22
2. Perancangan Alat Pengupas Buah Kopi/Ceri Kopi Basah Kapasitas 120 kg/jam.
Gambar II. 2 Alat Pengupas Kulit Kopi Basah Kapasitas 120 kg/jam (2)
Perancangan dinding pemecah pada mesin pengupas buah kopi/ceri kopi ini
merupakan Penelitian Dosen dan Mahasiswa Politeknik Caltex Riau (3). Penelitian
ini dilakukan untuk mempermudah pengupasan buah kopi secara efisien dan
sederhana, karena mesin teridiri atas bagian pengupas dan pemecah kulit kopi,
sehingga mampu memisahkan hasil pengupasan secara mekanik dengan persentase
pengupasan terbaik sebesar 96%. Mesin yang dibuat seperti pada Gambar II.3
dibawah ini :
23
Gambar II. 3 Perancangan Dinding Pemecah Pengupas Kulit Kopi Kering. (3)
Sub bab dasar teori membahas dan menjelaskan teori tentang pengupasan
kulit buah biji kopi, mekanisme pengupasan, dan pengeringan biji kopi hasil
pengupasan serta perhitungan yang dapat membantu penyelesaian perancangan
ulang mesin pengupas buah kopi.
proses pengupasan kulit buah kopi/ceri kopi atau pulping adalah tahapan
proses pengolahan buah kopi/ceri kopi dimana dalam proses ini kulit buah
kopi/ceri kopi dipisahkan dengan gaya gesek atau pengguntingan yang terjadi pada
celah antara permukaan plat atau pisau yang diam (stator) dan permukaan silinder
yang berputar (rotor). Rotor memiliki permukaan yang bertonjolan atau
bergelembung (buble plate) yang dibuat dari bahan logam lunak jenis tembaga (4).
24
Dikenal berbagai macam jenis mesin pulping, namun yang sering
ditemukan dan digunakan adalah jenis mesin vis pulping dan raung pulping.
Perbedaan kedua mesin yaitu, vis pulping berfungsi sebagai pengupas kulit saja,
sehingga hasilnya harus difermentasi dan dicuci lagi, dan raung pulping berfungsi
sebagai pengupas kulit buah kopi berfungsi juga sebagai pencuci, sehingga biji kopi
yang keluar dari mesin tidak perlu lagi difermentasi dan dicuci lagi tetapi langsung
masuk ke tahap pengeringan (4).
Bagian terpenting mesin pulping adalah silinder atau poros pengupas dan
dinding pengupas sehingga mampu membuat kulit buah kopi terkupas. Buah kopi
yang keluar dari mesin pulping kulitnya masih ada yang belum terkelupas, untuk itu
buah kopi yang belum terkelupas kulit buahnya harus dimasukan kembali ke dalam
mesin pulping, hal ini disebabkan karena jarak atau ruang antara silinder dan
dinding pengupas tidak sempit sehingga harus dilakukan penyetelan agar kulit buah
kopi berukuran kecil dapat terkupas, akan tetapi jarak atau ruang juga tidak boleh
terlalu sempit karena jika terlalu sempit akan mengakibatkan banyak biji yang
pecah atau kulit tanduknya terkupas sehingga menghasilkan kopi bermutu rendah.
Jarak atau ruang antara silinder dan dinding pengupas diatur dan disesuaikan
dengan ukuran buah kopi yang akan dikupas (4).
Penjelasan lain mengenai proses pengeringan pada biji kopi yaitu biji kopi
dapat dikeringan dengan tiga cara seperti proses pengeringan secara alami,
buatan, dan kombinasi antara proses pengeringan alami dan buatan. Adapun
penjelasannya antara lain sebagai berikut :
26
2. Proses Pengeringan Buatan
(1)
Keterangan:
T = Torsi yang Dibutuhkan ( )
F = Gaya Pengupasan ( )
= Jari-jari Poros Pengupas ( )
27
Menghitung Daya Motor
(2)
Keterangan:
P = Daya Motor Listrik Minimun (Watt)
n = Putaran Motor Listrik ( rpm )
T = Torsi (Nm)
2.2.4 Poros
Poros adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan daya dan
putaran mesin. Jenis-jenis poros diantaranya poros spindel, poros transmisi, poros
gandar. Poros transmisi adalah poros dengan fungsi meneruskan daya dan putaran
mesin yang dipindahkan ke poros melalui perantara sambungan roda gigi, puli &
sabuk, kopling, ataupun sprocket & rantai, dimana poros tersebut menerima
pembebanan lentur dan puntir. Rumus dalam menentukan diameter poros transmisi
adalah sebagai berikut :
⁄
⌊ √ ⌋ (3)
Keterangan:
Km = Faktor Koreksi momen lentur
M = Momen
Kt = Faktor Koreksi momen puntir
T = Torsi
= Tegangan geser ijin
2.2.5 Sabuk
28
Gambar II. 4 Jenis-jenis Sabuk (Sony, 2016)
29
Tabel II. 1 Faktor Koreksi Sabuk-V (6)
(4)
30
Gambar II. 5 Diagram Pemilihan Sabuk
(Sumber : Sularso dan Kiyokatsu Suga, 2004)
Diameter puli kecil atau puli besar yang digunakan dan dihitung terdiri dari
diameter jarak bagi (dP dan DP), diamater naf (dB dan DB) dan diameter luar (dK
dan DK). Diameter jarak bagi di tentukan dengan menggunakan Tabel II.2.
