Anda di halaman 1dari 79

Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang

PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

LAMPIRAN

KOMPONEN RONA LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK

Deskripsi rona lingkungan hidup awal ini menguraikan data-data dan informasi
yang terkait atau relevan dengan dampak yang mungkin terjadi. Deskripsi kondisi
komponen lingkungan didasarkan pada data primer dan/atau sekunder serta
informasi yang valid dari sumber yang resmi dan kredibel untuk menjamin
validitas data-datanya. Deskripsi rona lingkungan hidup awal yang diuraikan
selanjutnya meliputi komponen lingkungan terdampak dan kegiatan lain di sekitar
lokasi tapak. Uraian yang disajikan meliputi:
 Komponen lingkungan terkena dampak
 Kegiatan lain di sekitar lokasi rencana kegiatan.
Komponen lingkungan yang terkena dampak penting hipotetik antara lain:

1.1. Komponen Geofisik–Kimia

1.1.1. Iklim
A) Curah Hujan dan Suhu
Kondisi suhu dan curah hujan di wilayah lokasi tapak pada dasarnya adalah sama
dengan kondisi suhu di Kabupaten Batang pada umumnya. Berdasarkan informasi
yang dihimpun pada meteoblue.com/en/weather yang diakses pada
tanggal 07 Juli 2023 pukul 09.00 WIB. Data berikut berdasarkan rata-rata selama
30 tahun terakhir. Grafik Curah Hujan serta Rata-rata Suhu Harian Maksimum
dan Minimum dapat dilihat pada Gambar 1.

1
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 1 Grafik Curah Hujan serta Rata-rata Suhu Harian Maksimum dan
Minimum
Berdasarkan data di atas diketahui suhu tertinggi terjadi pada bulan september dan
September dengan suhu mencapai 35°C. Sedangkan suhu terendah terjadi pada
bulan agustus dengan suhu mencapai 22°C. Selain itu intensitas hujan tertinggi
terjadi pada bulan Januari sebesar 259 mm dan terendah pada bulan agustus
sebesar 19 mm.
Kondisi hari hujan, berawan, dan cerah di wilayah lokasi tapak pada dasarnya
adalah sama dengan kondisi iklim di Kabupaten Batang pada umumnya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun pada meteoblue.com/en/weather yang
diakses pada tanggal 07 Juli 2023 pukul 09.00 WIB. Berikut hasil pengamatan
dalam kurun 30 tahun terakhir yang dapat dilihat pada Gambar 2.

2
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 2 Grafik Jumlah Hari Hujan


Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa pada hari hujan tertinggi terjadi pada bulan
Januari sebesar 27,6 hari, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada bulan
Agustus sebesar 10,2 hari. Hari cerah tertinggi terjadi pada bulan Agustus sebesar
22,1 hari, sedangkan hari cerah terendah terjadi pada bulan Februari sebesar 0,9
hari.

B) Arah dan Kecepatan Angin


Data arah dan kecepatan angin di Kabupaten Batang diambil dari
meteoblue.com/en/weather yang diakses pada tanggal 07 Juli pukul 09.00 WIB.
Hasil pengamatan dalam kurun 30 tahun terakhir yang dapat dilihat pada
Gambar 3.

3
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 3 Kecepatan Angin di Kabupaten Batang


Kecepatan angin dominan di Kabupaten Batang sebesar 12-19 km/jam yang
terjadi antara 9-20 hari setiap bulannya. Sedangkan kecepatan angin 19-28
km/jam terjadi selama 2-13,5 hari setiap bulannya. Data mengenai windrose
(mawar angin) di Kabupaten Batang adalah sebagai berikut.

Gambar 4 Arah Angin Dominan di Kabupaten Batang

4
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan data di atas diketahui bahwa angin dominan dari arah Timur dan
Barat dengan kecepatan angin 12-19 km/jam.

1.1.2 Kualitas Udara Ambien

Data kualitas udara ambien didapatkan dari data sekunder berdasarkan


meteoblue.com/en/weather yang diakses pada tanggal 07 Juli pukul 09.00 WIB.
Hasil pengamatan dalam kurun 4 hari terakhir yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Kualitas Udara Ambien di Kabupaten Batang

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Air Quality Indeks di Kabupaten
Batang termasuk baik hingga sedang. Sedangkan konsentrasi partikel PM 10
berkisar antara 20-60 µg/m3, sedangkan konsentrasi PM2,5 berkisar antara 15-40
µg/m3. Untuk konsentrasi gas NO2 berkisar antara 12-40 µg/m3, sedangkan
konsentrasi gas SO2 berkisar antara 13-20 µg/m3. Selain itu, berdasarkan hasil
observasi oleh tim penyusun diketahui kondisi kualitas udara ambien di lokasi
rencana kegiatan sebagian besar disebabkan aktivitas kendaraan di Jalan Raya
Daendels. Aktivitas kendaraan menimbulkan emisi kendaraan, dimana kendaraan
yang melintas meliputi sepeda motor, kendaraan pribadi, kendaran umum,

5
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

kendaraan besar, dan jenis kendaraan lain. Sehingga perlu dilakukan uji terhadap
udara ambien untuk mengetahui kualitasnya.

1.1.3 Komponen Hidrooceanografi


Data yang digunakan dalam kajian ini terdiri dari angin, batimetri, gelombang,
pasang surut, arus, jenis sedimen dasar perairan, desain Breakwater dan
Pelabuhan Kawasan Industri Batang serta kondisi batas perairan. Sumber data
tersebut terdiri dari hasil pengukuran secara langsung di lapangan yang dilakukan
oleh PT. Pelindo, selain itu beberapa data sekunder juga dikumpulkan dari
berbagai instansi seperti ecmwf.int dan Badan Informasi Geospasial. Spesifikasi
data beserta masing-masing sumbernya tersaji dalam Tabel 1.
Tabel 1 Spesifikasi data beserta sumbernya yang digunakan dalam kajian
No Data Spesifikasi Sumber
1 Angin Data angin per jam pada Copernicus ERA5
musim barat dan musim
timur selama 10 tahun
terakhir
2 Batimetri Peta Batimetri - PushidrosAL
- Navionics
- Data Pemeruman Baimetri
oleh PT Pelindo 2022
3 Pasang Surut - Elevasi pasang surut - Data TPXO 8.0
untuk syarat batas atau
batas terbuka input
model - Badan Informasi Geospasial
- Data Pengukuran Pasang
Surut untuk verifikasi
model hidrodinamika
4 Kondisi Batas Hasil digitasi data citra Google Earth
Area Kajian satelit
6 Komposisi Persentase masing – masing Hasil sampling dan uji
dan jenis jenis sedimen dasar perairan laboratorium sedimen dasar
Sedimen perairan
dasar perairan
7 Debit Sungai Data debit pada masing – Dinas Pekerjaan Umum
Boyo dan masing musim (Monsoon Sumber Daya Air dan Penataan
Sungai Barat dan Monsoon Timur) Ruang (DINAS
Karanganom PUSDATARU) Provinsi Jawa
Tengah
(pusdataru.jatengprov.go.id)
8 Desain Layout rencana dan kriteria PT Pelindo
Pelabuhan desain Pelabuhan dan
dan Breakwater Kawasan
Breakwater Industri Batang
9 Rencana Alur Layout dan kedalaman PT Pelindo

6
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

No Data Spesifikasi Sumber


Pelayaran rencana alur pelayaran dan
kolam labuh

Analsisi data bertujuan untuk memperoleh informasi dari data yang diperoleh,
sehingga karakteristik atau sifat-sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan
bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kajian.
Analisis berkaitan dengan deskripsi data maupun untuk membuat induksi, atau
menarik kesimpulan tentang data terkait.

A) Pasang Surut
Data pasang surut yang diperoleh dari hasil pengukuran dianalisis dengan
menggunakan metode Leastsquare (Foreman, 1977). Analisis ini bertujuan
untuk mendapatkan nilai konstanta harmonis pasang surut yaitu : S 0, K1, S2,
M2, O1, P1, N2, M4, MS4. Nilai konstanta pasang surut tersebut selanjutnya
digunakan untuk memperoleh tipe pasang surut dan tunggang pasang surut
untuk penentuan kedalaman dan pembuatan peta batimetri.
Tipe pasang surut ditentukkan berdasarkan bilangan Formzal (F) yang
dihitung dengan menggunakan persamaan:
K 1+O1
F=
M 2 +22
Dimana:
F : Bilangan Formzahl
O1 : Amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang
disebabkan gaya Tarik Bulan
K1 : amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan
gaya Tarik Bulan dan Matahari
M2 : Amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
gaya Tarik Bulan
S2 : amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan
gaya tarik Matahari

7
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan nilai F, maka tipe pasang surut kemudian dikelompokkan


sebagai berikut;
F ≤ 0,25 = pasang surut tipe ganda
0,25 < F ≤ 1,5 = pasang surut campuran condong tipe ganda
1,5 < F ≤ 3,0 = pasang surut campuran condong bertipe tunggal
F > 3.0 = pasang surut tipe tunggal
Selain analisis konstanta harmonis dan menghitung tipe pasut, analisis juga
dilakukan terhadap elevasi penting muka air berdasarkan konstanta harmono
yang diperoleh. Elevasi-elevasi penting dan persamaan yang digunakan dalam
perhitungan ditampilkan pada .
Tabel 2 Elevasi-elevasi Penting Dan Persamaan Yang Digunakan untuk
Perhitungan
Elevasi Penting Simbol Persamaan
Highest Astronomical Tide HAT Z0+(all constituents)
Higher High-Water Level HHWL Z0+(M2+S2+N2+K1+O1+P1)
High Water Spring HWS Z0+(M2+S2+K1+O1)
MHW
Mean High Water Level Z0+(M2+K1+O1)
L
Mean Sea Level MSL Z0
Mean Low Water Level MLWL Z0−(M2+K1+O1)
Low Water Spring LWS Z0−(M2+S2+K1+O1)
Lower Low Water Level LLWL Z0−(M2+S2+N2+K1+O1+P1)
Lowest Astronomical Tide LAT Z0−(all constituents)

B) Batimetri
Data kedalaman perairan digunakan sebagai dasar untuk membangun domain
pemodelan hidrodinamika. Data kedalaman perairan dalam bentuk peta
batimetri yang diperoleh dari hasil pemeruman batimetri pada area interest
(kolam labuh Pelabuhan Kawasan Industri Batang) oleh PT Pelindo,
kemudian untuk area diluar rencana pelabuhan didapatkan dari PushidrosAL,
serta Navionics. Data batimetri tersebut selanjutnya diolah dengan perangkat
lunak pemetaan. Data hasil interpolasi divisualisasi kedalam bentuk gambar 2
dimensi yang menggambarkun kontur kedalaman (isodepth) dengan satuan
meter.

8
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

C) Kondisi Oseanografi
1) Angin
Arah datang angin dominan pada musim barat berasal dari arah barat laut
sedangkan pada musim timur adalah dari arah timur laut. Frekuensi kejadian
kecepatan angin ≥ 5,7 m/s pada Monsoon Barat mencapai 16,6%, kemudian
kecepatan ≥ 8,8 m/s sebesar 2,7%, sedangkan pada Monsoon Timur Frekuensi
kejadian kecepatan angin 5,7 – 8,8 m/s hanya berkisar 1,7% secara total.

East Monsoon West Monsoon

Gambar 6 Windrose di Sekitar Perairan Laut Batang Jawa Tengah

2) Gelombang
Data gelombang lepas pantai di salah satu titik sekitar area kajian ditinjau di
ERA-5 selama 10 tahun (2012 – 2022). Data tersebut selanjutnya dioalah dan
ditampilkan dalam bentuk grafik mawar gelombang, sebagamana terlihat
pada Gambar 4. Diketahui arah datang gelombang pada musim barat dominan
dari arah barat laut sedangkan pada musim timur gelombang dominan dari
arah timur laut. Frekuensi kejadian tinggi gelombang ≥ 1 meter pada musim
barat mencapai 15,5%, sedangkan pada musim timur hanya berkisar 0,7%.

9
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

East Monsoon West Monsoon

Gambar 7 Data Mawar Gelombang di Lepas Pantai Perairan Laut Utara Batang,
Jawa Tengah

Data tinggi gelombang signifikan tersebut akan digunakan sebagai input pada
pemodelan gelombang secara spatial menggunakan metode SWAN
(Simulation Wave Nearshore) guna mengetahui tinggi gelombang signifikan
di sekitar lokasi kajian.
3) Pasang Surut
Pada lokasi kajian diketahui bahwa tipe pasang surut perairan lautnya adalah
campuran condong harian ganda dengan nilai bilangan Formzahl sebesar 1,33
yang mana dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut
dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda antara kejadian pertama dan
kejadian yang kedua. Selanjutnya untuk nilai masing – masing komponen
harmonic pada lokasi kajian ditampilkan pada Gambar 8, sedangkan untuk
nilai elevasi penting pasang surut ditampilkan pada Tabel 3.

10
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

000,001
Water Level (m)

000,000

-000,001
12/31/2021 12:00

1/5/2022 12:00

1/10/2022 12:00

1/15/2022 12:00

1/20/2022 12:00

1/25/2022 12:00

1/30/2022 12:00
Gambar 8 Elevasi Pasang Surut Di Sekitar Lokasi Kajian

Tabel 3 Konstanta Harmonik Pasang Surut pada Lokasi Kajian


Konstanta Harmonik
Constituent
S0 O1 K1 N2 M2 S2 P1 K2 M4
Amplitude (m) 0 0,0437 0,2039 0,0438 0,1388 0,0480 0,0450 0,0262 0,0009
301,10 80,398 344,45 298,92 345,53 122,64 358,19
Phase o
6 2 6 9 3 12,766 1 7

Berdasarkan konstanta yang diperoleh, elevasi – elevasi penting pasang surut


dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa persamaan seperti
diperlihatkan pada Tabel 2. Tunggang pasut yang digunakan mengacu pada
pada tinggi muka air laut rata-rata (MSL). Dari hasil perhitungan diperoleh
muka air pasang astronomis tertinggi (HAT) dari referensi muka air rata-rata
adalah 0,55 meter, sedangkan untuk muka air surut astronomis terendah
(LAT) adalah -0,55. Muka air tertinggi (HHWL) dan terendah (LLWL) pada
saat purnama maupun bulan mati mengacu pada muka air rata-rata masing-
masing diperoleh 0,52 meter dan -0,52 meter. Nilai tunggang pasut atau jarak
antara pasang tertinggi (HAT) dan surut terendah (LAT) berdasarkan
keseluruhan komponen diperoleh 1,1 meter.
Tabel 4 Elevasi-Elevasi Penting Pasang Surut di Lokasi Kajian
Elevasi Penting Simbol Persamaan Elevasi (m)
Highest Astronomical Tide HAT Z0+(all constituents) 0,55
Higher High-Water Level HHWL Z0+(M2+S2+P1+K1+O1) 0,52
High Water Spring HWS Z0+(M2+S2+K1+O1) 0,43
Z0+(M2+S2) or Z0+
Mean High Water Spring MHWS 0,19
(K1+O1)
Mean Sea Level MSL Z0 0,00
Mean Low Water Spring MLWS Z0−(M2+S2) or Z0-(K1+O1) -0,19
Low Water Spring LWS Z0−(M2+S2+K1+O1) -0,43

11
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Elevasi Penting Simbol Persamaan Elevasi (m)


Lower Low Water Level LLWL Z0−(M2+S2+P1+K1+O1) -0,52
Lowest Astronomical Tide LAT Z0−(all constituents) -0,55

4) Model Pola Arus


Hasil simulasi hidrodinamika (arus) tidak disajikan secara keseluruhan hari
simulasi, akan tetapi hanya dicuplik pada kondisi maksimum untuk masing-
masing musim (musim barat dan musim timur). Arus hasil model hanya di
cuplik (cropping) di wilayah yang menjadi fokus kajian. Secara spasial,
diketahui pola arus pada area interest dominan dipengaruhi oleh pasang surut,
dimana arus akan bergerak bolak balik ke arah barat dan timur. Pada musim
barat kecepatan arus maksimum di area kajian mencapai 0,25 m/s dengan
arah gerak dominan ke barat, sedangkan pada musim monsoon timur
kecepatan arus maksimum diketahui mencapai 0,15 m/s dengan arah gerak
dominan ke timur. Perbedaan aliran dikedua musim tersebut dipengaruhi oleh
perbedaan tinggi gelombang signifikan yang merupakan salah satu parameter
pembangkit arus (stokes drift), dimana tinggi gelombang signifikan pada
musim barat cenderung lebih tinggi dibanding dengan musim monsoon timur,
sehingga pada musim barat dimana arah datang gelombang dominan dari
barat mengakibatkan aliran susur pantai ke arah timur cenderung lebih tinggi.

12
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 9 Model Pola Arus Maksimum Skenario Eksisting pada musim


Monsoon Barat (atas) dan Monsoon Timur (bawah)

13
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

1.2 Komponen Biologi

1.2.1 Mangrove
Lokasi kegiatan yang berada di pesisir utara Provinsi Jawa Tengah memiliki
tipologi pesisir berbatu (Mahendra et al., 2016). Kondisi tersebut akan
menyulitkan mangrove untuk tumbuh dan berkembang, mengingat mangrove
tidak dapat sembarangan tumbuh di berbagai jenis tipologi pesisir. Ekosistem
mangrove seringkali ditemui di area yang terlindung dari gelombang laut. Selain
itu, mangrove juga membutuhkan sedimen dari sungai dan laut yang terendapkan
dan membentuk tidal flat (dataran lumpur pasang surut) untuk berkembang
(Steenis, 1958 ; Steenis, 1965).

Gambar 10 Rona Lingkungan di Area Pesisir

Saat melakukan survei area, di area pesisir yang bersebrangan dengan lokasi
kegiatan tidak ditemukan ekosistem mangrove. Hal tersebut juga sesuai dengan
database dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
yang menjelaskan bahwa di area studi maupun sekitarnya tidak didapati sebaran
mangrove (Gambar 11). Adapun lokasi ekosistem mangrove terdekat berada di
daerah Ujungnegoro yang berjarak ± 17 km dan merupakan Kawasan Konservasi
laut Daerah (KKLD) yang diatur dalam Peraturan Bupati Batang Nomor 07 Tahun

14
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

2010 tentang Pengelolaan Konservasi laut Daerah (KKLD)/Taman Pesisir


Ujungnegoro Kabupaten Batang.

