Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cahaya dengan segala aspek yang dikandungnya seperti intesitas, sudut penyebaran,
polarisasi, komposisi spektral, arah, panjang gelombangdan lama penyinaran harian,
maupun musimannya; kesemua itu akan mempengaruhi baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap tingkah laku dan fisiologisikan (Gunarso,1985). Cahaya, seperti
halnya factor ekologi lain berpengaruh pentin gbagi kehidupan hewan. Efek langsung
yang utama adalah pada penglihatan. Cahaya yang masuk melalui mata maupun pineal
region dapat mempengaruhi aktivitasikan melalui mekanisme fisiologis retina mata yang
diteruskan kepusat otak melalui system syaraf pusat. Adaptasi fisiologis retina mata
tersebut tergantung dari struktur retina mata,kemampuan dan sensitivitas penglihatan.
Selain itu efek pewarnaan berpengaruh langsung terutama yang berhubungan dengan
jumlah dan kualitas cahaya dan jug amerangsang migrasi dan pergerakkan hewan. Secara
umum, cahaya dapat mempengaruhi keberadaan (availability) dan tertangkapnya
(catchability) hewan.
Tingkah laku hewan yang berhubungan dengan proses fisiologis seringkali
berirama (rhythmic). Pada saat tertentu, siang atau malam hari atau musim atau tahunan
berhubungan dengan siklus eksternal alamiah. Siklus ini dapat dipakai sebagai derajat
kontrol yang pengaruhnya secara keseluruhan tergantung adanya stimuli yang sesuai
dengan perubahan lingkungan.Reaksi tersebut pada dasarnya merupakan pengontrol
secara kedalam atau internal (Olla & Studholme, in Winn & Olla, 1972).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana mekanisme adaptasi retina pada indra penglihatan hewan?
2. Bagaimana indra penglihatan pada hewan terutama adaptasi secara fisiologis dari
retina mata hewan terhadap cahaya terang dan gelap?
3. Bagaimana perubahan intensitas cahaya terhadap tingkah laku hewan serta respon
terhadap rangsangan cahaya?
BAB II
Tujuan Masalah
1. Mengetahui mekanisme adaptasi retina pada indra penglihatan hewan.
2. Mengetahui cara adaptasi secara fisiologi dari retina mata hewan terhadap cahaya
terang dan gelap.
3. Mengetahui perubahan intensitas cahaya terhadap tingkah laku hewan serta
respon terhadap rangsangan cahaya.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Mekanisme adaptasi retina pada indra penglihatan hewan


Adaptasi adalah proses penyesuaian secara bertahap yang dilakukan oleh suatu
organism terhadap kondisi lingkungan yang baru. Afektor merangsang reseptor,
kemudian melalui transmiter informasi tersebut diteruskan ke effektor atau melalui
forward transmiter, selanjutnya informasi diteruskan ke regulator. Sebagai hasil kerja
effektor adalah beberapa output yang dapatmenstimulasi feedback transmiter yang akan
kembali berinteraksi dengan regulator.
Secara ekofisiologis, hubungan antara afektor (cahaya), kemudian olehmata
terutama pada bagian retina yang di dalamnya terdapat photoreseptor (cone dan rod)
merubah dari energi cahaya ke energi listrik (transmiter) sehingga dapat diterjemahkan
oleh sistem syaraf dan diteruskan ke otak sebagai pusat regulator. Impuls dari otak ini
yang akanmenghasilkan suatu aktivitas. Dikatakan juga bahwa dalam photoreseptor cone
dan rod terdapat sel-sel horizontal yang mengandung Gamma-AminobutyricAcid sebagai
syaraf-syaraf penerjemah (neurotransmitter). Selain itu, terdapat syaraf yang keluar dari
organ cristal cerebelli di dalam medula oblongata pada otak bagian belakang ikan yang
berfungsi untuk mengadakan schooling atau berenang secara berkelompok (Fernald in
Evans, 1993).

B. Cara adaptasi secara fisiologi dari retina mata hewan terhadap cahaya terang dan gelap
1) Adaptasi Terang

Adaptasi mata bila berada dalam keadaan terang, maka mata akan melakukan
sebuah mekanisme adaptasi. Dalam mekanisme adaptasi mata pada keadaan di tempat
terang terjadi adaptasi pupil, iris dan fotokimiawi. Adaptasi pupil dan iris terjadi
setelah cahaya masuk ke mata. Bila dalam keadaan terang mata akan menerima
banyak cahaya.
Oleh karena itu, pupil yang berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya ke mata
akan akan melakukan mekanisme untuk mempertahankan kualitas cahaya yang
masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi
ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang. Lebar pupil
dipengaruhi oleh iris di sekelilingnya.Iris berfungsi sebagai diafragma. Iris inilah
terlihat sebagai bagian yang berwarna pada mata. Setelah pupil dan iris beradaptasi
maka adaptasi selanjutnya yang dilakukan oleh mata pada kondisi cahaya yang sangat
terang adalah adaptasi fotokimiawi. Adaptasi fotokimiawi merupakan adaptasi yang
terjadi pada sel kercut dan sel batang pada retina mata.
Bila seseorang berada di tempat yang sangat terang untuk waktu yang lama,
maka banyak sekali fotokimiawi yang yang terdapat di sel batang dan kerucut
menjadi berkurang karena diubah menjadi retinal dan opsin. Selanjutnya, sebagian
besar retinal dalam sel batang dan kerucut akan diubah menjadi vitamin A. Oleh
karena kedua efek ini, maka konsentrasi bahan kimiawi fotosensitif yang menetap
dalam sel batang dan kerucut akan sangat banyak berkurang, akibatnya sensitivitas
mata terhadap cahaya juga turut berkurang. Keadaan ini disebut adaptasi terang.