Rumus untuk menghitung diameter jarak bagi puli besar, diameter naf puli
kecil dan besar, serta diameter luar puli kecil dan besar sebagai berikut.
(5)
(6)
(7)
31
(8)
(9)
Nilai K dan Ko dapat dilihat pada Tabel II.3 ukuran puli standar dibawah
ini.
(10)
Sudut kontak adalah panjang kontak antara puli dan sabuk. Sudut kontak
dibuat sebesar mungkin dengan tujuan untuk mengurangi terjadi slip dan
memperpanjang kontak dari puli dan sabuk. Rumus yang digunakan dalam
menghitung sudut kontak adalah sebagai berikut.
(11)
c adalah jarak sumbu poros puli besar dan puli kecil, dimana syarat c harus
lebih besar dari hasil bagi dua penjumlahan Dk dan dk.
33
Tabel II. 5 Kapasitas Daya yang Ditransmisikan untuk Satu Sabuk Tunggal (Po1) (6)
Tabel II. 6 Kapasitas daya yang ditransmisikan untuk sabuk sempit dan tunggal (Po2) (6)
(12)
(13)
(14)
34
Setelah panjang sabuk didapat dari perhitungan rumus diatas, selanjutnya
panjang sabuk yang didapat disesuaikan dengan sabuk yang ada di pasaran seperti
yang dimuat dalam Tabel II.7.
35
2.2.6 Bantalan (Ball Bearing)
Beban radial dan beban aksial rencana dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.
(15)
(16)
(17)
Dimana untuk x, v, dan y dapat ditentukan dengan melihat data yang dimuat
dalam Tabel II.9.
37
5. Menentukan Umur Nominal Bearing (Lh)
⁄
( ) (18)
⁄
( ) (19)
38
(19)
9. Kesimpulan
39
2.2.7 Pasak
Pasak adalah elemen mesin yang berfungsi sebagai penahan atau penetap
bagian mesin, khusunya bagian mesin yang berfungsi sebagai transmisi seperti puli,
sprocket, roda gigi dan kopling. Jenis dan macam-macam pasak dapat dilihat pada
Gambar II.7.
Pemilihan material untuk pasak yang dibutuhkan adalah kekuatan tarik dari
material pasak tersebut ( ) (kg/mm²).
(20)
40
sfk1 dan sfk2 adalah faktor keamanan. Nilai sfk1 = 6, untuk nilai sfk2 = 1-1.5
(beban diterima secara perlahan), 1.5-3 (beban yang diterima memiliki tumbukan
yang ringan), dan 2-5 (beban yang diterima secara tiba-tiba dengan tumbukan yang
besar atau berat).
b. Panjang (I)
c. Tebal (h)
41
4. Menentukan Tekanan Permukaan (Pa)
(21)
(22)
6. Kesimpulan
Pasak yang dipilih dan dapat digunakan dengan syarat aman hasil
perencanaan pasak tersebut sesuai dengan ketentuan dari rumus berikut.
(23)
(24)
Screw conveyor adalah komponen mesin atau elemen mesin yang berfungsi
sebagai pemindah berbagai jenis material yang mempunyai daya alir menurut
‘CEMA-Material Classification Standart’ dan dapat berfungsi sebagai pengaduk
dalam daya alir tersebut.
Keterangan :
C : Kapasitas screw conveyor (ft³/jam/rpm)
Ds : Diameter screw conveyor (inchi)
Dp : Diameter Pipa (inchi)
P : Pitch (inchi)
K : Presentase pembebanan tabung (%)
(26)
Keterangan :
N : Kecepatan Ulir (rpm)
(Nilai N tidak boleh lebih dari kecepatan maksimum yang dianjurkan)
Daya yang dibutuhkan dalam memutar screw conveyor adalah daya total
yang diperoleh akibat gesekan screw conveyor (HPf), dan daya untuk memindahkan
material dalam ukuran tertentu (HPm), kemudian dikalikan dengan faktor beban
(Fo) dan dibagi dengan efisiensi penggerak total. (CEMA-screw conveyor,
1971:36).
(27)
Keterangan :
HPf : Daya total dari gesekan screw conveyor (HP)
Ls : Panjang dari conveyor (ft)
N : Kecepatan screw conveyor (rpm)
Fd : Diameter conveyor factor
Fb : Hanger bearing factor
43
(28)
Keterangan :
HPm : Daya untuk memindahkan material (HP)
C : Kapasitas screw conveyor (ft³/jam)
W : Berat jenis material (lbs/ft³)
Ff : Flight Factor
Fm : Material factor
Fp : Paddle factor
(29)
Keterangan :
HP : Daya total (HP)
Fo : Over load factor (Tabel H CEMC:21)
HPm : Daya untuk memindahkan material (HP)
HPf : Daya total dari gesekan screw conveyor (HP)
e : Efisiensi Penggerak (%)
Lb = (2.6)
Keterangan:
Lb : Ketebalan minimun Las (
: Gaya yang diterima (
: Tegangan geser ijin (Mpa)
t : Troat (mm)
44
2.3 Safety Factor
45