Nenek itu menjawab, "Ada penjahat yang mengambil lilin milikku. Lilin itu lilin ajaib.
Jika aku nyalakan, segala yang kuminta akan terkabul. Kalau lilin itu sampai jatuh
ke tangan penjahat, bisa bahaya. Kalau dia minta yang bukan-bukan bagaimana?"
kata nenek.
"Ia tinggal tidak jauh dari sini. Ikuti saja lorong depan rumah ini. Terus saja. Nanti
akan sampai ke sebuah puri. Terima kasih, nak, kamu mau membantuku", ujar
nenek itu.
Pintunya terbuka lebar. Sepi sekali. Tak ada penjaga. Ia pun masuk. Puri itu banyak
sekali kamarnya. Semua kamar ia masuki. Ia sampai ke sebuah ruangan yang
luas, tetapi gelap.
Ternyata benar! Tapi kamar itu kosong. Walaupun begitu, si Pengembara tetapi
diam membisu, sambil mencari-cari lilin ajaib.
Sambil berkata demikian, ia mengambil lilin itu dan lari cepat sekali meninggalkan
puri itu. Akhirnya si Pengembara berhasil mengambil lilin. Tetapi lilin itu tidak
dikembalikan kepada nenek. Ia tergoda untuk memilikinya sendiri.
"Hmm.. minta apa ya? Oya! Aku ingin pergi jauh dari sini. Sejauh mungkin. Seratus
ribu jam jauhnya dari sini," pintanya.
Dan, apa yang terjadi? Dalam waktu sekejap saja, si Pengembara sudah sampai
ke sebuah negeri yang amat jauh. Ia berada di istana megah yang sedang
mengadakan pesta. Ramai sekali.
Si Pengembara memberanikan diri menghadap raja. Raja negeri itu amat ramah. Ia
mengijinkan si Pengembara masuk, tapi ia mengira si pengembara adalah seorang
pedagang. Raja lalu bertanya,"Apa yang dijual? Kok kelihatannya kamu tidak
membawa apa-apa?"
"Itu hanya kelihatannya saja, Paduka. Hamba membawa aneka barang yang
menarik," jawab Pengembara.
"Kalau begitu, siapkan segera. Aku akan meminta tamuku untuk berbelanja ke
tempatmu", begitu sambut raja.
Dalam beberapa kejap mata, di taman istana telah berdiri sebuah tenda tempat
berjualan yang amat indah. Tenda itu penuh dengan dagangan yang komplit. Ada
kue-kue, buah-buahan, telur ayam, sampai batu permata dan perhiasan dari emas
dan perak. Lengkap sekali!
"Wah, celaka! Raja pasti marah. Aku harus buru-buru pergi dari tempat ini," pikir si
pengembara.
Keesokan harinya, seluruh isi kota mengagumi keindahan istana itu, termasuk raja.
Ia bertanya-tanya siapakah pemiliknya. Dari pengawalnya, diketahui bahwa
pemiliknya adalah si pedagang yang kemarin berjualan di taman istana.
Raja dan putrinya lalu mengunjungi istana kaca. Si Pengembara lalu berkata,
"Terima kasih atas kedatangan Baginda. Mm, Yang Mulia, mohon beribu ampun
atas apa yang telah hamba katakan pada Tuan Putri. Hamba tidak pantas berkata
seperti itu."
Raja tersenyum. Ia memaafkan si Pengembara. Lalu Putri bertanya bagaimana si
Pengembara bisa mempunyai istana seindah itu. Dengan polos, ia menjawab, "Aku
mendapatkan istana dan semua harta dari lilin ajaib. Lilin itu bisa mengabulkan apa
saja yang kuminta. Lilin itu kini aku simpan baik-baik di kamar tidurku."
Malam harinya, raja memerintahkan prajuritnya untuk mencuri lilin itu. Begitu lilin itu
ada ditangannya, raja meminta supaya si Pengembara itu lenyap dari pandangan
matanya.