P2K3
P2K3
Oleh
M.Akbar
NIM 190503004
2023
Peran Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Wisata Budaya Perang Ketupat (Pura
Oleh
M.Akbar
NIM 190503004
2023
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Proposal Skripsi oleh : M.Akbar, NIM : 190503004 dengan Judul “Peran Masyarakat Lokal
dalam Pengembangan Wisata Budaya Perang Ketupat (Pura Lingsar), Kecamatan Lingsar,
Lombok Barat, NTB” Telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
proposal skripsi dengan judul “Peran Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Wisata
Budaya Perang Ketupat (Pura Lingsar), Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB”.
Tujuan dari penyusunan proposal skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh sidang proposal untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi S1 Fakultas
proposal skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
menyadari bahwa proses penyelesaian proposal skripsi ini tidak akan sukses tanpa bantuan
dan keterlibatan berbagai pihak penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Wahyu
Khalik, M.Par sebagai pembimbing I dan Bapak Rusman Azizoma, M.Acc sebagai
pembimbing II yang telah memberikan bimbingan motivasi maupun koreksi yang detail
secara terus menerus tanpa rasa bosan di tengah kesibukannya sehingga menjadikan proposal
Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dengan tulus dan ikhlas
M.Akbar
Nim:190503004
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL...............................................................................................................................
PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................
Daftar isi ..................................................................................................................................................
A. Judul..................................................................................................
B. Latar Belakang Masalah................................................................
C. Rumusan Masalah............................................................................
D. Tujuan & Manfaat Penelitian.........................................................
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian..........................................
F. Telaah Pustaka.................................................................................
G. Kerangka Teori.................................................................................
1. Peran
2. Masyarakat Lokal...................................................................
3. Pengembangan Wisata Budaya..............................................
4. Pura Lingsar dan Tradisi Perang Ketupat...............................
H. Metode Penelitian.............................................................................
1. Jenis Penelitian.......................................................................
2. Pendekatan Penelitian.............................................................
3. Lokasi Penelitian....................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data.....................................................
5. Teknik Analisi Data................................................................
6. Keabsahan Data......................................................................
I. Sistematika Pembahasan.................................................................
J. Rencana Jadwa Kegiatan Penelitian..............................................
K. Daftar Pustaka..................................................................................
A. Judul
Peran Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Wisata Budaya Perang Ketupat (Pura
Menurut sejarahnya, Pura Lingsar (Lingsar Ulon) didirikan oleh Anak Agung
Ketut Karangasem dengan petunjuk magis dari semedinya, Anak Agung Ketut
kesejahteraan rakyatnya. Sakeng kuusuk (pageh) untuk meditasinya, Ida Sang Hyang
Widhi Wasa menerima permintaannya dalam bentuk "Pawisik (sabda)" dengan restu
yang jelas atau memenuhi syarat. Oleh karena itu, prasasti sejarah Lingsar yang ditulis
oleh Ide Pedanda Nyoman Noabe dan ditulis ulang oleh Mangku Kapitan menjelaskan
