Anda di halaman 1dari 119

POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA HALAL DALAM

MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT

DI KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.)

Disusun Oleh :
Ivansyah Hafif Harahap 11180860000006

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1444 H / 2023 M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Potensi Pengembangan Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan


Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh :

Ivansyah Hafif Harahap


NIM. 11180860000006

Dibawah Bimbingan Pembimbing

Dosen Pembimbing

K.H. M. Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D.


NIP. 197506012005011010

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1444 H / 2023 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Jumat 23 September 2022 telah dilakukan ujian komprehensif atas
mahasiswa:

Nama : Ivansyah Hafif Harahap


NIM : 11180860000006
Program Studi : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Potensi Pengembangan Pariwisata Halal Dalam
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten
Asahan

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 September 2022

1. RR. Tini Anggraeni, ,ST, M.Si.


NIDN. 2010088001 ( )

2. Diamantin Rohadatul Aisy, M.A.


NIP. 199512012020122023 ( )

iii
iv
The Potential for Development of Halal Tourism in Improving the Community's
Economy in Asahan District

ABSTRACT

Indonesia has abundant natural and artificial wealth with each region having its own
characteristics, with great potential to be used as tourism. Considering that one of the
benefits of tourism is that it can improve the economy for various lines. The Qur'an also
emphasizes travel advice to increase faith and gratitude. Currently, the concern is
regarding the concept of halal tourism.Including those starting to focus on developing
halal tourism, namely the Asahan Regency.
This research aims to comprehensively analyze the potential for developing halal tourism
in Asahan Regency on community economic growth with a qualitative descriptive
approach. Data is obtained through direct interviews or field research with managers
who are also in charge of halal tourism activities. The method used in this study uses the
SWOT matrix analysis method using the IFAS/EFAS technique. So that the results
obtained in this study indicate that there are positive factors for tourism development on
the economic growth of the people of Asahan Regency. However, from that the manager
and person in charge of halal tourism objects must continue to carry out studies and
development strategies because there is still a need for improvements and development
plans to be able to make this halal tourism better and more attractive. to tourists.

Keywords: Halal Tourism, Economic Growth, SWOT analysis

v
Potensi Pengembangan Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan Perekonomian
Masyarakat di Kabupaten Asahan

ABSTRAK

Indonesia memiliki kekayaan alam dan buatan yang melimpah dengan setiap wilayah
punya ciri khas tersendiri,sangat potensial dimanfaatkan menjadi pariwisata. Mengingat
salah satu manfaat pariwisata adalah dapat meningkatkan perekonomian untuk berbagai
lini. Al-quran turut menegaskan anjuran berwisata untuk meningkatkan keimanan dan
rasa syukur. Saat ini, yang menjadi perhatian adalah mengenai konsep wisata halal.
Termasuk yang mulai fokus pada pengembangan wisata halal yakni Kabupaten Asahan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara komprehensif potensi pengembangan
pariwisata halal di Kabupaten Asahan terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat
dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Data yang didapatkan melalui wawancara secara
langsung atau penelitian lapangan dengan pihak pengelola sekaligus penanggung jawab
kegiatan wisata halal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis matriks SWOT menggunakan teknik IFAS/EFAS. Sehingga hasil yang
didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan adanya faktor positif pengembangan
pariwisata terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat Kabupaten Asahan. Namun dari
itu, para pengelola dan penanggung jawab objek wisata halal harus terus melakukan
kajian dan strategi pengembangan dikarenakan masih diperlukannya perbaikan dan
rencana pengembangan pembangunan untuk bisa membawa wisata halal ini menjadi lebih
baik dan padat minat para wisatawan.

