Anda di halaman 1dari 7

Sebenarnya meeting ini hadir untuk menjawab semua pertanyaan yang masih

diperlukan sih gitu. Jadi justru aku nggak akan mengulang lagi ke informasi yang sama atau
mengulang rekap yang sudah kita lakukan. Jadi justru aku mempersilahkan diskusi apapun
yang mau diskusikan pertanyaan apa pun yang dilempar, silahkan kita akan bantu jawab. Kalau
dari teman teman tim mba melina tim yang tadi teman teman ASA. Yang pertama silahkan kita
topiknya ke kardiovaskular ya. Jadi harapannya kami bisa membantu menjawab apapun
pertanyaannya.
Bhinuri: Jadi pesan yang paling powerful untuk kardiovaskular itu dari semua ya. Dari
semua respon mereka terkait dengan apa namanya harus olahraga makan minum air putih,
merokok stres dan sebagainya. Itu paling powerfull apa mbak?
Sita : Bukan topiknya apa gitu ya. Tapi bagaimana, karena gini kalau learning dari 4
grup ini.Tapi kita tahu semua sudah dengar juga. Mereka kan teori dasarnya ngerti artinya gini
merokok berbahaya, tahu olahraga, udah tahu semuanya sebenarnya, tapi mereka nanyanya
adalah gimana sih caranya bisa nyelipin itu semua di keseharianku yang memang sudah ribet?
Kayak misalnya soal tidur gitu misalnya udah tau semua dengan 8 jam tapi gimana caranya
ngakalin karena sekarang mau tidur aja belum tentu bisa gitu karena ada tugas ada kerjaan dan
segala macam atau misalnya olahraga, tahu dengan olahraga rutin tapi gimana caranya buat
nyelipin di keseharian? Saya jadi bolak balik tanya yang disebut di 4 grup ini adalah mereka
expect ada tips semacam tips gitu ya. Misalnya nih kalau ngomong soal gula gitu ya tahu
mereka gula udah makin kurangin, tapi kan suka lupa misalnya kalau ini ide apa sih? Secara
spontan misalnya ada infografis, sekali lagi mereka oke infografis ya jadi tulisan itu jangan
kebanyakan maupun misalnya reminder semacam reminder, satu hari itu cuma boleh satu es
teh manis loh. Segelas es teh manis sudah oke jadi inget nih itu buat orang gula. Atau dalam
hal ini yang agak mereka kurang pelanggaran. Misalnya mereka enggak tahu tuh udah lah
mereka enggak tahu gimana cara menguranginya. Apalagi bapak bapak kan yang masak biasa
bukan mereka sendiri gitu ya enggak bisa kontrol makan di luar juga orang yang tahu, Iya, tapi
kalau mereka bisa diingatkan, oke, kayaknya aku harus semakin makannya cuma sekian kali
cari gitu. Nah gitu sih sebenarnya yang mereka tuh sampai paling ya itu yang mereka rasa
belum didapat. Kalau misalnya info kayak tadi mbak bilang sore rokok soal apa itu udah banyak
gitu, mereka sudah tahu lah ya yang paling kelihatan kalau di kardio ini.
Bhinuri: ada di bagian mana ya yang di notulen nya?
Sita: ada di bagian paling akhir kalo mereka pengennya berupa tips apalagi yang muda-
muda soalnya mereka masih sehat banget kan. Kayak kebiasaan baru apa yang aku harus
masukin di keseharianku.
Sita: sambil nunggu pertanyaan lainnya, Mungkin sebagai tambahannya kalau kita tadi
berangkat dari pertanyaan tadi gitu ya topiknya apa, memang agak berbeda misalnya darah
tinggi. Dalam hal ini mereka sudah lebih mikir sedikit sedikit karena udah dengar mungkin
sekelilingnya soal darah tinggi tapi ke yang muda muda belum gitu ya. Tapi misalnya kalau
konflik diabetes karena itu baik tua dan muda, mereka sudah familiar. Misalnya, influencer mulai
ngomongin suruh mengurangi gula untuk yang muda muda gitu jadi ada sih. Tapi menurut aku
bukan itu sih lebih apa yang harus kita lakukan supaya ga kena kardiovaskular ini?