pertama kali berjumlah sekitar 80 orang datang ke Lombok. Mendarat di pantai barat
dekat Gunung Pengsong, Lombok Barat. Dari Gunung Pengsong lalu ke perampuan,
Ke Pagutan lalu ke Pagesangan. Dari Pagesangan, rombongan berjalan kaki dan tiba
di wilayah Punikan, semua anggota kelompok itu haus dan lapar sehingga
memutuskan untuk istirahat, makan, dan minum. setelah selesai makan terdengar
suara seperti ledakan dan gemuruh. Kemudian mereka mencari asal suara tersebut
yang ternyata adalah sebuah mata air yang baru meletus, lalu ada wahyu mengatakan
kalau sudah menguasai Lombok maka buatlah Pura disini. Kemudian luapan air itu
diberi nama Aik’ Mual yang artinya air yang mengalir. Selanjutnya nama Aik Mual
berubah menjadi Lingsar, dari kata “Ling”, yang artinya wahyu atau sabda dan “Sar”
yang artinya syah atau jelas. Jadi Lingsar artinya wahyu yang jelas. Sedangkan
sumber mata airnya terletak tidak jauh dari daerah tersebut, dan diberi nama “Aik’
lingsar berada. Menurut cerita, mata Air ini muncul ketika Syekh K.H. Abdul
Malik menancapkan tongkatnya ke tanah dan dicabut kembali, lalu keluarlah air yang
sangat deras dari tanah. Mata air kemudian ditampung dalam kolam dan dibuat
sembilan pancuran yang terbagi dua, satu tempat pancuran berjumlah lima dan satu
tempat lagi berjumlah empat pancuran. Mulai saat itu, sumber mata air tersebut
dijadikan sebagai tempat bersemedi atau berdoa bagi umat Sasak dan umat Hindu. 1
Manusia sebagai makhluk sosial melalui cipta, rasa, dan karsanya mampu
puncaknya dikenal dengan peradaban umat manusia (civilization). Dari zaman Nabi
Adam sampai sekarang ummat manusia akan terus menghasilkan budaya dan
disisi lain manusia hidup dengan cara nomaden sampai masa industralisasi dimana
segala sesuatu lebih mudah dan praktis. Di zaman industrialisasi kegiatan manusia
semakian padat dan pada akhirnya segala sesuatu yang bersifat kearifan lokal
mengalami kemunduran dan bahkan ada yang sudah dilupakan oleh masyarakat
setempat yang akhirnya kejatian dirinya hilang ditelan zaman. Padahal sebenarnya
budaya unik masyarakat ini menjadi daya tari tersendiri bagi wisatawan di dunia
belahan lain untuk dikunjungi. Sehingga sesuatu yang langka seperti menjadi daya
alam dan budaya yang sangat melimpah. Sumber daya alam dan sumber daya manusia
1
Sumertha-I Wayan, “Pura Lingsar Dalam Pendekatan Teologi Hindu”,dalam e-journal.iahn-
gdepudja.ac.id/index, Juli 2021, hlm.1805-1806.
yang melimpah tersebut perlu dikelola secara maksimal, agar tidak terjadi
keterlantaran dan incaran bagi negara lain yang dapat menjadi ancaman bagi identitas
negara Indonesia itu sendiri, sehingga segala macam budaya masyarakat di negara
Indonesia harus di lestarikan. Salah satunya datang dari pulau Lombok (suku sasak)
yang dikenal dengan pulau 1001 masjid dan merupakan pulau yang masih kental
dengan kebudayaanya. Seperti yang penulis teliti adalah perang ketupat yang
merupakan tradisi ummat Islam bersama umat Hindu yang dilaksanakan pada satu
tempat yaitu pura lingsar. Pura ini sendiri berada di di Kecamatan lingsar, kabupaten
Lombok barat, Nusa Tenggara Barat. Salah satu contoh konkrit yang budaya
akhirnya mulai mengikis budaya-budaya yang ada. Di Pura Lingsar sendiri terdapat
tergantikan oleh budaya modern, seperti tari-tari dan musik kontemporer lebih disukai
daripada tari dan musik tradisional, bukan maksud penulis mengatakan bahwa segala
yang modern adalah tidak baik, akan tetapi budaya asli harus tetap dijaga dan
termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai yang
dianut oleh masyarakat maupun persepsi yang dimiliki masyarakat terhadap berbagai
hal, sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian.
seandainya kesenian dan kebudayaan daerah yang ada dikelola dengan baik selain
menjadi potensi pariwisata seni dan budaya mampu menghasilkan dan meningkatkan
pendapatan untuk negara, juga dapat menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan bagi
masyarakat sekitarnya.
diantaranya :
1. Ada pertukaran seni dan budaya atau pengakuan kepemilikan oleh negara-negara
lain, misalnya seni tradisional Indonesia tari pendet yang diakui kepemilikannya
oleh negara Malaysia, hal ini tentu sangat merugikan bangsa Indonesia.