2) Adaptasi Gelap
Adaptasi mata karena cahaya diakibatkan karena lebar pupil yang diatur oleh
iris sesuai dengan intensitas cahaya yang diterima oleh mata. Ditempat yang gelap
dimana intensitas cahayanya kecil maka pupil akan menbesar, agar cahaya dapat
lebih banyak masuk kemata. Ditempat yang sangat terang dimana intensitas
cahayanya cukup tinggi atau besar maka pupil akan mengecil, agar cahaya lebih
sedikit masuk kemata , bila cahaya diarahkan kesalah satu mata pupil akan
berkontraksi, kejadian tersebut dinamakan refleks pupil atau refleks cahaya pupil.
Bila mata terus berada di tempat gelap dalam waktu yang lama, maka retinal
dan opsin yang ada di sel batang dan kerucut diubah kembali menjadi pigmen yang
peka terhadap cahaya. Selanjutnya, vitamin A diubah kembali menjadi retinal untuk
terus menyediakan pigmen peka cahaya tambahan, dimana batas akhirnya ditentukan
oleh jumlah opsin yang ada di dalam sel batang dan kerucut. Keadaan ini disebut
adaptasi gelap.
3) Adaptasi dari retina mata ikan terhadap cahaya terang dan gelap
Pada sebagian besar ikan teleostei, pergerakkan photomekanik dari elemen-
elemen retina yang disebut sebagai retinomotor dapat mengontrol intensitas cahaya.
Adaptasi retina mata dalam kondisi cahaya gelap, dimana lapisan sel-sel retina bagian
luar yang disebut pigmen epitelium menipis sepanjang lapisan Sel visual. Rod pada
segmen luar tertarik ke dalam dan bersamaan dengan segmen luar dari cone bergerak
melewati rod. Pada kondisi adaptasi cahaya terang, pigmen epitelium menyebar luas
sepanjang sel-sel visual ketika terjadi perubahan panjang tangkai rod dan cone yang
bergerak untuk mengatur melamin dalam pigmen epitelium (Hoar & Randall, 1971).

Pergerakkan fotomekanik elemen retina pada ikan juvenil (ikan muda) dari
Oncorhynchus dalam adaptasinya dengan kondisi cahaya terang berlangsung selama
20-25 menit dan pada cahaya gelap membutuhkan waktu sekitar sejam (Brett &Ali,
1958 in Hoar & Randall, 1971).

C. Perubahan intensitas cahaya terhadap tingkah laku hewan serta respon terhadap
rangsangan cahaya
1) Respon terhadap rangsangan cahaya
Jika cahaya disinari ke dalam mata, maka pupil akan mengecil. Bila cahaya
mengenai retina terjadi impuls yang mula-mula berjalan melalui nervus optikus dan
kemudian ke nukleus edingerwestphal dan akhirnya kembali melalui syaraf parasimpatis
untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Dalam keadaan gelap, refleks ini dihambat
sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk
beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya. Pengaturan
diameter pupil ini bekerja dengan cara :
a) Rangsangan syaraf parasimpatis merangsang otot sfingter pupil, sehingga
memperkecil syaraf pupil yang disebut Miosis.
b) Rangsangan syaraf simpatis merangsang serabut radial iris dan menimbulkan
dilatasi (pembesaran pupil) yang disebut Midriosis.
2) Perubahan intensitas cahaya terhadap tingkah laku ikan serta respon terhadap
rangsangan cahaya
Ikan mempunyai respon terhadap rangsangan yang disebabkan oleh cahaya yang
besarnya 0,01 lux atau sekecil 0,001 lux sekalipun. Dari hasil pengamatan echosounder,
diketahui bahwa cahaya lampu yangmasuk ke dalam lautmampu diindra oleh mata
manusia (kedalaman 15 m) ternyata mampu memikat ikan yang berada pada kedalaman
28 m. Pada jenis ikan yang bersifat fototaxis positif (seperti Sprateloides, Saury Cololabis
saira, dan ikan herring muda) yaitu bergerak ke arah sumber cahaya, sebaliknya ada yang
bersifat fototaxis negatif (yang menjauhi sumber cahaya) seperti ikan herring dewasa.