Desi: Jadi tadi kan itu adalah si overall insight ya, yang aku ingin tahu untuk isu isu lain
nih, apakah gapnya juga sebenarnya kurang lebih sama gitu? Jadi sesungguhnya mereka
sudah tahu cuma gimana caranya itu bisa diselipkan di kesehariannya gitu.
Sita: Agak lompat tapi Aku bisa bilang nanti Elsha boleh koreksi ya. Untuk di yang
neonatal kepahaman di awal hilang. Dia pemahaman jadi hilang. Jadi misalnya kan yang mahal
itu salah satu harus suntik TT ya. Mereka tahunya cuma suntik TT tapi hubungannya apa
dengan nanti? Misalnya kehamilan apa segala macam itu enggak tahu. Kayak misalnya dikasih
tablet penambah darah ya mereka tahu mereka bilang ini nanti buat kalau pas hamilnya keluar
darah banyak nanti mungkin perlu. Tapi kenapa dari awal periksa misalnya bulan 9 bulan satu
dah dikasih terus harus sampai bulan 9 lahir itu tuh enggak ada yang jelas. Sehingga mereka
memilih tidak meminum karena mereka ternyata lebih banyak engga enaknya, engga suka amis
dan segala macam jadi engga diminum. Karena nggak ada alasan yang jelas juga kenapa
harus diminum.
Desi: Kalo di neonatal itu gapnya di pemahaman aja atau ada lagi?
Sita: itu beda lagi, jadi gaada sense of gua harus rutin periksa. Selama gua hamilnya ga
kenapa kenapa gua ga harus periksa. Terlebih lagi kalo hamil mager. Bahkan bidan nya juga
bilangnya kalo masalah kesini lagi ya. Mereka juga tahunya kalo hamil muda kan gaboleh
banyak gerak, tapi begitu hamil 7 bulan masih males gerak juga.
Desi: pokoknya dianggap itu ga worth itu gitu ya
Sita: exactly, jadi mereka ga nemu benefit jelas nya apa.
Danu: Jadi sebetulnya kalau kita berkaca pada apa istilah karakteristik orang Indonesia
itu memang (intrupsi). Kita tuh dari kebiasaannya apa-apa tuh kayaknya mesti bareng bareng.
Sementara kalau kita misalnya melihat di istilahnya konsep home model seseorang itu akan
melakukan tindakan kesehatan itu pencarian pelayanan kesehatan atau tindakan pencegahan
itu kan dipengaruhi oleh apa ya oleh berbagai aktor gitu ya. Selama ini kita fokus pada
penekanan bahaya dari penyakit-penyakit yang kita bahas. Jadi sebenernya ini soal masalah
kebiasaan ya. Jadi peran ques of action itu sebesar apasih mba sita?
Sita: aku setuju bahwa bener banget yang kita butuhkan sekarang yang masyarakat
butuhkan sekarang. Oke saya tadinya enggak tahu. Udah sekian banyak sekian lama kita
dengar. Tapi gimana caranya saya mencapai itu? Gimana caranya? Saya menghindari itu atau
gimana caranya saya bisa optimal apapun itu ya topiknya itu memang nih ques of actionnya itu
yang nggak dapat gitu. Nah itu aku dikomen dengan realita kehidupan mereka. Misalnya kita
ngomong dengan yang di Jakarta terus sama yang di daerah. Karena waktunya udah buat
segala macam macam lah jadi waktu untuk sendiri atau olahraga udah susah atau misalnya
soal makanan gitu ya. Oke ini dengan kalau di daerah, mungkin yang 5:00 sore udah udah bisa
selesai jadi bisa kita hati q oke sebelum magrib 30 menit aja ngapain olahraga misalnya gitu ya
kita bisa bisa kita ikut ke sana gitu jadi emang harus dilihat pertama. Yang kedua dari mas
bilang bener sih karena kita ngomong Indonesia social persen banget ya jadi bareng bareng
memang lebih mau dan memberikan efek yang dahsyat terbukti dengan mereka merokok
bareng bareng gitu ya bareng bareng dilakuin terus rutin. Tapi yang baik baik ini belum gitu ya.
