Anda di halaman 1dari 29

Naskah Drama Ujian Praktik

Bahasa Indonesia dan Sunda

Kelompok A, Kelas 9C
Pemeran:

Narator : Debora Pengawal 1 : Nimo


Aladin : Davy Pengawal 2 : Reven
Jasmine : Monic Perempuan 1 : Aleta
Dalia : Wynette Perempuan 2 : Angel
Jin : Joshua Bambang : Joseph
Jafar : Alvin D. Samsudin : Rafael
Sultan : Vincent A. Tahanan : Reven
Jaka : Rafael Miskin I : Fafa
Ujang|Kakatua : Owen Miskin II : Reven
Udin : Reven Miskin III : Angel
Lani : Fafa Pandita : Debora
Pangeran Aldo: Joseph
Naskah drama Aladin
BABAK 1
Pembukaan cerita

Narator:
Pada suatu hari ada sebuah kapal kecil yang sedang berlayar, di dalam kapal tersebut terdapat
sepasang keluarga yang harmonis terdiri dari Ayah, Ibu dan 2 anaknya. Anaknya melihat sebuah
kapal mewah yang telah berhenti di tepi pantai,
Udin : Eh, tingali didinya!
Lani: Waduh! Kapal maranéhanana kacida gedéna.
Udin : mun urang mah mewah kitu.
Lani: Teras, abdi bakal bagja pisan upami tujuan urang janten sapertos kitu ...
Jin : kunaon kitu? Kusabab eta Sigana hadé? Parahu ieu parantos ngabantosan urang
nyanghareupan seueur badai. Ieu bisa jadi teu sigana badag, tapi aya hiji hal aranjeunna pernah
bakal
Udin : naon? Kai ruksak jeung beurit?
Dalia: Barudak diajar naon sayang?
Jin : Teu acan rengse. Muhun, linggih, barudak. Jigana éta waktuna pikeun kuring ngabejaan carita
Aladdin, Putri, jeung lampu.
Lani: Naon istimewana lampu?
Jin: Oh, ieu lampu ajaib.
Lani: Meureun lamun nyanyi.
Udin : Geuning nyanyi.
Jin: Henteu, henteu. Teu nyanyi. Geus beurang.
Jin: Hiji poé....

BABAK 2
Kejadian di Pasar

(Cerita dimulai dengan adegan aktivitas rakyat Tarumanagara)


• Pasar
• Pagi hari Aladin dan monyetnya bernama Eca menjalani aktivitas seperti biasanya,
kemudian Aladin bertemu dengan 2 perempuan yang ingin mencuri sesuatu darinya.
Perempuan 1: “Naon ngaran monyét anjeun?”
Aladin : “Eca”
Perempuan 1: “Monyetmu lucu pisan”
Aladin : “Kalung anjeun ogé geulis”
Perempuan 1: “Eca ti mana??”
Aladin : “Anjeunna....”
• Belum sempat Aladin menjawabnya tiba-tiba perempuan 2 mengambil barang dari tas
Aladin , tetapi hal tersebut diketahui oleh Aladin sehingga pencuri tersebut gagal.
Aladin : “Ouhhh antos, ieu milik kuring.”
Perempuan 2 : “Leupaskeun”
• Para pencuri itu pun kabur dan ternyata kalung yang dipakai oleh perempuan tersebut
berhasil dicuri oleh Eca kemudian perempuan itu melaporkan kejadian tersebut kepada
pengawalnya. Dan pengawalnya berusaha menangkap Aladin. Aladin dan Eca berusaha
kabur dari kejaran pengawal tersebut.
Pengawal 1 : "Eureun Aladin, anjeun beurit jalanan"
Aladin : “Baiklah aksi dimulai”
• Dengan cepat Aladin dan Eca pun berhasil kabur dari kejaran pengawal tersebut.
Aladin : “Kumaha, Eca?”
• Eca pun memberikan kalung yang dicurinya tersebut kepada Aladin .
Aladin : “Monyet pinter”
• Aladin mendatangi tempat penukaran uang untuk menukarkan kalung curiannya dengan
uang, Tetapi kalung tersebut tidak diterima oleh Samsudin karena kalung tersebut berasal
dari curian.
Samsudin : "Naon waé anjeun maling, kuring henteu hoyong mésér."
Aladin : “Tidak, kuring tidak mencurina, anu pusaka keluarga nu berharga.”
Samsudin : “Kukasih sekantong anggur, tak lebih.”
Aladin : “Samsudin, Urang tahu hargana 3 kantong.”
Samsudin: “Ambil sekantong jeung indit!”

Narator:
Aladin melihat ada pengemis yang kelaparan dan membagikan sekantung anggur tersebut kepada
pengemis itu.
Aladin : “sshhh” (nyuruh diem)
Miskin I : “hatur nuhun”
Kemudian ada sang putri yang menyamar keluar istana dengan memakai pakaian rakyat biasa, dia
melihat lihat pasar yang ramai itu. Tetapi pandangannya tertuju kepada 2 anak kecil yang
kelaparan sambil menatap roti seakan ingin mengambilnya. Akhirnya sang putri pun memberikan
anak-anak itu dengan roti yang dari tadi di tatap oleh kedua anak itu.

BABAK 3
Pertemuan dengan Jasmine

Putri Jasmine: “Halo, anjeun lapar? Ieu, nyandak roti."


Miskin II & III : “hatur nuhun!!!”
• Kedua anak itu pun senang lalu pergi, hal tersebut diketahui oleh si pedagang bernama
Bambang dan memarahi putri karena mengambil roti tanpa membayar terlebih dahulu.
Bambang: “Hei! Hei!”
Bambang: "Anjeun maling dagangan adi kuring."
Putri Jasmine: “Maling? Abdi tidak maling”
Bambang: “Bayar, atau kuambil gelangmu”
Putri Jasmine: “Pak aku tak punya uang”
Lalu pak Bambang menarik tangan putri Jasmine dan ingin melepas gelang tersebut dari
tangannya.
Putri Jasmine: “Lepaskan aku!”
Keributan tersebut menarik perhatian Aladin, lalu Aladin pun melerai mereka.
Aladin : Tunggu, tenang, Bambang”
Bambang: “Gunawan sedang meninggalkan kios dan orang ini mencuri rotinya!”
Putri Jasmine: “Anak-anak itu lapar!”
Aladin : “Baik, minta waktu sebentar”
Bambang: “Kau si anak jalanan pergi dari sini!”
Aladin mengacuhkan pembicaraan pak Bambang dan memberitahu putri untuk memberi gelang
tersebut.
Aladin : “Kau punya uang?”
Putri Jasmine: “Tidak”
Aladin : “Tenang, percayalah”
• Aladin mengambil gelang Putri Jasmine
Aladin : “Ini ambilah”
Putri Jasmine: “Hei tunggu”
Aladin : “Ini yang kau mau, kan?”
Bambang: “Ya terima kasih”
Aladin : “Baik ,dan ini sebuah jeruk untuk mengatasi masalah”
Aladin : “Baik ayo pergi”
Putri Jasmine: “Tidak, Aku tidak mau pergi tanpa gelangku!”
Aladin : “Maksudmu gelang ini?”
Ternyata gelang tersebut tidak diberikan kepada pak Bambang itu hanyalah sebuah tipu daya
Aladin. Putri Jasmine pun terkejut.
Aladin : “Ayo, cepat pergi”
Pak Bambang bersenandung senang karena dia mengira mendapatkan gelang mewah tersebut,
Setelah dia mengecek sakunya barulah dia menyadari bahwa itu hanyalah tipu daya dari Aladin .
Pak Bambang marah dan memberitahu seluruh orang bahwa Aladin mencuri. Kemudian para
warga pun mulai mengejar putri Jasmine dan Aladin.
Bambang: “ALADIN ! Pencuri itu bersama dengan Aladin!”
Putri Jasmine: “Apa kita dalam masalah?”
Aladin : “Iya jika tertangkap.”
Bambang: “Pengawal cepat tangkap dia! Mereka mencuri dariku” “Di sana! Aladin ! Hei kau!”
Terjadilah aksi kejar mengejar Aladin dengan para pengawal, dengan tubuhnya yang lincah
Aladin bisa dengan cepat menghindari para pengawal itu bersama putri Jasmine. Mereka pun
berhasil kabur dari kejaran pengawal dan pergi ke kubuknya Aladin.

BABAK 4
Penjara bawah tanah
• Beralih adegan dengan menunjukkan sebuah penjara bawah tanah di kerajaan
Tarumanagara, ada seseorang berjalan dengan memakai tongkat ajaibnya, seseorang itu adalah
penasihat sultan bernama Jafar dia mempunyai hewan peliharaan burung kakatua bernama Ujang
yang sangat setia padanya. Lalu Jafar di beri seseorang yang ditangkap oleh pengawalnya untuk di
manfaatkan.
Ujang : "Pak, aya anu sumping"
(Jafar mencium aroma dari seseorang yang ditangkap pengawalnya)
Jafar: "Anjeun sok mawa kuring sampah tapi henteu pernah berlian, Bawa aranjeunna"

BABAK 5
Aladin dan Jasmine
• Adegan berikutnya Aladin membawa putri Jasmine menuju rumahnya.
Putri Jasmine: “Oh ada di mana kita?”
Aladin : “Nanti kau tahu”
Aladin : “Selamat datang di gubuk”
Putri Jasmine: “Wow keren juga”
Aladin : “Terima kasih”
Putri Jasmine: “Aku tak percaya!”
Aladin : “Apa?”
Putri Jasmine: “Aku tak percaya kita melakukannya, Kita masih hidup setelah dikejar, Melompati
bangunan, Itu luar biasa”
• Aladin menawarkan secangkir teh
Aladin : “Teh?”
Putri Jasmine: “Terima kasih. Dan terima kasih sudah keluarkan aku dari sana.”
Aladin : “Sama-sama”
Putri Jasmine: “Namamu Aladin kan? Namaku Dalia”
Aladin : “Dalia? Dari istana”
Putri Jasmine: “Bagaimana kau bisa tahu?”
Aladin : “Hanya orang dari istana yang mampu beli gelang seperti itu dan lapisan sutera itu
diimpor juga. Itu berasal dari pedagang di perahu, langsung ke istana bukan untuk pelayan. Bukan
sebagian besar pelayan, Berarti kau adalah pelayan putri”
Putri Jasmine: “Mengesankan”
Aladin : “Menurutmu itu mengesankan lihatlah kota dari sana”
• Lalu putri Jasmine pun menuju ke atas
Putri Jasmine: “Tarumanagara indah sekali. Aku harus sering keluar”
Aladin : “Kau harus meminta Putri sering keluar, Orang-orang belum melihatnya bertahun-tahun”
Putri Jasmine: “Mereka takkan membiarkannya”
Putri Jasmine: “Sejak.. Ratu terbunuh, sultan takut. Jadi dia terus terkurung”
Aladin : “Sepertinya semua orang jadi takut sejak saat itu”
Aladin : “Tapi orang-orang Tarumanagara tak permasalahkan, Orang-orang mencintainya”
• Kemudian putri Jasmine tak sengaja menjatuhkan gambus dan menanyakan:
Putri Jasmine: “Ini milikmu?”
Aladin : “Itu semacam pinjaman”
Lalu putri Jasmine mulai memainkan alat musik tersebut
Aladin : “Ibuku mengajariku lagu itu”
Putri Jasmine: “Ibuku juga”
Aladin : “Itu yang kuingat darinya”
Putri Jasmine: “Dan bagaimana dengan ayahmu?”
Aladin : “Aku kehilangan mereka berdua saat masih muda, sejak saat itu aku seorang diri, Cuma
ada monyet sebagai satu-satunya pengganti orang tua dalam hidup”
Aladin : “Setiap hari aku berpikir segalanya akan berbeda tapi sepertinya tak pernah berubah.”
Aladin : Hanya terkadang aku merasa….”
Putri Jasmine: “Terjebak”
Putri Jasmine: “Seolah kau tak bisa lepas dari yang sudah ditakdirkan?”
Aladin : “Ya..”

BABAK 6
Perpisahan
• Kemudian trompet dari kerajaan berbunyi yang menandakan bahwa seorang pangeran
telah datang dan ingin melamar putri Jasmine.
“Selamat datang Pangeran Aldo!”
Putri Jasmine: “Aku harus segera pulang”
Aladin : “Sekarang?”
“Beri jalan untuk pangeran Aldo!”
Aladin : “Itu hanya pangeran biasa yang melamar sang putri”
Putri Jasmine: “Ya, aku harus persiapkan dia”
Putri Jasmine: “Kau simpan gelangku.”
Aladin : “Tentu”
Aladin mengecek sakunya untuk mencari gelang itu ternyata tertinggal di rumahnya.
Aladin : “Aku yakin menaruhnya di sini mungkin terjatuh”
Aladin : “Eca kau mengambilnya?”
Putri Jasmine: “Itu gelang ibuku”
Aladin : “Ya itu memang indah”
Putri Jasmine: “Kau pencuri”
Aladin : “Bukan, Ya, tapi…..”
Putri Jasmine: “Aku sangat naif, Permisi”
Aladin : “Tunggu, Tunggu tidak begitu!”
Aladin : “Ayo Eca kita pulang”
• Aladin pulang dengan raut wajah merasa bersalah, ternyata gelang itu diambil oleh
monyetnya.
Aladin : “Eca, ada kalanya kita mencuri ada nada kalanya tidak” “Ini jelas tidak” (menunjukkan
gelang putri Jasmine.)

BABAK 7
Kedatangan Pangeran Aldo
• Sementara itu di dalam kerajaan Tarumanagara
Sultan: “Wilujeng sumping, Pangeran Aldo! Perjalanan anjeun pasti senang."
Kemudian pintu terbuka dan muncullah putri Jasmine dengan penampilannya yang cantik
memakai gaun dan perhiasan yang indah.
Sultan: “Pangeran Aldo, putriku, Putri Jasmine.”
Pangeran Aldo: “Kenapa tak ada yang beritahu aku tentang kecantikanmu?”
Putri Jasmine: “Tak ada yang beri tahu ketampananmu juga.”
Pangeran Aldo: “Terima kasih. Mereka mengatakan itu di Demak.” “Ya kan? Hahaha”
Pangeran Aldo: "Ieu pisan, lucu pisan"
Putri Jasmine: “Benarkah?”
Pangeran Aldo: “Ya”
Pangeran Aldo: “Ya, oh apa itu?” Sambil menunjuk ke arah harimau si peliharaan putri Jasmine
Pangeran Aldo: “Jangan beritahu aku, itu kucing dengan garis-garis!”
Pangeran Aldo: “Karena di Demak, Kucing mencintaiku, Sini, Puss-puss. Hei, Puss-puss”
• Kemudian harimau itu menarik tangan Pangeran Aldo lalu semua tertawa karena tingkah
konyol dari pangeran Aldo itu.

BABAK 8
Jafar datang...
• (Beralih ke adegan Jafar dan sultan)
Jafar: “Sultan, musuh kita bertambah kuat setiap hari, namun kau biarkan putrimu menolak
Pangeran Aldo dan kemungkinan beraliansi militer”
Sultan: “Musuh nu mana?’
Jafar: “Cirebon terus menghimpun”
Sultan: “Cirebon adalah sekutu kita”
Jafar: “Dulu sekutu kita!”
Sultan: “Kau mau menyeret kita ke perang dengan satu-satunya….”
Jafar: “Kau biarkan kerajaan tenggelam dengan kehancuran Cuma karena perasaanmu!”
Sultan: “JAFAR!”
Sultan: “Ingat posisimu”
Jafar: “Maafkan aku, Sultan. Aku kelewatan”
•Jafar pergi namun kemudian dia berbalik arah dan menyerang sultan dengan tongkatnya yang
mempunyai kekuatan hipnotis atau memengaruhi pikiran seseorang untuk menuruti perintahnya.
Jafar: “Tapi….Jika kau mau pertimbangkan kembali…. kurasa kau akan paham menyerang
Cirebon adalah keputusan yang tepat.”
Sultan: “Nyerang Cirebon…”
• Tiba-tiba putri Jasmine masuk di waktu yang tepat. Jafar pun langsung menghentikan
tongkatnya tersebut.
Putri Jasmine: “Nyerang Cirebon?
Putri Jasmine: “Kenapa kita harus Nyerang Kasultanan Ema?”
Sultan: “Kita takkan pernah Nyerang Cirebon.”
Jafar: “Tapi sekutu di Demak akan perbaiki situasi kita.”
Sultan: “Ya, jika kau pertimbangkan untuk beri Pangeran Aldo kesempatan.”
Putri Jasmine: “Untuk berkuasa? Bapa, Rajek (Harimau) saja bisa lebih baik.”
Sultan: “Sayang, bapa tak muda lagi, kami harus carikan kau seorang suami, dan…pewaris
kerajaan”
Putri Jasmine: “Apa bisa pangeran asing mengurus rakyat kita sepertiku?”
Putri Jasmine : “Aku bisa memimpin kalau..”
Sultan: “Sayang, kau tak bisa menjadi sultan karena itu belum pernah terjadi dalam sejarah seribu
tahun kerajaan kita.”
Putri Jasmine: “Aku sudah mempersiapkan ini semur hidupku. Aku sudah baca..”
Jafar: “Buku? Tapi kau tak bisa membaca pengalaman”
Jafar: “Kurang pengalaman berbahaya. Orang-orang tak diawasi, akan memberontak, Dinding dan
perbatasan tak dijaga, akan diserang.”
Sultan: “Jafar benar. Kelak, kau akan mengerti”
Sultan: “Kau bisa pergi sekarang”
• Putri Jasmine lalu pergi dengan perasaan kecewa dan sedih. Jafar pun keluar dan
mengikuti putri Jasmine.
Jafar: “Hidupmu akan lebih baik Putri, setelah kau terima tradisi ini dan mengerti kau itu lebih
baik terlihat daripada yang terdengar.”
• Putri Jasmine sedih setelah mendengar perkataan Jafar dan kembali ke kamarnya.