Kata kunci: Pariwisata Halal, Pertumbuhan Ekonomi, analisis SWOT

vi
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahhi Rabbil ‘Alamin segala puji dan syukur penulis panjatkan


kepada kehadirat Allah SWT, atas segala karunia dan rahmat-Nya. Sehingga
penulis dapat menyelesaikan tulisan skripsi yang menjadi syarat penting kelulusan
untuk mendapatkan gelar sarjana yang sangat dinanti dan diperjuangkan ini.
Shalawat dan salam dipanjatkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, seorang
insan yang sangat mulia akhlakul karimah-Nya. Seorang insan yang membawa
perubahan peradaban dan seorang insan yang menjadi kekasih Allah SWT.
Semoga kita semua yang membaca tulisan ini mendapat syafaat di hari akhir
kelak.

Skripsi yang berjudul “Potensi Pengembangan Pariwisata Halal Dalam


Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan” diajukan
untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tentunya dalam setiap insan tidak ada
yang luput dari kesalahan sama halnya seperti yang penulis lakukan. Penulis sadar
bahwa dalam penulisan skripsi ini tentu ada kekurangan baik dari segi penulisan
maupun isi yang disampaikan. Dalam penulisan ini, penulis banyak sekali
melibatkan beberapa pihak yang membantu penulis baik berupa, motivasi, doa,
arahan, dan bimbingan. Maka dari itu penulis ingin berterima kasih kepada pihak
terkait sebagai berikut:
1. Kedua orang tua tercinta yang tiada tara, sosok panutan kebanggaan
yang selalu memberikan masukan dan doa-doa luar biasa agar anak-
Nya bisa seperti apa yang diharapkan. Jasa dan materil yang diberikan
sangatlah berarti demi pendidikan anak-Nya, jauh dari orang tua
adalah satu hal yang tidak ada dalam pikiran, namun tugas dan
tanggung jawab sudah harus diselesaikan. Terima kasih Bapak Azhar
Harahap dan Ibu Suryani atas segalanya, gelar sarjana ini
kupersembahkan untuk kalian.
2. Kakak kandung saya, Nur Aisyah Azhari Harahap, S.E. yang terus
mensupport dan memberikan motivasi agar terus semangat dalam

vii
mengejar pendidikan. Serta kepada seluruh keluarga besar Ayah dan
Ibu, saya ucapkam terima kasih banyak.
3. K.H. M. Cholil Nafis, Lc., M.A., Ph.D. selaku dosen pembimbing
skripsi penulis yang telah meluangkan waktunya ditengah intensitas
kesibukan beliau yang sangat padat, namun terus memantau
perkembangan skripsi penulis yang selalu memberikan arahan dan
bimbingannya selama proses penulisan skripsi ini berjalan hingga
selesai. Saya tentu bangga bisa menjadi mahasiswa bimbingan beliau.
4. Bapak Prof. Dr. Amilin, M.Si., Ak., CA., QIA., BKP., CRMP. selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Dr. Erika Amelia., SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan., M.M. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Nur Hidayah, Ph.D. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan masukan dan motivasi dari sejak awal perkuliahan
hingga akhir masa studi.
8. Terima kasih juga saya ucapkan kepada Ibu Dr. Yuke Rahmawati,
M.A. selaku kakak senior saya yang telah membantu saya dalam
pengerjaan skripsi ini hingga selesai.
9. Seluruh jajaran Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikanbanyak ilmu pengetahuan dan pengalaman serta
pelayanan akademik yang sangat baik dan bermanfaat.
10. Bagi semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, Dinas
Pariwisata Kabupaten Asahan, BKM Masjid Agung Kisaran, dan
seluruh masyarakat Kabupaten Asahan.
11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang tentunya tidak dapat disebutkan satu-persatu yang selalu

viii
membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Demikian penulis sampaikan, segala kekurangan sangat diharapkan
melalui kritik dan sarannya. Penulis berharap dari adanya skripsi ini bisa
memantik para pembaca untuk menjadi bahan kajian atau penelitian lanjutan yang
lebih baik dan bermanfaat.