Gimana caranya membuat itu menjadi juga nggak eksklusif juga gitu karena kan kesannya ada
juga yang bilang sih saya lupa di grup yang muda kalau enggak salah, ya ada sih kelompok
teman teman yang rajin olahraga, tapi saya enggak terlalu suka juga gitu. Jadi akhirnya dia
sendiri gitu ya kumpul pun akhirnya jadi enggak rutin. Dibikin soal rutin enggak harus jadi kayak
eksklusif. Apa menuju atlet rutin olahraga itu enggak ya. Tapi karena tahapannya gitu, apa iya
kamu kan belum pernah nih, dari belum pernah menjadi 3 kali seminggu misalnya gimana ya?
Jadi ada semacam level yang mereka biar Jadi make sense juga gitu buat mereka ikuti senam
emang peran sekeliling juga tetap penting. Tapi aku juga engga ragu kalau sendiri pun bisa juga
gitu. Sekarang sosial media juga macam macam ya artinya kalau kita bicara soal informasi itu
kan enggak harus dari pihaknya langsung. Misalnya dia nonton siapa gitu ya itu dia
menceritakan buat kalian yang belum pernah olahraga, sekarang mulai yuk seminggu 2 kali.
Danu: berarti kita dapat info lain dari responden ya tentang info2 yang dibahas tadi. Tapi
ada juga orang2 yang ga diajak juga mau kok. Sementara untuk ques of action mereka untuk
mendorong ke arah sana itu belum. Soalnya yang saya liat itu tadi pengaruh ques of action nya
kayak contohnya tadi rokok.
Sakri: Udah mulai jalan sih walau belum banyak seperti sepeda jogging.
Sita: salah satu tambahannya, semua tau olahraga itu penting tinggal pilih yang mana
yang di suka. Tapi apa yang bisa mereka harapkan jangka panjang jangka pendek? Kayak
masalah darah tinggi, obesitas. Jadi mereka menghubungkannya dengan satu output tertentu.
Jadi harus diingatkan lagi outputnya apa dari olahraga tersebut. Tapi juga jangan menakut-
nakutin soalnya ada yang bahkan gamau cek karena takut tau penyakitnya apa. Soalnya
peringatan dengan efek2 yang ekstrim udah ga kena lagi ya.
Desi: tadi mba sita bilang bahwa mereka gasuka approach yang nakut2in
Bhinuri: mba desi, yang neonatal buat hari selasa
Desi: oh sorry2 kirain semua
Amalia: aku denger mereka tuh aware dengan bahaya2nya. Tapi alasan mereka kan
hidup mereka udah full stress dengan pekerjaan atau kuliahnya. Bisa ga sih kita relate in ke
kehidupan mereka? Kita kaitin dengan sebenernya bahwa olahraga buat ilangin stress dsb?
Jadi bukan ke penyakit lagi, jadi kaitin dengan jangka pendek dengan yang mereka hadapin.
Sita: iya betul banget mba amal. Karena itu akan lebih kena ke orang2 apalagi orang2
jakarta yang kita ajak ngobrol kemaren.