BABAK 9
Dalia dan Putri Jasmine
• (Adegan berganti ke Dalia dan Putri Jasmine)
Putri Jasmine: “Tapi Dalia, pasti ada yang bisa kulakukan.”
Dalia: “Pangeran tampan ingin menikah denganmu. Kapan lagi kehidupan jadi lebih mudah?”
Putri Jasmine: “Bukanya aku tak mau menikah, hanya saja..”
Dalia: “Rék hayang jadi sultan. Tapi naha?"
Putri Jasmine: “Kau ingat ibuku sering berkata: “Kita hanya akan bahagia setelah rakyat bahagia.
Jika dia lihat yang kulihat hari ini, dia akan patah hati.”
Dalia: “Dia juga ingin kau aman.”
Dalia: “Dan bersih. Akanku isi bak mandinya”
Putri Jasmine: “Pengawal Jafar ada di setiap sudut. Dia akan menyerang tetangga kita, demi apa?
Putri Jasmine: “Aku bisa membantu”
Putri Jasmine: “Aku tahu aku bisa, Aku ditakdirkan lebih dari menikahi sekedar pangeran tak
berguna.”
Dalia: “Jika kau merasa terpaksa, kau mungkin dapatkan yang lebih buruk.”
Dalia: “Dia tinggi dan tampan. Dan ya.. dia agak bodoh tapi pada akhirnya kau harus menikah.
Kau tak harus bicara dengannya.”
Dalia: “Tapi kau lebih suka anak laki-laki dari pasar.”

BABAK 10
Menyamar menjadi pelayan
• Putri Jasmine pun tersenyum karena tidak bisa menyangkal perkataan dari Dalia.
Kemudian ada yang mengetok pintu, dan dibuka oleh putri Jasmine. Ternyata dia adalah Aladin
yang sedang menyamar menjadi pelayan istana.
Putri Jasmine: “Bisa kubantu?”
Putri Jasmine kaget melihat Aladin yang menyamar
Aladin : “Teh?”
Putri Jasmine: “Kau? Kau!”
Putri Jasmine: “Mau apa kesini? Masuklah sekarang!”
Aladin : “Aku mau mengembalikan gelangmu.”
Putri Jasmine: “Gelangku? Di mana?”
Aladin : “Di pergelangan tanganmu”
Putri Jasmine: “Apa? Lumayan”
Aladin : “Aku suka dekorasi tempat ini.”
Putri Jasmine: “Bagaimana kau bisa melewati para pengawal?”
Aladin : “Itu menantang, tapi aku punya banyak cara.”
Aladin : “Selagi Putri keluar, kau mau jalan-jalan? Mengobrol sedikit”
Putri Jasmine: “Kau luar biasa. Tapi kau tak boleh seenaknya masuk istana dan menganggapnya
seperti rumahmu sendiri.”
Aladin : “Jika kau tak punya apa-apa berlagaklah seolah kau memiliki segalanya.”
Aladin : “Jadi, apa pendapatmu? Kutemukan gelangmu.”
Putri Jasmine: “Kau tak menemukannya, kau mencurinya!”
Aladin : “Koreksi, Monyet yang mencurinya.”
Putri Jasmine; “Dia monyetmu”
Aladin : “Dia Cuma seekor monyet” Kemudian Dalia datang
Dalia: “Siapa yang memesan teh?’
Putri Jasmine: “Aku”
Putri Jasmine: “Untukmu, Putri Jasmine.”
Putri Jasmine mencoba menjelaskan dengan gerakan tangannya kepada Dalia bahwa untuk
berpura pura menjadi putri Jasmine.
Aladin : “Yang mulia!”
Dalia: “Kenapa kau menjadi aneh?”
Dalia: “Ouhh Aku sang Putri”
Dalia: “Ya.”
Dalia: “Aku senang menjadi diriku. Dengan istanaku dan Wayang setiap jam dalam sehari.”
Dalia: “Sekarang waktunya memandikan kucingku.”
Putri Jasmine: “Dia jarang keluar”
Aladin : “Jelas”
Aladin melihat harimaunya putri Jasmine
Aladin : “Bukankah seharusnya kau dikamar mandi?”
Dalia: “Pelayan, kucing ini tak mau mandi sendiri!”
Aladin : “Tapi bukankah kucing mandi sendiri?”
Putri Jasmine: “Kau harus pergi sekarang.”
Aladin : “Baik, tapi aku akan kembali besok malam.”
Putri Jasmine: “Apa? Jangan”
Aladin : “Temui aku di halaman sebelah air mancur saat bulan si atas menara.”
Aladin : “Untuk kembalikan ini.” (Menarik jepitan rambut putri Jasmine)
Aladin : “Abdi janji”

• Ternyata Ujang dari tadi mengamati tindakan Aladin dan menyadari jika Aladin adalah
berlian tak terasah. Aladin berjalan keluar dengan perasaan senang dan malu sendiri dengan
barusan yang dia katakan.
Aladin : “Kau percaya, Eca?
Aladin : “Tempat paling dijaga ketat di seluruh Tarumanagara..”
• Belum selesai bicara Aladin di pergok oleh para pengawal
Pengawal: “Wilujeng wengi.”
Aladin : “malam” menjawab sambil tergagap gagap
Aladin : “Pasti pengawal ada dibelalangku”
Aladin : “Hai” menyapa para pengawal itu

BABAK 11
Lampu minyak “biasa”
• (Adegan beralih ke padang tengah hutan)
Para pengawal membawa Aladin ke suatu tempat dengan para kuda
Aladin : “Di mana aku? Apakah karena gelang itu?”
Aladin : “Aku tak mencurinya. Pelayan itu..”
Jafar: “Kenapa pelayan mengenakan gelang Ratu?”
Aladin : “Ratu? Bukan. Dia bilang kalau itu milik...”
Jafar: “Ibuna. Setidaknya dia jujur mengenai satu hal.”
Aladin : “Maksudmu dia sang Putri?”
Jafar: “Mereka memanggilmu apa?”
Aladin : “Aladin .”
Jafar: “Aladin orang seperti kita harus realistis jika…”
Aladin : “Kita?”
Jafar: “Aku pernah seperti kau.”
Jafar: “Pencuri biasa”
Jafar: “Hanya saja berpikir lebih luas. Mencuri jeruk, kau menjadi pencuri biasa, mencuri
kerajaan kau jadi seorang negarawan.”
Jafar: “Hanya pria lemah yang tak berkembang.”
Jafar: “Kau, kau terhalang dalam suatu kesempatan, Aku bisa membuatmu kaya. Cukup kaya
untuk mengesankan seorang putri.”
Jafar: “Tetapi tidak gratis.”
Aladin : “Aku harus apa?”
Jafar: “Ada gua di dekat sini, di dalamnya ada lampu minyak biasa.”
Jafar: “Ambilkan itu untukku, dan akan kubuat kau kaya untuk mengesankan seorang putri.”
Jafar: “Kau tak berarti baginya, tapi kau bisa jadi berarti, hidupmu dimulai sekarang Aladin .”
• Aladin dan Jafar beserta para pengawal itu pun menuju ke sebuah gua tersebut.
Sementara itu putri Jasmine setia menunggu Aladin untuk mengembalikan jepitan rambut yang
diambilnya kemarin malam.

BABAK 12
Percakapan Jasmine dan Dalia
Sementara di kamar Jasmine, Jasmine masih menantikan kedatangan Aladin di balkon
Dalia: “Masih menunggu?”
Putri Jasmine: “Tidak. Aku keluar untuk…”
Putri memberhentikan perkataannya dan membuang nafas kecewa.
Putri Jasmine: “Dia sudah janji.”
Dalia: “Aku mau ke atas dulu.”
Putri Jasmine: “Ya. Selamat malam, Dalia.”