Jakarta, 12 Januari 2023

Ivansyah Hafif Harahap

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...................................... iii

LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH............................................................iv

ABSTRAK...............................................................................................................v

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ...................................................................................... 9

C. Rumusan Masalah ....................................................................................... 10

D. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 10

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12

A. Landasan Teori ........................................................................................... 12

1. Pariwisata........................................................................................................ 12

2. Potensi Pariwisata .......................................................................................... 13

3. Faktor Pendorong Pengembangan Pariwisata .............................................. 13

4. Jenis-Jenis Pariwisata .................................................................................... 15

5. Komponen Produk Wisata ............................................................................. 18

6. Pariwisata Halal ............................................................................................. 20

7. Pertumbuhan Ekonomi .................................................................................. 37

B. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 38

x
C. Kerangka Pemikiran dan Alur Penelitian ..................................................... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 45

A. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian ............................................................ 45

B. Sumber Data ............................................................................................... 46

1. Data Primer ..................................................................................................... 46

2. Data Sekunder ................................................................................................ 47

C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 47

1. Observasi ........................................................................................................ 47

2. Wawancara ..................................................................................................... 48

3. Dokumentasi................................................................................................... 49

D. Analisis Data............................................................................................... 49

1. Hasil Observasi dan Wawancara ................................................................... 49

2. Klasifikasi ....................................................................................................... 49

3. Analisis SWOT .............................................................................................. 49

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi .......................................................... 51

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 52

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................. 52

1. Profil Kabupaten Asahan ............................................................................... 52

2. Visi Misi Kabupaten Asahan ......................................................................... 52

3. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan .................................................. 54

4. Visi Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan ........................................... 54

5. Destinasi Wisata Daerah Lain.....................................................................55

6. Destinasi Wisata Halal di Kabupaten Asahan ............................................ 557

xi
7. Landasan Hukum Destinasi Wisata Halal Kabupaten Asahan......................... 60

B. Paparan Data ............................................................................................... 62

1. Potensi Pengembangan Wisata Halal pada Destinasi Wisata Masjid Agung

H. Achmad Bakrie Alun-Alun dan Taman Hutan Kota Kisaran Kabupaten

Asahan ................................................................................................... 62

2. Klasifikasi Responden................................................................................63

3. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian......................................................64

3.1 Potensi dan Prospek Objek Wisata Halal di Kabupaten Asahan..........64

3.2 Fasilitas dan Aksesibilitas Destinasi Wisata Halal...............................69

3.3 Potensi dan Prospek Kawasan Wisata Masjid Agung H. Achmad

Bakrie Asahan Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat.............72

C. Pembahasan ......................................................... .........................................75

1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan

Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan...........................................77

2. Faktor Peluang dan Ancaman Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan

Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan...........................................80

3. Strategi Pengembangan Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan

Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan...........................................84

BAB V PENUTUP ............................................................................................ 88

A. Kesimpulan ................................................................................................. 88

B. Saran........................................................................................................... 90

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91

LAMPIRAN ...................................................................................................... 95

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang memilki keanekaragaman yang melimpah

baik dari segi adat, budaya, suku, dan bahasa serta kekayaan sumber daya alam

yang melimpah. Sumber daya alam apabila dikelola dengan sangat baik tentu akan

menjadi potensial untuk kemakmuran masyarakat. Salah satu bidang yang

memiliki potensi untuk dikembangkan adalah industri pariwisata. Dalam hal ini

parawisata bukan hanya menjadi tempat untuk hiburan atau bahkan menjadi bahan

belajar, tetapi juga mampu untuk meningkatkan perekonomian. Oleh karena itu,

pariwisata menjadi satu dari sebagaian sektor usaha yang sangat potensial dalam

mendongkrak perekonomian.