Amalia: soalnya ngerokok aja jadi alasan mereka untuk melepas stress jadi kehidupan
mereka sehari2
Sita: jadi memberikan arti lain untuk olahraga ya mba ga mesti alasan2 yang mereka
udah tau dan seolah2 seserius olahraga itu sendiri
Amalia: sama mungkin tadi itu ya cari support sistem untuk membentuk pola hidup sehat
gitu sebenernya
SIta: tadi ada sih di salah satu FGD bahwa mereka ada ngobrol2 santai tapi sebenernya
lagi ngomongin kebiasaan2 bagus
Amalia: makanan juiga begitu kali ya mba
Sita: untuk buah dan sayur sih sebenernya soalnya mereka banyak yang ga makan
sayur dan buah. Mereka tau kalo buah dan sayur ada vitamin dan sebagainya tapi mereka
gatau efek jangka panjangnya nanti gimana
Amalia: aku dengernya yang ibu2 kalo yang bapak2 kan diatur istrinya ya. Jadi difokusin
ke ibu2 informasinya dan nanti diarahinnya ga ke kesahatan aja kayak ke badan atau
kecantikan awet muda dsb. Jadi buat mereka attached dulu sama yang short termnya
Almas: kalo dari mba sita buat yang umur 30-45 media informasinya darimana ya kalo
bisa disimpulin
Sita: ini agak sulit nih, soalnya mereka medsos pake juga ya tapi ga se intens yang lain.
Mereka kalo udah yang serius langsung ke website kayak halodoc atau emang berita. Kalo
emang sosmed, itu yang trending paling. Masih mungkin kalo ada podcast terkenal gitu. Untuk
menangkap diverse attention sosmed masih sih.
Almas: kemaren mereka mention Whatsapp itu yang dimana ya mba
Sita: iya whatsapp group di bapak2. Tapikan bisa jadi pedang bermata dua, bisa banyak
hoax juga.
Danu: Meskipun gabisa mido juga memang paling efektif Whatsapp sih
Ardhini: tapi jangan sampe media utamanya. Tapi memang harus di explore juga. Kalo
mau di explore juga monggi tapi jangan jadi info utama
Danu: jadi memang tidak bisa jadi media utama meski kita tau bahwa itu yang paling
efektif ya
Ardhini: ada komen dari mba yunis, “saya kurang setuju kalo kurang efektif malah orang
sekarang udah bosen dengan WA group.” memang default aja kalo setiap orang ada WA grup
Almas: kalo orang 30-45 lebih pilih digital atau fisik?
Sita: aku ga liat fisik lagi ya. Udah gaada yang baca koran dsb. Jadi digital masih
sumber yang utama. Apalagi sosmed udah bukan sosmed lagi contohnya kayak official acc
lembaga apa ngomongin masalah kesehatan atau seleb siapa ngomongin before after itu juga
bisa lebih menarik
Almas: kalo fisik nya lebih ke oarang atau komunitas atau tempat yang bisa dikunjungi
itu bisa di highlight ga?
Sita: untuk yang usia 30-45 mereka paling kegiatannya ngantor dan ke rumah. Gaada
aktifitas yang ngumpul2 selain kerjaan itu gaada sih. Dan akhirnya kalo ada waktu luang cuma
ngobrol sama yang udah dikenal aja.
Almas: berarti in terms of space cuma rumah dan gaada paparan lagi selain keluarga?
Sita: gaada sih. Kalo dari yang ibu2 paling ada tambahan sekolah
Bhinuri: mereka cenderung menyukai tips2 yang bisa mereka lakukan dengan simple
dan lebih condong ke arah gula. Kalo periksa cek kesehatan mereka gamau soalnya takut
ketauan penyakitnya. Kalo aktifitas fisik, mereka cenderung sibuk sehingga tidak melakukan
aktifitas fisik jadinya pendekatannya berupa tips2 kegiatan yang bisa diselipkan di tengah2
kesibukan mereka gitu ya mba?
Sita: plus yang mba amal bilang, benefitnya apasih?