(westernisasi). Hal ini mengakibatkan hilangnya jati diri bangsa Indonesia karena
3. Terjadinya akulturasi seni dan budaya antara budaya timur dan budaya barat. Hal
ini merugikan karena kebanyakan budaya barat tidak sesuai dengan norma-norma
Kementrian Dalam Negeri pada tanggal 2021 mengatakan bahwa jumlah masyarakat
Islam sebesar 86,93% dan Hindu sebesar 1,71%. Akan tetapi dalam hal ini ada
fenomena yang ada melahirkan ritual budaya secara kolaboratif. Hal ini terjadi di pura
lingsar, antara ummat islam dan ummat Hindu disana menjalanakan ritual yang
disebut perang ketupat dalam satu tempat yang sama, yaitu pura lingsar. Taman
lingsar merupakan tempat ritual ummat Islam dan ummat hindu, tempat ini memiliki
luas 26 Ha yang terdiri dari tempat ritual ummat Islam, tempat sembahyang umma
2
Bintang Panduraja Siburian, Lanny Nurhasanah, Jihan Alfira Fitriana,”Pengaruh Globalisasi
Terhadap Minat Generasi Muda Dalam Melestarikan Kesenian Tradisional Indonesia”, Jurnal Global
Citizen, Desember 2021,hlm.35-36.
hindu, kolam ikan, sumber mata air, danau kecil, perumahan amangku lingsar (Islam),
Selain itu ada bangunan sejarah Kemaliq yang mempunyai nilai sosial, agama,
dan budaya tersendiri bagi kedua ummat Bergama, sehingga perlu di lestarikan dan
Dalam upaya menarik lebih banyak wisatawan yang berkunjung, baik wisata asing
pariwisata di pulau Lombok, lebih-lebih Lombok barat. Sumber daya manusia yang
Indonesia kaya akan sumber daya alam dan budayanya tetap saja tidak akan
berkembang jika tidak dikelola dengan sumber daya manusia yang mumpuni. Apalagi
sektor pariwisata adalah salah-satu sumber pendapatan terbesar bagi daerah otonom,
sektor pariwisata mempunyai prospek yang cerah, karena dapat menjadi sumber
minyak bumi karena suatu saat minyak bumi akan habis, tetapi pariwisata akan tetap
harus ditawarkan kepada konsumen dalam bentuk jasa. Unsur-unsur inilah yang akan
3
Kadrin,“Harmoni Komunikasi Lintas Agama Berbasis Ekonomi Dan Ritual: Studi
Fenomenologi Pada Komunitas Muslim Dan Hindu Di Desa Lingsar, Kabupaten Lombok Barat”,
Komunitas: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, ISSN: 2540-9182 (online), Februari 2018,
hlm,19.
dikelola sedemikian rupa, sehingga bisa dijua kepada wisatawan domestik bahkan
perencaan pariwisata untuk suatu daerah. Selain itu peran stakeholder menjadi salah
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
b. Manfaat Teoritis
4
Santi Muji Utami, “Keterlibatan Masyarakat lokal Dalam Pengembangan Potensi Wisata Di
Kabupaten Semarang”, Forum Ilmu Sosial, Vol. 40 No.1, Juni 2013, hlm.85.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta dapat
menjadi bahan referensi bagi pembaca dan masih dapat dikembangakn untuk
penelitian selanjutnya.
1. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup Pada penelitian yang diteliti oleh peneliti, bahwasanya
wisata budaya, peneliti juga akan menilai pada penilaian pada aspke interaksi
2. Setting Penelitian
plural tapi harmonis, walaupun dengan adanya pura lingsar itu sendiri dapat
F. Telaah Pustaka
Telaah pustaka di dalam penelitian ini yaitu suatu uraian yang telah dilakukan
oleh peneliti supaya mendapatkan data maupun informasi dari berbagai sumber
seperti buku, jurnal, skripsi, serta liputan yang sejalan dengan penelitian ini yaitu
Ketupat (Pura Lingsar), Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB. Dari hasi telaah
pustaka yang telah dilakukan oleh peneliti, ditemukan beberapa penelitian yang
1. Jurnal yang ditulis oleh Kadrin dari jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
yang berjudul Harmoni Komunikasi Lintas Agama Berbasis Ekonomi Dan Ritual:
Studi Fenomenologi Pada Komunitas Muslim Dan Hindu Di Desa Lingsar,
Dan Ritual: Studi Fenomenologi Pada Komunitas Muslim Dan Hindu Di Desa
menjaga dan mempertahankan harmonisasi antara agama Islam dan Hindu dalam
Dalam jurnal ini terdapat kelebihan yang sangat berguna bagi peneliti, yaitu
dengan pengetahuan bagaiaman cara menjaga keharmonisan umat islam dan umat
hindu di pura lingsar, menggunakan tempat yang sama untuk melakukan Perang
Topat sebagai ritual budaya bersama dalam suasana kegembiraan dan semangat
persatuan. Jurnal ini menunjukkan bahwa toleransi tinggi antara kedua komunitas
agama memungkinkan mereka untuk berhasil berbagi ruang di Taman Lingsar dan
ini tidak dapat memberikan pemahaman terlalu jauh bagi penelitian yang akan
antar ummat bergama, sedangakan penelitian yang akan dilakukan lebih fokus
pada masalah peran masyarakat lokal dalam mengembangkan wisata budaya di
Pura Lingsar.5
2. Jurnal yang ditulis oleh Ni Putu Sudewi Budhawati Institut Agama Hindu Negeri
salah satu destinasi wisata. Artikel dalam jurnal ini juga membahas beberapa
mendalam tentang objek penelitian). Hasil dari penelitian ini adalah beberapa cara
untuk menjaga kesucian dan kesakralan pura di Lombok serta memastikan bahwa
3. Skripsi yang ditulis oleh Ayu Sukresna Windari Program studi ilmu komunikasi
5
Kadrin, “Harmoni Komunikasi Lintas Agama Berbasis Ekonomi Dan Ritual: Studi Fenomenologi
Pada Komunitas Muslim Dan Hindu Di Desa Lingsar, Kabupaten Lombok Barat”, Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam, UIN Mataram, ISSN: 2540-9182 (Online).
6
Ni Putu Sudewi Budhawati, “Strategi Melestarikan Kesakralan Pura Di Tengah Pengembangan
Pariwisata Budaya Di Lombok”, Jurnal Pariwisata Budaya dan Keagamaan, Vol.1,No.1, Agustus 2022)
Penelitian ini berlatar belakang tentang pelestarian tradisi Perang Topat yang
merupakan salah satu tradisi Unik yang berada di Lombok. Tujuan dalam
dalam Melestarikan Tradisi Perang Topat serta mengetahui faktor yang menjadi
Kelebihan penelitian ini berupa kajian teori dalam penelitian ini menggunakan
teori pelestarian dari Jacobus yang mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau
yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan
tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat
4. Jurnal yang ditulis oleh Dian Herdiana dari Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Wisata Berbasis Masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
dalam aspek wisata meliputi aspek alam, sosial, maupun budaya. Peran
masyarakat dalam pengembangan desa wisata sangat diperlukan mulai dari awal
sampai akhir sehingga dalam hal ini menunjukan eksistensi masyarakat sebagai
penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan, sehingga
yang terlalu umum, dalam artian objek penelitian yang tidak ada.8
5. Skripsi yang ditulis oleh Yulianita Istiqomatus Saidah dari IAIN Jember yang
Pendekatan penelitian ini yaitu penelitian kualitatif dan jenis penelitian adalah
penelitian lapangan.
wisata dapat berupa sumbangan pikiran, tenaga, dan peran dalam pemantaun dan
namun berbeda pada objek penelitian. Kekurangan dalam penelitian ini tentunya
terletak pada objek penelitian yang berbeda, yaitu berbeda antara wisata alam dan
wisata budaya.9
8
Dian Herdiana, “Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Masyarakat”, JUMPA, Volume 6, Nomor 1, Juli 2019.
9
Yulianita Istiqomatus Saidah, “Peran Masyarakat dalam Mengembangkan Daerah Wisata Pantai
Mbah Drajid Di Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang”, (Skripsi, FTK IAIN
Jember, Jember, 2021).
G. Kerangka Teori
1. Teori Peran
tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat dan dalam kata jadinya, peranan berarti tindakan yang dilakukan oleh
peran diartikan sebagai orientasi dan konsep dari bagian yang dimainkan oleh
suatu pihak dalam oposisi sosial. Dengan peran tersebut baik pelaku individu
maupun organisasi akan berperilaku sesuai harapan orang atau lingkunganya 11.