Gambar 11 Sebaran Mangrove di Provinsi Jawa Tengah


Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, 2023

1.2.2 Lamun
Berdasarkan hasil survei lapangan di lokasi rencana kegiatan tidak terdapat
ekosistem padang lamun. Lokasi lamun terdekat berada di Kabupaten Jepara
dengan jarak ±85 km. Lokasi pengamatan padang lamun tercantum pada
Gambar 12.

15
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 12 Peta Sebaran Lamun di Kabupaten Jepara

Berdasarkan H. Kurniawan, B. Yulianto, and I. Riniatsih, "Kondisi Padang Lamun


di Perairan Teluk Awur Jepara Terkait dengan Parameter Lingkungan Perairan
dan Keberadaan Sampah Makro Plastik," Journal of Marine Research, vol. 10, no.
1, pp. 29-38, Feb. 2021, kondisi Padang Lamun di Perairan Teluk Awur adalah
sebagai berikut.
Tabel 5 Rata-rata Prosentase Cover Jenis Lamun di Perairan Teluk Awur (%)
No Stasiun
Jenis Lamun
. I II III
1 Thalassia hempriichii 4,166 2,0833 22,727
2 Chymodocea rotundata 8,712 14,394 7,197
3 Syringodium isotifolium 0 1,3671 0
4 Enhalus acoroides 1,7045 0,5681 0,946

Rata-rata persentase tutupan lamun di Teluk Awur pada Stasiun 1 sebesar


14,583%, Stasiun 2 sebesar 16,287%, dan Stasiun 3 sebesar 31,25%. Prosentase
penutupan lamun yang terendah terdapat pada Stasiun 1. Hal ini diduga
disebabkan karena Stasiun 1 berada di daerah dermaga kampus yang banyak
terdapat aktivitas perahu sandar, aktivitas manusia seperti aktivitas nelayan yang
memancing dan menginjak padang lamun yang ada disekitar, yang mengakibatkan
kondisi padang lamun dilokasi tersebut masuk dalam kondisi tidak sehat. Kondisi
prosentase penutupan lamun tertinggi terdapat pada Stasiun 3, lokasinya yang
berdekatan dengan asrama mahasiswa. Aktivitas manusia disekitar lokasi Stasiun

16
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

3 sanat minim, diduga tidak adanya gangguan dari aktivitas manusia ini yang
menyebabkan kondisi prosentase cover tutupan lamun di Stasiun 3 tinggi apa bila
dibandingkan dengan Stasiun 1 dan 2. Berdasarkan data hasil penghitungann
prosentase penutupan lamun, padang lamun di wilayah Teluk Awur Jepara dapat
dikatagorikan dalam kondisi tidak sehat.

1.2.3 Terumbu Karang


Berdasarkan hasil survei lapangan di lokasi rencana kegiatan tidak terdapat
ekosistem terumbu karang. Lokasi terumbu karang terdekat berada di Kabupaten
Jepara dengan jarak ± 85 km. Lokasi pengamatan terumbu karang tercantum pada
Gambar 13.

Gambar 13 Lokasi Pengamatan Terumbu Karang

Berdasarkan Suryono, S., Wibowo, E., Ario, R., SPJ, N. T., & Azizah, R. (2018).
Kondisi Terumbu Karang Di Pantai Empu Rancak Kabupaten Jepara. Jurnal
Kelautan Tropis, 21(1), 49-54 kondisi terumbu karang di Pantai Empu Rancak
Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut.
Tabel 6 Tutupan Karang Pada Kedalaman 3 meter di Perairan Pantai Empu
Rancak, Mlonggo Jepara
C %karang
Genus Ii ni %ni %cover
Dominansi mati
Sand 7.015 0,7015 70,15 0,49210225 95,5
Dead coral algae 2.273 0,2273 22,73 0,05166529
Dead coral 70 0,007 0,70 0,000049
OT (Sponge) 46 0,0046 0,46 0,00002116

17
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

C %karang
Genus Ii ni %ni %cover
Dominansi mati
Goniastrea sp. 114 0,0114 1,14 0,00012996
Favia sp. 259 0,0259 2,59 0,00067081
Galaxea sp. 32 0,0032 0,32 0,00001024
Porites Sp. 6 0,0006 0,06 0,00000036
RC (Rock) 150 0,015 1,50 0,000225
Acropora Sp. 5 0,0005 0,05 0,00000025
Montipora Sp. 30 0,003 0,30 0,000009
Jumlah 10.000 1 100,00 1 4,5% 95,5%

Tabel 7 Tutupan Karang Pada Kedalaman 6 meter di PerairanPantai Empu


Rancak, Mlonggo Jepara
C %karang
Genus Ii ni %ni %cover
Dominansi mati
Sand 1.704 0,170 34,08 0,0290361 90,30
4 6
Dead coral algae 2.016 0,201 4032 0,0406425
6 6
Non identified Algae 795 0,079 15,90 0,0063202
5 5
Acropora Sp. 7 0,000 0,14 0,0000004
7 9
Favites Sp. 87 0,008 1,74 0,0000756
7 9
Echinopora Sp. 8 0,000 0,16 0,0000006
8 4
Goniastrea sp. 108 0,010 2,16 0,0001166
8 4
Symphyllia Agaricia 18 0,001 0,36 0,0000032
8 4
Favia Sp. 116 0,011 2,32 0,0001345
6 6
Gonipora Sp. 36 0,003 0,72 0,0001296
6
Porites Sp. 63 0,006 1,26 0,0000396
3 9
Montipora Sp. 10 0,001 0,20 0,000001
Platdentifiedygyra Sp. 21 0,002 0,42 0,0000044
1 1
Montastrea Sp. 11 0,001 0,22 0,0000012
1 1
Jumlah 5.000 0,500 100 0,0763895 9,7% 90,30%
0

Berdasarkan hasil pengamatan kondisi terumbu karang hidup dapat dilihat pada
Tabel 6 dan Tabel 7. Pada kedalaman 3 meter ditemukan prosentase tutupan
karang sebesar 4,5 %, sedangkan pada kedalaman 6 meter ditemukan prosentase
tutupan karang sebesar 9,7 %. Dilihat dari prosentase tutupan karang di perairan
18
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Empu Rancak Mlonggo Kabupaten Jepara dapat dikatakan bahwa kondisi


terumbu karang dalam buruk sekali.

1.2.4 Vegetasi Pantai


Pembangunan Terminal Multipurpose Batang berada di lepas pantai serta terdapat
jalan penghubung pelabuhan atau jalan akses yang menghubungkan daratan
menuju terminal multipurpose. Pembangunan jalan penghubung dapat mengubah
landscape pada daerah pesisir akibat persiapan lahan pada tahap konstruksi
sehingga dibutuhkan pengumpulan data flora untuk mengetahui rona lingkungan
hidup sebelum proses konstruksi jalan penghubung.
Pengumpulan data flora dilakukan dengan metode invetarisasi di area studi.
Metode ini disebut juga dengan metode jelajah dengan mencatat jenis flora yang
diketemukan di lapangan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara
deskriptif. Data flora juga diperiksa status perlindungan dan konservasinya
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia No. 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018
tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.
Penggolongan flora dikategorikan berdasarkan kategori landscape flora menurut
Theophrastus (Sosef et al., 2020). Adapun klasifikasi flora berdasarkan kategori
landscape dapat digolongkan menjadi 4 (empat), yaitu:
 Pohon, yaitu tumbuhan yang memiliki batang berkayu, yang terbagi dalam 2
(dua) kelompok yang berakar tunggang dan berakar serabut, dan tingginya
lebih dari 6 meter.
 Perdu, yaitu tumbuhan berkayu yang dibedakan dengan pohon karena
cabangnya yang banyak dari permukaan tanah dan tingginya lebih rendah,
kurang dari 4-5 meter.
 Semak, yaitu tumbuhan berkayu yang memiliki banyak ranting dan
bercabang pendek, tinggi yang lebih rendah dari pohon, kurang dari 1 meter.
 Herba atau terna, yaitu memiliki batang berair atau berbatang lunak karena
tidak membentuk kayu.

19
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Menurut Bismarck (2011), tahap hidup pohon sendiri dibagi menjadi 4 dengan
rincian sebagai berikut:
 Semai, yaitu tumbuhan dengan tinggi <1,5 m
 Pancang, yaitu tumbuhan dengan tinggi >1,5 m dan DBH <10 cm
 Tiang, yaitu tumbuhan dengan DBH 10-20 cm
 Pohon, yaitu tumbuhan dengan DBH >20 cm
Namun pada studi ini palem juga dikelompokkan sebagai pohon. Detail komposisi
flora hasil pengamatan di lokasi kegiatan ditampilkan dalam Tabel 8.
Tabel 8 Jenis Flora yang Ditemukan di Lokasi Kegiatan
Kategori Kategori Status
No Famili Nama Lokal Nama Latin
Landscape Usia Konservasi
1 Amaranthaceae Bayam hijau Amaranthus spp. Herba - -
2 Anacardinaceae Kedondong Spondias dulcis Pohon Pohon -
3 Apocynaceae Biduri Calotropis gigantea Semak - -
4 Araceae Talas Colocasia esculenta Herba - -
5 Arecaceae Kelapa Cocos nucifera Pohon Pohon -
Acanthospermum
6 Asteraceae Duri bintang Herba - -
hispidum
7 Asteraceae Beluntas Pluchea indica Semak - -
8 Asteraceae Babandotan Ageratum conyzoides Perdu - -
9 Asteraceae Gletang Tridax procumbens Herba - -
10 Asteraceae Ketul Bidens pilosa Herba - -
11 Asteraceae Sembung Blumea balsamifera Herba - -
12 Asteraceae Kirinyuh Chromolaena odorata Semak - -
13 Asteraceae Sawi langit Cyanthillium cinereum Herba - -
14 Capparaceae Maman ungu Cleome sp. Herba - -
15 Caricaceae Pepaya Carica papaya Herba - -
16 Combretaceae Ketapang Terminalia catappa Pohon Pohon -
17 Cyperaceae Rumput papirus Cyperus sp. Herba - -
18 Cyperaceae Rumput kenop Kyllinga monocephala Herba - -
19 Cyperaceae Rumput teki Cyperus rotundus Herba - -
20 Euphorbiaceae Patikan mas Euphorbia heterophylla Herba - -
21 Euphorbiaceae Patikan kerbau Euphorbia hirta Herba - -
22 Euphorbiaceae Jarak pagar Jatropha gossypiifolia Perdu - -
23 Euphorbiaceae Singkong Manihot esculenta Perdu - -
24 Euphorbiaceae Patikan kerbau Euphorbia hirta Herba - -
Tiang,
25 Fabaceae Akasia Acacia mangium Pohon pancang, -
semai
26 Fabaceae Kacang asu Calopogonium sp. Herba - -
27 Fabaceae Lamtoro Leucanea leucocephala Perdu - -
28 Fabaceae Turi merah Sesbania grandiflora Perdu - -

20
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Kategori Kategori Status


No Famili Nama Lokal Nama Latin
Landscape Usia Konservasi
29 Fabaceae Kacang ucu merah Vigna umbellata Herba - -
30 Fabaceae Putri malu Mimosa pudica Semak - -
Pohon,
31 Fabaceae Sengon Falcatoria moluccana Pohon -
semai
32 Fabaceae Johar Senna sp. Pohon Semai -
33 Lamiaceae Jati Tectona grandis Pohon Pohon -
34 Malvaceae Waru Hibiscus tiliaceus Pohon Pohon -
35 Moraceae Awar-awar Ficus septica Pohon Semai -
36 Moraceae Luwingan Ficus hipsida Pohon Semai -
37 Moringaceae Kelor Moringa oleifera Pohon Semai -
Pohon,
38 Moringaceae Kelor Moringa oleifera Pohon -
semai
Pohon,
39 Muntingiaceae Kersen Muntingia calabura Pohon tiang, -
semai
40 Musaceae Pisang Musa paradisiaca Herba - -
41 Phylanthaceae Meniran Phyllanthus urinaria Herba - -
42 Piperaceae Sirih hutan Piper aduncum Pohon Semai -
43 Poaceae Suket reketek Brachiaria distachya Herba - -
44 Poaceae Jampang/Tulangan Eleusine indica Herba - -
45 Poaceae Rumput benggala Panicum maximum Herba - -
46 Poaceae Rumput gajah Pennisetum purpureum Herba - -
47 Sapotaceae Sawo kecik Manilkara kauki Pohon Pohon -
48 Verbenaceae Temblekan Lantana camara Semak - -
Sumber: Survei Lapangan, 2023
Keterangan:
Status konservasi/perlindungan mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang
Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi

Hasil identifikasi menunjukkan pada lokasi kegiatan terdapat banyak komunitas


herba dan beberapa pohon besar. Adapun beberapa pohon besar yang ditemui
yaitu kelapa (Cocos nucifera), ketapang (Terminalia catappa), dan sengon
(Falcatoria moluccana). Beberapa pohon tersebut memang umum dijumpai di
tepi pantai. Beberapa jenis pohon lainnya merupakan tanaman yang sengaja
ditanam oleh warga. Kondisi tumbuhan bawah tersusun atas habistus perdu dan
semak, mengingat lahan pada lokasi kegiatan tidak dilakukan perawatan secara
rutin untuk pembersihan tumbuhan bawah dan dibiarkan hidup secara liar.
Jika mengacu pada status konservasi/perlindungan, seluruh flora di lokasi
kegiatan tidak memiliki status dilindungi. Secara keseluruhan terdapat 48 spesies

21
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

tumbuhan dalam 23 famili dengan famili terkaya adalah asteraceae (8 spesies) dan
fabaceae
(8 spesies).
Famili asteraceae atau kenikir-kenikiran menjadi famili terbesar kedua di bumi
karena sebarannya yang luas dan dapat mendiami semua kawasan/lingkungan
dengan total jumlah spesies mencapai 30.000 (Bisht & Purohit, 2010). Beberapa
jenis asteraceae dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena memiliki kandungan
metabolit sekunder yang bermanfaat (Wegiera et al., 2012). Seluruh famili
asteraceae yang ditemukan berperan sebagai tumbuhan bawah yang penting
sebagai konservasi tanah dan air. Jenis asteraceae yang ditemukan di area studi
meliputi sawi langit (Cyanthillium cinereum), gletang (Tridax procumbens),
bandotan (Ageratum conyzoides), dll.
Fabaceae atau keluarga polong-polongan mempunyai distribusi yang luas di
kawasan tropis salah satunya Indonesia dan suku tersebut mempunyai banyak
manfaat bagi kehidupan manusia antara lain sebagai bahan pangan, tanaman
penghijauan, penghasil pakan ternak, tanaman penghasil tanin, tanaman berkasiat
obat, dan sebagainya dengan pemanfaatannya belum optimal (Danarto, 2013).
Spesies dari famili fabaceae yang ditemukan adalah lamtoro (Leucaena
leucocephala), putri malu (Mimosa pudica), turi (Sesbania grandiflora), johar
(Senna sp.), sengon (Falcatoria moluccana), dll. Fabaceae yang ditemukan
mayoritas berbentuk/berhabitus pohon, serta terdapat habitus lain berupa perdu
dan herba.

Gambar 14 Kondisi Vegetasi di Lokasi Kegiatan

1.2.5 Avifauna

22
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Rencana lokasi pembangunan Terminal Multipurpose Batang yang berada di lepas


pantai bukan merupakan habitat burung pantai. Jarak terdekat area reklamasi
dengan bibir pantai adalah 175 m, dimana cukup jauh dengan bibir pantai.
Namun, rencana pembangunan Terminal Multipurpose Batang juga akan
dilengkapi dengan jalan penghubung dari daratan menuju terminal yang
diprakirakan dapat mengganggu habitat burung pantai dan beberapa burung
semak. Jika mengacu pada situs BirdLife International (2023), lokasi kegiatan
bukan merupakan Important Bird Area (IBA) yang merupakan area konservasi
populasi yang telah disepakati secara internasional.
Metode yang digunakan dalam pengamatan avifauna adalah adalah line transect,
di mana pengamat berjalan mengikuti jalur dan mencatat jenis yang ditemukan.
Kelebihan metode ini adalah lebih cepat menyelesaikan pendataan di kawasan
sehingga meminimalisir tercatatnya jenis burung yang sama (Bibby et al., 1992).
Adapun proses identifikasi merujuk pada buku ’Burung-burung di Sumatera,
Jawa, Bali, dan Kalimantan’ karya MacKinon et al. (2010). Data yang diperoleh
kemudian dianalisis secara deskriptif. Data avifauna juga diperiksa status
perlindungan dan konservasinya berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan
Satwa yang dilindungi. Berikut pada Tabel 9, ditampilkan hasil inventarisasi
burung yang terdapat di lokasi kegiatan.
Tabel 9 Jenis Avifauna yang Ditemukan pada Lokasi Kegiatan
Status
No Famili Nama Nama Global Nama Latin Perlindungan
IUCN P106/2018
1 Alcedinidae Cekakak sungai Collared kingfisher Todiramphus chloris LC -
2 Apodidae Walet linci Cave swiftlet Collocalia linchi LC -
3 Ardeidae Cangak merah Purple heron Ardea purpurea LC -
4 Cisticolidae Cinenen kelabu Ashy tailorbird Orthotomus ruficeps LC -
5 Columbidae Perkutut Jawa Zebra dove Geopelia striata LC -
6 Columbidae Tekukur biasa Eastern spotted dove Spilopelia chinensis LC -
7 Cuculidae Wiwik kelabu Plaintive cuckoo Cacomantis merulinus LC -
Bubut alang-
8 Cuculidae Lesser coucal Centropus bengalensis LC -
alang
Scarlet-headed
9 Dicaeidae Cabai jawa Dicaeum trochileum LC -
flowpecker

23
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Status
No Famili Nama Nama Global Nama Latin Perlindungan
IUCN P106/2018
10 Estrildidae Bondol haji White-headed munia Lonchura maja LC -
11 Estrildidae Bondol peking Scaly-headed munia Lonchura punctulata LC -
Layang-layang
12 Hirundinidae Tahiti swallow Hirundo tahitica LC -
batu
Layang-layang
13 Hirundinidae Red-rumped swallow Cecropis daurica LC -
loreng
14 Laniidae Bentet kelabu Long-tailed shrike Lanius schach LC -
Burung madu
15 Nectariniidae Olive-backed sunbird Cinnyris jugularis LC -
sriganti
Eurasian tree
16 Passeridae Gereja erasia Passer montanus LC -
sparrow
17 Pycnonotidae Cucak kutilang Sooty-headed bulbul Pycnonotus aurigaster LC -
18 Pycnonotidae Merbah cerukcuk Yellow-vented bulbul Pycnonotus goiavier LC -
19 Scolopacidae Trinil pantai Common sandpiper Tringa hypoleucos LC -
Sumber: Survei Lapangan, 2023
Status konservasi/perlindungan mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi dan IUCN RedList
Keterangan:
LC = Least Concern

Setelah melakukan pengamatan didapatkan 19 spesies burung dalam 15 famili


dengan rincian tertera pada Tabel 9. Semua burung yang ditemukan tidak ada
yang berstatus dilindungi menurut IUCN RedList. Burung yang ditemukan juga
tidak ada yang berstatus endemik dan merupakan burung yang sering dijumpai di
daerah urban, pegunungan, maupun peralihan. Beberapa jenis burung yang
ditemukan juga umum ditemui di daerah dekat pantai seperti cangak merah
(Ardea purpurea) dan cekakak sungai (Todiramphus chloris).