Bhinuri: di FGD itu benefitnya lebih ke arah menjaga berat badan atau diarahkan ke
kesehatannya? Soalnya dari sisi iklan dsb lebih menarik yang penampilan tapi kalo sisi
kesehatan kita akan dapet benefitnya tapi takut ga nyampe
Sita: kalo kualitatif itu kan memberikan indikasi tapi gabisa menentukan lebih banyak
mana orang yang relate. Indikasi yang ada ke arah penampilan. Ada juga menambah aktifitas
untuk mengurangi stress dia. Ketiga, jangka panjang yang tadi secara umum. Tapi secara
spesifik untuk penyakit2 tertentu kayak obesitas, gula dan pencegahannya masing2. Balik lagi
ke temen2 mana sih yang lebih bisa kita formulasikan ques nya dicocokan dengan konteks dan
kehidupan dan usianya.
Desi: mau nambahin aja, mungkin dari ques2 ini kita bikinnya series. Mungkin ada yang
campaign besar dan ada yang always on. Nanti dari situ diliat yang mana yang berimpact
besar. Nanti kan ada 6-12 bulan kita liat yang mana yang resultnya lebih kena. Atau bisa juga
untuk media placement coba ID testing yang mana resultnya lebih bagus
Almas: menurut mba sita, dari perbedaan gender, konsentreasi nya lebih ke sektor
mana? Atau sama aja?
Sita: tentu saja ada perbedaan, tapi menurut aku lebih besar perbedaan umur. Kalo dari
gender, kalo perempuan lebih concern soal penampilan. Kalo bapak2 soal rokok lebih ke
kondisi fisik. Tapi itu kan udah bawaan ya. Kalo yang 20-29 kan lagi semangat2nya cari duit,
kalo yang 30-45 udah mulai ada concern ke arah kesehatan. Jadi lebih baik perbedaan yang
difokuskan pada sektor umur. Tapi yang membedakan lagi dari kelas sosial ekonomi. Ada satu
lagi pembeda kalo ada yang punya pengalaman dengan penyakit tersebut. Jadi dia sudah mulai
mengurangi makan kambing misalnya. Jadi ada perbedaan antara yang sudah mengalami dan
yang belum tapi sebatas penyakit yang itu aja.
Danu: tapi ada data di kardiovaskuler soal sosial ekonomi atau perdesaan perkotaan
gitu kalo ada bedanya mereka.
Sita: tapi kita ga ngomong sama orang pedesaan
Bhinuri: kalo visualisai gambar yang menyeramkan ga nyampe malah ya mba?
Sita: iya soalnya mereka udah tau tapi gatau harus ngapain. Jadi gaada nilai tambah
apa-apa. Ada satu yang menarik khusus di kelompok kardiovaskuler ini, jadi untuk mengukur
behaya atau engga nya suatu penyakit itu dari banyak atau engganya yang mengalami. Seperti
waktu covid kan banyak yang kena jadi pada menyesuaikan gaya hidup.
Bhi: Pendekatan bahayanya kemudian ketika dia melakukan perilaku yang kita harapkan
itu lebih pas untuk golongan 45 keatas
Sita: sebenernya untuk 20-29 sama aja tapi pengemasan nya harus berbeda. Kayak
diselipin hal-hal yang gaul supaya tetep happy
Desi: intinya disisipkan apa yang penting dalam kehidupan mereka saat itu
Amalia: kalo yang 39-45 mereka udah tau tapi belom mulai aja. Keinginan mau tapi
belom mulai. Karena belom ada urgensinya begitu. Jadi kita harus nyari cara untuk gimana
cara nyampeinnya dan kaitin ke hidup mereka sehari hari.
Sita: nisa masuk dari entry point yang 30-45 kan kalo ditakut2in malah jadi ter suggest
dan jadi stress.
Amalia: gimana cara nya agar penyampaian nya positif
Desi: sesuatu yang relevan dan sesuatu yang gampang kayak 30 menit sehari itu bisa
dibagi 3. Kalo itukan gampang kok, bisa kok. Kalo message nya harus 1 jam tiap hari kan jadi
susah
Amalia: mereka kalo bangun tidur ngapain aja yang ibu2?
