Anda di halaman 1dari 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL

ANGKA 1-10 DENGAN METODE BERNYANYI PADA ANAK


USIA DINI DI KELOMPOK A

TK DHARMA WANITA PERSATUAN 4 PAGAK

DI SUSUN OLEH : MIFTAUL UMAMI , S.Pd


NIM : 233114714799

JL. PERTUKANGAN RT.13 RW 04 DUSUN BANDARANGIN DESA


SUMBEREJO
KECAMATAN PAGAK KABUPATEN MALAN
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah fase awal dalam proses pendidikan yang
memiliki peran penting dalam pertumbuhan anak. Kemampuan kognitif memainkan peran
yang sangat vital dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Melalui perkembangan
kognitif, anak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolah. Pada usia pra-sekolah atau awal
Sekolah Dasar, anak sudah dapat diajari menulis, menggambar, melukis, dan berbaris. Melalui
perkembangan kognitif yang normal, anak dapat berinteraksi dan bermain dengan teman
sebaya. Selain stimulasi yang diberikan untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak,
perkembangan ini juga sangat penting bagi perkembangan anak.

Salah satu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kognitif anak adalah mengenali
angka 1-10. Kegiatan ini bertujuan sebagai langkah awal untuk mempersiapkan anak dalam
menulis, terutama dalam menggenggam pensil. Salah satu masalah yang sering muncul pada
anak usia dini adalah kesulitan dalam aspek-aspek perkembangan seperti kognitif. Pada tahap
ini, anak-anak seringkali bingung dalam menyebutkan angka, misalnya 6 sering disebutkan
sebagai 9, dan sebaliknya. Mereka juga seringkali mengalami kesulitan dalam menulis angka,
seperti menulis angka 3 dan 7 yang seringkali terbalik.
TOPIK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL ANGKA 1-10 DENGAN


METODE BERNYANYI PADA ANAK USIA DINI DI KELOMPOK A
TK DHARMA WANITA PERSATUAN 4 SUMBEREJO PAGAK

A. DESKRIPSI STUDI KASUS


Beberapa bulan yang lalu, ketika saya mengajar anak-anak kelas A di TK
DHARMA WANITA PERSATUAN 4 PAGAK, saya menghadapi beberapa masalah
atau situasi. Saat saya memulai kegiatan mengenal angka 1-10, saya melihat sebagian
anak kurang termotivasi untuk belajar. Mereka terlihat pasif, ada yang berbicara
dengan teman-temannya, bahkan ada yang tampak mengantuk. Beberapa anak juga
terlihat tidak tertarik dan menunjukkan sikap malas, seperti meletakkan dagu di atas
meja. Setelah berdiskusi dengan mereka, saya menemukan bahwa anak-anak merasa
bahwa materi mengenal angka terlalu sulit, mereka kesulitan menirukan bentuk angka
dengan rapi dan merasa bosan.

Selama saya mengajar, saya melihat bahwa anak-anak cenderung menunggu


arahan dari saya, mereka duduk diam dan tidak memperhatikan penjelasan saya. Saat
saya memberikan pertanyaan, sebagian besar dari mereka tidak merespons dan hanya
sedikit yang mau menjawab. Bahkan ketika saya meminta mereka untuk memberikan
tanggapan terhadap jawaban teman mereka, mereka juga tidak memberikan respons.
Ketika saya mengajak mereka untuk mendemonstrasikan atau praktik menirukan
angka 1-10 di depan kelas, tidak ada yang mau maju. Akibatnya, hasil dari kegiatan
ini rendah, dengan hanya 45% anak yang mendapat nilai baik.

Sebagai seorang guru, saya merasa tertantang untuk menemukan cara agar
anak-anak lebih termotivasi dalam belajar mengenal angka 1-10 dengan cara yang
menyenangkan dan sesuai dengan karakteristik mereka. Saya berharap dapat
menciptakan lingkungan belajar yang lebih menarik dan menghibur bagi mereka,
sehingga motivasi belajar dan hasilnya dapat meningkat.
B. ANALISIS SITUASI
Berdasarkan kasus yang saya hadapi, saya melakukan diskusi dengan rekan
sejawat dan kepala sekolah untuk membahas materi yang telah disampaikan
sebelumnya. Selain itu, saya juga mencari cara-cara untuk mengatasi masalah tersebut
dengan membaca berbagai sumber yang relevan dan mempelajari cara menyusun
indikator untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

Saya juga berdiskusi dengan teman sejawat tentang pendapat mereka


mengenai cara membuat pembelajaran yang lebih menyenangkan. Saya juga
menanyakan kepada kepala sekolah mengenai perumusan kriteria ketercapaian tujuan
pembelajaran dan metode pembelajaran yang menarik sesuai dengan kebutuhan anak.
Dari berbagai ide pembelajaran yang menarik, saya memilih Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBL) yang didukung dengan media pembelajaran inovatif untuk
mengajarkan materi mengenal angka 1-10. Metode ini melibatkan kegiatan menyanyi
sambil menulis bentuk angka, yang diharapkan lebih menarik bagi anak-anak.
Penggunaan media inovatif disesuaikan dengan karakteristik anak-anak.

Meskipun masih mengalami kesulitan dalam menemukan media pembelajaran


inovatif yang sesuai dengan karakteristik anak-anak dan dapat menyesuaikan dengan
gaya belajar masing-masing anak, saya mencoba berkolaborasi dengan teman sejawat
untuk mengatasi tantangan ini. Saya juga melibatkan anak-anak dalam proses ini
dengan menanyakan media apa yang mereka sukai dan apa harapan mereka saat
belajar dengan saya.