1.2.6 Hewan Lainnya


Hewan selain burung yang diamati adalah herpetofauna, mamalia, dan arthropoda.
Herpetofauna penting diamati karena dapat menjadi indikator kerusakan
lingkungan yang terjadi. Herpetofauna yang terdiri dari amfibi dan reptil
menyukai daerah yang lembab sebagai habitat. Amfibi sering ditemukan pada
daerah lembab untuk menghindari kekeringan pada kulitnya, sedangkan reptil
sebagai hewan ektoterm memiliki sistem termoregulasi yang pasif dipengaruhi
oleh kondisi lingkungan. Reptil berjemur di bawah sinar matahari untuk
meningkatkan suhu tubuh dan berlindung di bawah naungan untuk menurunkan

24
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

suhu tubuh (Iskandar, 1998; Ario, 2010). Metode pemantauan herpetofauna yang
digunakan adalah eksplorasi di lokasi pemantauan berdasarkan perjumpaan
langsung. Herpetofauna yang teramati diambil sampelnya dan didokumentasikan
jika memungkinkan untuk kemudian diidentifikasi jenisnya. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis secara deskriptif.
Metode pemantauan mamalia yang digunakan adalah ekplorasi melalui
perjumpaan
langsung dan tidak langsung di setiap lokasi. Pengamatan dilakukan dengan
mencatat jenis yang ditemukan secara langsung maupun tidak langsung, dan
mendokumentasikan apabila ditemukan jejak berupa kotoran, bekas cakar (jika
ada), dan juga sarang mamalia. Buku yang digunakan untuk membantu
identifikasi adalah ‘Panduan Lapang Mamalia Taman Nasional Alas Purwo’ karya
Utami et al. (2012).
Arthropoda yang diamati hanyalah serangga terbang. Metode pemantauan
arthropoda yang digunakan adalah eksplorasi di lokasi pemantauan berdasarkan
perjumpaan langsung. Arthropoda yang teramati diambil sampelnya dan
didokumentasikan jika memungkinkan untuk kemudian diidentifikasi jenisnya.
Tabel 10 berikut menjelaskan hasil pengamatan fauna di lokasi kegiatan.
Tabel 10 Jenis Avifauna yang Ditemukan pada Lokasi Kegiatan
Status
N Perlindungan
Famili Nama Nama Global Nama Latin
o IUC P106/201
N 8
Herpetofauna
1 Agamidae Londrok Changeable lizard Calotes versicolor LC -
Gunther's whip
2 Colubridae Ular daun Ahaetulla prasina LC -
snake
3 Colubridae Ular jali* Javan rate snake Ptyas korros NT -
Fejervarya
4 Dicroglossidae Katak tegalan Grass frog LC -
limnocharis
Common house
5 Gekkonidae Cicak rumah Hemidactylus frenatus LC -
gecko
6 Gekkonidae Tokek Tokay gecko Gekko gecko LC -
7 Scincidae Kadal kebun Common mabuya Eutropis multifasciata LC -
Common water
8 Varanidae Biawak Varanus salvator LC -
monitor
Mamalia
1 Felidae Kucing Domestic cats Felis catus NE -
2 Herpestidae Garangan jawa Javan mongoose Herpestes javanicus LC -
3 Muridae Tikus Rat Rattus sp. - -

25
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Status
N Perlindungan
Famili Nama Nama Global Nama Latin
o IUC P106/201
N 8
4 Rhinolophidae Kelelawar Bat Rhinolophus sp. - -
5 Sciuridae Bajing kelapa Plantain squirrel Callosciurus notatus LC -
6 Soricidae Curut House shrew Suncus murinus LC -
Arthropoda
Rufous-legged Xenocatantops
1 Acrididae Belalang NE -
grashopper humilis
2 Acrididae Belalang Grasshoper Phlaeoba fumosa NE -
Capung sambar
3 Libellulidae Slender skimmer Orthetrum sabina LC -
hijau
Capung tengger
4 Libellulidae Chalky percher Diplacodes trivialis LC -
biru
Capung kembara
5 Libellulidae Wandering glider Pantala flavescens LC -
buana
6 Libellulidae Capung sambar Scarlet skimmer Crocothemis servilia LC -
7 Nymphalidae - Castor Ariadne specularia NE -
8 Nymphalidae - Plain tiger Danaus chrysippus LC -
9 Nymphalidae - Blue pansy Junonia orithya LC -
10 Nymphalidae Kupu zebra biasa Common sailor Neptis hylas NE -
Kupu rumput
11 Nymphalidae Dark-grass brown Orsotriaena sp. - -
hitam
12 Pieridae Kupu rumput liar Striped albatross Appias libythea NE -
13 Pieridae Kupu cacaputi Oriental psyche Leptosia nina NE -
14 Pieridae Kupu rumput Grass yellow Eurema sp. - -
Sumber: Survei Lapangan, 2023
Status konservasi/perlindungan mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis
Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi dan IUCN RedList
Keterangan:
LC = Least Concern ; NT = Near Threatened ; NE = Not Evaluated
*) Hasil wawancara

Dari hasil survei ditemukan 8 jenis herpetofauna, 6 jenis mamalia, dan 14 jenis
arthropoda terbang. Secara umum, hewan lain yang ditemukan tidak ada yang
berstatus dilindungi menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang Dilindungi dan IUCN RedList.
Pada herpetofauna ditemukan ular, cicak, tokek, dan biawak. Jenis yang dijumpai
cukup beragam, mengingat area studi cukup luas. Salah satu herpetofauna yang

26
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

sering dijumpai atau cukup melipah adalah londrok (Calotes versicolor) dan kadal
kebun (Eutropis multifasciata). Londrok (Calotes versicolor) atau garden lizard
merupakan ‘alien spesies’ atau spesies asing yang mulai menginvasi Pulau Jawa.
Meskipun disebut lizard, londrok memiliki kemampuan untuk merubah warna
tubuhnya seperti bunglon yang sering dijumpai. Secara perilaku, londrok lebih
agresif daripada bunglon dan juga memiliki daerah teritori (Ruhyani, 2018).
Menurut Das (2004), kadal kebun biasa ditemukan di area yang terdapat serasah.
Kadal jenis ini termasuk kadal yang tidak berbahaya dan memang paling umum
dijumpai dari daerah urban hingga mangrove. Berdasarkan hasil wawancara
dengan warga juga didapati adanya satu jenis ular yang terkadang muncul di
lokasi kegiatan, yaitu ular jali, mengingat lokasi kegiatan merupakan lahan yang
cenderung baru dibuka.
Mamalia yang ditemukan terdapat 6 jenis. Hasil wawancara didapati garangan
jawa ditemukan di area yang dekat dengan semak-semak. Mamalia ini sering
ditemukan di semak-semak dan lapangan terbuka (Utami et al., 2012). Mayoritas
mamalia yang ditemukan sering dijumpai di area/habitat dengan gangguan
rendah-sedang.
Arthropoda hasil survei terdiri dari 14 jenis yang merupakan capung, belalang,
kumbang, dan kupu-kupu. Secara umum, arthropoda yang ditemukan memang
sering ditemukan di area terbuka dan semi-terbuka seperti semak-semak, serasah,
dan perumahan. Keberadaan capung memiliki hubungan yang erat dengan
perairan karena serangga ini bertelur di dalam air, mengingat adanya beberapa
genangan air saat musim hujan. Adanya kupu-kupu karena sebagian tumbuhan
yang ditemukan dalam di kanan dan kiri sungai sedang berbunga serta adanya
rerumputan maupun herba juga biasa disinggahi kupu-kupu untuk sekadar
mencari makan hingga meletakkan telur.

1.2.7 Organisme Akuatik


A) Plankton
Plankton merupakan organisme yang memegang peranan penting dalam rantai
makanan ekosistem air tawar dan laut. Terdapat dua jenis plankton, yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton mememiliki peran sebagai produsen

27
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

primer, sedangkan zooplankton sebagai konsumen primer (Susilowati et al.,


2001).
Data mengenai plankton didapatkan dari hasil studi literatur. Adapun literatur
yang digunakan mengacu pada Fitrianti et al. (2022) dengan lokasi penelitian
berada di area megaproyek PLTU Batang yang berjarak ± 15 km dan sekaligus
merupakan area penelitian terdekat dari lokasi kegiatan. Pada literatur yang
digunakan berdasarkan penelitian Fitrianti et al. (2022) memiliki kekurangan
karena hanya melingkup fitplankton saja, sedangkan zooplankton tidak diteliti.

Gambar 15 Peta Pengambilan Sampel Fitoplankton


Sumber: Fitrianti et al., 2022

Dasil analisis komunitas fitoplankton di perairan sekitar megaproyek PLTU


Batang dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Komposisi Fitoplankton di Perairan sekitar PLTU Batang
Periode I Periode II Periode III
No. Genus
St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3
Bacillariophyceae
1 Rhizosolenia sp. + + + + + + + + +
2 Pleurosigma sp. + + + + + - - + +
3 Coscinodiscus sp. + + + + + + + + +
4 Nitzchia sp. + + + + + + + + +
5 Chaetoceros sp. + + + + + + + + +
6 Thalassiothrix sp. + + + + + + + + +
7 Fragillaria sp. + - + - - - - - -
8 Navicula sp. + + + - - - + + +

28
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Periode I Periode II Periode III


No. Genus
St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3 St 1 St 2 St 3
9 Hemiaulus sp. - + + + + + + + +
10 Biddulphia sp. + + + + + + + + +
11 Thalassionema sp. + + + + + + + + +
12 Melosira sp. + + - + + - - + -
13 Bacteriastrum sp. + + + + + + + + +
14 Skeletonema sp. + + + + + + + + +
15 Lauderia sp. + + + - - - + + +
Dinophyceae
16 Ceratium sp. + + + + + + + + +
17 Dinophysis sp. + - + + + + + + +
18 Gonyaulax sp. + - + - + + + + +
19 Protoperidinium sp. + + + + + + + + -
Jumlah Genus 18 16 18 15 16 14 17 18 16
Kelimpahan (sel/L) 5.698 5.811 7.768 4.584 3.433 3.420 2.786 5.567 4.751
Sumber: Fitrianti et al., 2022
Keterangan:
Periode I = pengambilan sampel tanggal 25 November 2021
Periode II = pengambilan sampel tanggal 28 Desember 2021
Periode III = pengambilan sampel tanggal 28 Februari 2021

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11, didapatkan bahwa total genus yang
ditemukan di perairan sekitar PLTU Batang sejumlah 19 spesies yang dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelas, yaitu bacillariophyceae dan dinophyceae. Kelas
Bacillariophyceae memiliki kekayaan genus yang tinggi berjumlah 15 genus dan
cukup mendominansi jika dibandingkan dengan dinophyceae yang hanya
berjumlah 4 genus. Zulfandi et al. (2014) menyebutkan bahwa bacillariophyceae
(diatomae) merupakan jenis kelas yang mudah beradaptasi dengan lingkungan
ekstrem. Putri et al. (2019) menambahkan bahwa jumlah genus dari kelas
bacillariophyceae cukup banyak sehingga persebaran di perairan terbuka, pantai,
maupun estuari akan cukup luas.
Untuk nilai kelimpahan plankton di lokasi penelitian didapatkan angka yang
beragam di setiap stasiun pengambilan sampel. Nilai kelimpahan berkisar antara
2.786 – 7.768 sel/L. Adanya perbedaan kelimpahan sel di setiap stasiun maupun
periode pengambilan sampel disebabkan karena adanya perbedaan kondisi
perairan di setiap stasiun yang dapat dipengaruhi oleh faktor fisika, kimia, dan
biologi (Fitrianti et al., 2022). Faktor tersebut dapat meliputi nutrien seperti nitrat
dan fosfat, DO (Dissolved Oxygen), pH, kecerahan perairan, dll. Selain itu faktor
musim juga dapat mempengaruhi. Berdasarkan hasil analisis lanjutan mengenai

29
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

indeks keanekaragaman fitoplankton, nilai yang didapatkan berkisar antara 1,79 –


2,37. Indeks keanekaragaman yang berada pada rentang 1<H’<3 menandakan
bahwa komunitas fitoplankton berada di tingkat keanekaragaman sedang (Odum,
1971). Hal tersebut juga bersesuaian dengan nilai indeks dominansi yang
mendekati 0 yang menandakan bahwa tidak terdapat genus yang mendominansi.
Selain itu juga bersesuaian dengan nilai keseragaman yang berada pada rentang
0,73 – 0,98. Berdasarkan Odum (1993), nilai indeks keseragaman >0,6 dapat
dikategorikan memiliki persebaran yang merata sehingga mempunyai peluang
hidup yang sama.

(a)
(b)

(c)
Gambar 16 Perbandingan Indeks Biologi Fitoplankton (a) Indeks
Keanekaragaman (b) Indeks Dominansi (c) Indeks Keseragaman

B) Nekton dan Makrozoobenthos


Salah satu kegiatan usaha perikanan yang aktif di Kabupaten Batang adalah usaha
perikanan tangkap (Triarso dalam Ariadi et.al, 2021). Kegiatan usaha perikanan
tangkap merupakan mata pencaharian sebagaian besar masyarakat pesisir dan
nelayan di Kabupaten Batang (Hidayah dalam Ariadi et.al, 2021), khususnya di
Desa Kedawung dan Desa Ketanggan. Produktif dan ramainya kegiatan perikanan
tangkap di Desa Kedawung dan Desa Ketanggan dapat ditinjau dari jenis-jenis
perikanan tangkap yang dipasarkan di TPI Celong. TPI Celong merupakan TPI
yang terdekat dengan lokasi kegiatan. Hasil tangkapan dari laut yang dipasarkan
di TPI Celong diperoleh dari area perairan timur Desa Ketanggan dan area
perairan laut utara. Jenis-jenis komoditas perikanan tangkap yang dipasarkan di

30
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

TPI Celong merupakan penyusun komunitas nekton dan makrozoobenthos.