Sita: yang udah punya keluarga nyiapin buat suami dan anak. Dianya bahkan ga
sarapan. Yang belum bahkan cuma minum air putih ngerokok udah. Paling banter ya minum air
putih. Jadi makan belum tentu teratur
Amalia: mau nanya perilaku ngerokok. Mereka dimana biasanya kalo merokok? Apa
yang ditakutin kalo ngerokok? Kalo yang ibu2 kan takut ke anaknya ya. Kalo yang bapak2
gimana?
Sita: untuk yang ibu2 kalo hamil pasti berhenti merokok tapi begitu melahirkan peasti
ngerokok lagi. Lebih ke ribet ngasih tau anaknya yang udah ngerti aja jadi memilih untuk ga
ngerokok depan anaknya. Dari sisi takut ya tadi dari packaging tapi tetep kalah dengan adiksi,
lingkungan dan teman-teman nya. Apalagi kalo yang udah pusing abis siap ini itu ngerokok
sama ngopi itu kayak enak banget. Tapi mereka semua tahu bahayanya.
Almas: kalo yang takut sama anaknya itu gimana mba?
Sita: takut dikomentarin aja sama anaknya sama takut image nya dia sendiri juga. Jadi
ga secara spontan nyebutin bahaya kalo anaknya kena rokok. Aku ngeliatnya kalo disebutkan
bukan jadi alasan utama banget untuk berhenti. Dimana mereka ngerokoknya juga jarang
dirumah.
Almas: menarik sih yang image orang tua, dia takut diliat anaknya bandel atau gimana
gitu
Sita: iya sama dikomentarin kalo kan udah tau tuh kalo ngerokok jelek segala macem
kan malah jadi ribet. Ya malah jadi nyari tempat lain untuk ngerokok
Almas: kalo yang remaja ada ga yang nahan dia untuk merokok?
SIta: gaada sih bahkan ada yang taunya dari orang tua. Jadi yang muda2 lebih ke
penampilan kalo yang cowo ya batuk2 tapi yaudah gitu kan gaada yang buat mereka pengen
berhenti.
Marlina: tadi kan mba bhi yang bertanya tentang gambar yang tidak terlalu relevan dan
sebenernya mereka udah tau dari iklannya. Berarti step berikutnya kita adalah apa yang
mereka harus lakukan? Saya jadi berpikir bagaimana mereka tahu ada masalah
kardiovaskular? Tapi kan kenyataan di lapangan bisa berbeda setelah yang di jawab mba desi
Desi: saya ijin menanggapi. Yang saya tangkap adalah gap yang paling keliatan untuk
yang kardio bukan informasinya tapi gimana ya caranya mereka menyelipkan kegiatan sehat ini
di kehidupan sehari hari mereka yang udah penuh ini
Sita: sekarang ini kan infromasi singkat dan pendek2 dan mereka yang pengen tau kita
harus ngapain nih. Soalnya udah gaada informasi baru lagi. Mereka ingin ada yang bisa
langsung diproses oleh mereka.
Marlina: makasi mba desi untuk dipertegas gap nya. Kalo saya karena udah aware saya
udah sebenernya menyisipkan yang 30 menit itu tapi kadang saya lupa juga. Jadi kita tidak
memberikan lagi edukasi.
Desi: jadi yang penting adalah practical tips. Apa yang bisa dilakukan sekarang?
Misalnya kalo CFD kita bisa mengingatkan kalo jajanan jangan semuanya gorengan. Jadi
dikasih tips saya harus ngapain gitu. Terus tadi juga ada pembahasan kalo beda daerah ques
nya juga beda. Terus kalo yang lebih muda juga kemasannya berbeda.
Marlina: memang pakem yang diajarkan mba desi selama ini. Jadi memang di kelompok
usia ini ya walaupun berdekatan di usia2 produktif. Kita ikut kata pakarnya tadi mba desi selalu
konsisten dengan jawabannya.
