Anda di halaman 1dari 3

Antara Pondok Pesantren Annuqayah, KH.

Muhammad Syarqawi,
dan Peraih 3 Besar Pesantren Berwawasan Lingkungan.
Oleh; Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Pondok Pesantren Annuqayah merupakan salah satu pesantren legendaris di Indonesia.


Beralamat di Dusun Guluk-Guluk tengah, Desa Guluk-Guluk, Kec. Guluk-Guluk, Kab.
Sumenep, Jawa Timur ini berdiri sejak tahun 1887 oleh KH. Muhammad Syarqawi, ulama
karismatik nan wirai’. Hingga, NU Online pun menyematkan 3 Pesantren Berwawasan
Lingkungan di Indonesia, karena ekologinya dalam pengelolaan sampah.
Sejarah
KH. Muhammad Syarqawi, putra dari Sudikromo dan Kamilah yang lahir di Kauman, salah
satu kelurahan di Kota Kudus, Jawa Tengah. Sejarah perjuangan beliau dalam mendirikan
Pondok Pesantren Annuqayah terbilang cukup panjang dan terjal. Dalam sejarahnya, beliau
pernah beberapa kali singgah dalam perantauan menuntut ilmunya, mulai dari tanah Hijaz
dan di Nusantara tentunya. Salah satu guru beliau yang amat berjasa, ialah As-Sayyid ‘Aham
Ar-Rowasy, salah satu Mursyid Thariqah An-Naqsyabandiyah Al-Mujaddidiyah Al-
Khalidiyah. Dan juga lainnya, guru beliau yang menjadi pelancar alur dakwahnya, ialah
Syaikh Abuddin alias Kiai Gemma, seorang ulama sekaligus saudagar kaya dari Desa
Prenduan, desa kecil di pesisir selatan, barat daya Kota Sumenep.
Sejarah berlanjut, dengan meninggalnya Sang Guru, Kiai Gemma. Selain mewarisi ilmu,
beliau juga berwasiat untuk menikahkan istrinya dan menempati rumah yang telah disediakan
di Desa Prenduan. Di sanalah, beliau bersama istrinya Nyai Khadijah mulai mengamalkan
ilmunya dalam pengajaran terhadap warga sekitar sesuai aqidah Ahlussunnah Wal Jam’ah.
Dikit demi sedikit, banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk belajar di sana. Bahkan,
juga mulai ada yang nyantri dan mondok. Selain mengajar Al-Qur’an, beliau, Kiai Syarqawi
juga mengajarkan pengajaran melalui kitab-kitab karangan ulama pada santri, juga
masyarakat sekitar dalam majelis keilmuan yang beliau adakan. Hal ini semakin berkembang
dengan makin banyaknya orang yang berdatangan untuk menimba ilmu pada beliau, hingga
datangnya mereka dari luar desa bahkan luar kabupaten.
Namun, berjalannya waktu, Kiai Syarqawi memutuskan untuk hijrah ke suatu tempat yang
beliau anggap lebih bersahabat untuk meneruskan perjuangan dalam membina umat yang
berilmu. Setelah Kiai Syarqawi berkeliling-keliling mencari tempat yang cocok di sekitar
Kabupaten Sumenep, akhirnya dipilihlah sebuah desa bernama Guluk-Guluk, 7 km ke arah
utara dari Desa Prenduan. Mulai saat itulah, beliau merintis Pondok Pesantren Annuqayah,
Guluk-Guluk, Sumenep.
Perkembangan
Pesantren yang memiliki prinsip keilmuan, “tidak ada dikotonomi ilmu menjadi ilmu umum
dan ilmu agama, tetapi semua ilmu itu dari Allah Swt.” dan visi, “menjadi lembaga
pendidikan terkemuka dalam melahirkan generasi ibadullah, yang bertaqwa, tafaqquh fiddin,
berilmu luas dan menjadi mundzirul qaum,” ini diasuh oleh beberapa dewan Masyayikh,
diantaranya KH. Ahmad Basyir, KH. A. Warits Ilyas, KH. A. Muqsith Idris, KH. A. Basith
AS, KH. Abbasi Ali.
Hingga kini, Pondok Pesantren Annuqayah telah memiliki 5000 lebih santri dalam 22 daerah
atau komplek asrama; Lubangsa (Putra-Putri), Latee (Putra), Latee II (Putri), Lubangsa
Selatan (Putra-Putri), Nirmala (Putra-Putri), Daerah K.A. Farid Hasan (Putra-Putri),
Karanganyar (Putra-Putri), Latee I (Putra-Putri), Lubangsa Tengah (Putri), Karang Jati
(Putra-Putri), Al Furqaan Sabajarin (Putra-Putri), Nurul Hikmah (Putra-Putri), Kusuma
Bangsa (Putra-Putri), Al-Amir (Putra-Putri), Al-Anwar Kebon Jeruk (Putra), Latee Utara
(Putra-Putri), Latee Tengah (Putra-Putri), Latee Selatan (Putra-Putri), Daerah KH. M. Syafi’I
Anshari (Putra-Putri), Daerah KH. A. Wadud Munir (Putri), Sumber Dadduwi (Putra-Putri).
Untuk hal lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok Pesanten Annuqayah pun sangat
lengkap. Mulai dari TK, MI, Mts, MA, SMA, SMK, hingga perguruan tinggi,-INSTIKA
(Institut Ilmu Keislaman Annuqayah) itu.
Dalam garis besar, Pondok Pesantren Annuqayah memiliki 5 kegiatan; pertama,
menyelenggarakan pendidikan lewat jalur pendidikan formal dari tingkat Taman Kanak-
Kanak hingga Perguruan Tinggi. Kedua, Menyelenggarakan Madrasah Diniah klasikal dari
tingkat Ula hingga Wustha sebanyak 11 satuan pendidikan. Ketiga, menyelenggarakan
halaqah-halaqah/ majelis ta’lim non klasikal di masjid dan mushola-mushola dengan subjek
kitab-kitab tauhid/aqidah, Syariah/fiqih, akhlaq-tasawuf, dan qawaidul lughoh. Keempat,
menyelenggarakan pendidikan kepaduan, kesenian, jurnalistik, PMR/BSMR,
keterampilan/kewirausahaan, bela diri, dll. Kelima, melakukan pengembangan swadaya
masyarakat di bidang masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup yang dilakukan baik
secara mandiri oleh PPA maupun bersama mitra LSM-LSM dalam maupun luar negeri.
Hebatnya, Pondok Pesantren Annuqayah dalam menjalin hubungan mitra bersama LSM-
LSM begitu berkembang. Diantaranya LSM dalam negeri; LP3ES, P3M Jakarta, Bina Desa
Jakarta, Bina Swadaya Jakarta, LPTP Jakarta, Dian Desa Yogyakarta, PKBI Jakarta, WALHI
Jakarta, Komnas HAM Jakarta, INSIS Yogyakarta, RMI-NU, Yayasan Mandiri Bandung,
Yayasan KEHATI Jakarta, dan Sampoerna Foundation. LSM luar negeri; ACFORT filipina,
CIDA Canada, IDEX Amerika Serikat, NOVIP Beranda, USAID Amerika Serikat, AUSAID
Australia, Fridrich Nauman Stiftung Jerman, GTZ Jerman.
Apresiasi harus dijunjung tinggi-tinggi untuk Pondok Pesantren Annuqayah, selain atas
perkembangannya, untuk hal ekologi, Anugerah penghargaan Kalpataru 1981, Kategori
Penyelamat Lingkungan Hidup diraihnya.
Lubangsa
Dari sekian daerah yang ada di Pondok Pesantren Annuqayah, Daerah Lubangsa termasuk
salah satu yang menjadi pelopor dalam segala hal. Memang dalam hal literasi, Pondok
Pesantren Annuqayah termasuk pondok yang memiliki literasi yang baik. Selain ditopang
dengan buku-buku, lingkungan santrinya juga memiliki kesadaran minat baca tulis yang
tinggi. Itu kenapa di setiap sisi, seperti kamar asrama, formal, hingga perpustakaan pun
memiliki majalahnya sendiri-sendiri. Begitupun dengan Lubangsa dengan Majalah Muara-
nya yang sudah menginjak edisi ke-42.
Untuk hal ekologi, Daerah Lubangsa juga menjadi yang terdepan. Terutama dalam hal
pengelolaan sampah, selain dengan gotong-royong bersih-bersih lingkungan setiap paginya
oleh seluruh santri, Lubangsa juga sudah menerapkan penghilangan pengguanaan kantong
plastik di segala hal; di warung-warung, toko-toko, dan manapun.
UPT Jatian
UPT Jatian atau Unit Pelaksana Teknik Jatian merupakan program Daerah Lubangsa dalam
pengendalian sampah. Dinamakan dengan Jatian, karena memang UPT ini berada di kebun
jati. Tujuan dari adanya UPT Jatian ini adalah untuk pengelolaan sampah yang terus datang.
Sampah itu dikelola, dipilih-dipilah. Mana sampah yang harus dilebur, dikompos, didaur,
atau dijual ke pengepul yang dilakukan oleh anggotanya. Semakin hari, UPT Jatian terus
mengalami progress yang baik.

Anda mungkin juga menyukai