BABAK 13
Gua keajaiban dan Pengkhianatan
• (Adegan beralih di gua)
Jafar: “Gua keajaiban”
Jafar: “Ketika masuk kau akan lihat lebih banyak harta dari yang pernah kau impikan. Emas,
berlian, dan lampu.”
Jafar: “Bawakan lampu itu padaku dan akan kubuat kau kaya dan bebas.”
Jafar: “Tapi jangan ambil hartanya lainnya, berapa pun banyaknya godaan. Kau harus tahan”
• Aladin kemudian menuju masuk ke dalam gua itu. Gua itu bersuara dan berkata: “Mung
hiji nu bisa asup ka dieu. Jalma anu bener-bener pantes. Inten teu diasah.”
Jafar: “Ingat. Jangan ambil apa pun selain lampu.”
• Aladin pun berhasil masuk gua tersebut. Dan Aladin sempat tergoda karena banyaknya
harta dan berlian di dalam gua itu. Untung saja Eca menyadarkan Aladin yang ingin mengambil
berlian. Aladin terjatuh dan ditangkap oleh sesuatu yang membuat Aladin terkejut. Ternyata itu
adalah karpet ajaib yang bisa terbang dan bergerak.
Aladin : “Hei Eca. Ini karpet ajaib, ternyata benar-benar ada.”
Aladin : “Halo, karpet” Aladin menyapa karpet tersebut.
• Aladin terus melanjutkan perjalanannya menuju ke puncak dan mengambil lampu ajaib
tersebut. Aladin hampir terjatuh karena tidak sengaja menginjak berlian. Berlian itu pun terjatuh
di depan Eca. Eca pun tergoda dan mengambilnya. Gua itu pun marah dan meruntuhkan bebatuan
di dalamnya serta mengeluarkan larva api.
Aladin : “Eca! JANGAN!”
Goa: "Anjeun parantos nyabak harta anu terlarang, ayeuna anjeun moal ningali cahaya panonpoe
deui!"
• Aladin berusaha keluar dari gua tersebut dibantu dengan karpet ajaib. Mereka hampir
berhasil keluar gua itu, tetapi karpet ajaib tersangkut, Aladin berhasil memegang ujung batu
tersebut dan mendakinya tetapi Jafar menipu Aladin dan hanya menjadikan Aladin sebagai umpan
saja, Jafar hanya ingin lampu ajaib tersebut.
Aladin : “Kau bisa membantuku?”
Jafar: “Lampunya dulu.”
Aladin : “Tidak tanganmu dulu.”
Jafar: “Kita tidak punya banyak waktu. Berikan lampunya” (Aladin memberikannya)
Aladin : “Tanganmu! Sekarang tanganmu cepat!”
Jafar: “Bagaimana kalau kakiku?”
Aladin : “TIDAK TIDAKKK!!!
• Jafar menginjak tangan Aladin sehingga Aladin terlepas dan masuk ke jurang, pas sekali
karpet ajaib datang dan menyelamatkan Aladin untuk kedua kalinya. Jafar gembira karena dia
berhasil mendapat lampu ajaib itu, Tetapi ketika dia mengecek sakunya lampu ajaib itu sudah
hilang ternyata yang mengambil lampu ajaib kembali adalah si Eca. Jafar murka lalu berteriak
kesal. Keadaan di dalam gua sudah stabil seperti semula

BABAK 14
Karpet Ajaib dan Lampu Ajaib

Aladin : “Kita masih hidup, Sepertinya. Terima kasih karpet.”


• Eca pun memberi lampu ajaib itu kepada Aladin .
Aladin : “Eca, Bagaimana kau….”
Aladin : “Monyet kecil licik.”
Aladin : “Sekarang kita cari jalan keluar.”
Aladin : “Hei karpet, kau tahu jalan keluar dari sini?”
• Karpet menunjuk ke lampu ajaib tersebut.
Aladin : “Lampu?”
• Lampu ajaib itu menyala dan bergerak Aladin pun mulai menggosok lampu ajaib
tersebut. Betapa terkejutnya Aladin ternyata Seorang Jin yang keluar dari lampu ajaib itu.
Jin: “Jalma alus nyebut kuring, jalma jahat maréntahkeun kuring. Sumpah, kabulkeun tilu
kahoyong.”
Dengan muka Aladin yang masih terkejut dan tidak percaya apa yang dia lihat barusan, Jin pun
heran dan bertanya.
Jin: “Misi Nak, mana bosmu?
Jin: “Jika aku bicara sendiri, aku tinggal di lampu saja.”
• Aladin pun masih tidak percaya dan tergagap gagap
Jin: (nada seperti anak kecil) “halo?”
Aladin : “A..aku…”
Jin: “Keluarkan suaramu”
Aladin : “Aku sedang bicara dengan Hantu biru raksasa?’
Jin: “Henteu!”
Jin: “Aku bukan Hantu, aku seorang jin. Itu beda”
Jin: “Hantu itu tidak nyata”
Jin: “Sekarang mana bosmu?”
Aladin : “Bosku?”
Jin: “Dengar nak, aku sudah lama begini. Selalu ada orang. Dia menyuruh orang, Kau paham
maksudku. Di mana pria itu?”
Aladin : “Aku tahu orang itu. Dia di luar”
Jin: “Jadi.. Cuma kau dan aku di sini? Dan seekor monyet?”
Jin: “Itu urusan pribadimu tapi kita perlu bahas monyet itu nanti. Fufufu monyet kecil tampan.”
Jin: “Jadi kau menggosok lampunya?”
Aladin : “Ya”
Aladin : “Sudah berapa lama kau terjebak di sini?”
Jin: “Sekitar seribu tahun.”
Aladin : (Nada terkejut dan tidak percaya) “Seribu tahun?”
Jin: “Nak, apa aku atau semua ini mengejutkanmu?’
Jin: “Jadi, kau benar-benar tak tahu aku?”
Jin: “Jin, permintaan, lampu, tak pernah dengar semua itu?”
(Aladin menggelengkan kepalanya)
Jin: “Ini baru pertama kali.”
Jin pun mulai menjelaskan tentang dirinya, lalu setelah jin menjelaskan tentang dirinya dengan
panjang lebar, namun Aladin masih belum mengerti.

BABAK 15
Keluar dari gua

Aladin : “Jadi bagaimana cara kerjanya?”


Jin: “Kau bercanda bukan?”
Jin: “Ini dasarnya: Pertama, gosok lampunya. Kedua, katakan permintaanmu. Ketiga.. tidak ada
yang ketiga. Lihatlah semudah itu”
Jin: “Kau dapat tiga permintaan, harus dimulai dengan menggosok lampu, dan berkata aku minta..
paham?”
Aladin : “Sepertinya”
Jin: “Tiga peraturan lagi. Tak boleh lebih dari tiga permintaan. Tiga sudah cukup”
Jin: “Aku tidak bisa membuat seseorang mencintai seseorang, atau menghidupkan seseorang yang
sudah mati”
Jin: “Biasanya aku tak perlu menjelaskan ini”
Jin: “ Karena seiring waktu tuanku mengerti sendiri, dia sudah tahu keinginannya dan biasanya
tak jauh dari, limpahan uang dan kekuatan!”
Jin: “Tolong aku jangan meminta berlebihan, kujamin sebanyak apa pun uang dan kekuatan di
bumi tidak dapat memuaskanmu”
Jin: “Setuju? jadi apa permintaan pertamamu?”
Aladin : “Hmm.. aku harus memikirkannya jika memang cuma ada tiga”
Aladin : “Lagian kenapa Cuma tiga?”
Jin: “Aku tak tahu, masa bodoh”
Aladin : “Kau tak tahu? Ku kira kau maha tahu”
Jin: “Makanya pasang telingamu, aku tak pernah bilang aku maha tahu.”
Jin: “Ku bilang aku paling kuat, makhluk paling kuat sejagat raya. Semua yang tidak kutahu aku
bisa mempelajarinya. Di bawah matahari sana. Kenapa kau sulit sekali meminta?”
Aladin : “Baik jin. Aku minta keluarkan kita dari gua ini.”
Jin: Akhirnya! dia membuat permintaan pertamanya!”
Jin: “Pegangan Nak!”
• Jin kemudian berputar dan menyulapkan sihirnya, dalam sekejap mata mereka sudah
berada di luar gua.

BABAK 16
Aladin Mengelabui Jin dan Permintaan pertama

Jin: “Lihatlah dunia ini. Sangat luas”


