinyamat, kekalahan Demak melawan Portugis
0 bukan karena Portugis lebih kuat daripada prajuritnya, tapi karena
banyaknya pengkhianat sepertimu.”
5 PH : “Ha… ha… ha… Ini bukan penghianatan, tapi ini adalah kecerdasan memilih
1 kawan dan menentukan nasib. Dengan Jalanku ini hidupku bisa lebih mulia.
Ha… ha… ha… Bagaimana cah bagus? kalau mau, ikutlah denganku. Engkau
akan hidup mewah, hartamu tidak akan habis dimakan tujuh turunan oleh
anak cucumu.”
5 JL : “Cuih…” (meludah) “Dasar kau muka badak, tidak tahu malu, tidak Tahukah
2 Engkau bahwa darah dan dagingmu berasal dari tanah ini? Ingatlah bahwa
perbuatanmu itu membahayakan nyawa saudara-saudaramu”.
5 PH : “Dasar bocah gemblung, tidak tahu di untung.” Perang tanding antara
3 mata-mata Portugis dengan Joko Lintang berlangsung seru, akhirnya mata-
mata itu bisa diringkus, tapi gulungan surat rahasia itu bisa dibawa kabur
oleh yang lain.

BABAK 4
Suasana hening, Roro Wulan merenung sendiri disusul oleh Nyai Galang Wesi.

5 NG : “Relakan Wulan, kepergian Joko Lintang bukan untuk pengembaraan biasa,


4 tapi kepergian suamimu adalah untuk melaksanakan kewajiban sebagai
prajurit. Seorang Prajurit harus membela bangsanya, maka kamu harus
sabar menunggunya.”
5 RW : “Aku takut mendengar kata tunggu, Biyung. Aku harus lahir tanpa pernah
5 melihat sosok Ayah, karena beliau ikut Kanjeng Pati Unus ke Malaka. Beliau
gugur, tapi Ibundaku tidak percaya. Ibundaku selalu bilang bahwa Ayahku
berjanji akan pulang membawa kejayaan dan kebahagiaan. Aku tidak mau
seperti Ibundaku, yang setiap senja menatap Cakrawala menunggu
suaminya yang tidak akan pernah pulang kepadanya, dan dalam
rengkuhan Senja pula, Wulan kecil menangis memeluk jasad ibunya yang
tergeletak di deburan ombak.”
5 NG : “Cukup Wulan! Cukup! Jangan engkau teruskan, Wulan kecil sudah
6 kurangkul dan kugendong, dan hari ini ia kunikahkan dengan Putraku satu-
satunya, Joko Lintang”.
5 RW : “Biyung, aku tidak mau merelakan Kakang Lintang. Aku tidak mau seperti
7 ibundaku yang merelakan suaminya pergi.”
5 NG “Bapakmu pada hakikatnya tidak meninggal, Wulan. Ia hidup dan
8 bersemayam disisi Allah sebagai Syuhada. Bapakmu Syahid sebagai
pahlawan bangsa, kamu tidak boleh menyesal, tapi kamu malah harus
bangga. Menjadi istri seorang prajurit itu tidak mudah, harus tegas dan
7
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

Tegar menerima kenyataan.”


5 RW : “Meskipun kenyataan itu tidak sesuai yang diimpikan?”
9
6 NG : “Bangsa kita adalah bangsa Satria, lebih baik tenggelam di kedalaman
0 Samudra daripada hidup menjadi budak bangsa asing, itu yang diucapkan
Kanjeng Ratu Kalinyamat, Sang Naga Samudra”.
6 RW : “Maafkan aku, Biyung”. (memeluk NG)
1

BABAK 5
Pasukan telah siap diberangkatkan, semua berteriak menyambut kedatangan Kanjeng Ratu
Kalinyamat

6 S : “Rahayu Kanjeng Ratu”


2
6 Pasukan : “Rahayu Kanjeng Ratu” Serentak berulang-ulang.
3
6 S : “Kanjeng Ratu Kalinyamat, 40 Kapal besar dengan 6.000 Ksatria Naga
4 Samudra telah siap diberangkatkan. Kami menunggu perintah Kanjeng
Ratu.”
6 RK : “Selama kapal-kapal kita masih berlayar di samudra, selama tubuh kita
5 masih berjiwa, maka Malaka akan kita rebut kembali. Nusantara adalah
untaian Negeri Samudra, Aku bersumpah akan bertaruh nyawa untuk
mempertahankannya.
6 Pasukan : “Rahayu Kanjeng Ratu” Serentak berulang-ulang.
6
6 RK : “Leluhurku, Kanjeng Sultan Fatah, menyongsong kedatangan Portugis di
7 Malaka, Kanjeng Pati Unus memporak-porandakan benteng mereka.
Ayahandaku, Sultan Trenggono telah berhasil memagari Jawa, Kakangku
Sunan Prawoto dengan gagah dan lantang menolak kompromi, beliau tetap
memblokade Malaka dengan tidak menjual beras ke Portugis. Beliau juga
telah menyiapkan tentara untuk membasmi Portugis di Makassar, jika
hanya melindungi Jawa Dwipa, leluhur kita sudah berhasil. Mereka tidak
akan berani lagi menginjakkan kaki di Bumi Jawa ini, tapi bukan itu tujuan
kita. Bukan itu tujuan kita! Kita akan merangkai Nusantara menjadi rantai
yang kuat, Johor, Malaka, Aceh, Tanjung Pura, Maluku, dan semua negeri-
negeri di Nusantara, akan kita Satukan. Dan itu tidak akan terwujud selama
Portugis masih di sini!”.
6 Pasukan : “Rahayu Kanjeng Ratu” Serentak berulang-ulang.
8
6 S : “Sumpah Setiaku, tak akan tenang hidupku jika sejengkal saja bumi dan
9 samudra ini dikuasai mereka.”
7 KG : “Meskipun tubuhku terpenjara oleh Renta, tapi jiwaku tetap setia sebagai
0 Satria, jiwaku jiwa yang merdeka.”
7 RK : “Ayu saudara-saudaraku semua, Rawe-rawe Rantas, Malang Malang putung.
1 Kita usir Portugis dari Malaka! Allahu Akbar!”
7 Pasukan : “Allahuakbar” Serentak berulang-ulang. “Rahayu Kanjeng Ratu!” berulang-
2 ulang.
7 RK : “Joko Lintang!”
3
7 JL : “Ngestoaken Dawuh, Gusti!”
4
7 RK : “Bentangkan Layar!”
5

8
Naskah SANG NAGA SAMUDRA
Penulis : M. Ali BurhanEmail. M.alifba@gmail.com WA. 082225223112

Selesai

Makna kata

1. Satru Bebuyutan, yaitu Musuh utama

2. Ngestoaken Dawuh, yaitu siap melaksanakan perintah


3. Prasaja, yaitu tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
4. Satya, yaitu sikap loyal yang timbal balik dari atas terhadap bawahan dan bawahan
terhadap atasan dan ke samping
5. Gemi Nastiti, yaitu kesadaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan dan
pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar diperlukan
6. Belaka, yaitu kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggungjawabkan
tindakan-tindakannya
7. Legawa, yaitu kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan
tanggung jawab dan kedudukan kepada generasi berikutnya

Anda mungkin juga menyukai