C. ALTERNATIF SOLUSI
Dengan mengikuti hasil dari diskusi, saya memutuskan untuk melaksanakan
pembelajaran mengenal angka 1-10 dengan menerapkan Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBL) serta menggunakan media inovatif yang sesuai dengan karakteristik
anak-anak. Saya memulai pembelajaran dengan membuka kelas dan mengajak anak-
anak untuk bernyanyi sambil menuliskan bentuk angka 1-10 di papan tulis.
Selanjutnya, saya memberikan orientasi permasalahan menggunakan berbagai media,
termasuk video yang menampilkan bentuk angka 1-10 yang benar kepada anak-anak.
Hal ini membuat anak-anak semakin termotivasi karena mereka mendapatkan
beragam media inovatif yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Setelah orientasi permasalahan, saya mengajak anak-anak untuk melakukan


praktik sederhana terkait mengenal angka 1-10. Saya membagi mereka menjadi
beberapa kelompok dan memberikan alat dan bahan sehingga setiap kelompok dapat
mencoba mengenal angka 1-10 secara interaktif. Saya juga menyediakan berbagai
macam media, termasuk yang berwarna-warni dan memiliki pola yang bervariasi.
Selain itu, saya menggunakan bahan-bahan bekas seperti stik es krim untuk membuat
pagar rumah dengan menempelkan angka 1-10. Anak-anak sangat antusias dengan
kegiatan ini dan terlihat senang untuk belajar, mereka bersemangat untuk mencoba
menulis angka di papan sambil bernyanyi.

Selain melakukan praktek, saya juga mengajak anak-anak untuk mengamati


berbagai macam media yang ada di sekolah, terutama di dalam kelas. Hal ini membuat
mereka semakin senang dan bersemangat dalam belajar. Sumber daya yang saya
manfaatkan tidak memerlukan biaya besar karena sebagian besar dari bahan yang saya
gunakan adalah bahan bekas, dan media inovatif yang saya gunakan adalah buatan
sendiri. Saya juga telah meminta izin kepada teman sejawat untuk menerapkan
pembelajaran ini serta meminta mereka untuk melakukan observasi terhadap kegiatan
mengenal angka di sekolah..
D. EVALUASI HASIL DAN DAMPAK
Setelah menerapkan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) yang didukung
dengan media inovatif, saya melihat bahwa anak-anak sangat senang dan antusias
dalam belajar. Mereka terlibat aktif dalam pembelajaran, tidak hanya mendengarkan
tetapi juga bertanya kepada saya dan rekan sejawat mereka. Anak-anak merespons
dengan aktif terhadap pertanyaan yang diajukan, baik oleh saya maupun oleh
kelompok lainnya. Mereka juga sangat aktif dalam praktik mengenal angka 1-10,
berkolaborasi dengan teman-teman mereka, dan mempresentasikan hasil praktik
mereka.

Anak-anak menyatakan bahwa pembelajaran mengenal angka kali ini tidak


lagi membosankan. Mereka merasa termotivasi dan senang karena pembelajarannya
sangat menyenangkan. Mereka merasa lebih mampu untuk melakukan praktik dan
memahami materi dengan lebih baik. Anak-anak juga sangat mengapresiasi
penggunaan berbagai media inovatif yang sesuai dengan karakteristik mereka.

Selain itu, setelah saya melakukan evaluasi dengan bantuan aplikasi, hanya 4
dari 18 anak yang memperoleh nilai kurang, sedangkan 14 anak lainnya memperoleh
nilai yang bagus. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mengenal angka 1-10
meningkat secara signifikan setelah penerapan metode pembelajaran yang lebih
menyenangkan dan berbasis masalah.

.
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada usia 4-5 tahun, ketika anak-anak memasuki kelas A, kemampuan koordinasi antara
tangan, lengan, dan jari-jemari semakin berkembang, memungkinkan mereka untuk melakukan
gerakan dengan tepat berdasarkan arahan visual. Stimulasi yang tepat diperlukan untuk
mengembangkan kemampuan kognitif mereka, termasuk mengenal angka 1-10. Salah satu
metode yang efektif adalah melibatkan mereka dalam kegiatan menyanyi sambil menulis
angka. Selain itu, eksplorasi aktif terhadap lingkungan sekitar oleh anak-anak juga sangat
membantu mereka dalam memanipulasi berbagai objek dan memperkuat pemahaman mereka
tentang angka dan konsep matematika lainnya.
study kasus emak rev1-
1709469816627
by By Turnitin

Submission date: 03-Mar-2024 04:45AM (UTC-0800)


Submission ID: 2310158831
File name: study_kasus_emak_rev1-1709469816627.docx (23.64K)
Word count: 1168
Character count: 7567
4
3
4

1
1

1
2

2
study kasus emak rev1-1709469816627
ORIGINALITY REPORT

20 %
SIMILARITY INDEX
20%
INTERNET SOURCES
5%
PUBLICATIONS
13%
STUDENT PAPERS

PRIMARY SOURCES

1
sumsel.tribunnews.com
Internet Source 11%
2
Submitted to Universitas Mataram
Student Paper 4%
3
es.scribd.com
Internet Source 3%
4
repo.uinsatu.ac.id
Internet Source 2%

Exclude quotes On Exclude matches < 2%


Exclude bibliography On

Anda mungkin juga menyukai