Komposisi nekton dan makrozoobenthos dari hasil perikanan tangkap yang
dijumpai di TPI Celong dijelaskan pada Tabel 12. Data komunitas nekton dan
makrozoobenthos yang didapatkan dianalisis lebih lanjut untuk dikonfirmasi
status konservasinya berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor 106 tahun 2018 tentang Perubahan Kedua
atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang Dilindungi dan IUCN RedList.
Tabel 12 Komunitas Nekton dan Makrozoobenthos yang Terdapat di TPI Celong
Nama Status Perlindungan
No Nama Global Nama Ilmiah
Indonesia IUCN P106/2018
Crustacea
1 Udang jerbung Banana prawn Penaeus merguensis NE -
Giant
Harpiosquilla
2 Udang ronggeng harpiosquilid NE -
raphidea
mantis shrimp
3 Kepiting Mud crab Scylla sp. NE -
4 Rajungan Flower crab Portunus pelagicus NE -
Mollusca
Common
5 Sotong Sepia oficinalis NE -
cuttlefishes
6 Cumi-cumi Squid Loligo sp. NE -
Pisces
Tigertooth
7 Ikan Tigawaja Otolithes ruber LC -
croaker
8 Ikan Petek Ponyfishes Leiognathus sp. - -
Ikan Ekor Redbelly
9 Caesio cunning NE -
Kuning yellowtail fusilier
10 Ikan Kuniran Sulphur goatfish Upeneus sulphureus LC -
Largehead
11 Ikan Layur Trichiurus sp. - -
hairtail
Common
12 Ikan Pari Dasyatis pastinaca VU -
stringray
13 Ikan Tongkol kawakawa Euthynnus affinis LC -
14 Ikan Layang Mackerel scad Decapterus spp. - -
Ikan Bawal Colossoma
15 Tambaqui NE -
Putih macropomum
16 Ikan Kembung Mackerel Rastrelliger sp. - -
17 Ikan Selar Bluefin trevally Caranx melamphygus LC -
18 Ikan Kerapu Groupers Epinephelus sp. - -
19 Ikan Sembilang Gray eel-catfish Plotosus canius - -
Ikan Ketang-
20 African sicklefish Drepane punctata LC -
Ketang
21 Ikan Kurisi Doublewhip Nemipterus LC -

31
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Nama Status Perlindungan


No Nama Global Nama Ilmiah
Indonesia IUCN P106/2018
threadfin bream nematophorus
Sumber: Hasil Wawancara dan Pengamatan, 2023
Keterangan:
NE = Not Evaluated ; LC = Least Concern ; VU = Vulnerable

Berdasarkan hasil analisis mengenai statsus konservasi IUCN RedList didapatkan


bahwa mayoritas komunitas nekton maupun makrozoobenthos yang bernilai
ekonomis berada dalam kategori LC (Least Concern) atau kurang terancam.
Terdapat satu jenis nekton memiliki status VU (Vulnerable) atau rentan, serta
mayoritas jenis nekton dan makrozoobenthos belum dievaluasi status
konservasinya. Jika status konservasi dibandingkan dengan regulasi dalam negeri
yang mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
yang Dilindungi, maka seluruh biota yang ditemukan tidak berstatus dilindungi.
Berdasarkan data jenis nekton yang didapatkan dan hasil studi literatur dapat
diketahui bahwa sebagaian besar kelompok nekton yang diperoleh merupakan
jenis ikan demersal. Ikan demersal adalah kelompok ikan yang mendiami atau
mempunyai habitat berada antara kolom air hingga dekat dasar perairan. Ikan-ikan
ini umumnya aktif mencari makan pada malam hari dan bersifat pasif dalam
pergerakannya karena tidak ada mobilitas dalam jarak jauh. Kelompok ikan ini
adalah termasuk jenis-jenis ikan karang (Nelwan, 2004 dalam Nugraheni, 2011).
Selain ikan, ditemukan crustacea seperti kepiting, rajungan dan udang, serta jenis
mollusca seperti sotong dan cumi.
Jenis peralatan yang digunakan untuk penangkapan ikan meliputi gill net, net
wadong (bubu), pukat/cantrang atupun arad. Berdasarkan hasil wawancara
nelayan di Desa Kedawung, sebagian besar nelayan menggunakan alat tangkap
jenis cantrang karena radius penangkapan ikan lebih jauh dan lebih dalam.
Cantrang diklasifikasikan ke dalam alat tangkap “Danish Seine” berbentuk
panjang dengan penggunaan untuk menangkap ikan demersal, terutama udang.
Sedangkan bagi nelayan Desa Ketanggan sebagian besar menggunakan alat
tangkap jenis sederhana seperti jaring arad. Jaring arad adalah jenis alat tangkap

32
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

dasar yang merupakan modifikasi dari trawl. Alat tangkap ini termasuk pukat
pantai. Konstruksi jaring arad terdiri dari bagian kantong, badan dan sayap.
Ukuran mata jaring bagian kantong lebih kecil dibandingkan dengan ukuran mata
jaring bagian badan dan sayap. Pada bagian ujung kedua sayap dilengkapi papan
pembuka (otter board) dan tali penarik. Selain menggunakan alat tangkap,
beberapa nelayan memperoleh ikan dengan cara memancing seperti pada ikan
jenis kerapu, ketang-ketang, tigawaja dan sembilang. Dokumentasi jenis
komunitas nekton dan makrozoobenthos yang terdapat di TPI Celong dapat dilihat
pada Gambar 17.

Gambar 17 Dokumentasi Hasil Perikanan Tangkap yang Dipasarkan di TPI


Celong

Tabel 13 Dokumentasi Hasil Perikanan Tangkap untuk Setiap jenis


Nama Dokumentasi Nama Dokumentasi
Udang Kepiting
Jerbung (Scylla sp.)
(Penaeus
merguensis)

Rajungan Cumi-cumi
(Portunus (Loligo sp.)
pelagicus)

33
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Nama Dokumentasi Nama Dokumentasi


Sotong Ikan Pari
(Sepia (Dasyatis
oficinalis) pastinaca)

Ikan Selar Ikan Tongkol


(Caranx (Euthynnus
melamphygu affinis)
s)

Ikan Kurisi a. Ikan Layur


(Nemipterus (Trichiuru
nematophor s sp.)
us) b. Ikan
Kerapu
(Epinephe
lus sp.)
c. Ikan
Tigawaja
(Otolithes
ruber)
d. Ikan
Sembilang
(Plotosus
canius)
d. Ikan
Sembilang
(Plotosus
canius)
e. Ikan
Ketang-
Ketang
(Drepane
punctata)

1.3 Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Kondisi rona awal pada uraian ini merupakan gambaran kondisi sosial ekonomi
dan budaya di wilayah studi yang meliputi Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing
serta Desa Kedawung Kecamatan Banyuputih Kabupaten Batang. Data yang
disajikan merupakan kombinasi data primer dan sekunder melalui pengamatan
lapangan, survei sosial menggunakan instrumen kuesioner, dan studi pustaka.

34
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Studi pustaka menggunakan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Batang yang termuat dalam Kecamatan Gringsing dan Kecamatan Banyuputih
Dalam Angka Tahun 2022.

1.3.1 Sosial
Data kondisi sosial wilayah studi yang disajikan meliputi kondisi demografi dan
komposisi penduduk.

A) Demografi
Struktur penduduk di Desa Ketanggan Tahun 2021 adalah sebagai berikut :
- Jumlah penduduk laki-laki : 2.834 jiwa
- Jumlah penduduk perempuan : 2.726 jiwa
- Jumlah penduduk total : 5.560 jiwa
- Rasio jenis kelamin : ∑ Laki-laki / ∑ Perempuan
: 2.834/2.726 x 100%
: 103,96%
- Luas wilayah : 10,62 km2
- Kepadatan penduduk : ∑ Penduduk/Luas wilayah
: 5.560 jiwa/10,62 km2
: 524 jiwa/km2
Struktur penduduk di Desa Kedawung Tahun 2021 adalah sebagai berikut :
- Jumlah penduduk laki-laki : 2.344 jiwa
- Jumlah penduduk perempuan : 2.303 jiwa
- Jumlah penduduk total : 4.647 jiwa
- Rasio jenis kelamin : ∑ Laki-laki / ∑ Perempuan
: 2.344/2.303 x 100%
: 101,28%
- Luas wilayah : 14,78km2
- Kepadatan penduduk : ∑ Penduduk/Luas wilayah
: 4.647 jiwa/10,62 km2
: 314 jiwa/km2
Secara umum, kedua wilayah diatas tidak termasuk kedalam wilayah yang
memiliki kepadatan penduduk terbesar di tingkat kecamatan. Kondisi topografi

35
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

kedua wilayah tersebut masih didominasi lahan-lahan kosong berupa tegalan,


sawah, kebun, maupun hutan lindung. Data demografi di atas dapat diketahui
bahwa jumlah penduduk di Desa Ketanggan lebih banyak dibandingkan Desa
Kedawung. Hal ini juga berbanding lurus dengan tingkat kepadatan penduduk di
masing-masing wilayah, dimana kepadatan penduduk di Desa Ketanggan lebih
besar di bandingkan Desa Kedawung. Sementara terkait dengan rasio jenis
kelamin, kedua wilayah memiliki karakteristik yang sama. Jumlah penduduk laki-
laki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Yakni 103,96% di
Desa Ketanggan dan 101.28% di Desa Kedawung. Meskipun demikian, perbedaan
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di wilayah studi tidak siginifikan,
keduanya memiliki selisih yang tidak terpaut jauh. Jika dianalogikan, maka setiap
100 populasi penduduk perempuan maka terdapat 103 populasi penduduk laki-
laki.

B) Umur
Komposisi penduduk di wilayah studi berdasarkan kelompok umur disajikan pada
Tabel 14.
Tabel 14 Penduduk Menurut Kelompok Umur di Wilayah Studi Tahun 2021
No Kelompok Desa Jumlah
Umur Ketanggan Kedawung
1 0-14 1.331 1.041 2.372
2 15-64 3.829 3.240 7.069
3 65+ 400 366 766
Total 5.560 4.647 10.207
Sumber: Kecamatan Gringsing dan Banyuputih Dalam Angka Tahun 2022

Data di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk di wilayah studi masuk


dalam kategori usia produktif. Usia produktif merupakan usia kerja yang bisa
menghasilkan barang dan jasa. Pada rentang usia 15-64 tahun tersebut banyak
orang yang menyelesaikan pendidikan formalnya, mencari, membangun karier,
membangun sebuah keluarga, aktif terlibat didalam pembangunan komunitas dan
sebagainya Menurut Badan Pusat Statidtik RI pada tahun 1993, usia produktif
adalah penduduk yang berusia 15-64 tahun. Jumlah penduduk usia produktif
penduduk wilayah studi tergolong tinggi, bila dibandingkan dengan usia anak dan
usia lansia. Jumlah penduduk usia produktif mencapai 69,25% dari total 10.207

36
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

penduduk. Jika ditotal berdasarkan situasi tersebut, maka angka ketergantungan di


wilayah studi (Desa Ketanggan dan Desa Kedawung) sebesar 43,75 ⁓ 44.
Artinya disetiap 100 penduduk produktif memiliki beban ketergantungan sebesar
44 penduduk tidak produktif. Semakin kecil angka ketergantungan suatu wilayah,
maka besar kemungkinan untuk mendapatkan bonus demografi. Angka
ketergantungan ini juga berperan penting dalam standar penentuan status maju
atau berkembang suatu wilayah, bahkan negara. Kondisi diatas juga menunjukkan
bahwa jumlah angkatan kerja yang cukup tinggi di wilayah studi dan menjadi
potensi untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di pasar ekonomi.

C) Pendidikan
Komposisi penduduk di wilayah studi berdasarkan tingkat pendidikan disajikan
pada Tabel 15.
Tabel 15 Pendidikan Responden di Wilayah Studi
No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak sekolah 4 6,35
2 Tamat SD/Sederajat 6 9,52
3 Tamat SMP/Sederajat 9 14,29
4 Tamat SMA/Sederajat 34 53,97
5 Tamat D1-S3 10 15,87
Total 63 100,00
Sumber: Data primer, 2023

Berdasarkan hasil survei, sebagian besar penduduk di wilayah studi


menyelesaikan pendidikannya pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) dengan
persentase sebesar 53,97%. Selain itu terdapat 15,87% penduduk yang telah
mengenyam pendidikan tinggi tingkat universitas, 14,29% penduduk tamat
SMP/Sederajat, 9,52% penduduk tamat SD/Sederajat, dan hanya 6,35% penduduk
yang tidak bersekolah. Secara umum, tingkat pendidikan penduduk di wilayah
studi sudah tergolong baik, dimana wajib belajar 12 tahun sudah tercapai. Tingkat
pendidikan penduduk dapat menjadi indikator kualitas SDM suatu daerah.
Semakin bagus kualitas SDM suatu daerah maka semakin maju daerah tersebut.
kualitas SDM tersebut dapat berpengaruh pula dengan jenis pekerjaan mayoritas
penduduk wilayah studi.
Tingginya akses penduduk terhadap kebutuhan pendidikan di suatu wilayah dapat
dipengaruhi faktor keberadaan fasilitas pendidikan yang ada. Secara umum,

37
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

berdasarkan data BPS di wilayah Kecamatan Gringsing, terdapat 38 TK/RA, 50


SD/Sederajat, 10 SMP/Sederajat, dan 4 SMA/Sederajat. Sementara di Kecamatan
Banyuputih terdapat 30 TK/RA, 30 SD/Sederajat, 5 SMP/Sederajat, 3
SMA/Sederajat. Di kedua wilayah tersebut telah memiliki fasilitas pendidikan
yang lengkap dari tingkat pendidikan tinggi hingga SMA/Sederajat. Untuk bisa
mengenyam pendidikan tinggi, penduduk di wilayah studi masih harus pergi ke
luar daerah untuk mengaksesnya. Lebih rinci, berikut disajikan jumlah fasilitas
pendidikan di Desa Ketanggan dan Desa Kedawung.
Tabel 16 Jumlah Fasilitas Sarana Pendidikan di Wilayah Studi Tahun 2021
Fasilitas Desa
No Jumlah
Pendidikan Ketanggan Kedawung
1 TK/Sederajat 4 6 10
2 SD/Sederajat 5 5 10
3 SMP/Sederajat 1 1 2
4 SMA/Sederajat - - -
5 Perguruan - - -
Tinggi
Total 10 12 22
Sumber: Kecamatan Gringsing dan Banyuputih Dalam Angka Tahun 2022

Gambar 18 Sarana Pendidikan Di Wilayah Studi

D) Agama

38
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Berdasarkan pengamatan di lapangan, penduduk di wilayah studi sebagian besar


merupakan pemeluk agama Islam. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya fasilitas
peribadatan berupa Musholla dan Masjid yang tersebar di beberapa wilayah studi.
Hal ini sesuai dengan karakteristik penduduk di wilayah pesisir pulau jawa yang
mayoritas pemeluk agama islam. Kondisi demikian juga menunjukkan bahwa
penduduk di wilayah studi memiliki tingkat spiritualitas yang tinggi berbasis
agama Islam dengan tetap menjalankan tradisi-tradisi suku jawa. Terdapat
kemungkinan, ada juga pemeluk agama lain di wilayah studi seperti agama
Kristen, Katolik, Hindu, atau Budha. Keberagaman agama yang dianut dapat
menunjukkan adanya diferensiasi horizontal dikalangan warga masyarakat.
Perbedaan tersebut dapat menjadi faktor persatuan sekaligus perpecahan antar
masyarakat. Maka, peran berbagai unsur masyarakat diperlukan untuk menjaga
nilai-nilai Kebhinnekaan di wilayah studi. Pada Tabel 17 dibawah ini disajikan
tabel jumlah rumah ibadah di wilayah studi.
Tabel 17 Jumlah Tempat Ibadah di Wilayah Studi Tahun 2021
No Fasilitas Desa Jumlah
Pendidikan Ketanggan Kedawung
1 Mushola 18 17 35
2 Masjid 6 4 10
3 Geraja - - -
4 Pura - - -
5 Wihara - - -
Total 24 21 45
Sumber: Kecamatan Gringsing dan Banyuputih Dalam Angka Tahun 2022

Gambar 19 Fasilitas Peribadatan Di Wilayah Studi

1.3.2 Ekonomi
Gambaran kondisi perekonomian di wilayah studi disajikan meliputi data jenis
pekerjaan, tingkat pendapatan serta pengeluaran rumah tangga, aktivitas nelayan,
39
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

aktivitas pertanian, dan sarana prasarana perkomonian yang disajikan pada


Tabel 18 hingga Tabel 20 dibawah ini.

A) Jenis Pekerjaan
Tabel 18 Komposisi Jenis Pekerjaan Penduduk Di Wilayah Studi
Persentase
No Jenis Pekejaan Jumlah
(%)
1 Pegawai Swasta 14 22,22
2 Wiraswasta 9 14,29
3 Petani/Pekebun 5 7,94
4 Pegawai Negeri Sipil 2 3,17
5 Pensiunan 2 3,17
6 Nelayan 23 36,51
7 Mengurus Rumah Tangga 3 4,76
8 Aparatur Desa 3 4,76
9 Lainnya 2 3,17
Total 63 100,00
Sumber: Data Primer, 2023
Berdasarkan sajian tabel diatas, sebagian besar responden bekerja sebagai nelayan
dengan persentase 36,51%. Sementara sisanya sebanyak 63,49% terbagi kedalam
beberapa sektor pekerjaan lain seperti menjadi Pegawai swasta, Wiraswasta,
Petani, Pegawai Negeri Sipil. Ibu Rumah Tangga, Aparat Desa, dan lainnya. Hal
ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di wilayah studi bekerja di
sektor lain diluar nelayan. Untuk menggambarkan kondisi ekonomi rumah tangga
secara lebih rinci, berikut disajikan data yang menggambarkan sirkulasi
pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dalam satu bulan di wilayah studi.
Tabel 19 Pendapatan Responden
No. Pendapatan Per Bulan Jumlah Persentase (%)
1 < Rp. 1.000.000 2 3,17
2 Rp. 1.000.000- Rp. 4.200.000 44 69,84
3 Rp. 4.200.001- Rp. 5.000.000 5 7,94
4 Rp. 5.000.001- Rp. 7.000.000 3 4,76
5 > Rp.7.000.000 4 6,35
6 Tidak menjawab 5 7,94
Total 63 100,00
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 20 Pengeluaran Responden


No. Pengeluaran Per Bulan Jumlah Persentase (%)
1 < Rp. 1.000.000 3 4,76
2 Rp. 1.000.000- Rp. 4.200.000 47 74,60
3 Rp. 4.200.001- Rp. 5.000.000 3 4,76

40
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

4 Rp. 5.000.001- Rp. 7.000.000 4 6,35


5 > Rp.7.000.000 1 1,59
6 Tidak menjawab 5 7,94
Total 63 100,00
Berdasarkan data di atas, menggambarkan bahwa sebagian besar responden dalam
satu bulan memiliki pendapatan antara Rp. 1.000.000- Rp. 4.200.000. Terdapat
juga responden yang memiliki penghasilan lebih dari Rp. 4.200.000 hingga
Rp. 7.000.0000. Data pendapatan rata-rata rumah tangga tersebut dirasa sesuai
dengan jenis pekerjaan sebagian responden yang bekerja di sektor swasta yang
pada umumnya pendapatan berdasarkan upah minimum yang berlaku di masing-
masing wilayah. Untuk menguji validitas jawaban responden tentang pendapatan
responden digunakan data pengeluaran responden yang disajikan Tabel 20. Pada
tabel tersebut, menunjukkan distribusi pengeluaran rumah tangga responden di
wilayah studi. Dilihat dari komposisi antara penghasilan dengan pengeluaran,
dapat dikatakan bahwa rata-rata tingkat pengeluarannya relatif seimbang dengan
tingkat pendapatannya. Hal ini menunjukkan mekanisme pengaturan kegiatan
ekonomi responden sudah cukup baik.