Jin: “Di dalam lampu semuanya kuningan, kuningan, kuningan”
Jin: “Yang berkekuatan luar biasa, tapi punya keterbatasan.”
Dalam sekejap mata jin langsung membuat sebuah tempat duduk, yang membuat Aladin terkejut
Aladin : “Bisa peringatkan aku sebelum lakukan itu?’
Jin: “Nanti juga terbiasa”
Aladin : “Baik, jadi aku harus membuat semua permintaanku di sini?”
Aladin : “Jika kau kubawa ke Tarumanagara tidakkah orang-orang..?”
Jin: “Tidak, tidak! Aku bisa berpenampilan lazim”
Aladin : “Baik, baik”
Jin: “Jadi, apa permintaanmu?”
Aladin : “Aku belum memikirkannya”
Jin: “Kau memang bukan orang itu.”
Aladin : “Baik. Jadi kau mau meminta apa?”
Jin: “Belum ada yang pernah bertanya itu sebelumnya”
Jin: “Satu tapi mudah. Aku minta bebas”
Jin: “Aku ingin menjadi manusia”
Aladin : “Kenapa tidak bebaskan dirimu sendiri?”
Jin: “Hahahhahahah, hei apa kau dengar kata anak ini? Kenapa tidak bebaskan diriku sendiri?”
Jin: “Satu-satunya cara jin bisa bebas ialah pemilik lampu menggunakan satu permintaannya
untuk membebaskan jin.”
Jin: “Kali terakhir itu terjadi saat..... tak pernah.”
Aladin : “Akan kulakukan, aku punya tiga kan?”
Jin: “Sebenarnya, tinggal dua. Satu kau gunakan untuk keluar dari gua. Ingat?”
Aladin : “Aku? Atau kau?”
Aladin : “Kukira aku harus menggosok lampunya.”
Jin: “Baru kali ini aku lihat. Awas saja kau.”
Aladin : “Toh sekarang aku bisa gunakan permintaan ketiga untuk membebaskanmu.”
Jin: “Ini kendala terkait permintaan”
Jin: “Semakin banyak yang kau miliki, semakin banyak yang kau inginkan.”
Aladin : “Aku tak begitu”
Jin: ‘Liat saja nanti”
Aladin : “Tapi ada sesuatu”
Jin: “Aku pernah lihat raut wajah itu. Siapa dia? Siapa gadis itu?”
Aladin : ‘Dia seorang putri”
Jin: “Bukankah semuanya begitu? Perlakukan kekasihmu bak ratu”
Aladin : “Tidak, dia putri sungguhan.”
Jin: “Sudah kubilang, aku tak bisa buat seseorang mencintai seseorang.”
Aladin : “Tidak. Kami sudah dekat”
Jin: “Benarkah?”
Aladin : “Dia cerdas, baik, dan sangat cantik.”
Aladin : “Tapi dia harus menikahi..”
Aladin : “Hei! Bisa jadikan aku pangeran?”
Jin: “Eits tunggu lampunya”
Aladin : “Oh iya maaf”
Aladin : “Baiklah, Jin aku minta jadikan aku pangeran.”
Seketika mereka bertiga berpindah tempat ke padang rumput.
Jin: “Aku akan mendandanimu, pangeran tentu saja warna. Jadi bagaimana?”
Aladin : “Aku suka.”
Jin: “Jelas kau suka, Nak! Buatanku!”
Aladin : “Bukankah orang bisa mengenaliku?”
Jin: “Taka ada yang bisa mengenalimu. Begitulah cara kerja sihir jin. Orang melihat yang disuruh
lihat.”
Aladin : “Benar. Siapa aku?”
Jin: “Siapa… Pangeran Ali”
Aladin : “dari?”
Jin: “ dari Wastu Kencana?”
Aladin : “Tempat itu ada?”
Jin: “Ya!”
Jin: “Sekarang iring-iringanmu.”
Aladin : “Apa yang terjadi?”
Kemudian jin membuat iring iringan untuk Aladin menuju ke istana putri Jasmine.
*Musik dimulai
Setelah Aladin dan iringannya memasuki Tarumanagara, Aladin dan Jin sebagai pelayan pribadi
masuk ke dalam istana untuk bertemu sultan dan Putri Jasmine

BABAK 17
Prince Ali
(Scene berganti di dalam istana)
Aladin : “Di mana dia, kenapa lama sekali?”
Jin: “Tunggu saja”
Aladin : “Oh dia datang.” (mengangkat tangan)
Jin: “Hei turunkan lenganmu.”
Sultan: “Senang bisa menyambutmu di Tarumanagara, Pangeran ali.”
(Tak sengaja tongkat yang di pegang rusak)
Jin: “Kenapa kau jatuhkan?”
Aladin : “Entalah. Tak sengaja.”
Jin: “Bilang suatu kehormatan bisa bertemu dengannya.”
Aladin : “Suatu kehormatan bagiku, Yang mulia. Anda terlihat sangat tenang.”
Jin: “Itu menekuk lutut, bukan membungkuk. Berdiri.”
Jafar: “Sayangnya aku masih asing dengan Wastu Kencana
Aladin : “Kami ada di Timur.”
Aladin : “Oh ya! Kami ada sesuatu! Hadiah!
Jin: “Masuklah!”
Aladin : “Ya, inilah dia.”
Aladin : “Hadiahnya segera datang.”
Aladin : “Kami punya Batik Halus, Wayang emas, dan Angklung kecil
Dahlia: “Oh Angklung kecil, kenapa bisa sekecil itu?”
Jin: “Kita punya permata.”
Aladin : “Permata! Kami punya! Dan, itu!”
Aladin : “Sebelah sana.. di sembunyikan untuk ketegangan.”
Aladin : “Ta-da”
Putri Jasmine: “Itu roda?”
Aladin : “Harganya sangat mahal.”
Putri Jasmine: “Tapi apa yang kau beli dari barang mahal ini?”
Aladin : “Kau”
Jin: “Wah!”
Semuanya kaget atas jawaban Aladin
Aladin : “Bukan! Bukan maksudnya sesaat bersamamu”
Putri Jasmine: “Menurutmu aku dijual?”
Aladin : “Tentu saja..”
Aladin : “Maksudnya tidak! Tentu saja tidak!”
Jin: “Dingin dan gelap di dalam lampu. Tapi enakkan di sana dari pada begini”
Putri Jasmine: “Aku permisi dulu. Aku mau pergi mencari benang.”
Dahlia: “Untuk batiknya”
Aladin : “Tidak! Bukan itu maksudku. Aku..”
Dahlia: “Kau hebat..”
Aladin : “Bukan itu maksudku”
Jin: “Tinggalkan saja dia. Kau tidak hebat.”
Sultan: “Nanti kau bisa bicara lagi.”
Sultan :”Semoga kau bisa bergabung dengan kami malam ini, Pangeran Ali..”
Aladin : “Kami akan bergabung”
Jin: “Selama 10 ribu tahun, aku tak pernah semalu tadi.”

BABAK 18
Pesta
• Beralih ke pesta
Jin: “Jangan khawatir kau belum tamat.”
Jin: “Lakukan saja yang biasa kau lakukan di pesta.”
Aladin : “Aku tak pernah ke pesta.”
Jin: “Apa?”
Jin: “Jangan merusak malamku.”
Jafar: “Pangeran Ali.”
Jafar: “Boleh aku bicara? Empat mata.”
Jafar: “Ini tak ada sangkut pautnya dengan pelayanmu.”
Jin: “Silakan aku ada kesibukan.”
Aladin : “Aku tak yakin kita sudah berkenalan.”
Jafar: “Jafar, Penasehat sultan.”
Jafar: “Aku bisa jadi berguna untuk membantu mendapatkan keinginanmu.”
Aladin : “Nanti akan kupikirkan, aku tak mau membuat putri menunggu.”

Jafar: “Mungkin aku belum jelas.”


Jafar: “Tawaran ini takkan datang dua kali.” (Jafar mulai menghipnotis pikiran Aladin)
Jafar: “Prince Ali.”
• Tepat sekali jin langsung datang untuk menghalangi tindakan Jafar
Jin: “Permisi.”
Jin: “Pangeran Ali kedatanganmu dinanti.”
Jin: “Kurasa dialah orang itu.”
Aladin : “Ya dialah orang itu.”
Jin: “Baik, dia di sana. Ini kesempatanmu.”
Aladin : “Kau tahu. Kurasa aku tidak bisa, ada banyak orang di sini.”
Jin: “Tenang saja ini pasti mudah, aku mau ambil minuman aku jadi haus.”
Aladin : “Tidak ,tidak, jangan tinggalkan aku.”
Jin: “Aku tinggal di lampu dan ini pesta, jangan kacaukan malamku paham. Dapatkan dia!”
Aladin : “Baiklah”
Aladin gugup sehingga dia tak tahu harus melakukan apa.
Jin: “Cepat saatnya kesana.”
Aladin : “Tidak. Aku menunggu waktu yang pas.”
Jin: “Tidak jangan menunggu. Kita tadi sudah menunggu.”
Aladin : “Tidak aku yang memimpin. Aku yang akan mengatakan kapan momen yang pas.”
Karena terlalu lama menunggu jin menyeret Aladin menggunakan sihirnya ke putri Jasmine.”
Dahlia: “Dia datang. Katakan sesuatu dengan biasa saja.” (berkata pada Jasmine)
Dahlia: “Hai” (berkata pada Aladin)
Aladin : “Maaf hal tadi yang tentang membelimu.”
Aladin : “Mau menari denganku?”
Putri Jasmine: “Ya dengan senang hati.”
*Musik dimulai.
(Nari)
Jafar: (berbicara kepada Jaka) “Terus awasi pangeran ali.”

BABAK 19
Setelah Pesta

Jin: (berkata pada Dahlia) Hey, mau jalan-jalan?


Dahlia: “Aku belum pernah melakukannya. Bagaimana caranya?”
Jin: “mari kuajarkan” (mengajak Dahlia pergi)
• Setelah Jin dan Dahlia pergi, Jasmine pergi ke kamarnya, tiba-tiba muncul balkon
Putri Jasmine: “Jangan bergerak, bagaimana kau bisa di situ?”
Aladin :“Dengan karpet ajaib”
Putri Jasmine: “Sebenarnya aku senang kau berada di sini”
Aladin : “Benarkah?”
Putri Jasmine: “Sebenarnya aku mencari Wastu Kencana di peta, namun tidak kutemukan”
• Tanpa kesadaran Putri Jasmine, Jin memanipulasi peta sehingga ada Wastu Kencana
Aladin : Ini ada
Putri Jasmine : Dari tadi sudah kucek, tapi ga ada loh!!
Aladin : “Lagi pula peta sudah jadul, bagaimana kalau kita melihat dunia yang luas?”
Putri Jasmine: “Bagaimana? Pintu dijaga”
Aladin : “Siapa bilang pintu?”
Putri Jasmine: “Apa yang kau lakukan.”
Aladin : “Terkadang putri kau harus mengambil resiko.”
Putri Jasmine: “Ini..?”
Aladin : “Karpet ajaib”
Aladin : “Kau percaya aku?”

