Anda di halaman 1dari 3

Lilin Ajaib

(Cerita ini berasal dari Belanda, ditulis oleh L. Murbandono Hs.)

Seorang pengembara tersesat di hutan lebat. Tiba-tiba ia melihat sebuah gubug


yang buruk. Disitu tinggal seorang nenek. Ia sedang menangis. Pengembara
bertanya heran, "Mengapa nenek menangis?"

Nenek itu menjawab, "Ada penjahat yang mengambil lilin milikku. Lilin itu lilin ajaib.
Jika aku nyalakan, segala yang kuminta akan terkabul. Kalau lilin itu sampai jatuh
ke tangan penjahat, bisa bahaya. Kalau dia minta yang bukan-bukan bagaimana?"
kata nenek.

Pengembara segera tahu permasalahannya. Ia berpikir sejenak. "Apakah nenek


tahu dimana penjahat itu tinggal? Mungkin aku bisa mengejarnya dan mengambil
lilinmu kembali," tanyanya.

"Ia tinggal tidak jauh dari sini. Ikuti saja lorong depan rumah ini. Terus saja. Nanti
akan sampai ke sebuah puri. Terima kasih, nak, kamu mau membantuku", ujar
nenek itu.

Si Pengembara mengikuti petunjuk itu. Dengan mudah ia menemukan puri yang


dimaksud.

"Oh, indahnya puri ini…", katanya kagum.

Pintunya terbuka lebar. Sepi sekali. Tak ada penjaga. Ia pun masuk. Puri itu banyak
sekali kamarnya. Semua kamar ia masuki. Ia sampai ke sebuah ruangan yang
luas, tetapi gelap.

"Ini kamar si penjahat bukan ya?" pikirnya.

Ternyata benar! Tapi kamar itu kosong. Walaupun begitu, si Pengembara tetapi
diam membisu, sambil mencari-cari lilin ajaib.

"Aha! Itu dia! Lilin ajaib! " teriaknya girang.

Sambil berkata demikian, ia mengambil lilin itu dan lari cepat sekali meninggalkan
puri itu. Akhirnya si Pengembara berhasil mengambil lilin. Tetapi lilin itu tidak
dikembalikan kepada nenek. Ia tergoda untuk memilikinya sendiri.

Saat sampai di hutan, ia menyalakan lilin itu.

"Hmm.. minta apa ya? Oya! Aku ingin pergi jauh dari sini. Sejauh mungkin. Seratus
ribu jam jauhnya dari sini," pintanya.
Dan, apa yang terjadi? Dalam waktu sekejap saja, si Pengembara sudah sampai
ke sebuah negeri yang amat jauh. Ia berada di istana megah yang sedang
mengadakan pesta. Ramai sekali.

Si Pengembara memberanikan diri menghadap raja. Raja negeri itu amat ramah. Ia
mengijinkan si Pengembara masuk, tapi ia mengira si pengembara adalah seorang
pedagang. Raja lalu bertanya,"Apa yang dijual? Kok kelihatannya kamu tidak
membawa apa-apa?"

"Itu hanya kelihatannya saja, Paduka. Hamba membawa aneka barang yang
menarik," jawab Pengembara.

"Kalau begitu, siapkan segera. Aku akan meminta tamuku untuk berbelanja ke
tempatmu", begitu sambut raja.

Si Pengembara mengucapkan terima kasih. Ia segera masuk ke taman,


menyalakan lilinnya, dan meminta sesuatu, "Aku ingin disiapkan tenda tempat
berjualan dan barang-barang dagangan yang lengkap!"

Dalam beberapa kejap mata, di taman istana telah berdiri sebuah tenda tempat
berjualan yang amat indah. Tenda itu penuh dengan dagangan yang komplit. Ada
kue-kue, buah-buahan, telur ayam, sampai batu permata dan perhiasan dari emas
dan perak. Lengkap sekali!

Ternyata dagangannya laku keras. Tamu kerajaan menyukai barang-barang yang


dijualnya. Menjelang tengah hari, Putri raja lalu datang. Ia membeli beberapa
pasang permata. Pengembara lalu bertanya apakah ia mau menjadi istrinya. Wah,
putri itu marah sekali. Ia langsung pergi. Wajah si Pengembara menjadi pucat.

"Wah, celaka! Raja pasti marah. Aku harus buru-buru pergi dari tempat ini," pikir si
pengembara.

Ia menyalakan lilinnya. Dalam hati ia mengajukan permintaannya. Tiba-tiba ia


sudah ada di hutan pinggir kota. Hari sudah malam. Si Pengembara menyalakan
lilinnya lagi. Ia minta dibuatkan istana kaca. Tak lama kemudian, sudah berdiri
istana kaca yang luar biasanya indahnya.

Keesokan harinya, seluruh isi kota mengagumi keindahan istana itu, termasuk raja.
Ia bertanya-tanya siapakah pemiliknya. Dari pengawalnya, diketahui bahwa
pemiliknya adalah si pedagang yang kemarin berjualan di taman istana.

Raja dan putrinya lalu mengunjungi istana kaca. Si Pengembara lalu berkata,
"Terima kasih atas kedatangan Baginda. Mm, Yang Mulia, mohon beribu ampun
atas apa yang telah hamba katakan pada Tuan Putri. Hamba tidak pantas berkata
seperti itu."
Raja tersenyum. Ia memaafkan si Pengembara. Lalu Putri bertanya bagaimana si
Pengembara bisa mempunyai istana seindah itu. Dengan polos, ia menjawab, "Aku
mendapatkan istana dan semua harta dari lilin ajaib. Lilin itu bisa mengabulkan apa
saja yang kuminta. Lilin itu kini aku simpan baik-baik di kamar tidurku."

Wah, bodoh sekali si Pengembara menceritakan hal yang rahasia.

Malam harinya, raja memerintahkan prajuritnya untuk mencuri lilin itu. Begitu lilin itu
ada ditangannya, raja meminta supaya si Pengembara itu lenyap dari pandangan
matanya.

Keesokan harinya, si Pengembara terbangun. Ia bingung menemukan dirinya


berada di tengah hutan lebat. Istana kacanya lenyap. Uang dan harta bendanya
hilang. Ia kembali seperti semula. Menjadi seorang pengembara yang miskin.

Anda mungkin juga menyukai