B) Aktivitas Nelayan
 Profil Nelayan
Pada tabel jenis pekerjaan diatas, terdapat 36,51% penduduk yang bekerja sebagai
nelayan. Aktivitas nelayan di wilayah studi dapat ditemukan di area pesisir laut
masing-masing desa, yakni Dukuh Plabuhan di Di Desa Ketanggan dan Dukuh
Mangunsari di Desa Kedawung. Kedua wilayah tersebut mayoritas penduduknya
bekerja sebagai nelayan. Berdasarkan hasil wawancara, antara nelayan Dukuh
Plabuhan dengan Dukuh Mangunsari memiliki perbedaan. Nelayan dari Dukuh
Plabuhan mayoritas merupakan nelayan tradisional yang mencari ikan tidak jauh
dari pantai. Bahkan menurut Kepala Desa, hanya 30-40% saja nelayan yang
memiliki perahu sendiri. Sehingga pendapatan para nelayan di Dukuh Plabuhan
relatif cukup kecil. Sementara di Dukuh Mangunsari, aktivitas nelayan sudah
cukup besar. Para nelayan banyak yang memiliki peralatan tangkap cukup lengkap
seperti kapal bermesin dan jaring yang cukup besar. Sehingga mereka bisa
mencari ikan jauh dari lepas pantai dan mendapatkan hasil tangkapan yang
banyak. Ditambah, di wilayah ini terdapat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Celong

41
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

yang menjadi pusat perdagangan hasil laut. Untuk lebih rincinya, aktivitas nelayan
di wilayah studi akan digambarkan melalui tabel dan deskripsi sebagai berikut :

Tabel 21 Lama Menjadi Nelayan


No. Waktu Jumlah Persentase (%)
1 10-20 Tahun 5 7,94
2 + 20 Tahun 18 28,57
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 22 Durasi Melaut


No. Durasi Jumlah Persentase (%)
1 1-5 Jam 5 7,94
2 6-10 Jam 9 14,29
3 + 10 Jam 9 14,29
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 23 Jarak Melaut


No. Jarak Jumlah Persentase (%)
1 1-5 Km 9 14,29
2 6-10 Km 5 7,94
3 + 10 Km 9 14,29
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Pada Tabel 21 hingga Tabel 23 menggambarkan profil nelayan yang ada di


wilayah studi. Mayoritas para nelayan menggeluti pekerjaannya sudah lebih dari
20 tahun. Hal ini menandakan bahwa pekerjaan sebagai nelayan merupakan salah
satu tumpuan perekonomian penduduk di wilayah studi. Dalam sekali melaut,
para nelayan menghabiskan waktu 5 jam hingga lebih dari 10 jam dengan jarak
melaut sejauh 5 hingga lebih dari 10 kilometer. Waktu keberangkatan para
nelayan cukup beragam melihat kondisi cuaca. Pembagian waktu dapat dilihat
melalui rincian dibawah ini :
1. Pagi hari (05.00 WIB – 12.00 WIB)
2. Siang Hari (13.00 WIB – 18.00 WIB)
3. Malam Hari ( 18.00 WIB – 06.00 WIB)
4. Dini hari (02.00 WIB – 09.00 WIB)

42
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Menurut keterangan yang didapatkan, para nelayan di wilayah studi mayoritas


memulai aktivitasnya pada pagi hingga siang hari serta (1) pada malam hingga
pagi hari (3).

 Jenis Alat Tangkap dan Armada Melaut


Dalam beraktivitas, para nelayan menggunakan beberapa jenis alat tangkap dan
armada untuk mencari ikan di laut seperti yang disajikan pada tabel dibawah ini.
Rincian data tersebut disajikan pada Tabel 24 hingga Tabel 26 dibawah ini.
Tabel 24 Jenis Alat Tangkap
No. Alat Tangkap Jumlah Persentase (%)
1 Pancing 3 4,76
2 Jaring Sederhana 9 14,29
3 Jaring arad/cantrang/pukat 11 17,46
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 25 Jenis Armada


No. Armada Tangkap Jumlah Persentase (%)
1 Perahu Bermesin 21 33,33
2 Tidak memakai perahu 2 3,17
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 26 Status Kepemilikan Armada


No. Status Kepemilikan Jumlah Persentase (%)
1 Milik Sendiri 17 26,98
2 Tidak 4 6,35
Total 21 33,33
Sumber: Data primer, 2023

Dari tabel di atas menggambarkan bahwa sebagian besar nelayan menggunakan


jaring jenis arad/cantrang/pukat untuk mencari ikan. Pada umumnya, alat ini
digunakan untuk mencari ikan hingga perairan laut dalam dan lokasi tangkap ikan
yang jauh dari bibir pantai. Hasil tangkapan menggunakan jenis alat ini biasanya
cukup banyak dan beragam. Nelayan dari Dusun Mangunsari banyak yang
menggunakan jenis alat tangkap ini karena didukung dengan perlengkapan yang
memadai. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa nelayan yang
menggunakan jaring biasa yang pada umumnya digunakan pada perairan laut
dangkal dan hasil tangkapan yang relatif lebih kecil serta tidak cukup beragam.

43
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Terdapat juga nelayan yang menggunakan pancing dalam mencari ikan. Dari hasil
pengamatan, nelayan yang menggunakan pancing tidak menggunakan kapal
dalam mencari ikan dan hanya mencari ikan di sekitar pantai.

Gambar 20 Ilustrasi Jenis Alat Tangkap (Jaring Arad/Pukat/Cantrang)

Gambar 21 Dokumentasi Jenis Armada Melaut


 Hasil Tangkapan
Dari hasil wawancara dan pengamatan di lapangan, hasil tangkapan para nelayan
cukup beragam. Seperti cumi-cumi, udang, kepiting, rajungan, ikan belanak, ikan
kerapu, ikan kakap putih, ikan sembilang maupun jenis ikan lainnya. Rata-rata
jumlah tangkapan dalam sekali melaut berkisar antara 6-20 Kg, untuk rinciannya
dapat dilihat pada Tabel 27. Dalam sekali melaut para nelayan menghabiskan
biaya untuk modal/perbekalan sebesar Rp. 50.000 – Rp. 800.000 seperti yang
ditunjukkan dalam Tabel 28. Sementara kisaran pendapatan dalam sekali melaut
yang disajikan pada Tabel 29 cukup beragam dari Rp. 100.000 hingga paling
banyak bisa mencapai Rp. 2.000.000.
Tabel 27 Hasil Tangkapan Dalam Sekali Melaut
No. Hasil Tangkapan Jumlah Persentase (%)
1 5 Kg 4 6,35
2 6-10 Kg 5 7,94
3 11-20 Kg 10 15,87

44
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

4 >20 Kg 4 6,35
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 28 Biaya Sekali Melaut


No. Biaya Melaut Jumlah Persentase (%)
1 Rp. 50.000 10 15,87
2 Rp. 200.000 10 15,87
3 Rp. 300.000 - Rp. 600.000 2 3,17
4 Rp. 800.000 1 1,59
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Tabel 29 Pendapatan Sekali Melaut


No. Pendapatan Sekali Melaut Jumlah Persentase (%)
1 Rp. 100.000-Rp. 250.000 9 15,87
2 Rp. 250.001-Rp. 500.000 4 15,87
3 Rp. 500.001-Rp. 750.000 6 3,17
4 Rp. 750.001-Rp. 2.000.000 3 1,59
5 + Rp. 2.000.000 1 1,59
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

Menurut para nelayan, dalam 5 tahun terakhir penghasilan dari melaut cukup
fluktuatif. Terkadang mendapat hasil besar bahkan juga hasilnya kecil sesuai
dengan kondisi cuaca di laut. Apabila terjadi badai berkepanjangan maka para
nelayan tidak pergi melaut karena sangat beresiko. Ditambah dalam sekali melaut
ada beberapa nelayan yang bekerja secara kelompok, sehingga hasil tangkapan-
pun dibagi rata dengan yang lain. Untuk hasil tangkapan sendiri, sebagian besar
nelayan mengelolanya dengan lansgung dijual ke TPI yang ada di lingkungan
sekitar. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa nelayan yang mengelola
hasil tangkapan dengan dijual sendiri tanpa melalui pengepul. Rincian
pengelolaan hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30 Pengelolaan Hasil Tangkapan
No. Hasil Tangkapan Jumlah Persentase (%)
1 Dijual ke TPI 20 31,75
2 Dijual sendiri 3 4,76
Total 23 36,51
Sumber: Data primer, 2023

45
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 22 Dokumentasi Hasil Tangkapan

Gambar 23 Dokumentasi Aktivitas di TPI Celong

C) Sektor Pertanian
Pada sektor pertanian, berdasarkan data dari BPS Kabupaten Batang, lahan areal
persawahan di Kecamatan Gringsing sebesar 1.921,86 Hektare atau 26,00% dari
total luas lahan. Sementara di Kecamatan Banyuputih, total tanah yang digunakan
sebagai areal persawahan sebesar 14,00% atau 622,36 Hektare dari luas lahan
total. Sekilas, total lahan yang digunakan sebagai areal persawahan di kedua
wilayah relatif kecil jika melihat kondisi geografisnya. Mengingat pada umumnya
46
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

desa-desa di Indonesia mayoritas bekerja sebagai petani atau mengandalkan sektor


pertaniannya. Semakin berkurangnya lahan persawahan di wilayah studi dapat
disebabkan oleh adanya alih fungsi lahan. Dimana lahan-lahan persawahan
berubah fungsi menjadi areal permukiman penduduk, kegiatan perdagangan dan
jasa, industri, dan lainnya. Tidak dipungkiri, secara geografis wilayah studi berada
di lokasi yang cukup strategis. Berada di wilayah jalur pantura membuat banyak
kegiatan-kegiatan investasi masuk sehingga secara tidak langsung berpengaruh
pada sektor-sektor yang telah ada sebelumnya seperti pertanian. Berikut disajikan
jumlah panen di masing-masing wilayah pada tahun 2021.

Total Panen Padi dan Palawija Kec. Gringsing

Ubi Jalar 0

Ubi Kayu 0
Jenis Tanaman

Kacang Tanah 0

Jagung 484.6

Padi 4119.6

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500


Luas Panen (Ha)

Gambar 24 Total Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija di Kecamatan


Gringsing
Sumber: Kecamatan Gringsing Dalam Angka Tahun 2022

47
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Total Panen Padi dan Palawija Kec. Banyuputih


1600 1460.4 1418
1400
1200
1000
Luas (Ha)

800
600
400
200
6 12.9 0
0
Padi Jagung Kacang Ubi Kayu Ubi Jalar
Tanah
Jenis Tanaman

Gambar 25 Total Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija di Kecamatan


Banyuputih
Sumber : Kecamatan Banyuputih Dalam Angka, 2022

Pada Gambar 24 dan Gambar 25 diatas menunjukkan bahwa komoditas utama


hasil pertanian di wilayah studi adalah padi dan jagung. Di Kecamatan Gringsing
dalam satu tahun luas panen padi mencapai 4.119,6 Ha dan luas panen jagung
mencapai 484,6 Ha. Sementara di Kecamatan Banyuputih, luas panen padi
mencapai 1.460,4 Ha sedangkan luas panen jagung sebesar 1.418 Ha. komoditas
lain seperti ubi kayu, ubi jalar, dan kacang tanah menjadi komoditas yang tidak
diunggulkan.

D) Sarana Prasarana Perekonomian


Selain jenis pekerjaan diatas, di wilayah studi juga terdapat jenis sarana prasarana
perekonomian masyarakat yang disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31 Sarana Prasarana Perekonomian di Wilayah Studi Tahun 2021
No Fasilitas Kecamatan Jumlah
Pendidikan Gringsing Banyuputih
1 Kelompok 5 12 17
Pertokoan
2 Minimarket 14 9 23
3 Rumah 17 - 17
Makan/Restoran
4 Warung/Kedai 250 366 616
5 Warung 455 512 967
Kelontong
Total 741 899 1.640

48
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Sumber: Kecamatan Gringsing dan Banyuputih Dalam Angka Tahun 2022


Berdasarkan pada Tabel 31 diatas, jumlah sarana prasarana penunjuang ekonomi
di wilayah studi cukup banyak. Terdapat 1.640 jenis sarana penunjang yang
teridentifikasi melalui data BPS. Terbanyak adalah jenis toko/warung kelontog
dan warung makan/kedai. Banyaknya jenis sarana penunjang ini dapat
dipengaruhi oleh persebaran dan kepadatan penduduk. Keberadaan sarana
penunjang perekenomian dapat menggambarkan tingkat kemandirian ekonomi di
wilayah studi cukup tinggi dengan adanya kegiatan wirausaha skala kecil
menengah (UMKM) hingga skala besar.

Gambar 26 Dokumentasi Sarana Perekonomian di Wilayah Studi

1.3.3 Budaya
Secara umum, kebudayaan merupakan sistem pengetahuan yang meliputi sistem
ide atau gagasan yang sama antar masyarakat, yang kemudian diinternalisasi dan
direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi ciri khas daerah tersebut
karena masyarakat yang terkait telah menganggapnya sebagai bagian dari
hidupnya serta mematuhinya. Kondisi sosial budaya di wilayah studi merupakan
tipikal masyarakat pedesaan. Lebih khusus wilayah studi merupakan daerah
pesisir laut yang termasuk wilayah Pantura (Pantai Utara) Pulau Jawa. Tipikal

49
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

masyarakat yang hidup di wilayah pesisir diantaranya; 1) hubungan kekerabatan


masyarakat yang cukup kuat; 2) Perbedaan status sosial ekonomi tidak dapat
menjadi penghalang terciptanya hubungan sosial yang akrab. 3) Memanfaatkan
sumberdaya laut untuk pemenuhan kehidupan. 4) Karakter pribadi yang dikenal
kuat dan keras. Namun, meskipun demikian tipikal tersebut tentu tidak mutlak
karena banyak faktor yang dapat mempengaruhinya. Terlebih wilayah studi juga
tidak semua penduduknya tinggal di dekat pantai serta keberadaan para pendatang
juga dapat mempengaruhi karakteristik, nilai, norma, dan sosial budaya
masyarakat.
Gambaran nilai sosial budaya di wilayah studi disajikan meliputi adat istiadat dan
kebiasaan, hubungan sosial, pranata sosial, tipe kepemimpinan yang berlaku di
masyarakat, serta situs bersejarah yang hingga kini masih dilestarikan.
 Adat Istiadat dan Kebiasaan
Pada umumnya masyarakat di wilayah studi dapat digolongkan kedalam satuan
komunitas yang cukup terbuka, meskipun kelompok masyarakat mayoritas
didominasi keturunan jawa. Oleh sebab itu, adat istiadat masyarakat yang
menonjol adalah adat Jawa. Meskipun tidak tampak di permukaan, tentu
terdapat sebagian kecil masyarakat atau orang yang berasal dari suku lainnya.
Walau terdiri dari etnis yang berbeda, tapi kebersamaan berupa kegotong
royongan dalam menjalani kehidupan sosial masyarakat cukup terintegrasi
dengan baik sehingga minim konflik antar ras/golongan. Beberapa adat istiadat
maupun kebiasaan masyarakat di wilayah studi pada umumnya masih kental
dengan budaya jawa yang berakulturasi dengan nilai agama khususnya islam.
Beberapa adat istiadat dan kebiasaan yang masih dilakukan hingga saat ini di
wilayah studi adalah sedekah bumi, sedekah laut, petik laut, tingkepan (upacara
7 bulanan orang yang sedang hamil), sepasar,megengan (upacara menyambut
bulan suci ramadhan), dan tradisi lainnya.
Upacara sedekah laut atau nyadran menjadi salah satu tradisi yang spesial bagi
masyarakat di wilayah studi. Tradisi yang diperingati setiap bulan Syuro ini
rutin digelar dengan berbagai acara seperti larung saji di laut, pengajian umum,
pertunjukan wayang kulit, lomba dayung, dan orkes melayu. Secara umum,
tradisi tersebut awam dilaksanakan daerah-daerah yang berada di wilayah

50
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

pesisir pulau jawa. Makna dari tradisi sedekah laut/nyadran sendiri merupakan
bentuk rasa syukur dari para nelayan terhadap hasil laut yang diberikan oleh
Tuhan.
 Hubungan Sosial
Proses sosial adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang disebabkan
berbagai faktor, antara lain pengaruh kultural, kegiatan ekonomi dan integritas
antara penduduk asli dengan suku pendatang. Dalam studi ini dikaji proses
asosiatif (kerjasama), integrasi sosial, akulturasi dan konflik. Perubahan sosial
yang terjadi dalam masyarakat menggambarkan kedinamisan suatu masyarakat.
Pada wilayah studi dimana penduduknya tergolong heterogen, terutama dari
segi etnis, mengakibatkan terjadinya proses perubahan sosial. Perubahan sosial
ini terjadi terutama pada perubahan pola hidup dan pergaulan pada kaum muda.
Adanya konflik sosial seperti perkelahian yang dilakukan oleh kaum muda
terutama pada saat diadakannya acara-acara hiburan merupakan salah satu
akibat dari perubahan pola pergaulan kaum muda di masyarakat. Proses
perubahan sosial ini dipengaruhi oleh faktor kependudukan, transportasi yang
mulai tersedia, teknologi komunikasi yang semakin canggih, sifat masyarakat
yang cukup terbuka dan adanya keinginan masyarakat untuk memperbaiki
tingkat kehidupan. Perubahan sosial yang cukup penting dalam kajian ini
adalah terkait pandangan masyarakat terhadap pembangunan dan peranan
mereka dalam proses pembangunan tersebut. Sikap kritis masyarakat terhadap
kegiatan pembangunan yang dianggap berdampak negatif maupun positif
terhadap aktivitas mereka semakin tampak dan semakin terbuka untuk
dikemukakan.
 Pranata Sosial
Lembaga sosial di wilayah studi khususnya, terdiri dari lembaga keagamaan,
lembaga pendidikan, dan lembaga sosial. Melalui lembaga ini, terbentuk sistem
tingkah laku, sistem sosial dan akhirnya terjadi berbagai perubahan dalam
tatanan kehidupan, baik yang bersifat individual maupun dalam tatanan
kemasyarakatan. Kelembagaan yang berkembang dalam masyarakat dapat
meliputi kelembagaan formal dan non formal. Lembaga formal berupa aparat
desa dan BPD (Badan Permusyawaratan Desa), sedangkan lembaga non formal