Al-Qur’an sebagai dasar pedoman agama Islam juga telah memberikan

banyak tanda dan anjuran untuk melaksanakan aktivitas pariwisata. Pernyataan

Al-Qur’an yang menerangkan mengenai pariwisata adalah puncak dari keinginan

Allah SWT untuk mengingatkan makhluk-Nya dengan otoritas khalifah agar

mereka memahami realitas, keagungan dan kekuasaan Allah SWT dengan

kemajuan teknologi dan globalisasi ini telah menyebabkan kesadaran baru dan

tumbuh dari isu-isu sosial, ekonomi dan lingkungan yang semakin mengglobal.

(Mabrurin, 2019)

1
Gambar 1.1

Populasi Umat Muslim di Dunia

Dari segi demografi, wisatawan muslim memiliki potensi yang sangat

besar, mengingat populasi muslim yang begitu tinggi di dunia seperti Indonesia

yang merupakan salah satu negara dengan populasi umat muslim terbanyak di

dunia. Generasi muda yang berada di usia produktif cenderung menjadi

konsumen, memiliki tingkat pendidikan, dan memiliki pendapatan yang dapat

dibelanjakan. (Mabrurin, 2019)

Pariwisata dikaitkan dengan produk dan jasa seperti transportasi,

akomodasi, penginapan, konsumsi dan juga pengetahuan bahasa asing yang dapat

memperkuat sumber daya manusia dan alam, seperti keindahan yang berasal dari

sumber daya alam serta benda-benda fisik. Peninggalan sejarah merupakan bagian

dari objek wisata. Pariwisata harus memiliki visi yang jelas dan efektif, sehingga

menciptakan sesuatu yang bernilai, meskipun dalam proses pelaksanaannya

memiliki pengalaman baik dan buruk yang berbeda. (Mabrurin, 2019)

2
Perkembangan ekonomi syariah di dunia pada beberapa dekade terakhir,

tidak hanya berdampak pada sektor keuangan maupun perbankan syariah. Namun

juga berpengaruh terhadap aktivitas pasar pariwisata. Wisata syariah yang

awalnya lebih merujuk pada perjalanan ibadah haji dan umrah kini mengalami

perubahan paradigma. Tujuan religi dalam wisata syariah tidak lagi menjadi

esensi utama, melainkan proses berwisata tersebut harus diintegrasikan dengan

prinsip-prinsip syariah. (Surur, 2020)

Posisi ekonomi syariah tahun 2014 yang berada pada rangking ke-9 di

dunia dan pada periode tahun 2020-2021 berada pada posisi ke-4 dunia. Hal ini

tentu menjadi acuan untuk kita perkirakan dengan hasil yang signifikan tersebut, 2

sampai 3 tahun yang akan mendatang Indonesia masuk pada peringkat ke-2 dan

bukan tidak mungkin akan menduduki posisi ke-1 di dunia, dilihat dari

pertumbuhan dan pasarnya yang sangat luas. Kita berharap dengan jumlah

penduduk muslim terbesar yang berjumlah 87% dengan total 207 juta jiwa. Kita

komitmen untuk jadi pusat ekonomi syariah di tahun 2024. (Presiden RI Joko

Widodo dalam Kongres Ekonomi Umat Ke-2 MUI Tahun 2021 di Bengkulu)

Dalam kegiatan perekonomian ekonomi Islam adalah bagian penting yang

saat ini baik dalam lingkup nasional maupun global. Beberapa diantara sektor

ekonomi Islam yang meningkat dan berkembang pesat adalah keuangan syariah,

industri asuransi, pakaian, kosmetik, obat-obatan, hiburan, kuliner, dan pariwisata.

Bahkan sudah menjadi hal yang biasa, jika semua sektor mulai menggunakan

serta mengunggulkan konsep halal pada produk mereka. Sehingga pariwisata halal

(halal tourism) semakin mendapat perhatian dan merupakan tujuan wisata baru di

dunia.