Peran juga diartikan sebagai tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-
norma, harapan, tabu, tanggung jawab dan lainnya). Hakikat peran juga
dirumuskan sebagai suatu rangkaian perilaku tertentu yang ditimbulkan oleh suatu
jabatan tertentu.
sebagai berikut:
a. Peran Aktif, merupakan peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena
10
Syaron Brigette Lantaeda, Florence Daicy J.Lengkong, Joorie M Ruru, “Peran Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Penyusunan RPJMD Kota Tomohon”, Jurnal Administrasi
Publik, Vol.04 No 048, hlm.2.
11
Ibid
c. Peran Pasif, merupakan sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif
pengembangan wisata.
2. Masyarakat Lokal
12
Ibid,hlm.3.
13
Yulianita Istiqomatus Saidah, “Peran Masyarakat dalam Mengembangkan Daerah Wisata Pantai
Mbah Drajid Di Desa Wotgalih Kecamatan Yosowilangun Kabupaten Lumajang”, (Skripsi, FTK IAIN
Jember, Jember, 2021),hlm.18.
Menurut John Lewis Gillin dan John Philip Gillin masyarakat diartikan
yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang dan ingin mengikuti
desa wisata. Menurut Wearing komunitas lokal memiliki peran yang sama
pariwisata.16
14
Baharuddin, Pengantar Sosiologi, (Mataram: Sanabil, 2021), hlm.18.
15
Cenk Tosun, (1999), “Menuju Tipologi Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Pembangunan
Pariwisata”, (Anatolia, 1999), 10 (2), hlm.113-134.
16
Made Heny Urmila Dewi, Chafid Fandeli, M.Baiquni, “Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Masayarakat lokal di Desa Wisata Jatiluwih Tabanan, Bali”, Kawistara, Vol.3, No. 2, Agustus 2013,
hlm.132.
17
Ibid.
pariwisata: pertama, bahwa masyarakat terlibat dalam proses pengambilan
pemerintah dan swasta, untuk turut ambil bagian dalam pengambilan keputusan.
pemerataan hasil. Pandangan para ahli ini menunjukkan bahwa partisipasi adalah
18
Ibid.hlm.133.
menjadi penting untuk menghasilkan desa wisata yang berkelanjutan dan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan yang telah
ditentukan sebelumnya. Hasil yang optimal dapat diperoleh apabila upaya dan
pengembangan destinasi tersebut didukung oleh daya tarik pariwisata, sarana dan
perjalanan singkat dari satu tempat ke tempat lainnya, baik secara individu
dalam lingkuangan hidup dalam aspek alam, sosial, budaya, dan intelektual.23
menjadi subset atau bagian dari traveller atau visitor. Untuk dapat disebut sebagai
visitor adalah seorang traveller, tetapi tidak semua traveller adalah tourst.
Traveller memilki konsep yang lebih luas, yang dapat mengacu pada orang yang
19
Ibid.hlm.133.
20
Malayu Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Gunung Agung: Jakarta, 2002), hlm.31.
21
Sumiharjo. T, “Penyelenggaraan Pemerintah Daerah melalui Pengembangan Daya Saing Berbasih
Potensi Daerah”, (Bandung: Fokus Media, 2008), hlm.23.
22
Dian Herdiana, “Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis Masyarakat”,
JUMPA, Volume 6, Nomor 1, Juli 2019, hlm 66.
23
Ibid
mempunyai beragam peran dalam masyarakat yang melakukan kegiatan rutin di
dengan gaya hidup yang berbeda 25. Sementara Karyono mengatakan bahwa
sementara waktu. Kedua, dilakukan baik oleh pribadi atau perorangan maupun
hal ini dilakukan karena rasa ingin tau manusia terhadap kebudayaan masyarakat
dibelahan dunia lain. Istilah “budaya” bukan saja merujuk pada sastra dan seni,
tetapi juga pada keseluruhan cara hidup yang dipraktikkan manusia dalam
berikutnya, serta mencakup pengertian yang lebih luas dari lifestyle dan folk
24
I Gde Pitana & I Ketut Surya Diarta, “Pengantar Ilmu Pariwisata”, (Yokyakarta : C.V Andi
Offset, 2019), hlm.33.
25
Dian Herdiana, “Peran Masyarakat Dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Masyarakat”, JUMPA, Volume 6, Nomor 1, Juli 2019, hlm. 67.
26
Ibid
27
Ibid
heritage . Dalam pariwisata, jenis pariwisata yang menggunakan sumber daya
budaya sebagai modal utama dalam atraksi wisata sering dikenal sebagai
pengalaman nostalgia, dan gaya hidup lainnya. Pariwisata budaya adalah peluang
Sumber daya budaya yang bisa dikembangkan menjadi daya tarik wisata di
a. Bangunan bersejarah, situs, monumen, museum, galeri seni, situs budaya kuno
dan sebagainya.
b. Seni dan patung kontemporer, arsitektur, tekstil, pusat kerajinan tangan dan
seni, pusat desain, studio artis, industri film dan penerbit. dan sebagainya.
c. Seni pertunjukan, drama, sendratari, lagu daerah, teater jalanan. eksibisi foto,
pengunjung.28
dalam bentuk batu (pralingga) dan simbol-simbol yang memiliki makna sosial dan
religius. Itu juga merupakan bagian dari sejarah kerajaan Seleparang di Lombok.
Pura ini dibangun pada tahun 1681 Saka (1759 M). Pura Taman Lingsar memiliki
Pura Taman Lingsar didirikan bersama dengan Pura Suranadi, Pura Meru, Pura
membangun Pura Taman Lingsar. Pura ini unik karena memiliki dua tempat
ibadah yang dibangun oleh dua suku: Bali dan Sasak, serta dua agama: Hindu dan
Agar kehidupan antara dua suku bangsa dan dua agama selalu berdampingan
secara harmonis, rujukan dasar yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-
hari, seperti kegiatan slamatan, digunakan. Upacara daur hidup adalah contoh
keberhasilan dalam mencapai tujuan. Upacara yang paling umum dilakukan oleh
dua kelompok suku bangsa yang ada di Desa Lingsar adalah upacara kematian
dengan pemakaman bersama, piodalan atau pujawali saat dilakukan, dan tradisi
sebagai keyakinan yang menerima variasi dalam agama, budaya, peradaban, dan
28
I Gde Pitana & I Ketut Surya Diarta, Pengantar Ilmu Pariwisata, (Yokyakarta : C.V Andi Offset,
2019), hlm.74-76
pemikiran. Tidak hanya menerima keragaman pemahaman, tetapi juga menerima
kebenarannya masing-masing.29
Perang Topat, juga dikenal sebagai "Ketupat," adalah salah satu rangkaian
upacara Pujawali yang dilakukan untuk mengenang dan menghormati Syekh KH.
Abdul Malik, seorang penyiar agama Islam di Pulau Lombok. Daerah Lingsar di
Lombok Barat, tempat Perang Topat terjadi, dulunya adalah tempat tandus dan
gersang dengan semak belukar dan hewan liar. Daerah Lingsar menjadi makmur
generasi yang melibatkan suku dan umat yang berbeda yakni umat Hindu dan
payung agung, bunga setemen, pembuatan topat panja, senapan tiruaan, dan
kain putih. Adapun yang menjadi acara pendukungnya sebagai acara soldaritas
29
I Made Purna, “Merajut Pluralisme Di Desa Lingsar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa
Tenggara Barat”, Forum Arkeolog, Vol. 33, Nomor 2, Oktober 2020, hlm.152.
30
Ahmad Sodli, “Revitalisasi Kearifan Lokal Dalam Masyarakat Multikultural Di Kecamatan
Lingsar, Lombok Barat, NTB”, Jurnal Analisa, Volume XVII, No. 02, Juli - Desember 2010, hlm.189.
sosial antar umat Islam dan umat Hindu adalah begawe banjar, mendak kebon
b. Upacara inti Upacara inti ini dimulai dari dini hari (setelah subuh) yakni
peasji. Selanjutnya sekitar pukul 16.00 barulah diadakan tradisi Perang Topat.