51
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

berupa lembaga keagamaan. Berbagai permasalahan yang muncul sehubungan


dengan aktivitas kegiatan atau persengketaan lahan yang terjadi memerlukan
peranan lembaga formal dan non formal, sedangkan pendekatan sosial budaya
dan keagamaan sangat menonjol pada peranan lembaga non formal. Oleh
karena itu, kerjasama dan koordinasi serta komunikasi timbal balik yang
harmonis diantara kelembagaan masyarakat tersebut sangat penting bagi
pemecahaan masalah sosial kemasyarakatan. Proses ini disalurkan melalui
mekanisme pemberdayaan masyarakat (community development).
 Tipe Kepemimpinan Masyarakat
Tipe kepemimpinan dalam masyarakat di wilayah studi ini bersifat formal dan
informal. Kepemimpinan formal ditunjukkan dengan hadirnya institusi
kelurahan secara administratif yang dipimpin oleh lurah sebagai perwakilan
pemerintah. Pemimpin formal ini bertugas untuk mengatur tatanan
kemasyarakatan secara administratif dalam sistem birokrasi. Kepemimpinan
informal berada dibawah pimpinan tokoh agama dan tokoh masyarakat dalam
setiap pelaksanaan kegiatan kemasyarakatan maupun kultural. Pemimpin
informal merupakan tokoh yang dihormati oleh masyarakat sekitar karena
memiliki peranan penting selain fungsi pemimpin formal yang bersifat
administratif.
 Tempat/Situs Bersejarah
Situs bersejarah atau tapakan warisan merupakan sebuah lokasi resmi di mana
bagian sejarah, budaya, atau sosial dilestarikan karena nilai warisan budaya
tersebut. Situs bersejarah biasanya dilindungi oleh hukum baik hukum resmi
berupa perundang-undangan yang dikeluarkan oleh lembaga hukum maupun
hukum tradisional yang pada umumnya berupa peraturan atau norma sosial
budaya baik tertulis maupun tidak tertulis serta dipercayai secara turun-
temurun. Adanya perlindungan hukum maupun norma tersebut bertujuan
melindungi nilai-nilai sejarah itu sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan wawancara dengan masyarakat,
di wilayah studi terdapat beberapa tempat yang memiliki nilai khusus bagi
masyarakat setempat berupa situs atau tempat bersejarah. Berikut rinciannya :
- Sumur Trinilan

52
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Sumur Trinilan merupakan mata air yang berada di Dukuh Plabuhan, Desa
Ketanggan. Sumur ini tepat berada di bibir pantai dan bersebelahan
dengan Masjid Nurul Huda. Keistimewaan sumur ini adalah meskipun
berada di bibir pantai, air yang dihasilkan merupakan jenis air tawar,
sangat bening, dan tidak pernah mengalami kekeringan. Sehingga,
menurut penuturan warga, banyak kalangan masyarakat mulai dari tokoh
agama, pejabat, paranormal maupun lainnya yang dalam waktu tertentu
melakukan ritual khusus di sumur tersebut. Dalam sejarahnya, sumur
trinilan merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Mbah Nur Anom,
atau biasa dikenal masyarakat sekitar Mbah Nurul Anom yang lahir di
Desa Geritan, Wonopringgo, Pekalongan pada tahun 1.650 Masehi.
Ayahnya adalah M Nur atau Prabu Bahurekso yang garis keturunannya ke
atas sampai kepada Sunan Ampel. Kendati demikian, masyarakat setempat
tidak memperlakukan Sumur Trinilan secara spesial. Hanya saja, saat ini
sumur tersebut dibangunkan seperti rumah kecil, sehingga terlindungi.

Gambar 27 Dokumentasi Sumur Trinilan


- Batu Bendhi dan Batu Celong
Menurut penjelasan dari masyarakat, kedua situs batu ini berada di
wilayah Desa Kedawung. Namun tidak banyak informasi yang didapatkan
terkait asal usul dan nilai yang terkandung di dalam kedua batu itu sendiri.
Masyarakat hanya mempercayai bahwa kedua batu tersebut merupakan
benda yang memiliki makna tersendiri yang harus dilestarikan secara turun
temurun.
- Kayu Keramat di tengah/dalam madrasah
Sama halnya dengan Batu Bendhi dan Batu Celong, tidak banyak
informasi yang dapat dikembangkan terkait keberadaan kayu keramat

53
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

tersebut. masyarakat mempercayai bahwa kayu yang digunakan untuk


salah satu struktur bangunan merupakan kayu yang sudah berusia ratusan
tahun dan benda peninggalan tokoh agama di masa lalu yang terus dijaga
hingga sekarang.

1.3.4 Persepsi Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan


Persepsi awal masyarakat diketahui melalui metode survei sosial. Kegiatan survei
sosial ini dilakukan selama bulan Mei 2023. Jumlah populasi untuk masyarakat
yang terkena dampak rencana kegiatan diprakirakan sebesar ± 150 KK. Berikut
perhitungan jumlah responden rumus Slovin:
N 170
n= =
1+ N e 1+170. ¿ ¿
2

= 62,96 KK ~ 63 KK
Dimana:
N = Jumlah populasi
e = Margin error (ditetapkan 10%)
n = Jumlah responden
Responden dalam survei sosial kajian ini mewakili masyarakat yang diprakirakan
terkena dampak rencana kegiatan. Dalam hal ini secara administratif responden
merupakan warga Desa Ketanggan dan Desa Kedawung yang tinggal di wilayah
rencana kegiatan dengan jumlah responden telah ditetapkan sebanyak 63 KK.
Dari hasil kuesioner kepada sejumlah responden di wilayah studi memunculkan
sikap dan persepsi awal masyarakat tentang rencana kegiatan. Persepsi ini
diketahui melalui tingkat penerimaan masyarakat terhadap rencana kegiatan.
Tingkat penerimaan ini dijabarkan melalui beberapa pertanyaan terkait persepsi
awal terhadap rencana kegiatan. Hal-hal tersebut meliputi pengetahuan tentang
rencana kegiatan, sumber informasi tentang rencana kegiatan, dan tingkat
penerimaan masyarakat terhadap rencana kegiatan. Hasil analisis deskriptif terkait
persepsi awal masyarakat dapat disajikan sebagai berikut.
Tabel 32 Pengetahuan Responden Terhadap Rencana Kegiatan
Persentase Persentase
No. Mengetahui Rencana Kegiatan Jumlah Jumlah
(%) (%)
1 Tidak 17 26,98 17 26,98
2 Ya 37 58,73

54
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Warga lain 7 11,11


Media massa 2 3,17
Aparatur Desa 16 25,40
Pihak Pemrakarsa 12 19,05
3 Tidak menjawab 9 14,29 9 14,29
Total 63 100,00 63 100,00
Sumber: Data Primer, 2023
Data pada Tabel 32 menunjukkan bahwa responden di wilayah studi sebagian
besar telah mengetahui informasi tentang rencana kegiatan, hal ini diketahui dari
pernyataan sejumlah 37 responden dengan persentase 58,73% dan terdapat
sejumlah 17 responden yang menyatakan belum mengetahui informasi tentang
rencana kegiatan dengan persentase 26,98%. Data tersebut menunjukkan bahwa
proses sosialisasi rencana kegiatan sudah tersampaikan cukup baik kepada
masyarakat sekitar. Peran penyampaian informasi dari aparatur desa dan
pemrakarsa berjalan dominan, yakni mencapai 25,40% dan 19,05%.
Selain itu peran antar warga maupun media massa turut mempengaruhi
pengetahuan dan sikap masyarakat. Dinamisnya informasi yang diberikan dan
diketahui masyarakat merupakan bagian penting dari keterbukaan pemrakarsa
terhadap pelibatan masyarakat di sekitar rencana kegiatan. Kegiatan sosialisasi
kepada warga sekitar dapat lebih ditingkatkan supaya semakin banyak kalangan
masyarakat di wilayah studi yang mengetahui rencana kegiatan sehingga dapat
mengontrol informasi yang tersebar di masyarakat sehingga tidak terjadi
misinformasi. Salah satu hal yang muncul dari pengetahuan masyarakat terhadap
rencana kegiatan adalah munculnya berbagai persepsi masyarakat, baik positif
maupun negatif. Data terkait dampak yang dikhawatirkan terjadi pada tahap
konstruksi dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33 Dampak yang Dikhawatirkan Terjadi Pada Tahap Konstruksi Rencana
Kegiatan
No. Dampak yang Dikhawatirkan Jumlah Persentase (%)
1 Debu 10 15,87
2 Kebisingan 17 26,98
3 Getaran 4 6,35
4 Kerusakan bangunan 0 0
5 Kemacetan Lalulintas 2 3,17
6 Banjir 4 6,35
7 Persepsi Negatif 14 22,22
8 Kekeruhan Air Laut 10 15,87
9 Sedimentasi Laut 12 19,05
10 Kerusakan Pantai 26 4,14

55
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

No. Dampak yang Dikhawatirkan Jumlah Persentase (%)


Total 99
Sumber: Data Primer, 2023 (kekhawatiran responden lebih dari satu)

Berdasarkan data tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat kekhawatiran


responden terkait dampak yang berpotensi terjadi pada tahap konstruksi rencana
kegiatan. Rata-rata responden khawatir dan memiliki persepsi negatif terhadap
berbagai dampak yang diprakirakan terjadi pada tahap konstruksi khususnya
gangguan potensi rusaknya ekosistem laut, kebisingan, debu, getaran, hingga
banjir. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemrakarsa dalam mengelola
dampak-dampak negatif yang berpotensi terjadi pada saat tahap konstruksi agar
tidak menimbulkan gangguan lingkungan bagi masyarakat sekitar. Kekhawatiran
terkait dampak-dampak lingkungan tidak hanya terjadi pada tahap konstruksi
tetapi juga pada tahap operasi rencana kegiatan, secara lengkap data terkait
dampak yang dikahawatirkan terjadi pada tahap operasi dapat dilihat pada Tabel
34.
Tabel 34 Dampak yang Dikhawatirkan Terjadi Pada Tahap Operasi Rencana
Kegiatan
No. Dampak yang Dikhawatirkan Jumlah Persentase (%)
1 Debu 4 6,35
2 Kebisingan 20 31,75
3 Getaran 2 3,17
4 Banjir 2 3,17
5 Persepsi negatif 15 23,81
6 Kekeruhan air laut 11 17,46
7 Sedimentasi laut 13 20,63
8 Keerusakan Pantai 18 28,57
Total 85
Sumber: Data Primer, 2023 (kekhawatiran responden lebih dari satu)

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat kekhawatiran responden


terkait timbulnya dampak-dampak lingkungan pada tahap operasi rencana
kegiatan. Sebagian besar responden khawatir dan memiliki persepsi negatif
terhadap rencana kegiatan pada tahap operasi terutama dampak potensi
terganggunya ekosistem laut, dan gangguan kebisingan yang mungkin akan
ditimbulkan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi pemrakarsa untuk
melakukan pengelolaan dampak lingkungan untuk meminimalisir gangguan
lingkungan pada tahap operasi rencana kegiatan.

56
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Data terkait pengaruh rencana kegiatan terhadap kegiatan masyarakat disajikan


pada Tabel 35.
Tabel 35 Persepsi Terkait Pengaruh Rencana Kegiatan Terhadap Kegiatan
Masyarakat
Persentase Persentase
No. Mempengaruhi Kegiatan Jumlah Jumlah
(%) (%)
1 Tidak 23 36,51
Tidak berdampak langsung 22 34,92
Dapat dimaklumi 1 1,59
2 Ya 31 49,21
Menimbulkan gangguan
30 47,62
lingkungan
Jarak rumah dekat dengan lokasi 1 1,59
3 Tidak Tahu 9 14,29 9 14,29
Total 63 100,00 63 100,00
Sumber: Data Primer, 2023

Data di atas menggambarkan tentang pengaruh rencana kegiatan terhadap


kegiatan masyarakat di wilayah studi. Sebagian besar responden menyatakan
rencana kegiatan dapat mempengaruhi kegiatan masyarakat dengan persentase
49,21%. Alasan utama rencana kegiatan dapat mempengaruhi kegiatan
masyarakat adalah karena berpotensi menimbulkan gangguan lingkungan,
mengingat lokasi kegiatan berdekatan dengan area permukiman penduduk dan
termasuk jalur atau area aktivitas nelayan. Terdapat sebanyak 36,51% responden
yang menyatakan bahwa rencana kegiatan diprakirakan tidak akan mengganggu
aktivitas masyarakat sekitar. Hal tersebut beralasan karena rumah responden tidak
berdampak langsung dan berbagai aktivitas yang dilakukan dapat dimaklumi.
Secara umum responden memiliki kekhawatiran bahwa rencana kegiatan dapat
menimbulkan gangguan terhadap aktivitas masyarakat. Kondisi tersebut dapat
menjadi pertimbangan bagi pemrakarsa untuk mengelola setiap dampak
lingkungan yang berpotensi terjadi agar tidak mempengaruhi kegiatan masyarakat
di wilayah studi.
Meskipun terdapat kekhawatiran dari para responden terkait potensi dampak-
dampak negatif yang muncul, para responden secara umum menyambut positif
adanya rencana kegiatan. Mereka berharap dengan adanya rencana kegiatan dapat
juga berdampak positif khususnya bagi warga sekitar. Harapan utama para
responden adalah kaitannya dengan pemenuhan tenaga kerja pada saat konstruksi

57
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

maupun operasi dan adanya berbagai kerjasama dengan masyarakat maupun desa
sekitar untuk kegiatan pemberdayaan.

1.4 Komponen Kesehatan Masyarakat


Kondisi rona awal pada uraian ini merupakan data sekunder dari hasil kegiatan
inventarisasi data. Data yang digunakan sebagai acuan adalah :
a. Data Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka Tahun 2023
b. Data Kabupaten Batang Dalam Angka Tahun 2022
c. Data Kecamatan Gringsing Dalam Angka Tahun 2023
d. Data Puskesmas Gringsing 2 Kabupaten Batang
e. Data Puskesmas Banyuputih Tahun 2023
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan nomor
124 tahun 1997 tentang panduan kajian aspek kesehatan masyarakat dalam
penyusunan AMDAL. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam perlingkupan
kajian kesehatan masyarakat sebagai berikut :

1.4.1 Parameter Lingkungan yang Diprakirakan Terkena Dampak dan


Berpengaruh Terhadap Kesehatan
Kesehatan masyarakat merupakan kondisi ketahanan fisik dan psikis dari suatu
komunitas di daerah tertentu yang merupakan implementasi dari interaksi antara
perilaku yang mana cermin dari kebiasaan hidup dengan kualitas kesehatan
lingkungan. Kesehatan lingkungan merupakan kondisi dari berbagai media
lingkungan seperti air, udara, tanah, makanan, manusia, vektor penyakit dan
tercermin dalam sifat fisik, biologi,dan kimia dari kualitas parameter lingkungan
yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Setiap kegiatan yang terjadi di
lingkungan akan membawa perubahan yang berpengaruh terhadap kesehatan.
Parameter lingkungan yang berpengaruh terhadap kesehatan yang diprakirakan
terkena dampak adalah pencemaran udara yaitu penurunan kualitas udara ambien
dengan parameter CO, NOx, SO2, dan TSP (kadar debu).
1) Proses Dan Potensi Terjadinya Pemajanan
a. Proses dan Potensi Terjadinya Gangguan Sistem Pernapasan akibat
Penurunan Kualitas Udara Ambien
Karbon Monoksida (CO)

58
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Udara yang dihirup oleh manusia mengandung oksigen yang tertarik ke


dalam paru lalu diteruskan ke alveoli. Alveoli memiliki bentuk kantung
kecil yang meliputi lapisan sel tipis dan jaringan yang sangat lembut.
Dalam alveoli, gas akan mengalami perubahan angkutan yang bermula
dari udara berubah melalui sistem peredaran darah. Proses tersebut
dikendalikan oleh gas yang bergerak dari tempat yang bertekanan tinggi
ke rendah dan dalam keadaan normal, tekanan oksigen di pembuluh
darah lebih rendah. Dengan demikian, molekul O2 menembus ke dinding
jaringan dan diikat oleh molekul hemoglobin (Hb) di dalam sel darah
merah. Sedangkan, gas yang memiliki tekanan lebih tinggi di peredaran
darah daripada di alveoli, seperti CO akan bergerak kembali ke paru dan
dikeluarkan ke atmosfer. [1]
Karbon monoksida merupakan polutan utama yang berdampak buruk
bagi kesehatan manusia. Polutan utama adalah karbon monoksida yang
mencapai hamper setengah dari seluruh polutan udara yaitu 60% dari
polutan yang dihasilkan terdiri dari karbon monoksida (CO) dan sekitar
15% terdiri dari hidrokarbon. [2] gas CO yang keluar akan berada pada
udara ambient, jika terhirup manusia maka molekul tersebut akan masuk
ke saluran pernapasan terus masuk ke paru-paru dan akan menempel
pada hemoglobin darah (Hb) dan membentuk karboksi hemoglobin
(COHb). Semakin tinggi konsentrasi CO yang terhirup oleh manusia
maka semakin fatal resiko yang diterima, bahkan menyebabkan
kematian. [1]
Jika kadar karboksi hemoglobin (COHb) meningkat, maka kadar O 2
berkurang, karena molekul CO cenederung mengikat hemoglobin (Hb).
Kurangnya kadar oksigen pada tubuh akan mengakibatkan kelainan yang
berkaitan dengan gas CO. efek paparan CO terhadap manusia tergantung
pada jumlah, lama pajanan,dan status kesehatan orang yang terpajan.
Beberapa orang memiliki risiko besar terhadap kerusakan akibat
pemajanan inhalasi, contoh pada lansia dan anak-anak yang sangat
rentan.Beberapa keluhan kesehatan yang dirasakan akibat pajanan gas
CO berupa pusing, mata pedih, mata berair, sakit kepala, nyeri dada,