3
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tahun 2018 menjelaskan

peningkatan kontribusi pariwisata terhadap perekonomian nasional dalam

beberapa tahun terakhir. Rasanya seperti tahun lalu, pendapatan ekspor turun

tajam. Pariwisata dapat meningkatkan pangsanya dari 10% menjadi 17% dari total

ekspor barang dan jasa Indonesia dan naik dari peringkat lima menjadi peringkat

empat dengan nilai tukar 10 Miliar USD. Dengan kenaikan ini, kita langsung

merasakan dampaknya terhadap PDB mencapai 3,8% jika memperhitungkan

multiplier effect, kontribusi pariwisata terhadap PDB sekitar 9%. Lapangan kerja

di wilayah juga mencapai 10,18 juta orang, menyumbang 8,9% dari total jumlah

pekerja dan merupakan sektor pencipta lapangan kerja terbesar keempat.

Pariwisata halal dinilai sebagai formulasi terbaru yang bertujuan sebagai

pengembangan pariwisata Indonesia untuk meluhurkan budaya juga nilai-nilai

keislaman. Pada beberapa negara di dunia, istilah pariwisata halal memiliki

berbagai nama, termasuk Islamic Tourism, Halal Friendly, Tourism Destination,

Halal Travel, Muslim-Friendly Travel Destination, Halal Lifestyle, dan

sebagainya. Namun, selama ini wisata halal masih dianggap sebagai wisata

makam (ziarah) atau wisata ke masjid. Pariwisata halal, di sisi lain, memiliki

cakupan yang lebih luas dan tidak dapat dinilai begitu sempit. Wisata halal

mencakup nilai-nilai Islam yang bersumber dari alam, budaya atau seni,

akomodasi, serta restaurant yang mengunggulkan aspek halal dan sehat. Termasuk

tersedianya fasilitas penunjang seperti tempat ibadah yang layak dan baik. Produk

dan jasa pariwisata serta destinasi wisata halal serupa dengan pariwisata pada

umumnya sepanjang tidak bertentangan dengan nilai dan etika syariah. (Mabrurin,

2019)

4
Wisata halal yang selalu memperhatikan nilai-nilai Islam dalam

penyajiannya yang merupakan penegasan dari konsep Islam, dimana nilai halal

dan haram menjadi kriteria utama. Dengan kata lain tidak semua aspek pariwisata

dapat dipisahkan dari sertifikasi halal, yang dimaksud dengan konsep wisata halal,

yaitu kegiatan yang berbasis ibadah dan dakwah, di mana wisatawan muslim

dapat berwisata dan memuji ciptaan Allah SWT, atau yang biasa disebut tafakur

alam. Namun tidak meninggalkan kewajiban sholat lima waktu. Sesuai pada

pedoman syariah, mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

(Widagdyo, 2015)

Walaupun menggunakan nama wisata halal, bukan berarti ditujukan hanya

untuk umat Islam saja tetapi juga untuk wisatawan umum (non-muslim). Selain

dapat menikmati fasilitas dan pelayanan sesuai syariah, para wisatawan muslim

diharapkan menikmati dan mempercayai bahwa setiap produk yang dikemas

dengan konsep syariah telah dijamin halal, bersih, dan juga telah memenuhi

standar produk yang dipasarkan. Selama ini, wisata halal banyak dipandang

sebagai wisata religi atau sekedar ziarah ke makam. Padahal ruang lingkup wisata

halal bukan sempit seperti itu, melainkan sangat luas cakupannya. Misal wisata

alam, budaya dan buatan yang dikemas secara syariah.

Minat wisatawan terhadap makanan menjadi central dalam tujuan wisata

selain itu tentu segala bentuk kegiatan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah. Menurut Chookaew dalam Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam (Safira,

Sholikah, & Rahmanto, 2019) terdapat faktor penting yang wajib diperhatikan

untuk mendongkrak suatu pariwisata halal dimana pelayanan kepada wisatawan

harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah secara kesuluruhan. Segala bentuk

5
fasilitas sesuai dengan kenyamanan para wisatawan berdasarkan standarisasi

ketentuan Islam, dalam konsumsi Islam sangat memperhatikan aspek halal yang

mengacu pada sifat perolehan dan pembuatannya.

