Anda di halaman 1dari 3

PERTEMPURAN SURABAYA (surabaya vs

belanda)
informations.

HOW IT STARTED

17 Agustus 1945, tepat setelah proklamasi dibacakan, Indonesia sedang semangat


semangatnya mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih.

Namun pada 19 Agustus 1945, disuatu hotel bernama Hotel Yamato, yang terletak
di Surabaya mengibarkan bendera Belanda dilangitnya.

Warga-warga Indonesia yang baru saja merasakan bebas setelah kemerdekaan


berlalu, merasa terhina dan melawan, hingga bendera berhasil dimusnahkan.

Peristiwa itu membuat warga Surabaya menjadi was-was, karena mereka tahu
warga Belanda bisa datang kembali kapan saja untuk menjajah.

Di sisi lain, pasukan sekutu datang ketanah Jawa. Katanya, mereka datang dengan
tujuan yang 'netral'. Tetapi tentu saja, keberadaan mereka membuat warga
Indonesia curiga, takut jika ada sang penjajah lama membonceng dibelakang.

Benar saja, terjadilah berbagai gesekan dan ketegangan. lalu pada puncaknya,
sang pimpinan lawan sampai meregang nyawa. Inggris pun murka, dan
memberikan sebuah ultimatum kepada Surabaya.

Mereka menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi ancaman tentang bagaimana


mereka harus mengembalikan seluruh senjata hasil jerih payahnya kembali ke
tentara Jepang, jika mereka tidak menyetujuinya, maka yang masih memegang
senjata akan langsung ditembak ditempat.

Tentu saja, Jika ditolak, mereka akan melepaskan seluruh kekuatan dari Laut,
darat, hingga udara.
Surabaya sempat bimbang, ingin menghindar dari pertumpahan darah ini.

Tetapi keputusan pun akhirnya tercipta. Kedaulatan warga Surabaya akan terus
dipertahankan.

THE WAR BEGINS


Perang sudah didepan mata, rakyat-rakyat Surabaya mulai berkumpul dan bersiap,
termasuk salah satu tokoh perjuangan, BUNG TOMO.

Melalui siaran radio bentukannya, Bung Tomo turut membangkitkan moral


pejuang melalui pidato fenomenal.

"Hai rakyat jelata, di seluruh Indonesia. Terutama.. Saudara-saudara penduduk


kota Surabaya. Kita semua telah mengetahui, bahwa hari ini tentara Inggris telah
menyebarkan pamflet-pamflet yang memberikan suatu ancaman kepada kita
semua. Kita diwajibkan, dalam waktu yang mereka tentukan, menyerahkan
senjata-senjata yang telah kita rebut dari tangannya tentara Jepang.
Saudara-saudara rakyat Surabaya, siaplah keadaan genting! Tetapi saya
peringatkan sekali lagi, JANGAN MULAI MENEMBAK! Baru kalau kita ditembak,
maka kita akan ganti menyerang mereka itu! Kita tunjukkan, bahwa kita adalah
orang-orang yang benar-benar ingin merdeka. Dan untuk kita saudara-saudara,
lebih baik kita hancur daripada tidak merdeka!
MERDEKA, ATAU MATI."

Hari pertempuran pun datang. Para penduduk Surabaya memegang senjata


ditangan. Pemuda yang telah bergotong-royong semalaman telah siap menghalau
lawan.

Saat itu, pasukan Indonesia telah terdiri dari banyak elemen. Tentara, polisi,
pelajar, badan-badan perjuangan, hingga petani dan pedagang. Dengan berbekal
berbagai senjata rampasan Jepang, mereka akan mencoba mempertahankan kota
dari Serangan serdadu bersenjata lengkap yang baru saja memenangkan perang
dunia kedua.
Serangan sekutu akhirnya tiba, Inggris membongkar Surabaya melalui serangan
udara dan darat. Tidak butuh lama, korban-korban mulai berjatuhan. Banyak
dinataranya adalah warga sipil tak berdosa, dari hari per hari, perang berjalan dari
pintu ke pintu.

Sampai pada minggu pertama, pihak lawan berhasil menguasai berbagai lokasi
penting. Namun berkat perjuangan rakyat Surabaya, perlawanan tetap berlangsung.

Pada akhirnya, perang berakhir. Diperkirakan, sebanyak 15 ribu pihak Indonesia


meninggal dari 3 minggu peperangan, dan 1500 pihak Inggris meninggal.
Walaupun pasukan Indonesia berhasil dipukul mundur, kelak para Serdadu Inggris
mengakui bahwa perang di Surabaya ini menjadi yang terberat pasca perang dunia
2.

CLOSING
Saat ini, 10 November menjadi hari kita mengenang pahlawan yang telah berjuang
sampai kehabisan darah. Pahlawan-pahlawan Indonesia yang berjuang mati demi
mempertahankan Bangsa Kita, Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai