Anda di halaman 1dari 15

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR … TAHUN ….
TENTANG
TENAGA KERJA ALIH DAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan tujuan pembentukan


negara Indonesia dan mewujudkan masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara perlu
melakukan berbagai upaya untuk memenuhi hak
warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan;
b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 64
Undang –Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta
Kerja, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang
Tenaga Kerja Alih Daya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu
menetapkan Peraturan Presiden tentang Tenaga
Kerja Alih Daya;
d. bahwa dengan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat yang berkembang dalam menjaga
stabilitas perekonomian negara, perlu ditetapkan
penyesuaian atas batasan suatu kontrak kerja pada
tenaga ahli daya guna untuk mempertahankan
hubungan kerja;

Mengingat . . .
SK No 132894 A
-2-
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945;
2. Pasal 28D ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945;
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja;
5. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta
Kerja;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG TENAGA KERJA ALIH


DAYA.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
1. Pekerja/Buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima Upah atau imbalan dalam bentuk lain.
2. Pengusaha adalah:
a. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang menjalankan suatu Perusahaan
milik sendiri;
b. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan
Perusahaan bukan miliknya;
c. orang perseorangan, persekutuan, atau badan
hukum yang berada di Indonesia mewakili
Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
3. Hubungan Kerja adalah hubungan antara Pengusaha
dengan Pekerja/Buruh berdasarkan Perjanjian Kerja, yang
mempunyai unsur pekerjaan, Upah, dan perintah.

4.Perjanjian . . .

SK No 011024 A
-3-
4. Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara Pekerja/Buruh
dengan Pengusaha atau pemberi kerja yang memuat
syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
5. Perusahaan adalah:
a. setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau
tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan,
atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun
milik negara yang mempekerjakan Pekerja/Buruh
dengan membayar Upah atau imbalan dalam bentuk
lain;
b. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain
dengan membayar Upah atau imbalan dalam bentuk
lain.
6. Upah adalah hak Pekerja/Buruh yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
Pengusaha atau pemberi kerja kepada Pekerja/Buruh
yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu
Perjanjian Kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-
undangan, termasuk tunjangan bagi Pekerja/Buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang
telah atau akan dilakukan.
7. Waktu Kerja Lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7
(tujuh) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu
atau 8 (delapan) jam sehari dan 40 (empat puluh) jam 1
(satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu atau waktu kerja pada hari istirahat mingguan
dan/atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
pemerintah.
8. Upah Kerja Lembur adalah Upah yang dibayarkan oleh
Pengusaha kepada Pekerja/Buruh yang melaksanakan
pekerjaan dalam Waktu Kerja Lembur.
9.Peraturan . . .

SK No 011024 A
-4-
9. Peraturan Perusahaan adalah peraturan yang dibuat
secara tertulis oleh Pengusaha yang memuat syarat-
syarat kerja dan tata tertib Perusahaan.
10. Perusahaan Alih Daya adalah badan usaha berbentuk
badan hukum yang memenuhi syarat untuk
melaksanakan pekerjaan tertentu berdasarkan perjanjian
yang disepakati dengan Perusahaan pemberi pekerjaan.

BAB II
ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
(1) Peraturan Presiden ini diselenggarakan berdasarkan asas:
a. pemerataan hak;
b. kepastian hukum;
c. kemudahan berusaha;
d. kebersamaan; dan
e. kemandirian
(2) Selain berdasarkan asas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), penyelenggaraan Alih Daya dilaksanakan
berdasarkan asas lain sesuai dengan bidang hukum yang
diatur dalam undang-undang yang bersangkutan.

Pasal 3
Peraturan Presiden ini dibentuk dengan tujuan untuk:
a. menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan
memberikan kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan terhadap perusahaan alih daya sebagai
upaya untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang
seluas-luasnya dengan tetap memperhatikan
keseimbangan dan kemajuan antar daerah dalam
kesatuan ekonomi nasional;

b.menjamin . . .

SK No 011024 A
-5-
b. menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan,
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
layak dalam hubungan kerja; dan
c. melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang
berkaitan dengan keberpihakan, penguatan, dan
perlindungan bagi tenaga kerja alih daya.

Pasal 4

Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3, ruang lingkup Peraturan Presiden ini meliputi:
a. ketenagakerjaan;
b. kemudahan, perlindungan, serta pemberdayaan
tenagakerja alih daya;
c. pengenaan sanksi.

Pasal 5
Ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 meliputi
bidang hukum yang diatur dalam undang-undang terkait.

BAB III
PERLINDUNGAN TENAGA KERJA ALIH DAYA

Pasal 6
(1) Perusahaan Alih Daya harus berbentuk badan hukum
dan wajib memenuhi perizinan berusaha, norma, standar,
prosedur, dan kriteria perizinan berusaha yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat
(2) Perlindungan pekerja/buruh, upah dan kesejahteraan,
syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul
dilaksanakan sekurang-kurangnya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang- undangan dan menjadi
tanggung jawab perusahaan alih daya, diatur dalam
Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama.
3.Perlindungan . . .

SK No 011024 A
-6-

(3) Perlindungan social dalam bentuk kesehatan kerja adalah


perlindungan yang berhubungan dengan usaha
masyarakat dan bertujuan agar pekerja/buruh
mendapatkan pengembangan kehidupan yang layak
seperti manusia lainnya.
(4) Perlindungan teknis dalam bentuk keselamatan kerja
adalah perlindungan yang berhubungan dengan upaya
menjaga agar pekerja/buruh tidak mengalami kecelakaan
dalam bekerja yang disebabkan alat-alat kerja atau bahan
yang dikerjakan.
(5) Perlindungan ekonomis dengan bentuk jaminan ocial
adalah perlindungan yang memberikan kepastian kepada
pekerja/buruh mengenai ketercukupan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidup pekerja beserta
anggota keluarga.

BAB IV
GAJI DAN TUNJANGAN

Pasal 7

(1) Jumlah gaji dan tunjangan yang akan diterima serta


waktu pembayaran sesuai dengan yang telah disepakati.
(2) Dalam perjanjian kerja dicantumkan jumlah gaji yang
akan diterima karyawan beserta dengan waktu
pembayarannya.
(3) Jumlah gaji harus mengikuti ketentuan upah minimum
rata-rata sesuai dengan ketentuan wilayah masing-masing
(4) Gaji dan tunjangan dipotong dengan persenan yang
rendah maksimum 20 persen dari gaji dan tunjangan
yang diterima.

5.Jika . . .

SK No 011024 A
-7-
(5) Jika ada situasi di mana jumlah gaji dan tunjangan yang
diterima tidak sesuai dengan kontrak kerja yang
disepakati, maka kontrak kerja dianggap batal demi
hukum.
(6) Dan perusahaan bertanggung jawab dalam kelalaian
kontrak kerja yang tidak sesuai kesepakatan antara
perusahaan dan pekerja/buruh.

Pasal 8

(1) Upah lembur dihitung berdasarkan jam lemburnya,


(2) Penetapan upah jam lembur dibayarkan sesuai dengan
kesepakatan antara perusahaan dengan pekerja/buruh,
(3) Kesepakatan sebagaimana yang dimaksud ayat (2)
minimal 5 persen terhitung dari gaji,
(4) Perusahaan wajib bertanggung jawab atas kesepakatan
dan penetapan upah lembur terhadap pekerja/buruh,
(5) Pertanggungjawaban yang dimaksud ayat (4) berupa:
a. Pemberian upah lembur harus dibayarkan
sepenuhnya oleh perusahaan pada saat pemberian
gaji,
b. pemberian gaji serta upah ditetapkan berdasarkan
waktu yang telah disepakati,

BAB IV
PERJANJIAN KERJA

Pasal 9
(1) Perjanjian kerja dibuat atas dasar:
a. kesepakatan kedua belah pihak;
b. kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan
hukum;
c. adanya pekerjaan yang diperjanjikan; dan

d.pekerjaan . . .

SK No 011024 A
-8-

d. pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan


dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan
perundang undangan yang berlaku
(2) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang
bertentangan dengan para pihak yang bertentangan
dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a dan b dapat dibatalkan.
(3) Perjanjian kerja yang dibuat oleh para pihak yang
bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf c dan d batal demi hukum.
(4) Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang
kurangnya memuat:
a. nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;
b. nama, jenis kelamin, umur, dan alamat
pekerja/buruh;
c. jabatan atau jenis pekerjaan;
d. tempat pekerjaan;
e. besarnya upah dan cara pembayarannya;
f. syarat syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban
pengusaha dan pekerja/buruh;
g. mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
h. tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; dan
i. tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja.
(5) Ketentuan dalam perjanjian kerja sebagaimana dimaksud
dalam angka 4 huruf e dan f, tidak boleh bertentangan
dengan peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama,
dan peraturan perundang undangan yang berlaku.
(6) Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud dalam angka 4
dibuat sekurang kurangnya rangkap 2 (dua), yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta
pekerja/buruh dan pengusaha masing masing mendapat
1 (satu) perjanjian kerja.

Pasal 10 . . .

SK No 011024 A
-9-
Pasal 10
(1) Perjanjian kerja harus jelas aturan hukum yang mengatur
kedua belah pihak.
(2) Perjanjian Kerja sebagaimana dimaksud dalam angka 1
harus dibuat secara jelas dengan bahasa yang mudah
dipahami oleh para pihak,
(3) Apabila pekerja bekerja sama dengan pihak ketiga dalam
suatu usaha dan/ atau suatu pelayanan yang membuat
pekerja mengikatkan diri pada pihak ketiga, pekerja wajib
menerima hak-hak dari perusahaan yang membuat
perjanjian pekerja dengan pekerja
(4) Pekerja tetap mendapatkan perlindungan baik secara
lingkungan sosial maupun secara hukum di tempat
pekerja ditempatkan untuk bekerja

Pasal 11
Masa Kerja Alih Daya

(1) Masa kerja untuk pekerja alih daya ditentukan


berdasarkan perjanjian kerja yang disepakati antara
perusahaan pemborong dengan agen penyalur tenaga
kerja atau penyedia tenaga kerja,
(2) Masa kerja pekerja alih daya yang diperpanjang oleh
perusahaan pemborong dalam jangka waktu lebih dari
dua tahun, maka untuk perjanjian selanjutnya akan
diatur dalam Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tentu (PKWTT)
sebagai pekerja tetap,
(3) Pekerja alih daya yang bekerja dengan masa waktu yang
jelas atau pekerjaan yang akan selesai tepat waktu akan
bekerja sesuai PKWT, paling lama dua tahun dan
dilindungi pengalihan kerjanya oleh Transfer of Protection
Employment (TuPE).

Pasal 12 . . .

SK No 011024 A
-10-

Pasal 12
Jaminan Keselamatan Kerja (K3)

(1) Pekerja alih daya wajib mendapatkan jaminan


keselamatan kerja
(2) Pekerja alih daya wajib dibekali pengetahuan K3 oleh
perusahaan alih daya, untuk mengetahui titik bahaya dan
resiko yang bertujuan untuk meminimalisir resiko
kecelakaan kerja.
(3) Setiap pekerja alih daya wajib didaftarkan ke dalam
jaminan kesehatan yang merupakan program pemerintah
(4) Pendaftaran para pekerja alih daya yang didaftarkan ke
dalam jaminan kesehatan merupakan tanggung jawab
perusahaan
(5) Perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerja alih daya ke
dalam jaminan kesehatan maka dapat dikenakan sanksi
administrasi.