59
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

penglihatan kabur ,sesak nafas, muntah. Kemudian keadaan yang


dirasakan lebih berat berupa penurunan gerak tubuh, serangan jantung,
sampai kematian. [2]
Nitrogen Oksida (NOX)
Gas Nitrogen Oksida (NOX) terdapat dua macam yaitu Nitrogen Dioksida
(NO2) dan Nitrogen Monoksida (NO) keduanya biasanya dihasilkan dari
kegiatan manusia seperti pembakaran bahan bakar mesin kendaraan,
pembakaran sampah, pembakaran batu bara. Karakteristik gas ini
memiliki bau tajam dan berwarna cokelat, dan berdampak pada
kesehatan terutama penurunan fungsi paru,sesak nafas, bahkan kematian.
Berdasarkan informasi dari Material Safety Data Sheet, pajanan NO2
dapat mengakibatkan sinus,respirasi tidak teratur, iritasi lendir, edema
paru, faring. [3]
Udara yang mengandung NO dalam batas normal relative aman dan tidak
berbahaya, kecuali jika NO berada dalam konsentrasi yang tinggi.
Toksisitas gas NO2 empat kali lebih kuat daripada gas NO, dan organ
yang paling sensitif terhadap pajanan gas NO2 adalah paru – paru,
dimana akan terjadi pembengkakan sehingga penderita kesulitan bernafas
yang akan menyebabkan kematian. Proses pemajanan terjadi saat
manusia menghirup udara, maka udara yang mengandung NO2 akan
tertarik masuk ke dalam paru- paru. Iritan terhadap paru akan
menyebabakan edema paru setelah terpajan oleh gas NO 2 selama 48 – 72
jam, dan kelainan paru lainnya seperti terbentuk MethHb
(MethHemoglobin), peningkatan inspiratory resistance, peningkatan
expiratory resistance, dan fibrosis paru. [4]
Sulfur Dioksida (SO2)
Gas SO2 merupakan gas polutan yang banyak dihasilkan dari
pembakaran bahan bakar yang mengandung unsur belerang seperti
minyak, gas, batu bara, maupun kokas. Dampak yang ditimbukan dari
pajanan SO2 pada manusia adalah terjadinya iritasi pada sistem
pernapasan. Polutan dari gas tersebut dapat larut dalam mukosa
memberan hidung dan tenggorokan, mengiritasi saluran pernapasan dan

60
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

bisa mengakibatkan ISPA. Gas tersebut memiliki karakteristik beracun,


tidak berwarna, tidak mudah meledak,tidak mudah terbakar, memiliki
bau yang tajam jika konsentrasinya lebih dari 0.5 ppm, sangat larut dalam
udara dan menimbulkan rasa jika konsentrasinya rendah. Sulfur yang
ditimbulkan apabila terdeteksi dengan uap air di udara akan menjadi
H2SO4 atau sering dikenal dengan hujan asam yang dapat mengakibatkan
kerusakan material,benda,dan tumbuhan. [4]
Efek gas SO2 selain mengakibatkan gangguan sistem pernapasan juga
mengakibatkan sakit kepala, sakit dada, dan dapat menyerang saraf
manusia. Pada kadar 8 – 12 ppm, dapat mengakibatkan kesulitan
bernapas, dan iritasi mata, hal ini dikarenakan gas SO yang mudah
menjadi asam menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan
selaput nafas lain sampai ke paru-paru. [5]
Partikel Debu (TSP)
Debu disebut sebagai partikel yang melayang di udara (Suspended
Particulate Meter/ SPM ) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 500
mikron. Bahan partikel debu yang halus dapat mempengaruhi saluran
pernapasan dari hidung sampai alveoli. Partikel yang besar dapat
dikeluarkan melalui impaksi dari hidung ke tenggorokan. Partikel yang
berukuran sedang sukar dikeluarkan, sehingga dapat mengakibatkan
terjadinya sedimentasi. Partikel yang berukuran paling kecil dapat
mencapai alveoli. Efek lain yang dapat timbul akibat pajanan dari
partikel debu adalah gangguan fungsi paru dan gangguan obstruksi atau
melambatnya aliran udara di saluran pernapasan karena peningkatan
produksi mukus. [6]
Particulate Matter (PM) atau debu partikulat dibedakan berdasarkan
ukurannya yaitu PM2,5 dan PM10. PM merupakan salah satu bahan
pencemar yang meliputi campuran kompleks partikel seperti debu,
kotoran, asap, dan cairan yang ditemukan di udara. Jenis partikulat yang
saat ini banyak diteliti karena sifatnya yang dapat menembus samapi
bagian paru paling dalam dan kandungannya yang beredar dalam aliran
darah adalah PM2,5 yang mana berpotensi menjadi penyebab masalah

61
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

kesehatan dan mengakibatkan penyakit ISPA, iritasi mata, pneumonia,


alergi, dan bronkitis kronis. [7]

1.4.2 Potensi Besarnya Dampak Timbulnya Penyakit (Angka Kesakitan


Dan Kematian)
Salah satu indikator derajat kesehatan adalah menggunakan angka kesakitan.
Angka kesakitan pada penduduk ini berasal dari community based data yang
diperoleh melalui pengamatan terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan
kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin dan insidentil. Tujuan
analisis mengenai angka kesakitan adalah untuk mengetahui pola penyakit pada
masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini merupakan data penting karena data
mengenai penyakit dapat digunakan sebagai pertimbangan ketika akan melakukan
pembentukan pengelolaan dan pemantauan pada rencana kegiatan.
Tabel 36 Jumlah Angka Kesakitan Di Kabupaten Batang Tahun 2021 dan 2022
No Jenis Penyakit 2021 (%) 2022 (%)
1. 0,00 0,00
Tuberculosis (TBC)
2. 0,00 0,00
AIDS
3. 0,00 0,00
Kusta
4.
Malaria 0,00 0,004
5.
DBD 2,70 45,71
6. 0,00 0,00
IMS
7. 0,00 0,00
Diare
Total 2,70 45,714
Sumber : Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2023, Badan Pusat Statistik

Berdasarkan tabel diatas, jenis penyakit untuk angka kesakitan di Kabupaten


Batang adalah malaria tahun 2021 dengan presentase sebesar 0.00% dan tahun
2022 menjadi 0,004%, sedangkan DBD tahun 2021 dengan presentase 2,7% dan
tahun 2022 menjadi 45,71%.
DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Malaria merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. DBD dari nyamuk
Aedes Aegpty sedangkan malaria dari nyamuk Anopheles. Penyakit ini dapat
muncul sepanjang tahun dan dapat menyerang seluruh kelompok umur,
62
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

munculnya penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan perilaku


masyarakat. Selain itu, penyakit ini tidak terlepas dari adanya interaksi antara
vektor penyakit dengan manusia melalui peranan lingkungan rumah sebagai
medianya. Beberapa faktor lingkungan rumah yang dianggap berkontribusi
terhadap penularan DBD dan Malaria diantaranya; kepadatan rumah, adanya
tempat perindukan nyamuk, tempat peristirahatan nyamuk, kepadatan nyamuk,
dan angka bebas jentik. Keberadaan container (breeding place) berpengaruh
terhadap tingginya tingkat kepadatan nyamuk.Perilaku/kebiasaan masyarakat
juga menjadi faktor penularan DBD dan malaria diantaranya seperti personal
hygiene, kebiasaan menggantung pakaian, penggunaan obat anti nyamuk,
pengetahuan, dan penerapan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).[8]
Personal hygiene merupakan cara seseorang dalam memelihara serta
meningkatkan derajat kesehatannya. Salah satu penerapan personal hygiene
adalah dengan cici tangan pakai sabun (CTPS), masyarakat yang memiliki
kebiasaan menggantung pakaian akan beresiko lebih 6,29 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak menggantung pakaian. Pakaian yang menggantung
dalam ruangan adalah tempat yang disenangi nyamuk Aedes eagypti untuk
berisitirahat setelah menghisap darah manusia. Setelah berisitirahat pada saatnya
akan menghisap darah manusia kembali sampai nyamuk tersebut cukup darah
untuk pematangan telurnya. Jika nyamuk yang berisitirahat pada pakaian
menggantung tersebut menghisap darah penderita DBD dan malaria dan
selanjutnya pindah menghisap darah orang yang sehat maka terjadi penularan
virus yang dibawa nyamuk tersebut.[9]
Penerapan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dapat dilakukan dengan
beberapa cara diantaranya dengan cara fisik yang dikenal dengan 3M Plus yaitu
menguras tempat yang sering menjadi penampungan air, menutup rapat
penampungan air, memanfaatkan kembali limbah barang bekas yang bernilai
ekonomis yang berpotensi menajdi sarang perkembangbiakan nyamuk. Yang
dimaksud plus-nya adalah bentuk upaya pencegahan tambahan seperti :
menggunakan obat anti nyamuk, memasang kawat kasa pada jendela dan
ventilasi, gotong royong membersihkan lingkungan, meletakkan pakaian bekas ke

63
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

dalam wadah tertutup, memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar, dan
memeriksa tempat-tempat penampungan air.[10]
Tabel 37 Jumlah Angka Penemuan Kasus Baru Di Kabupaten Batang Tahun 2021
dan 2022
No Jenis Penyakit 2021 (%) 2022 (%)
1. Tuberculosis (TBC) 98,80 144,00
2. AIDS 0,00 0,00
3. Kusta 3,50 4,18
4. Malaria 0,00 0,00
5. DBD 0,00 0,00
6. IMS 0,00 0,00
7. Diare 13,40 3,03
Total 115,7 151,21
Sumber: Provinsi Jawa Tengah Dalam Angka 2023

Berdasarkan tabel diatas, jenis penyakit untuk angka penemuan kasus baru di
Kabupaten Batang adalah Tuberculosis (TBC) tahun 2021 dengan persentase
98,8% dan tahun 2022 menjadi 144,0%, Kusta tahun 2021 dengan presentase
3,5% dan tahun 2022 menjadi 4,18%, sedangkan Diare tahun 2021 dengan
persentase 13,4% dan tahun 2022 menjadi 3,03%.

Tuberculosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis dan termasuk penyakit menular. Kuman tuberculosis dapat bertahan
hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai
bertahun-tahun lamanya, dan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol
dan panas api, kuman mycobacterium tuberculosa akan mati dalam waktu 2 jam
oleh sinar matahari. Banyak jenis bakteri dapat dimatikan jika bakteri tersebut
mendapatkan sinar matahari secara langsung, demikian juga kuman tuberkulosis
dapat mati karena cahaya sinar ultraviolet dari sinar matahari yang masuk ke
dalam ruangan. Diutamakan cahaya matahari pagi karena cahaya matahari pagi
mengandung sinar ultraviolet yang dapat membunuh kuman.
Kondisi ventilasi rumah dan kepadatan hunian berpengaruh terhadap timbulnya
penyakit tuberculosis paru. Rumah yang tidak mendapat sinar matahari cukup dan
sirkulasi udara yang baik mempunyai risiko menderita tuberkulosis 3-7 kali
dibandingkan dengan rumah yang mendapat sinar matahari cukup dan sirkulasi
udara yang baik. Kuman tuberculosis dapat bertahan hidup pada tempat yang
sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahun lamanya, dan

64
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol, karbol dan panas api, kuman
mycobacterium tuberculosa akan mati dalam waktu 2 jam oleh sinar matahari.
Jika di dalam rumah dengan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat
mempunyai risiko 4,214 kali lebih besar menderita tuberkulosis paru dibanding
orang yang bertempat tinggal dalam rumah dengan pencahayaan yang memenuhi
syarat.
Dari data penyakit tuberculosis paru diatas perlu dilakukan intervensi dan evaluasi
program pemberantasannya. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu para penderita
tuberculosis paru diwajibkan untuk patuh meminum Obat Anti Tuberculosis
(OAT) dan menyediakan ventilasi ruangan yang cukup sehingga tidak lembab dan
tidak menimbulkan bakteri Mycobacterium tuberculosis hidup serta berkembang
sehingga tidak dapat menyebabkan penularan terhadap orang lain. Evaluasi
program pemberantasan tuberculosis paru perlu dilakukan untuk mengetahui
alasan mengapa angka kasus penyakit tuberculosis paru di setiap tahun mengalami
kenaikan dan penurunan. Tuberculosis paru merupakan salah satu jenis penyakit
sistem pernafasan. Penyakit pada sistem pernafasan dapat disebabkan karena
pencemaran udara.
Kusta merupakan penyakit menular yang bersifat menahun dan disebabkan oleh
Mycobacterium leprae yang menyerang kulit, saraf tepi, dan jaringan tubuh
lainnya kecuali susunan saraf pusat. Penyakit ini terdiri dari dua tipe yaitu
Paucibasillary (PB) dan Multibacillary (MB).[11] Penularan kusta dapat kontak
langsung melalui kulit dan saluran pernapasan secara berulang-ulang dan dalam
jangka waktu yang lama. Tanda utamaya yaitu terjadinya kelainan kulit dan mati
rasa, terjadi penebalan saraf tepi dan adanya kuman yang tahan asam. Faktor
risiko penyakit kusta diantaranya yaitu kontak serumah dengan penderita kusta di
lingkungan rumahnya, dan kondisi personal hygiene yang buruk. [12]

1.4.3 Karakteristik Spesifikasi Penduduk Beresiko


Penentuan karakteristik spesifik penduduk yang berisiko dapat menggunakan
konsep segitiga epidemoiologi, ini terdiri dari Host, Agent, dan Environment yang
apabila terjadi perubahan dari salah satu faktor tersebut akan merubah

65
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

keseimbangan yang berakibat timbulnya penyakit. Konsep segitiga epidemiologi


dapat dilihat pada Gambar 28.

HOS
T

AGEN ENVIRONME
T Gambar 28 Konsep Segitiga Epidemiologi NT
Sumber : E-book Epidemiologi Penularan Penyakit

Peran host ini adalah masyarakat yang akan terkena pengaruh dampak penurunan
kualitas udara ambien. Dampak penurunan kualitas udara ambien diprakirakan
akan terjadi oleh kegiatan konstruksi. Jarak rumah penduduk dengan lokasi
kegiatan antara lain : sebelah barat merupakan pemukiman warga yang berjarak
± 1783,75 m, sebelah timur merupakan pemukiman warga yang berjarak ±
2030,87 m. sehingga penduduk yang berisiko terhadap dampak kualitas udara dari
konstruksi bangunan memiliki karakteristik sebagai berikut :
 Kurangnya mekanisme pertahanan tubuh manusia
Sistem kekebalan tubuh yang sehat merupakan kekebalan yang dapat
membedakan antara bagian tubuh dari sistem itu sendiri dan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Jika sistem kekebalan melemah, kemampuannya
untuk melindungi tubuh juga berkurang, yang akan menyebabkan munculnya
infeksi. Sehingga apabila ada salah satu warga di sekitar lokasi pembangunan
rumah sakit mengalami penurunan imunitas, maka warga tersebut
diprakirakan akan rentan mengalami penularan penyakit seperti gangguan
sistem pernafasan.
 Balita dan Lansia yang Memiliki Usia Rentan Terhadap Penyakit
Pada sekitar lokasi rencana kegiatan pembangunan pelabuhan terdapat warga
yang memiliki balita dan warga dalam usia lanjut yang keduanya rentan
tertular penyakit. Balita dan lansia ini akan rentan pada penyakit gangguan
sistem pernafasan yang disebabkan oleh rencana kegiatan pembangunan

66
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

pelabuhan. Contoh penyakit pada sistem pernafasan diantaranya yaitu


tuberculosis, ISPA, influenza, emfisema, asma, laringitis, bronkitis, dan lain-
lain. Penyakit tersebut diakibatkan oleh paparan debu dan kondisi rumah yang
tidak memenuhi atau sesuai dengan standar rumah sehat.
 Manusia yang sering terpapar karena pekerjaannya adalah tenaga kerja
konstruksi yang bekerja di lokasi pembangunan namun pemrakarsa telah
melakukan pengelolaan dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD)
berupa masker.
 Pola Hidup Manusia yang Kurang Baik
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu bentuk
perwujudan utama hidup sehat bagi pencegahan penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan dan dilakukan oleh setiap individu, keluarga, dan
masyarakat. Berdasarkan hasil survei lapangan yang dilakukan dengan
melihat kondisi lingkungan di pemukiman warga sekitar lokasi kegiatan telah
memenuhi PHBS terlihat dari rumah dan kebiasaan masyarakat dalam
menerapkan pola hidup sehat disekitar lokasi kegiatan seperti mencuci tangan
dengan air bersih, air mengalir, dan sabun (CTPS) [8]
 Penderita Penyakit Asma, Saluran Pernapasan dan Kardiovaskuler
Partikel debu terdiri dari cairan padatan yang sangat kecil dan melayang-
layang di udara, partikel debu ini akan terhirup dan masuk ke dalam paru-paru.
Letak penempelan atau pengendapan partikel debu di dalam paru-paru
tergantung ukuran partikel debu tersebut. Partikel debu yang berukuran 8
sampai 25 mikron akan tertahan di saluran napas bagian atas yaitu melekat di
hidung dan tenggorokan, sedangkan partikel debu yang berukuran 2 sampai 8
mikron akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah yaitu melekat di
saluran bronkial. Partikel debu yang berukuran 0,5 sampai 2 mikron akan
masuk ke dalam kantung udara paru-paru dan menempel pada alveoli. Partikel
yang lebih kecil dari 0,5 mikron akan bebas keluar masuk melalui pernapasan
[9]

1.4.4 Sumber Daya Kesehatan


Kecamatan Gringsing

67
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Sumber daya kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Gringsing meliputi


dokter umum, dokter gigi spesialis, bidan, perawat, dan perawat gigi yang
membantu masyarakat dalam bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di
Kecamatan Gringsing tahun 2022 terdapat pada Tabel 38.
Tabel 38 Data Jumlah Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Gringsing Tahun 2022
No. Tenaga Kesehatan Gringsing 1 Gringsing 2 Jumlah
1 Dokter spesialis
2 Dokter umum 3 orang 2 orang 5 orang
3 Dokter gigi
4 Dokter gigi spesialis 1 orang 1 orang 2 orang
5 Bidan 27 orang 14 orang 41 orang
6 Perawat 20 orang 7 orang 27 orang
7 Perawat gigi 1 orang 1 orang 2 orang
Sumber : Kabupaten Batang Dalam Angka 2023

Berdasarkan tabel diatas, pada Kecamatan Gringsing terdapat 2 wilayah yaitu


Gringsing 1 dan Gringsing 2 dan jumlah total tenaga kesehatan yang paling
banyak adalah bidan sebanyak 41 orang, perawat 27 orang, dokter umum 5 orang,
dokter gigi spesialis 2 orang, dan perawat gigi 2 orang.
Kecamatan Banyuputih
Sumber daya kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Banyuputih meliputi
dokter umum, dokter gigi spesialis, bidan, perawat, dan perawat gigi yang
membantu masyarakat dalam bidang kesehatan. Jumlah tenaga kesehatan di
Kecamatan Banyuputih tahun 2022 terdapat pada Tabel 39.