Selain itu, tradisi perang topat memiliki makna bagi orang Islam,
a. Makna perang topat bagi orang Islam adalah sebagai cara untuk menunjukkan
rasa syukur dan ketaatan kepada Allah SWT, mengucapkan terima kasih
kepada mubalig KH Abdul Malik yang telah mensiyarkan agama Islam, dan
b. Makna perang topat bagi orang Hindu adalah sebagai cara untuk menunjukkan
rasa syukur dan ketaatan kepada Allah SWT. Upaya masyarakat Desa Lingsar
persaudaraan antara umat Islam dan Hindu adalah tradisi perang topat.31
31
Sarpin & Agung Pramunarti,” Upaya Masyarakat Dalam Melestariakan Tradisi Perang Topat Sebagai
Simbol Persaudaraan Umat Islam Dan Hindu Di Desa Lingsar Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok
Barat”, Historis, Vol.2 No.2, Desember 2017, hlm.26.
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
objek (benda), dan peristiwa yang terjadi secara sistematis tanpa adanya
merupakan pengumpulan data primer yang diperoleh langsung dari sumber asli
atau dapat dikatakan sebagai metode pengumpulan data dalam metode survey
Barat.
2. Pendekatan Penelitian
Adapun pendekatan yang harus digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
metode naturalistik karena penelitian ini dilakukan dengan kondisi yang alamiah
harus menggunakan instrumen kunci, teknik pengumpulan data, atau dengan cara
Adapun analisis data yang harus dilakukan dalam penelitian ini dengan cara
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
hlm.8-7.
menjadikan teori. Pendekatan yang harus digunakan dalam penelitian ini yaitu
data atau analisis data yang penting dengan situasi alamiah. Adapun yang
3. Lokasi Penelitian
Pura Lingsar itu sendiri, disisi lain Pura Lingsar sendiri memilki keunikan
tersendiri yang jarang ditemukan di NTB maupun Indonesia. Sehingga dalam hal
in Pura Lingsar sangat perlu untuk diteliti untuk dikembangkan menjadi suatu
desa wisata yang berbasikan pada budaya. dan belum ada penelitian terdahulu
Barat, NTB”.
33
Djam'an satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jilid 7, Bandung: Alfabeta,
2017, hlm. 25.
4. Teknik Pengumpulan Data
berbagai responden dengan cara mengukur pola yang sama. Adapun cara yang
harus digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Observasi
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
b. Wawancara
buku Sugiyono, wawancara ialah pertemuan antara dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
1) Wawancara terstruktur
34
Ibid,hlm.145.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabet, 2014), hlm.375)
ditetapkan dan tak boleh diubah-ubah. Pertanyaan yang diajukan
kontras dengan wawancara standar atau terstruktur yang hal ini tidaklah
36
Imam Gunawan, “Wawancara-Metode penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik)”, (Jakarta, Penerbit
PT.Bumi Aksara, 2016). hlm.162.
berarti bahwa wawancara tidak terstruktur adalah suatu yang gampang-
gampangan saja.37
tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, bertatap muka antara penanya
Disini peneliti harus mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang
37
Ibid, hlm.163.
38
Ali Kabul Mahi dan Sri Indra Trigunarso, Perencanaan Pembangunan Daerah Teori Dan Aplikasi,
(Jakarta: kencana, 2017), hlm. 26
c. Dokumentasi
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat,
Koran, majalah, prasasti, notulen rapat, leger nilai, agenda dan lain-lain.39
dalam bahan yang terbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia
dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu
mendapatkan data dan informasi dari infroman. Tujuan dari dokumentasi ini
a. Reduksi Data
dirangkum, dipilih hal-hal pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting. Data
dan kategori tertentu akan memberikan gambaran yang lebih tajam tentang
39
Johni Dimyati, Metode Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya, hlm.100.
40
Haryono & Cosmas Gatot, “Ragam Metode Penelitian Kualitatif Komunikasi”, (Jawa Barat: CV.