Pasal 13
Tanggung Jawab Perusahaan Alih Daya

(1) Perusahaan alih daya bertanggung jawab penuh terhadap


semua yang timbul akibat hubungan kerja pekerja alih
daya;
(2) Perusahaan alih daya wajib memberi uang kompensasi
yang menjadi hak pekerja alih daya sesudah berakhirnya
hubungan kerja;
(3) Uang kompensasi tersebut diberikan kepada pekerja
sesuai dengan masa kerjanya di perusahaan yang
bersangkutan;
(4) Perusahaan alih daya juga wajib membayar ganti rugi
kepada pekerja alih daya sebesar upah sampai batas
waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja bila
Salah . . .

SK No 011024 A
-11-
salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum
berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja yang disepakati.
(5) Perusahaan alih daya wajib membayar uang pesangon
dan/atau uang penghargaan masa kerja (UPMK) dan uang
penggantian hak (UPH). Pengaturan mengenai uang
pesangon ini dikembalikan lagi kepada pihak perusahaan.

BAB V
BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA

Pasal 14
Perjanjian kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 9, berakhir
disebabkan karena:
a. masa berlaku perjanjian yang kadaluarsa;
b. adanya pemutusan perjanjian dari salah satu pihak;
c. terjadinya wanprestasi dari salah satu pihak;
d. adanya keadaan memaksa sehingga dibatalkannya
perjanjian; atau
e. salah satu pihak meninggal dunia.
f. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau
penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Pasal 15

Berakhirnya suatu ikatan perjanjian kerja dapat didasarkan


atas ketentuan yang berlaku dalam perusahaan.

Pasal 16 . . .

SK No 011024 A
-12-

Pasal 16

(1) Jika salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja


sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam
perjanjian kerja dan bukan karena ketentuan yang ada
dalam pasal 14, maka pihak yang mengakhiri hubungan
kerja diwajibkan membayar ganti rugi.
(2) Ganti rugi yang dibayarkan tersebut sebesar upah pekerja
atau buruh sampai batas waktu berakhirnya jangka
waktu perjanjian kerja.

Pasal 17

Perusahaan alih daya harus memberikan uang kompensasi ke


pekerja PKWT yang berakhir hubungan kerjanya karena:
1. Telah berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
2. Telah selesainya pekerjaan tertentu;
3. Diputus hubungan kerjanya sebelum masa kontrak
berakhir.

Pasal 18

Selain kompensasi, pekerja PKWT juga berhak menerima ganti


rugi kepada pihak lainnya sebesar upah sampai batas waktu
berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja bila salah satu
pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka
waktu yang ditetapkan dalam PKWT.

Pasal 19

(1) Apabila hubungan kerja pekerja alih daya yang


didasarkan PKWTT diputus, pengusaha wajib membayar
Uang . . .

SK No 011024 A
-13-
uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja
(UPMK) dan uang penggantian hak (UPH).
(2) Namun, hak-hak yang diterima besarannya berbeda-beda
tergantung alasan berakhirnya hubungan kerja.

Pasal 20
PERPANJANGAN KONTRAK KERJA

(1) Dalam hal jangka waktu PKWT akan berakhir dan


pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai maka dapat
dilakukan perpanjangan PKWT dengan jangka waktu
sesuai kesepakatan antara pengusaha dan
pekerja/buruh,
(2) Dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT
beserta perpanjangannya tidak lebih dari 5 tahun.

Pasal 21
Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara RePublik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Januari 2024
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

JOKO WIDODO

SK No 011024 A
-14-

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Januari
MENTERI HUKUM DAN HAKASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN …. NOMOR ..

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTRIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Deputi Bidang Perundang-undangan dan
Administrasi Hukum,

Lydia Silvanna Djaman

SK No 011024 A
SK No 011024 A

Anda mungkin juga menyukai