Hasil penelitian Olla & Studholme in Winn & Olla (1972) pada ikan blue fish
(Pomatomus saltatrix) dalam kondisi laboratorium menunjukkan bahwa aktivitas harian
dan musiman yang diukur dengan kecepatan renang ikan (cm/det)meningkat pada siang
hari sesuai dengan ritme meningkatnya intensitas cahaya (Gambar 5 dan 6) dan menurun
ketika menjelang sore hari. Begitu juga tingkah laku formasi kelompok pada jenis ikan
tersebut terjadi peningkatan di siang hari daripada malam hari.

Tingkah laku ikan yang ditandai dengan kecepatan renang ikan dan pembentukan
ukuran formasi kelompok (schooling group size) berirama sesuai dengan ritme
photoperiod. Hasil yang diperoleh juga menunjukkan kecepatan renang ikan pada siang
hari lebih tinggi daripada malam hari berdasarkan pada lamanya pencahayaan atau
photoperiod.

Demikian juga adaptasi retina ikan uji terhadap kondisi bercahaya dan kondisi
gelap berhubungan dengan pengontrolan internal yang diekpresikan dalamperpindahan
cone dan pigmen epiteliumdari ikan blue fishmuda tersebut yang berukuran 14-17 cm.
Sebagai gambaran pergeseran posisi cone yang dihubungkan dengan ritme kecepatan
renang selama sehari lebih.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cahaya merupakan faktor ekologi yang berpengaruhpentingbagikehidupanhewan..


Efeklangsung yang utamaadalahpadapenglihatan.Cahaya yang masukmelaluimatamaupun pineal
region dapat mempengaruhi aktivitasikan melalui mekanisme fisiologis retina mata yang
diteruskan ke pusat otak melalui system syarafpusat. Adaptasi fisiologis retina mata tersebut
tergantung dari struktur retina mata,kemampuan dan sensitivitas penglihatan.

Mekanisme adaptasi retina pada indra penglihatan hewan secara ekofisiologis, hubungan
antara afektor (cahaya), kemudian olehmata terutama pada bagian retina yang di dalamnya
terdapat photoreseptor (cone dan rod) merubah dari energi cahaya ke energi listrik (transmiter)
sehingga dapat diterjemahkan oleh sistem syaraf dan diteruskan ke otak sebagai pusat regulator.

Cara adaptasi secara fisiologi dari retina mata hewan terhadap cahaya terang dan
gelap.Adaptasi mata bila berada dalam keadaan terang, maka mata akan melakukan sebuah
mekanisme adaptasi. Dalam mekanisme adaptasi mata pada keadaan di tempat terang terjadi
adaptasi pupil, iris dan fotokimiawi.Adaptasi pupil dan iris terjadi setelah cahaya masuk ke mata.
Bila dalam keadaan terang mata akan menerima banyak cahaya. Namun Bila mata terus berada
di tempat gelap dalam waktu yang lama, maka retinal dan opsin yang ada di sel batang dan
kerucut diubah kembali menjadi pigmen yang peka terhadap cahaya. Selanjutnya, vitamin A
diubah kembali menjadi retinal untuk terus menyediakan pigmen peka cahaya tambahan, dimana
batas akhirnya ditentukan oleh jumlah opsin yang ada di dalam sel batang dan kerucut.Keadaan
ini disebut adaptasi gelap.

Adapun respon mata terhadap rangsangan cahaya,jika cahaya disinari ke dalam mata,
maka pupil akan mengecil. Bila cahaya mengenai retina terjadi impuls yang mula-mula berjalan
melalui nervus optikus dan kemudian ke nukleus edingerwestphal dan akhirnya kembali melalui
syaraf parasimpatis untuk mengkonstriksikan sfingter iris. Dalam keadaan gelap, refleks ini
dihambat sehingga terjadi dilatasi pupil. Fungsi refleks cahaya adalah membantu mata untuk
beradaptasi secara sangat cepat terhadap keadaan perubahan cahaya
DAFTAR PUSTAKA

Evans, D. H. 1993. The Physiology of fishes (Eds). Marine Science Series. CRS Press. Inc. Boca
Raton. p. 161-189. Gunarso, W. 1985. Tingkah.

Fauzia, Rilla. 2013.


https://www.academia.edu/13487610/REFLEKS_PUPIL_MATA?auto=download.
Diakses 25 mei 2019.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Alat, Metode, dan Taktik
Penangkapan. Fakultas Perikanan. Jurusan Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Hoar, W. S. & D. J.Randall. 1971. Fish Physiology. Academic Press. New York. V: p. 1-32.

Hulalata, Rifky. 2014.


https://www.academia.edu/21406505/PETUNJUK_PRAKTIKUM. Diakses 25 mei
2019.

Syam, Amran Romy dan Hendra Satria. 2009. Adaptasi Fisiologis Retina Mata dan
Tingkah Laku Ikan terhadap Cahaya. Jatiluhur-Purwakarta

Winn, H. E. & B. L. Olla. 1972. Behavior of Marine Animals: Current Perspectives in Research.
Plenum Press. NewYork. Vol.2 (Vertebrates). 503 pp.

Anda mungkin juga menyukai