Program wisata halal merupakan rangkaian program pariwisata yang

memberikan pelayanan prima kepada wisatawan dalam hal konsumsi, transportasi

dan akomodasi. Dari sudut pandang Islam, konsumsi yang diminta haruslah

makanan halal yang dijual dengan harga yang wajar dan tidak memberatkan

konsumen. Layanan transportasi dan akomodasi akan dimodifikasi untuk tidak

mencampur perempuan dan laki-laki yang bukan mahram, dan wisatawan akan

dianjurkan untuk menjaga aurat. Tetapi dengan biaya tidak terlalu membebani

atau ramah wisatawan. Sehingga akan menambah daya tarik wisatawan terhadap

wisata halal. Sementara itu, wisatawan juga dihimbau untuk menjaga kebersihan

dan keindahan lokasi wisata sesuai dengan nilai-nilai kebersihan yang diajarkan

dalam Islam. Misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya.

Menurut hasil penelitian dari Pew Research Centre (2015) dalam tirto.id

(Khadafi, 2017), menunjukkan adanya perkembangan pada umat Islam di dunia

dari tahun 2010 sampai 2050 lebih dari dua kali lipat populasinya dibanding

dengan penganut agama lainnya. Dapat dipastikan bahwa ekonomi global menjadi

salah satu dampak yang timbul dari meningkatnya populasi umat Islam dunia.

Dalam jurnal Fahadil Amin Al Hasan (Al Hasan, 2017) menunjukkan

perbelanjaan umat islam akan meningkat pesat pada tahun 2021 terutama dibidang

wisata halal. Meningkatnya perbelanjaan ini tentu membuka lebar kesempatan

meningkatnya pendapatan masyarakat secara umum dan juga pemerintah

Indonesia, yang mana sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia.

6
Pemerintah juga mulai mengaktifkan wisata halal berbasis masyarakat sebagai

bentuk upaya memaksimalkan kesempatan yang baik ini. Termasuk yang mulai

fokus pada pengembangan wisata halal yakni Kabupaten Asahan yang berada di

Sumatera Utara. Kabupaten Asahan yang saat ini memiliki posisi strategis dalam

pengembangan pariwisata terkhusus di Provinsi Sumatera Utara, tentu terus

melakukan pengembangan ke beberapa objek wisata.

Sebagai salah satu tujuan dari adanya kegiatan pariwisata adalah

kunjungan dari para wisatawan. Berdasarkan hasil yang didapat dari Badan Pusat

Statistika Sumatera Utara jumlah kunjungan wisatawan non lokal yang masuk ke

Sumatera Utara pada tahun 2019 mencapai 16.250 jiwa dan jika dibandingkan

pada tahun 2018 yang berjumlah 14.869 tentu hal ini mengalami hasil yang

signifikan untuk menyukseskkan dari adanya potensi pariwisata yang ada di

Kabupaten Asahan. Jumlah kunjungan wisatawan lokal maupun non lokal dilansir

dari Pemerintahan Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan yang berkunjung ke objek

wisata Masjid Agung dan Alun-Alun Taman Hutan Kota mencapai 172.570 jiwa

pada tahun 2019.

Dilihat dari adanya kegiatan para wisatawan yang masuk ke daerah

Kabupaten Asahan cukup besar, tentu ini menjadi peluang untuk terus melihat

potensi kegiatan wisata yang ada di Asahan. Oleh karena itu Kabupaten Asahan

adalah sebuah kabupaten di pesisir timur Sumatera Utara seluas 3.732,97 km².

Asahan berbatasan dengan Batu Baru di utara, Labuhan Batu Utara dan Toba

Samosir di selatan. Berbatasan dengan Kabupaten Simalungun di sebelah barat

dan selat Malaka di bagian timur. Kabupaten Asahan yang memiliki objek wisata

ramah muslim buatan yang dibuka oleh Pemerintah Asahan dan keluarga H.

