Anda di halaman 1dari 3

Aladin Dan Lampu Ajaib

 di 02.34 Diposkan oleh omah cerpen  0 komentar

Dahulu kala, di kota Persia, seorang Ibu tinggal dengan anak laki-

lakinya yang bernama Aladin. Suatu hari datanglah seorang laki-laki mendekati Aladin yang

sedang bermain. Kemudian laki-laki itu mengakui Aladin sebagai keponakannya. Laki-laki itu

mengajak Aladin pergi ke luar kota dengan seizin ibu Aladin untuk membantunya. Jalan yang

ditempuh sangat jauh. Aladin mengeluh kecapaian kepada pamannya tetapi ia malah dibentak dan

disuruh untuk mencari kayu bakar, kalau tidak mau Aladin akan dibunuhnya. Aladin akhirnya

sadar bahwa laki-laki itu bukan pamannya melainkan seorang penyihir. Laki-laki penyihir itu

kemudian menyalakan api dengan kayu bakar dan mulai mengucapkan mantera. "Kraak…" tiba-

tiba tanah menjadi berlubang seperti gua.

Dalam lubang gua itu terdapat tangga sampai ke dasarnya. "Ayo turun! Ambilkan aku lampu antik

di dasar gua itu", seru si penyihir. "Tidak, aku takut turun ke sana", jawab Aladin. Penyihir itu

kemudian mengeluarkan sebuah cincin dan memberikannya kepada Aladin. "Ini adalah cincin

ajaib, cincin ini akan melindungimu", kata si penyihir. Akhirnya Aladin menuruni tangga itu dengan

perasaan takut. Setelah sampai di dasar ia menemukan pohon-pohon berbuah permata. Setelah

buah permata dan lampu yang ada di situ dibawanya, ia segera menaiki tangga kembali. Tetapi,

pintu lubang sudah tertutup sebagian. "Cepat berikan lampunya !", seru penyihir. "Tidak ! Lampu

ini akan kuberikan setelah aku keluar", jawab Aladin. Setelah berdebat, si penyihir menjadi tidak

sabar dan akhirnya "Brak!" pintu lubang ditutup oleh si penyihir lalu meninggalkan Aladin

terkurung di dalam lubang bawah tanah. Aladin menjadi sedih, dan duduk termenung. "Aku lapar,

Aku ingin bertemu ibu, Tuhan, tolonglah aku !", ucap Aladin.

Aladin merapatkan kedua tangannya dan mengusap jari-jarinya. Tiba-tiba, sekelilingnya menjadi

merah dan asap membumbung. Bersamaan dengan itu muncul seorang raksasa. Aladin sangat
ketakutan. "Maafkan saya, karena telah mengagetkan Tuan", saya adalah peri cincin kata raksasa

itu. "Oh, kalau begitu bawalah aku pulang kerumah." "Baik Tuan, naiklah kepunggungku, kita akan

segera pergi dari sini", ujar peri cincin. Dalam waktu singkat, Aladin sudah sampai di depan

rumahnya. "Kalau tuan memerlukan saya panggillah dengan menggosok cincin Tuan."

Aladin menceritakan semua hal yang di alaminya kepada ibunya. "Mengapa penyihir itu

menginginkan lampu kotor ini ya ?", kata Ibu sambil menggosok membersihkan lampu itu.

"Syut !" Tiba-tiba asap membumbung dan muncul seorang raksasa peri lampu. "Sebutkanlah

perintah Nyonya", kata si peri lampu. Aladin yang sudah pernah mengalami hal seperti ini

memberi perintah,"kami lapar, tolong siapkan makanan untuk kami". Dalam waktu singkat peri

Lampu membawa makanan yang lezat-lezat kemudian menyuguhkannya. "Jika ada yang

diinginkan lagi, panggil saja saya dengan menggosok lampu itu", kata si peri lampu.

Demikian hari, bulan, tahunpun berganti, Aladin hidup bahagia dengan ibunya. Aladin sekarang

sudah menjadi seorang pemuda. Suatu hari lewat seorang Putri Raja di depan rumahnya. Ia

sangat terpesona dan merasa jatuh cinta kepada Putri Cantik itu. Aladin lalu menceritakan

keinginannya kepada ibunya untuk memperistri putri raja. "Tenang Aladin, Ibu akan

mengusahakannya". Ibu pergi ke istana raja dengan membawa permata-permata kepunyaan

Aladin. "Baginda, ini adalah hadiah untuk Baginda dari anak laki-lakiku." Raja amat senang.

"Wah..., anakmu pasti seorang pangeran yang tampan, besok aku akan datang ke Istana kalian

dengan membawa serta putriku".

Setelah tiba di rumah Ibu segera menggosok lampu dan meminta peri lampu untuk membawakan

sebuah istana. Aladin dan ibunya menunggu di atas bukit. Tak lama kemudian peri lampu datang

dengan Istana megah di punggungnya. "Tuan, ini Istananya". Esok hari sang Raja dan putrinya

datang berkunjung ke Istana Aladin yang sangat megah. "Maukah engkau menjadikan anakku

sebagai istrimu ?", Tanya sang Raja. Aladin sangat gembira mendengarnya. Lalu mereka berdua

melaksanakan pesta pernikahan.

Nun jauh disana, si penyihir ternyata melihat semua kejadian itu melalui bola kristalnya. Ia lalu

pergi ke tempat Aladin dan pura-pura menjadi seorang penjual lampu di depan Istana Aladin. Ia

berteriak-teriak, "tukarkan lampu lama anda dengan lampu baru !". Sang permaisuri yang melihat

lampu ajaib Aladin yang usang segera keluar dan menukarkannya dengan lampu baru. Segera si

penyihir menggosok lampu itu dan memerintahkan peri lampu memboyong istana beserta isinya

dan istri Aladin ke rumahnya.

Ketika Aladin pulang dari berkeliling, ia sangat terkejut. Lalu memanggil peri cincin dan bertanya

kepadanya apa yang telah terjadi. "Kalau begitu tolong kembalikan lagi semuanya kepadaku",

seru Aladin. "Maaf Tuan, tenaga saya tidaklah sebesar peri lampu," ujar peri cincin. "Baik kalau

begitu aku yang akan mengambilnya. Tolong Antarkan kau kesana", seru Aladin. Sesampainya di

Istana, Aladin menyelinap masuk mencari kamar tempat sang Putri dikurung. "Penyihir itu sedang
tidur karena kebanyakan minum bir", ujar sang Putri. "Baik, jangan kuatir aku akan mengambil

kembali lampu ajaib itu, kita nanti akan menang", jawab Aladin.

Aladin mengendap mendekati penyihir yang sedang tidur. Ternyata lampu ajaib menyembul dari

kantungnya. Aladin kemudian mengambilnya dan segera menggosoknya. "Singkirkan penjahat

ini", seru Aladin kepada peri lampu. Penyihir terbangun, lalu menyerang Aladin. Tetapi peri lampu

langsung membanting penyihir itu hingga tewas. "Terima kasih peri lampu, bawalah kami dan

Istana ini kembali ke Persia". Sesampainya di Persia Aladin hidup bahagia. Ia mempergunakan

sihir dari peri lampu untuk membantu orang-orang miskin dan kesusahan.

(SELESAI)

By. Dongeng Kak Rico

Anda mungkin juga menyukai