Anda di halaman 1dari 3

Gagang Aking dan Bubuksah

Tidaklah mudah dapat menjalani hari demi hari tanpa orang tua. Gagang
Aking dan Bubuksah adalah saudara kembar yang memiliki keinginan untuk
mencapai spiritual tertinggi, lalu dapat bertemu dengan kedua orang tuanya yang
meninggal sejak mereka masih kecil. Untuk mencapai spiritual tertinggi itu,
Gagang Aking dan Bubuksah memiliki cara yang berbeda. Sejatinya, hanya Dia
yang diataslah yang layak untuk menilai ‘cara’ kita benar atau salah.

Cara mereka untuk mencapai spiritual tertinggi sangatlah berbeda. Cara


Gagang Aking adalah dengan membatasi makan dan minum (kenikmatan
duniawi), akibatnya badannya kurus kering. Sedangkan Bubuksah adalah
kebalikan dari Gagang Aking, ia menikmati kesenangan duniawi, seperti makan
dan minum apa saja yang diberikan oleh Hyang Widi. Perbedaan cara mereka
membuat mereka sering bertengkar. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk
bertapa dan dengan melakukan ‘cara’ mereka masing-masing untuk mencapai
spiritual tertinggi mereka.

Bathara Guru mengutus Kalawija menjelma menjadi harimau untuk


menguji Gagang Aking dan Bubuksah ditengah-tengah mereka sedang bertapa.

“Turunlah ke bumi dengan wujud harimau. Datanglah kepada Gagang Aking dan
Bubuksah sebagai harimau yang kelaparan dan hendak memakan mereka. Aku
ingin melihat siapa yang memiliki rasa keikhlasan dan kerelaan hati yang lebih
tinggi diantara mereka”, ujar Bathara Guru kepada Kalawija

Di hutan kaki gunung tempat pertapaan Gagang Aking dan Bubuksah,


waktu itu siang hari dengan panas yang terik, harimau pertama kali mendatangi
tempat pertapaan Gagang Aking yang terpisah lumayan jauh dengan Bubuksah.

“(mengeram) Aku lapar, ingin memakan daging manusia”, ucap harimau.


“Jangan makan aku, lihat, badanku kurus pasti dagingnya sedikit. Jika kau mau,
kau bisa memakan orang yang ada disana itu (menunjuk Bubuksah). Lihatlah,
badannya gemuk, pasti dagingnya banyak”, ucap Gagang Aking.

Harimau akhirnya merubah arah menghampiri tempat bertapa Bubuksah


yang berada lumayan jauh dari tempat Gagang Aking. Waktu itu, Bubuksah
hendak menyantap hasil buruannya, lalu datanglah harimau itu menghapiri
Bubuksah.

“Aku lapar, ingin memakan daging manusia” ucap harimau.

Bubuksah melihat harimau tersebut. “Aku boleh kau makan setelah aku
selesai menyantap makanan hasil buruanku ini agar kau juga lebih kenyang” ucap
Bubuksah tanpa berpikir panjang dengan penuh kerelaan hati dan ikhlas.

Lalu Bubuk Sah memulai memakan hasil buruannya dengan lahap. Harimau
melihat Bubuk Sah dengan heran.

“Mengapa kau mau menyerahkan dirimu untuk kumakan?” tanya harimau.

“Selama ini aku telah memakan banyak sekali hewan. Kurasa, aku juga harus
mengikhlaskan diriku jika harus kau makan. Aku ingin sebenarnya ingin bertemu
dengan kedua orang tuaku yang sudah tiada” ucap Bubuk Sah.

Bathara Guru yang mengetahui keikhlasan hati Bubuk Sah hendak


mengajak Bubuk pergi ke kahyangan.

“Mari ikutlah aku ke Kahyangan, kau dapat bertemu dengan orang tuamu” ucap
harimau

Bubuk Sah sangat senang mendengar ajakan harimau. Namun Bubuk Sah
teringat akan saudaranya, Gagang Aking. Bubuk Sah mencoba bertanya kepada
Harimau, apakah Gagang Aking juga akan ikut pergi ke Kahyangan.

“Apakah saudaraku Gagang Aking juga dapat ikut pergi ke Kahyangan


bersamaku? Aku akan pergi ke Kahyangan jika kakakku juga pergi”

Bathara Guru yang mengetahui bagaimana sifat Gagang Aking saat diuji
oleh harimau sebenarnya enggan mengajak Gagang Aking pergi ke Kahyangan.
Namun atas permintaan Bubuksah, akhirnya Bathara Guru mengijinkan Gagang
Aking untuk pergi ke Kahyangan bersama Bubuk Sah.

Setelah mencapai moksa, Bubuk Sah dan Gagang Aking pergi ke tempat
orang suci atau kahyangan. Dalam perjalanan ke Kahyangan, Bubuk Sah dan
Gagang Aking menaiki harimau. Bubuk Sah memegang badan harimau,
sedangkan Gagang Aking hanya diijinkan memegang ekor harimau. Pada
akhirnya, yang dapat menemui orang tua mereka di Kahyangan hanya Bubuk Sah.
Karena Bubuk Sah memegang badan harimau tersebut yang mana badan harimau
lebih dulu sampai di Kahyangan daripada ekor.

Narasumber : Bapak Abit

Penulis : Elisa Sri Wismandari

Desa, Kec. : Canggu, Badas (terdapat pada relief Candi Surowono)

Anda mungkin juga menyukai