Kualitas telur dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik sebelum maupun sesudah oviposisi telur. Telur saat berada dalam saluran reproduksi indukan selama lebih dari 24 jam pasti mengalami banyak proses yang natinya akan mempengaruhi kualitas telur tersebut. Beberapa Faktor yang mempengaruhi kualitas telur sebelum oviposisi diantaranya: 1. faktor genetik Faktor genetik adalah faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas telur yang mencakup ukuran dan berat telur, warna dan ketebalan kerabang, adanya noda darah, serta banyaknya putih telur kental yang berbeda antara tiap kelas, strain, family dan individu ayam (Islam et al. 2001). 2. Umur dan Berat Induk Umur dan berat induk merupakan faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan kualitas telur. Ayam akan menghasilkan telur dengan berat dan ukuran yang semakin besar sejalan dengan bertambahnya umur ayam karena semakun meningkat ukuran kuning telur dan lebar isthmus, begitupun sebaliknya produksi telur akan semakin menurun karena degradasi organ reproduksi. Ayam petelur berdasarkan beratnya terbagi menjadi tiga tipe, yaitu ayam petelur tipe besar, sedang, dan kecil. Ayam petelur tipe besar, dan sedang cenderung akan menghasilkan telur yang relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ayam petelur tipe kecil, namun sebaliknya ayam petelur tipe kecil akan mampu menghasilkan telur yang lebih banyak dari pada ayam petelur tipe sedang, dan besar (Amrullah, 2002). 3. Penyakit Beberapa penyakit seperti ND (Newcastle disease) dan infeksi bronkitis pada ayam dapat menimbulkan abnormalitas pada kulit telur. Penyakit tersebut juga dapat menimbulkan penurunan kualitas pada putih telur dan kuning telur. Selain itu, Stres atau cekaman juga merupakan kondisi yang mengganggu kenyamanan ayam sehingga dapat membuat proses produksi telur menjadi terganggu. 4. Suhu lingkungan Induk Suhu panas lingkungan juga dapat mempengaruhi kualitas putih telur dan mengurangi kekuatan maupun ketebalan kulit telur. Hal tersebut terjadi karena penurunan nafsu makan pada ayam sehingga gizi yang diperlukan tidak mencukupi. Suhu maksimal lingkungan diperkenankan mencapai 29 0C (85 0F) (Sudaryani, 2003). 5. Pakan Kandungan kalsium dan fosfor yang tidak terpenuhi dalam pakan akan mengakibatkan kerabang yang tipis dan rapuh. Dengan adanya peningkatan terhadap kandungan protein, asam linoleate, dan sumber energi pada pakan akan meningkatkan ukuran, berat telur, serta nutrisi yang dibutuhkan dalam telur (Bell dan Weaver, 2002). Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas telur sesudah oviposisi diantaranya: 1. Suhu penyimpanan telur Suhu optimum penyimpanan telur yaitu antara 12-15 0C dan kelembapan 70-80%. Penyimpanan di bawah atau di atas suhu optimum tersebut akan berpengaruh kurang baik pada kualitas telur. Penyimpanan telur dalam skala besar baiknya dilakukan di ruang pendingin seperti ruangan ber-AC. 2. Lama penyimpanan Salah satu kelemahan pada telur yaitu mudah rusak selama penyimpanan yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang mengkontaminasi telur. Semakin lama penyimpanan telur maka kualitas telur akan mengalami penurunan yang diakibatkan keluarnya gas karbondioksida (CO2) pada telur. DAFPUS
Amrullah, I. K. 2002. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.
Bell, D. and W. D.Weaver. 2002. Commercial Chicken Production Meat and Egg Production.5th Edition. Springer Science and Business Media Inc : United Stated. Islam, M.A., S.M. Bulbul, G. Seeland, & A.B.M.M. Islam. 2001. Egg quality of different chicken genotypes in summer-winter. Pakistan J. Bio. Sci. 4(11):1411-1414. Rasyaf, M., 1994. Makanan Broiler. Kanisius, Yogyakarta Sudaryani, T. 2003. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.