Bhinuri: kan kemaren sempet ada isu yang diangkat bahwa kebanyakan yang kena
stroke itu yang di pedesaan yang gabisa baca tulis. Aku mau confirm gini kan perilakunya
obese makan garam ngerokok gitu ya. Tapi disini aku mau ngangkat untuk strategi nasional.
Aku mau pastiin apakah kita bisa tarik dari data perilaku dari dari data2 penderitanya atau
apakah dari siapa penderitanya.
Sita: seperti yang kita bahas ketika rekap setelah FGD ini kalo penderita stroke ini dari
pedesaan. Tentu saja strategi bicaranya juga akan berbeda dengan yang di pedesaan. Jadi
nanti otomatis pasti akan berbeda strateginya.
Desi: Jadi kan kita bagi 3 ya ada yang prevent, detect dan curative. Kan ini objektifnya
beda jadi bisa jadi outputnya beda. Target nya juga beda. Apakah mereka mau deteksi dini atau
yang udah sakit ingin memperpanjang hidupnya. Apakah goalnya kepatuhan minum obat jadi
beda perilakunya sama yang prefentif.
Sita: kalo yang udah sakit kita harus juga tau lagi konteks sekelilingnya. Misalnya kalo
yang dari ekonomi rendah kan berarti ada halangan untuk makanan sehat jadi pasti akan
berbeda sih mba.
Marlina: jangan lupa faktor lain ya terima kasih mba sita. Kita sebenernya sering sampe
pada kesimpulan ini. Kita berhenti disitu dari dulu. Tapi intervensi pada situasi yang begini kita
belum pernah. Jadi ilmunya udah sama tapi belum bisa nih.
Prihandriyo: Emangnya nanti akanada tips bagaimana mereka bisa hidup sehat ya
daripada kita menakut nakuti bentuk edukasinya. Mungkin kalau boleh saran sih sebaiknya
lebih ke pembentukan karakter. Kalau untuk pencegahan ya seperti anak anak anak anak kecil
gitu, saya enggak tahu dia bisa masuk ke kurikulum atau kita yang dari kesehatan yang datang
secara berkala untuk melakukan promosi kesehatan ke sekolah sekolah. Izin sharing saya
pernah dapat kursus terkait PTM di Jepang ibu. Jadi memang di sana supporting grupnya itu
sangat berkembang sekali dan mereka bisa bisa masuk ke sekolah untuk membentuk karakter
anak anak. Waktu itu saya dilihatkan mereka membuat seperti film karikatur ya. Jadi mulai dari
anak itu kecil, kemudian dia mulai terpapar makanan minuman kotor itu sampai dia jadi PTM
sampai dia kehilangan pekerjaan istri dan anak. Kemudian sampai dia terjadi komplikasi itu
dilihatkan kepada anak anak itu sambil di sana juga ada yang menarasikan nya, jadi juga
mendampingi anak anak, jadi mulai membentuk karakter mereka. Gimana mereka bisa
mencegah penyakit tidak menular gitu. Kemudian yang kedua mungkin kalau teman teman di
kota atau Kabupaten ada yang berminat, mereka bisa sebenarnya masalah terkait makanan.
Kalau memang makanan kita enggak bisa paksakan, mereka harus beli yang mahal. Tapi
mereka mengaktifkan apa yang mereka punya gitu kayak kearifan lokalnya seperti
menghidupkan lagi makanan makanan tradisional yang lama yang tahu kita sih kan akan
rendah gula dan garam biasanya ya itu itu juga mungkin bisa dibuat satu media untuk bisa
reach ke masyarakat lebih luas dan mungkin bisa dibentuk seperti kegiatan kegiatan
pemberdayaan
Marlina: ini kan lebih mengalisis hasil temuan mba sita ya. Jadi inilah yang akan jadi
dasar kita. Karena kita akan melangkah selanjutnya ya akan seperti apa.
Sita: semua dokumen sudah kita kasih ke mba bhi jadi bisa langsung obrolin aja sama
mba bhi.

Anda mungkin juga menyukai