BABAK 20
Naik karpet ajab
• Mereka mengelilingi dunia menggunakan karpet ajaib
*Musik dimulai.
Putri Jasmine: “Lihat monyet yang lucu itu, Apa itu Eca?”
Aladin : “Tak mungkin itu Eca, dia…”
Putri Jasmine: “Jadi, berapa banyak nama yang kau miliki, pangeran Aladin .”
Aladin : “Tidak, Aku..”
Putri Jasmine: “Jadi siapa pangeran ali?”
Aladin : “Akulah pangeran Ali.”
Putri Jasmine: “Tapi kenapa kau sangat tahu tentang kota ini?”
Aladin : “Aku datang ke Tarumanagara lebih awal. Untuk melihat orang-orang di sini secara
langsung.”
Putri Jasmine: “Tapi bagaimana bisa aku tak mengenalimu?”
Aladin : “Orang tak akan mengenalimu jika kau keluarga kerajaan.”
Putri Jasmine: “Maafkan aku, aku merasa malu.”
Putri Jasmine: “Maksudku kau tahu banyak tentang Tarumanagara dalam beberapa hari,
dibanding aku yang hidup di sini.”
Aladin : “Mungkin kita.. harus pulang sekarang.”
Aladin : “Sampai besok putri.”
Putri Jasmine: “Selamat malam.”

BABAK 21
Jafar jahat yh..

• Besok paginya Aladin ingin menemui putri Jasmine tetapi dia ketahuan oleh para
penjaga Jafar. Jafar kemudian mendorong Aladin masuk ke jurang tetapi Eca dengan cepat
menggosok lampu ajaib itu sehingga Jin dengan sigap langsung menyelamatkan Aladin dengan
selamat.
Aladin : “Terima kasih jin”
Jin: “Tak masalah aku ada di dekat area kejadian.”
Jin: “Tapi aku menggunakan salah satu keinginan.”
Aladin : “ Bagaimanapun juga kau telah menyelamatkan hidupku.”
Aladin : “Kita harus hentikan Jafar.”
Jin: “Itu tak mudah.”
Jin: “Sultan sangat memercayainya. Dia sudah menipu semua orang”
Aladin : “Mungkin tidak semua orang.”

BABAK 22
Aladin masih hidup.

Setelah Jafar mencoba menenggelamkan Aladin, ia pergi ke sultan untuk mempengaruhinya.


Sultan: “Jasmine”
Jafar: “Aku dengar pangeran Ali bicara dengan penasihatnya. Tentang kembali ke tentara untuk
menaklukkan Tarumanagara.”
Putri Jasmine: “Kau dengar dia mengatakan itu, Jafar dan kau melihat dia pergi?”
Jafar: “Ya dengan telinga dan mataku sendiri.”
Jafar: “ Ada apa masalahnya, Putri?”
Putri Jasmine: “Masalahnya Jafar, jika perkataanmu benar. Kenapa pangeran Ali masih di sini?”
Aladin : “Yang mulia.”
• Jafar terkejut melihat Aladin yang dilemparnya ke jurang masih hidup
Aladin : “Yang mulia, penasihat anda sudah berbohong.”
Putri Jasmine: “Bapa, dia berusaha membunuh pangeran Ali.”
Sultan: “Jafar, bisa kau jelaskan ini?”
• Jafar kemudian menggunakan tongkat sihirnya untuk menghipnotis pikiran sultan
Jafar: “Sultan…Kau tahu kesetiaanku hanya untukmu.”
Sultan: “Kesetiaanmu…”
Sultan: “Pangeran Ali kau datang sendiri ke kota kami, dan kami menyambutmu sebagai tamu.
Tapi aku yakin niatmu itu palsu.”
Sultan: “Kau ancaman besar bagi Tarumanagara, dan kau akan terima akibatnya.”
Putri Jasmine: “Apa maksud Bapa?”
Sultan: “Cukup Jasmine!”
Sultan: “Jafar sudah menceritakan ambisi pangeran ali.”
Aladin : “Tongkat itu penyebabnya”
• Aladin pun kemudian berlari dan mengambil tongkat dari tangan Jafar, kemudian Aladin
langsung membanting tongkat itu hingga patah.
Putri Jasmine: “Bapa?”
Sultan: “Apa yang terjadi?”
Aladin : “Dia memantrai anda. Dia tak bisa dipercaya. Yang mulia.”
Aladin : “Dia menginginkan takhta anda!”
Sultan: “Jafar! Kau penasihat kepercayaanku.”
Sultan: “Jaka! Jebloskan dia ke penjara bawah tanah!”

BABAK 23
Kejadian di penjara

Dipenjara tempat Jafar ditahan....


Jaka: “Aku setia kepada sultan, Seharusnya kau pun begitu.”
Jaka: “Hukum tetaplah hukum”
• Ketenangan mereka belum selesai, karena burung beo peliharaan Jafar mengambil kunci
penjara bawah tanah untuk membebaskan Jafar.

BABAK 24
Forever prince Ali

Sultan: “Pangeran Ali, aku harus minta maaf.”


Aladin : “Yang mulia, ada satu hal yang ingin kujelaskan.”
Sultan: “Kehormatan dan kejujuranmu takkan pernah diragukan lagi di Tarumanagara ini.”
Aladin : “Aku..”
Sultan: “Seorang pemuda yang berbudi dan tulus tak pernah menghiasi ruang istana ini.”
Sultan: “Aku akan merasa terhormat untuk memanggilmu anakku. Jika itu sesuatu yang
diinginkan seseorang”
Setelah Aladin membantu sultan, Aladin kembali ke ruangannya dan berbicara dengan jin.
Jin: “Kini kau mendapatkan gadis itu.”
Jin: “Tapi kau perlu agak mengendalikan diri.”
Aladin : “Aku berhasil kan?”
Aladin : “Kurasa akhirnya aku bisa menjadi pangeran.”
Jin: “Bukan itu yang kumaksud.”
Aladin : “Tapi kau benar, orang lihat apa yang ingin dilihatnya.”

Aladin : “Aladin kini sudah tak ada. Kini aku pangeran ali.”
Aladin : “Dan aku baru memikirkan keinginan terakhirku dan takkan berhasil tanpamu.”
Aladin : “TAdinya mau kugunakan untuk membebaskanmu, tapi kau mendengar sultan.”
Aladin : “Tak bisa kubiarkan semua kerja kita hancur.”
Jin: “Jadi, kau takkan pernah memberitahu dia yang sebenarnya?”
Jin: “Kau akan hidup dengan kebohongan?”
Aladin : “Ini bukan kebohongan. Orang bisa berubah. Apa itu hal buruk?”
Aladin : “Keadaan menjadi lebih baik tak ada yang terluka, Kau lebih suka aku kembali ke
jalanan mencuri untuk hidup?”
Aladin : “Kupikir kau akan ikut senang.”
Aladin : “Tapi yang kau pedulikan hanya keinginan terakhirku untuk membebaskanmu.”
Jin: “Nak, aku tak peduli soal keinginan itu.”
Jin: “Ini adalah tentangmu, dan apa yang terjadi denganmu.”
Jin: “Kau lebih suka berbohong dengan orang yang kau cintai daripada menyatakan semua
kebohongan ini.”
Aladin : “Kau tak mengerti, Jin.”
Aladin : “Orang sepertiku tak mendapatkan apa pun kecuali dengan berpura-pura.”
Jin: “Kurasa mungkin kau yang tak mengerti.”
Jin: “Semakin banyak yang kau dapat dengan berpura-pura, semakin sedikit yang kau miliki.”
Jin: “Selama 10.000 tahun aku tidak pernah menyebut tuan sebagai teman.”
Jin: “Aku melanggar aturan demi kau. Aku menyelamatkan hidupmu.”
Jin: “Tapi balasannya apa?. Kau menyakiti hatiku, Nak”
• Jin masuk ke dalam lampu ajaib
Aladin : “Jin, Tidak!. Hei, Ayolah!”