7
Achmad Bakrie pada Jumat, 30 Agustus 2019 yakni Masjid Agung yang

bersebelahan dengan Alun-alun dan taman kota, merupakan ikon daerah mahkota

Kabupaten Asahan. Sama halnya seperti, daerah lain yang menjadikan ikon objek

wisata ramah muslim seperti di Aceh yang memiliki Masjid Baiturrahman dan

yang tidak kalah mengambil peran kawasan Sumatera Barat yang memiliki masjid

Raya Sumatera Barat. Namun tentunya ikon masjid Agung di Asahan ini masih

kalah jauh jika harus dibandingkan dengan 2 daerah tersebut, dikarenakan

beberapa faktor yakni pengembangannya.

Dilansir dari data yang didapatkan melalui Badan Pusat Statistika

Kabupaten Asahan pada tahun 2021. (BPS Asahan, 2022) Kabupaten Asahan

yang memiliki jumlah penduduk sekitar 777.627 jiwa ini memiliki persentase

perekonomian yang tumbuh sebesar 3,73% pada tahun 2021 hal ini tentu

mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sekitar 0,21%. Sektor

perekonomian yang mengalami peningkatakan terjadi pada bidang lapangan usaha

yang tembus signifikan mencapai 7,22%. Jumlah kemiskinan yang berada di

Kabupaten Asahan pada tahun 2021 mencapai angka sekitar 9,35% pada tahun

sebelumnya yakni 2020 menyentuh angka 9,04% hal ini tentu mengalami

peningkatan sekitar 0,21%. Jumlah pengangguran di Kabupaten Asahan

mengalami penurunan pada tahun 2021 yakni berada di angka 6,39% dibanding

tahun sebelumnya pada 2020 yang mencapai angka 7,24%. Tentu jika dinilai dari

beberapa persentase indikator pertumbuhan perekonomian di Kabupaten Asahan

mengalami peningkatan dari tahun tahun sebelumnya.

Kabupaten Asahan sebagai daerah yang memiliki kawasan inovatif

dibidang pariwisata halal sangat cocok untuk dikaji sebagai kasus dalam

8
penelitian ini. Mengingat masih sangat dini kawasan pariwisata halal ini sehingga

melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk

menjadikan wisata halal lebih ideal. Analisis ini diperuntukkan untuk melihat

potensi yang dimiliki seberepa baik yang sudah dilakukan pemerintah bersama

masyarakat dan seberapa kontribusinya untuk mensejahterakan perekonomian

masyarakat lokal di kawasan Masjid dan Alun-Alun Kota. Dari adanya penelitian

mengenai pariwisata halal, untuk mengetahui potensi pengembangan pariwisata

halal dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain dapat dijadikan

sebagai bahan acuan, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai rujukan kebijakan

oleh pemerintah Kabupaten Asahan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi

masyarakat melalui wisata ramah muslim ini dengan harapan adanya pencapaian

yang baik.

Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis ingin membahasnya dalam

sebuah penelitian dengan judul “POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA

HALAL DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN ASAHAN”. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan dengan

menggunakan teknik observasi melalui wawancara langsung ke berbagai sumber

yang sudah terindikasi, adapun tujuan adanya penelitian ini yakni melihat potensi

kawasan pariwisata halal ini terhadap kesejahteraan perekonomian masyarakat

sekitar lokasi.

B. Identifikasi Masalah

1. Sebagai negara yang memiliki populasi umat muslim terbanyak di

dunia dengan yang berjumlah 237.558 Juta jiwa harus menjadi peluang

untuk pengembangan kegiatan pariwisata halal.

9
2. Kurangnya pemanfaatan dari adanya potensi pengembangan pariwisata

halal yang merupakan salah satu sektor dalam perekonomian yang

memiliki peluang untuk meningkatkan pereknomian masyarakat.