Jejak, anggota IKAPI, 2020), hlm.91.
hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data
yang diperoleh dalam peneliti agar peneliti bisa menggambarkan penelitian ini
lebih jelas. Peneliti mereduksi data dimulai dari menentukan fokus penelitian,
peneliti dalam mereduksi data akan di bantu oleh pembimbing karena peneliti
b. Penyajian Data
Penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, phie chard,
c. Penarikan Kesimpulan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena dalam
direkayasa.
6. Keabsahan Data
41
Djam'an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jilid 7, Bandung: Alfabeta,
2017.hlm.219.
42
Ibid, hlm.220.
Setelah peneliti selesai mengumpulkan dan menganalisis data langkah
selanjutnya yaitu pemeriksa keabsahan data. Menguji kredibilitas data dan dapat
diartikan sebagai kepercayaan terhadap data yang sudah diperoleh. Dalam hal ini
a. Tringulasi
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada.43
Konsep ini dilandasi asumsi bahwa setiap bias yang inheren dalam
sumber data, peneliti, atau metode tertentu, akan dinetralkan oleh sumber data,
(reliabilitas) data, serta bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data di
1) Triangulasi Sumber
43
Sugiyono, Metode Penelitian Manajemen, (Bandung: Alfabet, 2014), hlm. 415.
44
Imam Gunawan, “Wawancara-Metode penelitian Kualitatif (Teori dan Praktik)”, Jakarta,
Penerbit PT.Bumi Aksara, 2016. hlm.218.
"mengevaluasi". Kemudian yakin pada sejumlah orang untuk
arsip, dokumen sejarah, catatan resmi, catatan atau tulisan pribadi, dan
2) Trianggulasi Metode
data yang sama. Pelaksanaannya dapat juga dengan cara cek dan ricek.
yang sama.
yang mendekati kebenaran. Oleh karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan
jika data atau informasi yang diperoleh dari subjek atau informan
45
Ibid,hlm.219
jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film. novel dan
3) Triangulasi Peneliti
sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati suatu fenomena maka
data.47
4) Triangulasi Teoritik
pengumpulan data. dan analisis data yang lengkap, dengan demikian akan
46
Ibid,hlm.219
47
Ibid,hlm.220
Tidak seperti triangulasi peneliti atau metode, triangulasi ini memerlukan
pengetahuan teoritik secara mendalam atas hasil analisis data yang telah
diperoleh.48
b. Kecukupan Referensi
Dalam penelitian ini, referensi yang dipakai oleh peneliti ialah buku-
dokumentasi, data yang tersimpan dan lain sebagainya. Bahan referensi ini
48
Ibid,hlm.221
I. Sistematika Pembahasan
pembahasan penelitian yang dimaksud dalam peneliti ini tersusun atas empat bab,
diantaranya:
Bab I : Pendahuluan, bab ini berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup dan Setting Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka
Bab II : Berisi tentang Paparan Data dan Temuan Peneliti yang didapatkan langsung
dari lokasi Penelitian. Dalam hal ini, Peneliti mencoba menggambarkan secara singkat
Budaya Perang Ketupat (Pura Lingsar), Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, NTB.
BAB III : Berisi tentang pembahasan. Dalam hal ini, peneliti menguraikan tentang
hasil jawaban atas pertanyaan yang terdapat di rumusan masalah mengenai Peran
BAB IV : Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran. Kesimpulan berisi tentang
Wisata Budaya Perang Ketupat (Pura Lingsar), Kecamatan Lingsar, Lombok Barat,
NTB. dan Saran berisi tentang saran peneliti kepada Masyarakat Lokal , Pokdarwis,
Perangkat Desa, dan Akademisi, serta segenap elemen Masyarakat yang ikut andil
1 2 3 4 5 6
1. Pengajuan Judul √
2. Penyusunan √
Proposal
3. Seminar Proposal √
4. Penelitian di √
Lapangan atau
Pengumpulan
data
Data
6. Penyusunan √
Skripsi
7. Sidang Skripsi
Daftar Pustaka
Nusa Tenggara Barat, Forum Arkeolog, Vol. 33, Nomor 2, Oktober 2020.