BABAK 25
Jafar Jahat yh (pt.2)...
• Aladin kemudian pergi meninggalkan istana dan kembali ke rumah jalanannya, belum
sampainya, Aladin bertemu dengan Jafar yang sedang menyamar, Jafar kemudian mengambil
lampu ajaib itu dari tas Aladin , hal tersebut tidak diketahui oleh Aladin karena sedang banyak
orang di sana.
Aladin : “Dia pikir siapa dirinya, Seharusnya dia melayaniku.”
Aladin : “Hei tolong perhatikan langkahmu.”
Jafar: “hampura Hapunten”
Jafar kemudian menggosok lampu ajaib itu dan keluarlah jin
Jin: “Hei ada apalagi…”
Jin: “Aladin….”
• Jin terkejut ternyata yang menggosok lampu itu adalah Jafar bukan Aladin . Beralih ke
kerajaan Tarumanagara. Tiba-tiba Jafar sudah menjadi Sultan dan menduduki suasana Sultan. Hal
tersebut karena jin harus mematuhi perintah tuan barunya itu, sehingga jin tidak bisa berbuat apa-
apa selain menuruti perintahnya.
Sultan: “Jafar! Kau harus meninggalkan Tarumanagara selagi punya kesempatan.”
Jafar: “Kenapa harus pergi saat kota ini milikku sekarang?”
Sultan: “Sudah berakhir Jafar.”
Jafar: “Berakhir untukmu.”
Jafar: “Aku sudah menahan ketidak becusanmu cukup lama.”
Sultan: “Jaka!”
Jafar: “Dasar bodoh”
Jafar kemudian menggosok lampu ajaib itu kembali Semua terkejut yang keluar adalah sosok jin
raksasa
Jafar: “Jin! Untuk keinginan pertamaku. Aku ingin menjadi sultan Tarumanagara!”
Sultan: “Apa?”
Jin: “Laksanakan, Tuan.”
Putri Jasmine: “Tidak!”
• Jin pun mulai membuat sihirnya untuk menjadikan Jafar sultan di Tarumanagara. Aladin
kemudian menyadari lampu ajaibnya hilang, dan mengetahui bahwa seseorang yang menabraknya
tadi adalah Jafar. Lalu Aladin langsung bergegas ke istana.
Sultan: “Jaka!”
Jafar: “Jaka!”
Jafar: “Kau mematuhi sultan, jadi patuhi aku sekarang.”
Jafar: “Kau tahu hukumnya, Jaka!”
Putri Jasmine: “Jangan Jaka”
• Jaka telah berjanji untuk mematuhi sultan, jadi dia memilih patuh kepada Jafar karena dia
sekarang menjadi sultan di Tarumanagara sekarang.
Jaka: “Sultanku!” (menunduk di hadapan Jafar)
Semua pengawal pun ikut menunduk di hadapan Jafar.
Jafar: “Jaka pimpin pasukan untuk menyerang Cirebon.”
Sultan: “Cirebon?”
Putri Jasmine: “Jangan berani..”
Jafar: “Kami sudah muak mendengar ocehanmu putri.”
Jafar: “Saatnya kau melakukan apa yang harusnya kau lakukan sejak lama jadi Diamlah!.”
Jafar: “Pengawal!, Usir dia!”
Sultan: “Jangan sentuh dia!”
Putri Jasmine: “Bapa.”
Pengawal: “JEMPÉ!!”
Sultan: “Jasmine”
• Kemudian putri Jasmine sangat sedih dan mulai bernyanyi (Speechless)
*Musik dimulai

BABAK 26

Putri Jasmine: “JAKA!”


Jafar: “Bawa dia keluar! Perintahkan dia Jaka”
Jaka kali ini tidak mematuhi Jafar, sehingga Jaka mengizinkan Jasmine untuk bicara.
Putri Jasmine: “Kau remaja biasa.”
Putri Jasmine: “Saat ayahmu datang untuk bekerja.”
Putri Jasmine: “Namun kau berusaha keras untuk menjadi prajurit kepercayaan kami.”
Putri Jasmine: “Aku tahu kau setia dan adil.”
Putri Jasmine: “Tapi kini, kau harus memilih.”
Putri Jasmine: “Tugas tak selalu mengenai kehormatan.”
Putri Jasmine: “Tantangan terbesar kita, bukanlah bicara melawan musuh kita, tapi menentang
perintang mereka.”
Putri Jasmine: “Jafar tak layak kau kagumi atas pengorbananmu.”
Jafar: “Aku hanya inginkan kejayaan bagi Kerajaan Tarumanagara.”
Putri Jasmine: “Tidak, Kau mencari kejayaanmu sendiri.”
Putri Jasmine: “Dan kau akan memenangkannya atas bantuan rakyatku!”
Putri Jasmine: “Jaka, Para prajurit ini akan mengikuti perintahmu tapi itu tergantung kau.”

Putri Jasmine: “Akankah kau tetap diam selagi Jafar menghancurkan kerajaan kita tercinta”
Putri Jasmine: “Atau kau akan melakukan hal benar.”
Putri Jasmine: “Dan berjuang bersama rakyat Tarumanagara?”
Jaka pun terdiam mendengarkan perkataan putri
Jaka: “Putriku, Maafkan aku, Sultanku.”
Jafar: “Jaka!”
Jaka: “Pengawal, tangkap perdana menteri!”
Jafar: “Jadi begitu rupaya”
Jafar kemudian menggsosok lampu ajaib itu kembali.
Jafar: “Jin! Aku ingin menjadi penyihir terkuat yang pernah ada!”
Jin: “Laksanakan, Tuan”

BABAK 27
• Aladin sudah sampai di istana dengan keahliannya menyelinap sehingga mudah untuk
masuk ke dalam istana.
Jafar: “Jaka aku punya rencana besar untukmu, tapi sekarang kau tak berguna lagi untukku.”
Semua pengawal: “HIAAAH!!”
Saat Jaka dan para pengawal ingin menyerang Jafar, Jafar langsung menggunakan tongkat
sihirnya yang sudah meningkat jauh karena bantuan jin sehingga dengan mudah menjatuhkan
seluruh pengawal.
Putri Jasmine: “Tidakkk”
Aladin yang sudah sampai, segera menyelinap dan mengambil lampu ajaibnya tetapi ketahuan
oleh Jafar.
Jafar: “Sepertinya ini pangeran Ali”
Putri Jasmine: “Ali!”
Jafar: Atau harus kupanggil Aladin .”
Aladin langsung berubah dari pangeran menjadi anak jalanan.
Putri Jasmine: “Aladin ”
Jafar: “Dia berpura-pura seumur hidup. Seorang penipu. Tak ada pangeran Ali.”
Jafar: “Dia tak lain hanyalah pencuri.”
Aladin : “Maafkan aku.”
Jafar: “Setelah kupastikan kematianmu yang menyakitkan. Dengan mengusirmu ke ujung bumi.”
Aladin sudah tiba di ujung bumi sendirian tapi jin membantunya dengan mengirimkan karpet
ajaib ikut ke tempat Aladin berada.
Jafar: “Mudah bagiku untuk membunuh kalian, Tapi itu akan menjadi balasan tak sepadan atas
segala penghinaan dan pengabaian.”
Jafar: “Ingat posisimu Jafar” “Kau lupa diri, Jafar”
Sultan: “Jafar”
Jafar: “Tidak, yang kau butuhkah adalah penderitaan. Seperti yang kuderitai.”
Jafar yang ingin Sultan menderita, langsung membuatnya terduduk dan kejang-kejang.
Putri Jasmine: “Bapa? Bapa!”
Jafar: “Melihat aku memerintah kerajaanmu sepertinya akan cukup?”
Putri Jasmine: “Hentikan!”
Jafar: “Tapi melihat prajuritku menghabisi sekutumu yang lemah?”
Putri Jasmine: “Tolong, tolong , HENTIKAN!”
Jafar: “Tidak, hukuman paling pantas adalah membuatmu melihat kurebut apa yang kau sayangi.”
Putri Jasmine: “Tidak., Kumohon, Bapa!”
Jafar: “Dan menikahi putrimu”
Dahlia: “Jangan!”
• Jafar langsung membuat dahlia terjatuh meringkuk. Jin yang melihat itu dahlia seperti itu
langsung sedih dan tak bisa berbuat apa-apa
Sultan: “Dia takkan pernah menikahimu.”
Jafar membuat sultan semakin kesakitan
Putri Jasmine: “Akan kulakukan keinginanmu!”
Putri Jasmine: “Tapi hentikan semua ini.”
Jafar senang dan kemudian menghentikan sihirnya.
Putri Jasmine: “Bapa!. Bapa baik-baik saja?’

BABAK 28
hari pernikahan ?

• Keesokan harinya mereka bersiap-siap menikah dan memanggil Pandita


Pandita: “Paduka, naha sultan kalayan jujur sareng ikhlas nampi Putri Jasmine?
Jafar: “Ya” “Ya abdi terima”
Pandita: "Putri Jasmine, naha anjeun nampi Sultan janten salaki anjeun?"
Putri Jasmine ragu-ragu menjawab pertanyaan Pandita
Jafar: “Ayo cepatlah wanita. Terima!”
Putri Jasmine: “Abdi…”
Jafar: “Ya... abdi apa”
Putri Jasmine: “Abdi.. Tidak Terima!” (mengambil lampu ajaib dari Jafar)
Jafar: “Hei lampu kuu!”
Jafar: “Hentikan dia!”
• Jasmine pun meloncat dari balkon
Sultan: “Tidak, Jasmine Tidak!”