Tabel 39 Data Jumlah Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Banyuputih Tahun 2022


No. Tenaga Kesehatan Jumlah (orang)
1 Dokter spesialis -
2 Dokter umum 2
3 Dokter gigi -
4 Dokter gigi spesialis -
5 Bidan 17
6 Perawat 6
7 Perawat gigi 1
Sumber : Kabupaten Batang Dalam Angka 2023
Berdasarkan tabel diatas, pada Kecamatan Banyuputih tenaga kesehatan yang
paling banyak adalah bidan sebanyak 17 orang, dokter umum 2 orang, perawat 6
orang, dan perawat gigi 1 orang.

68
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

1.4.5 Sarana Kesehatan


Kecamatan Gringsing
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Gringsing meliputi
poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, dan apotek. Jumlah sarana kesehatan
di Kecamatan Gringsing tahun 2022 terdapat pada Tabel 40.
Tabel 40 Data Jumlah Sarana Kesehatan Di Kecamatan Gringsing Tahun 2022
No. Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)
1 Poliklinik 2
2 Puskesmas 2
3 Puskesmas pembantu 2
4 Apotek 5
Sumber : Kabupaten Batang Dalam Angka 2023
Berdasarkan tabel diatas, sarana kesehatan yang paling banyak di Kecamatan
Gringsing adalah apotek sebanyak 5 unit, sedangkan poliklinik, puskesmas, dan
puskesmas pembantu sebanyak 2 unit.
Kecamatan Banyuputih
Sarana kesehatan yang terdapat di wilayah Kecamatan Banyuputih meliputi
poliklinik, puskesmas, puskesmas pembantu, dan apotek. Jumlah sarana kesehatan
di Kecamatan Banyuputih tahun 2022 terdapat pada Tabel 41.
Tabel 41 Data Jumlah Sarana Kesehatan Di Kecamatan Banyuputih Tahun 2022
No. Sarana Kesehatan Jumlah (Unit)
1 Poliklinik 1
2 Puskesmas 1
3 Puskesmas pembantu 2
4 Apotek 2
Sumber : Kabupaten Batang Dalam Angka 2023

Berdasarkan tabel diatas, sarana kesehatan yang paling banyak di Kecamatan


Banyuputih adalah puskesmas pembantu dan apotek sebanyak 2 unit, sedangkan
poliklinik, puskesmas sebanyak 1 unit.

1.4.6 Kondisi Sanitasi Lingkungan


Sanitasi lingkungan/kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk mengawasi
beberapa tanda lingkungan fisik yang berpengaruh kepada manusia, terutama
terhadap hal-hal yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik,kesehatan,
dan daya tahan tubuh manusia. Sanitasi lingkungan mencakup aspek fasilitas
sanitasi layak (jamban sehat), sumber air minum, dan sarana kebersihan. Semua

69
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

aspek ini memberikan pengaruh yang besar terhadap derajat kesehatan


masyarakat.

A) Fasilitas Sanitasi Layak (Jamban Sehat)


Desa Ketanggan
Jumlah KK pada Desa Ketanggan menurut data Puskemas Gringsing 2
berdasarkanjumlah KK (Kepala Keluarga) pada tahun 2019 sejumlah 1.569 KK,
2020 sejumlah 1.410 KK, 2021 sejumlah 1.955 KK, dan 2022 sejumlah 1.614 KK.
Akses terhadap penggunaan fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) dapat dilihat
pada Tabel 42.
Tabel 42 Fasilitas Sanitasi Layak (Jamban Sehat) di Desa Ketanggan Tahun 2019-
2022
2019 2020 2021 2022
No. Jenis Fasilitas
(KK) (KK) (KK) (KK)
1. Sharing/komunal 220 224 0 0
2. Jamban Sehat Semi Permanen 17 0 0 0
(JSSP)
3. Jamban Sehat Permanen (JSP) 1.436 1.124 1.321 1317
Sumber : Data Puskesmas Gringsing 2
Berdasarkan tabel diatas, fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) di Desa
Ketanggan, pada tahun 2019 sampai 2020 berdasarkan jumlah KK di Desa
Ketanggan masih ada yang menggunakan jamban komunal, tahun 2021 sampai
2022 sudah menggunakan Jamban Sehat Permanen (JSP) pribadi. Keuntungan
dari memiliki jamban pribadi yaitu tidak mencemari sumber air disekitar, tidak
mengundang datangnya lalat dan serangga yang dapat menjadi media penular
penyakit kolera, disentri, thypus, dan penyakit saluran pencernaan.

Desa Kedawung
Jumlah KK pada Desa Kedawung menurut data Puskemas Banyuputih berdasarkan
KK (Kepala Keluarga) pada tahun 2023 sejumlah 1.162 KK (Kepala Keluarga).
Akses terhadap penggunaan fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) dapat dilihat
pada Tabel 43.
Tabel 43 Fasilitas Sanitasi Layak (Jamban Sehat) di Desa Kedawung Tahun 2023
No. Jenis Fasilitas 2023 (KK)
1. Jamban Sendiri 828

70
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

2. Sharing/Komunal 66
2. Jamban tertutup 159
3. Jamban terbuka 14
Sumber : Data Puskesmas Banyuputih, 2023
Berdasarkan tabel diatas, fasilitas sanitasi layak (jamban sehat) di Desa
Ketanggan, pada tahun 2023 berdasarkan jumlah KK di Desa Kedawung sudah
ada yang menggunakan jamban sendiri sejumlah 828 KK, masih ada yang
menggunakan jamban komunal sejumlah 66 KK dan jamban terbuka sejumlah 14
KK. Keuntungan dari memiliki jamban pribadi yaitu tidak mencemari sumber air
disekitar, tidak mengundang datangnya lalat dan serangga yang dapat menjadi
media penular penyakit kolera, disentri, thypus, dan penyakit saluran pencernaan.
B) Sarana Air Minum
Desa Ketanggan
Tabel 44 Jumlah Sarana Air Minum di Desa Ketanggan Tahun 2019-2022
2019 2020 2021 2022
Sarana Air minum
(unit) (unit) (unit) (unit)
Jumlah sarana yang tersedia 7 6 6 3
Sarana air minum yang di IKL (Inspeksi 2 6 6 2
Kesehatan Lingkungan)
Sarana air minum resiko rendah+sedang 4 6 2 2
Sumber : Data Puskesmas Gringsing 2
Berdasarkan tabel diatas, jumlah sarana air minum di Desa Ketanggan pada tahun
2019 sebanyak 7 unit, di IKL sebanyak 2 unit, dan resiko rendah+sedang
sebanyak 4 unit, pada tahun 2020 sebanyak 6 unit, di IKL sebanyak 6 unit, dan
resiko rendah+sedang sebanyak 6 unit, pada tahun 2021 sebanyak 6 unit, di IKL
sebanyak 6 unit, dan resiko rendah+sedang sebanyak 2 unit, dan pada tahun 2022
sebanyak 3 unit, di IKL sebanyak 2 unit, dan resiko rendah+sedang sebanyak 2
unit. Inspeksi kesehatan lingkungan/sanitasi lingkungan merupakan kegiatan
pengamatan terhadap keadaan fisik sarana air minum dan lingkungannya yang
diprakirakan dapat mempengaruhi kualitas air minum yang akan dikonsumsi
penduduk sekitar, sedangkan pengambilan sampel air minum hanya dilakukan
terhadap sarana tingkat resiko pencemarannya termasuk dalam kategori rendah
dan sedang.
Kecamatan Banyuputih
Rincian Sumber Air Minum di Kecamatan Banyuputih tahun 2019,2020,dan 2021
dapat dilihat pada Tabel 45.

71
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Tabel 45 Sumber Air Minum di Kecamatan Banyuputih Tahun 2019-2021


Sumber Air
2019 2020 2021
Minum
Ledeng dengan
- - 1 desa/kelurahan
meteran
Sumur bor/ pompa 5 desa/kelurahan 5 desa/kelurahan 4 desa/kelurahan
Sumber : Kecamatan Banyuputih Dalam Angka, 2022
Berdasarkan tabel diatas, sumber air minum masyarakat di Kecamatan
Banyuputih Tahun 2021 sebanyak 1 desa/kelurahan yang menggunakan ledeng
dengan meteran, tahun 2019 dan 2021 sebanyak 5 Desa/Kelurahan dan tahun
2021 sebanyak 4 Desa/Kelurahan yang menggunakan sumur bor/pompa.

C) Sarana Kebersihan
Kecamatan Gringsing
Sarana kebersihan di Kecamatan Gringsing tahun 2022 dapat dilihat pada Tabel
46.
Tabel 46 Sarana kebersihan di Kecamatan Gringsing Tahun 2022
No. Sarana Kebersihan Jumlah
1. Truk pengangkut sampah 1 unit
2. TPS 8 unit
Sumber : Kabupaten Batang Dalam Angka, 2023

Berdasarkan tabel diatas, sarana kebersihan yang paling banyak di Kecamatan


Gringsing adalah TPS sebanyak 8 unit dan truk pengangkut sampah sebanyak 1
unit.
Kecamatan Banyuputih
Sarana kebersihan di Kecamatan Banyuputih tahun 2022 dapat dilihat pada
Tabel 47.
Tabel 47 Sarana kebersihan di Kecamatan Banyuputih Tahun 2022
No. Sarana Kebersihan Jumlah
1. TPS (Tempat Pembuangan Sementara) 1 Unit
Sumber : Kabupaten Batang Dalam Angka 2023

Berdasarkan tabel diatas, sarana kebersihan di Kecamatan Banyuputih hanya


terdapat 1 unit TPS, Hal ini dapat menimbulkan permasalahan yang timbul
dihasilkan dari limbah masyarakat yang akan menyebabkan kondisi lingkungan
menjadi tidak sehat.

72
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

1.4.7 Kondisi Lingkungan Yang Dapat Memperburuk Proses Penyebaran


Penyakit
Pencemaran udara adalah kondisi dimana terdapat zat berbahaya di udara yang
dapat mengakibatkan risiko gangguan kesehatan atau dapat juga terjadi gangguan
pada lingkungan secara umum. Udara bersih yang merupakan sumber pernapasan
bisa menjadi tercemar dan menumbulkan gangguan kesehatan pada manusia serta
merusak lingkungan ekosistem. Tuberkulosis adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.[8] Bakteri tersebut akan
bertahan di udara selama satu sampai dua jam bahkan sampai beberapa hari
hingga minggu, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet di dalam rumah,
ventilasi rumah serta kepadatan hunian rumah. Penyebaran kuman di udara daoat
menempel pada dua media yaitu partikulat padat (debu) dan uap air di udara
ambien dalam jangka waktu tertentu, maka faktor risiko kuman yang masuk
dalam sistem pernapasan manusia semakin tinggi. Kuman pathogen yang
ditularkan melalui udara seringkali menyebabkan peradangan pada hidung,
tenggorokan, sinus, dan paru – paru sehingga mempengaruhi sistem pernapasan
manusia.

Kejadian DBD dan malaria kuat kaitannya dengan kondisi sanitasi lingkungannya.
Jika kondisi sanitasi buruk maka dapat memungkinkan terkena penyakit DBD
sebesar 3,65 kali dibanding dengan kondisi sanitasi yang baik. Faktor-faktor
sanitasi lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit DBD dan malaria
diantaranya tempat penampungan air, sistem pembuangan sampah, pencahayaan,
adanya genangan air, dan keberadaan jentik. [10] Masyarakat yang memiliki tempat
penampungan air tetapi tidak memenuhi syarat berisiko 6,41 kali lebih besar
terkena DBD, tempat pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat dan
adanya genangan air di lingkungan sekitar akan menajdi perindukan bagi vektor
penyakit yang mana dapat berpengaruh meningkatkan risiko kejadian DBD dan
malaria.Kawasan di sekitar lokasi kegiatan sudah tertata rapi dan bersih sehingga
tidak memicu timbulnya vektor penyakit. Selain itu, kondisi rumah warga di
sekitar lokasi juga telah memilki ventilasi yang cukup baik, sehingga pencahayaan
ruangan dan sirkulasi udara dapat terjadi secara alami, tetapi karena ada jalan

73
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

berlubang, maka ditemukan genangan air yang berpotensi menjadi perindukan


vektor penyakit dan berisiko meningkat kasus penyakit DBD dan malaria. [13]

1.5 Komponen Transportasi

1.5.1 Lokasi Terminal Multipurpose Batang


Terminal Multipurpose Batang oleh PT Pelabuhan Indonesia Kelas III Batang
berada di Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, tepatnya di dalam area
Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Dimana ruas jalan menuju Terminal
Multipurpose Batang dapat melalui Jalan Toll Batang – Semarang maupun
melalui jalan kawasan KITB. Akses jalan menuju KITB bersinggungan dengan
Jalan Plelen (Utara), sehingga pada kajian lalu lintas ruas yang dilingkup adalah
Jalan Plelen (Utara).

Ruas Jalan Plelen (Utara) merupakan jalan nasional yang ditetapkan mengacu
pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
1688/KPTS/M/2022 tentang Penetapan Ruas Jalan Menurut Statusnya sebagai
Jalan Nasional. Kondisi ruas Jalan Plelen (Utara) yang merupakan ruas jalan
terdampak dapat dilihat pada Tabel 48.

Tabel 48 Data Inventarisasi Ruas Jalan Plelen (Utara)


Nama Jalan Jalan Plelen (Utara)
Kelas Jalan I
Status Jalan Jalan Nasional
Nomor Ruas 010
Panjang Ruas 1,78 km
Lebar Jalan (m) 14,0 m
Lebar Bahu Jalan (m) 2,0 m
Tipe Lajur Jalan Jalan Empat Lajur Dua Arah Tak Terbagi
(4/2UD)
Jenis Perkerasan Aspal

74
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

1.5.2 Identifikasi Lokasi


a. Terdapat perlintasan sebidang dan Stasiun Plabuan kelas III yang berada di
sekitar lokasi rencana Terminal Multipurpose tetapi tidak ada kereta yang
berhenti di Stasiun Plabuhan.
b. Ruas Jalan yang berada di sekitar Pembangunan Aktivitas Pelayanan
Kepelabuhan Laut (Terminal Multipurpose Batang) PT Pelabuhan Indonesia
(Persero) adalah sebagai berikut :
Tabel 49 Data Inventarisasi Lokasi Ruas dan Simpang Terdampak
Titik Lokasi Ruas Tipe Lebar
Kapaistas
No dan Simpang Jalan dan Dokumentasi
(smp/jam)
Terdampak Simpang

4/2 D,
Ruas Jalan Tol
1 Lebar 17,5 3.350
Gringsing
meter

2/2 UD,
Ruas Jalan Raya
2 Lebar 6 2.182
Krengseng
meter

2/2 UD,
Ruas Jalan Raya
3 Lebar 7 2.508
Plelen
meter

4/2 D,
4 Ruas Jalan Subah Lebar 16,4 3.065
meter

Simpang Empat
Tidak Bersinyal
Jalan Gringsing
5 ± 7,9 Km -
Kedawung – Jalan
Kw. Industri
Terpadu Batang

75
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Titik Lokasi Ruas Tipe Lebar


Kapaistas
No dan Simpang Jalan dan Dokumentasi
(smp/jam)
Terdampak Simpang

Simpang Tiga
Tidak Bersinyal
6 Jalan Kw. Industri ± 9,2 Km -
Terpadu Batang –
Jalan Raya Plelen

Simpang Tiga
Tidak Bersinyal
7 Jalan Raya ± 10,1 Km -
Krengseng – Jalan
Raya Plelen

Simpang Tiga
Tidak Bersinyal
8 Jalan Lkr. Alas ± 12,1 Km -
Roban – Jalan Raya
Plelen

Simpang Tiga
Tidak Bersinyal
9 ±13,1 Km -
Jalan Raya Lama –
Jalan Raya Kutosari

Simpang Empat
10 Bersinyal Exit Toll ± 14,2 Km -
Waleri

Simpang Tiga
Tidak Bersinyal
11 Jalan Raya Subah – ± 12,4 Km -
Jalan Raya
Banyuwputih

c. Akses menuju Terminal Multipurpose Batang dapat melalui 2 jalur, yaitu jalur
melalui Banyuputih dan Plelen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :

76
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

Gambar 29 Alur Akses Terminal Multipurpose Batang

1.5.3 Kondisi Transportasi Kereta Api


Terdapat perlintasan sebidang dan Stasiun Plabuhan yang berada di sekita lokasi
rencana Terminal Multipurpose tetapi tidak ada kereta api yang berhenti di
Stasiun Plabuhan. Berikut merupakan jadwal kereta api yang melintasi Stasiun
Plabuhan :
Tabel 50 Jadwal Kereta Api Stasiun Plabuhan
No Nama Kereta Api Waktu
1 Pekalongan Ekspress 14:00
2 Kamanduka 06:30
3 Argo Anggrek 07:52
4 Agro Sindoro 03:30
5 Tawang Jaya 08:20
6 Matarmaja 09:00
7 Harina 09:30
8 Gumjarang 11:32
9 Kertajaya 12:30
10 Harina 05:15
11 Kertajaya 10:05
12 Kertajaya 17:05
13 Gumjarang 09:45
14 Gumjarang 06:45

77
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

78
Lampiran Rona Awal Pembangunan dan Pengoperasian Terminal Multipurpose Batang
PT Pelabuhan Indonesia (Persero) dan Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan Kelas III Batang
Desa Ketanggan, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah

1.5.4 Cakupan Wilayah Kajian Analisis Dampak Transportasi


Lokasi Pembangunan Aktivitas Pelayanan Kepelabuhanan Laut (Terminal
Multipurpose Batang) di Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing Kabupaten
Batang Provinsi Jawa Tengah. Berikut ini adalah peta lokasi cakupan dampak
kegiatan dari sisi transportasi :

Gambar 30 Cakupan Area Analisis Persimpangan

79

Anda mungkin juga menyukai