BABAK 29
Aksi penyelamatan

• Ternyata Aladin telah kembali dan menyelamatkan putri Jasmine dengan karpet
ajaibnya. Jafar marah dan mengubah burung beonya menjadi raksasa. Lampu ajaib diambil oleh
burung beonya Jafar.
Sultan tiba-tiba membuat tongkat Jafar terjatuh tetapi semua itu sia-sia
Sultan: “KAu bukan apa-apa tanpa tongkatmu!”
Tongkat Jafar sekarang bisa kembali sendiri ke pemiliknya. Sultan pun terkejut. Hal itu membuat
Jafar semakin marah dan menggosokkan lampu ajaibnya kembali.
Jafar: “Seperti orang tua bilang, kau harus meninggalkan Tarumanagara selagi punya
kesempatan.”
Jafar: “Sudah kubilang sebelumnya untuk berpikir lagi.”
Jafar: “AKu bisa menjadi orang terkuat di istana.”
Jafar: “tapi kini aku memiliki lampu.” “Aku memiliki kekuatan.”
Aladin : “Kau tak bisa temukan yang kau cari di lampu itu Jafar.”
Aladin : “Sudah kucoba dan gagal, begitu pun kau.”
Jafar: “Pikirmu begitu?”
Jafar: “Tapi aku Sultan dan penyihir terhebat di dunia!”
Jafar: “Aku akan membuat kerajaan yang tak terbantahkan sejarah.”
Jafar: “Aku bisa hancurkan kerajaan”
Jafar: “Aku bisa hancurkan dunia!”
Jafar: “Dan aku bisa hancurkan kau.”
Aladin : “Benar, Tapi siapa yang menjadikanmu sultan?”
Aladin : “Siapa yang menjadikanmu penyihir?”
Aladin : “Akan selalu ada sesuatu seseorang, makhluk lebih kuat darimu.”

Jin: “Apa yang kau lakukan?”


Aladin : “Jin yang memberimu kekuatan, Dan dia bisa mengambilnya.
Jafar: “Dia melayaniku!”
Aladin : “Untuk saat ini.”
Aladin : “Tapi kau takkan pernah punya kekuatan lebih dari jin.”
Aladin : “Kau sendiri yang bilang. Jadilah yang terkuat di istana. Tapi kau bukan apa- apa.”
Aladin : “Kau akan selalu di posisi kedua.”
Jafar: Kedua?!”
Jafar: “Cuma posisi kedua?”
Jafar: “Dia melayaniku!”
Jafar: “Akan kupastikan tak ada yang mengatakan itu lagi!”
Jafar: “Jin! Untuk keinginan terakhirku, aku ingin menjadi makhluk terkuat di alam semesta!”
Jafar: “Lebih kuat darimu!”
Jin: “Keinginan itu amat ambigu, tapi.. makhluk terkuat di alam semesta segera terwujud!”
Jin kemudian membuat Jafar menjadi seperti dirinya karena permintaannya sendiri dan Jafar
dimasukkan ke dalam lampu ajaib selamanya
Jafar: “HAHAHHHA Yang terkuat di alam semesta, akhirnya tidak ada lagi posisi kedua.”
Jafar: “Dan kurasa aku lebih kuat dari sebelumnya!”
Jafar: “Pertama-tama aku akan hancurkan orang-orang bodoh di Cirebon.”
(Jafar tertarik masuk ke dalam lampu ajaib
Jafar: “Kau apakan aku?”
Aladin : “Aku tak lakukan apa pun terhadapmu, Jafar.”
Jafar: “KAU APAKAN AKU?”
Aladin : “Ini keinginanmu , bukan aku.”
Aladin : ‘Kekuatan jin mungkin memiliki kekuatan amat besar.”
Jin: “Tapi memiliki ruangan yang amat kecil.”
Jin: “Kau tahu, jin tanpa tuan, harus kembali ke lampunya.”
Jafar: “Tidak! Jangan masukan ke lampu!”
Jafar: “Aku takkan melupakanmu, Aladin !”
Jafar: “Camkan kata-kataku! Aku takkan melupakan perbuatanmu ini!”

BABAK 30
Berhasil!
•Akhirnya keadaan menjadi kembali ke semula dan Jafar beserta lampu ajaibnya di lempar ke gua
asal. Aladin pun pergi karena merasa tidak pantas berada di sana
Sultan: “Tunggu, tunggu”
Sultan: “Bagaimana caraku berterima kasih?”
Aladin : “Tidak, tidak, anda tak perlu berterima kasih.”
Aladin : “Tapi kuharap anda menerima permintaan maafku.”
Aladin : “Aku minta maaf pada kalian berdua.”
Aladin : “Terutama kau.”
Aladin : “Kau amat layak.”
Sultan: “Manusia tak luput dari kesalahan.”
Putri Jasmine: Aladin ?”
Aladin : “Kuharap kau temukan yang kau cari.”
Jin: “Tunggu. Jangan murung dulu.”
Jin: “Aku punya ide. Kutambahkan 1 keinginan terakhirmu.”
Jin: “Keluarga kerajaan adalah ide yang tepat. Kita harus ubah hukum itu sedikit.”
Jin: “Ini yang kupikirkan.”
Jin: “Aladin , pangeran pejuang berhati mulia yang melamar Jasmine!”
Jin: “Kau suka?”
Jin: “Tidak? Baiklah aku paham sepenuhnya. Tapi ini yang kau butuhkan.”
Jin: “Ketentuan hukum Tarumanagara yang ditetapkan kerajaan. Dan ini dia! “Harus menikahi
pangeran”
Jin: “Betul. Tapi tinggal kau ucapkan dan hukum ini akan hilang.”
Jin: “Kau dan putri akan bersatu selamanya.”
Aladin : “Kau bisa menghilangkan hukum?”
Jin: “Tentuu. Seolah tak pernah ada.”
Jin: “Baiklah. Keinginan terakhir, ayo ucapkan.”
Aladin : “Baik, Keinginan terakhir”
Jin: “Ini dia.”
Aladin : “Ketiga dan keinginan terakhir aku ingin membebaskanmu.”
Jin: “Apa?”
Jin: “Tunggu”
Jin pun segera terlepas dari borgol dan menjadi manusia
Jin: “Tunggu-tunggu, Hei coba suruh aku melakukan sesuatu.”
Aladin : “Berikan aku selai”
Jin: “Ambil saja sendiri!”
Jin pun terharu dan mereka berpelukan akhirnya apa yang diinginkan jin selama ini bisa terwujud.
Jin: “Terima kasih. Terima kasih”
Aladin : “Tidak. Aku yang terima kasih, Jin.”
Aladin : “Aku berutang budi padamu.”
Aladin : “Kau mau apa sekarang?”
Jin: “Sebenarnya, ada seorang pelayan, yang ingin kuajak berkeliling dunia.”
Jin: “Jika dia mau menerimaku.”
Dahlia: “Kapan kita berangkat? Juga, aku ingin punya anak.”
Jin: “Ya. Dua anak.”
Dahlia: “Lani dan Udin, tiga tahun terpisah. Mereka akan mengagumi kita dan mengajukan
pertanyaan dan kau akan hibur mereka dengan cerita dan lagu.”
Jin: “Kita akan punya perahu.”
Dahlia: “Perahu besar dengan banyak tingkat dan layar yang megah.”
Jin: “Aku memikirkan perahu yang lebih kecil.”
Dahlia: “Sempurna.”

BABAK 31
Scene beralih ke Sultan
Sultan: “Duduk dengan Bapa, Nak”
Sultan: “Maafkan Bapa, Nak”
Putri Jasmine: “Mengapa Bapa?”
Sultan: “Biarkan Bapa bicara.”
Sultan: “Bapa takut kehilanganmu. Seperti Bapa kehilangan ibumu.”
Sultan: “Bapa menganggapmu gadis kecil, bukan seorang wanita dewasa.”
Sultan: “Kau sudah tunjukkan keberanian dan kekuatan.”
Sultan: “Kau masa depan Tarumanagara.”
Sultan: “Kau akan menjadi sultan berikutnya.”
Putri Jasmine: “Terima kasih Bapa”
Sultan: “Sebagai sultan, kau bisa mengubah hukum. Dia pria baik”
Jin: “Ke mana perginya dia?”
Aladin sudah sampai di luar istana.
Putri Jasmine: “Berhenti, Pencuri, Sultanmu memerintah.”
Aladin : “Sultan?”
Aladin : “Apa itu artinya aku dalam masalah?”
Putri Jasmine: “Jika kau tertangkap.”
(Aladin berjalan perlahan ke putri Jasmine dan berpegangan tangan)

Putri Jasmine akhirnya menikah dengan Aladin dan semua berakhir dengan bahagia.

-TAMAT- -TUNGTUNG-

Anda mungkin juga menyukai