3. Pengembangan fasilitas yang baik menjadi pemicu daya tarik

wisatawan untuk berkunjung. Namun kurangnya kesadaran untuk

mengembangkan daya tarik tersebut.

4. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perkembangan industri

pariwisata halal.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat ditarik rumusan masalah. Ini

yang dapat digunakan sebagai template referensi selama melaksanakan penelitian.

Rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana faktor kelemahan dan kekuatan pariwisata halal dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan?

2. Bagaimana faktor peluang dan ancaman pariwisata halal dalam

meingkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan?

3. Strategi apakah yang dapat dikembangkan dalam pengembangan

potensei pariwisata halal dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat di Kabupaten Asahan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang dibahas dalam penelitian, adapun tujuan

penelitian sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis faktor kelemahan dan kekuatan pariwisata halal

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.

10
2. Untuk menganalisis faktor peluang dan ancaman pariwisata halal

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.

3. Untuk menganalisis strategi pariwisata halal dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif untuk

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, penulis, juga praktisi.

1. Bagi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Dapat digunakan sebagai bahan acuan atau referensi juga sebagai

pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melaksanakan penelitian

dengan topik yang serupa.

2. Bagi Penulis

Penulis sendiri tentunya belum menguasai penuh suatu bidang

pengetahuan dengan baik, sehingga penelitian ini dapat menambah

pengetahuan tentang pengembangan wisata halal yang bermanfaat bagi

perekonomian masyarakat.

3. Bagi Praktisi

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan wawasan

kepada para wistawan, pengelola wisata halal, dan kepada para peneliti

selanjutnya agar visi kemaslahatan bersama dapat terwujud dengan baik

dengan mengembangkan potensi wisata halal.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pariwisata

Pariwisata pada dasarnya berasal dari dua suku kata yakni “pari” dan

“wisata”. Pari memiliki banyak arti, berkali-kali juga berputar-putar, sedangkan

wisata berarti perjalanan, bepergian atau tempat yang dikunjungi. Oleh karena itu,

pariwisata kombinasi dua suku kata yakni perjalanan yang dilakukan berulang

dari satu tempat ke tempat lain. Menurut Ekonom Austria Norval, pariwisata

mencakup semua kegiatan yang membawa orang ke dan dari suatu negara, kota

atau wilayah. (Isdarmanto, 2017)

Pariwisata dalam arti luas adalah kegiatan rekreasi jauh dari rumah atau

tempat tinggal seseorang untuk menghilangkan beban dan pikiran, untuk

sementara pindah atau untuk menemukan dunia lain. Ada beberapa jenis intensif

untuk terlibat dalam kegiatan pariwisata, seperti adanya kepentingan ekonomi,

sosial budaya, politik, agama, kesehatan, dan kegiatan untuk meningkatkan

wawasan, pengetahuan serta pengalaman.

Secara tegas wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

individu atau kelompok yang melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat

lain dengan tujuan untuk istirahat dan mencari kenyamanan. Dari sini dapat kita

simpulkan bahwa pariwisata memiliki arti yang lebih luas, yaitu kegiatan yang

berkaitan dengan wisata.

Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan,

pariwisata adalah rangkaian kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas

12
dan pelayanan yang disediakan oleh masyarakat setempat, pengusaha, pemerintah

pusat dan daerah. Ini adalah kegiatan lengkap yang terkait dengan pariwisata,

multifaset dan multidisiplin di alam, memanifestasikan dirinya tidak hanya

sebagai ekspresi dari kebutuhan masing-masing individu dan setiap negara, tetapi

juga wisatawan dan masyarakat lokal, sesama wisatawan, pemerintah pusat dan

daerah, juga pengusaha.

2. Potensi Pariwisata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI); Potensi merupakan

kecakapan, kekuatan, kemampuan, dan daya yang mempunyai peluang untuk

berkembang. Dengan demikian, potensi pariwisata merupakan alterasi pada

bentuk permukaan bumi dikarenakan oleh adanya kekuatan internal akibat proses

alam seperti gunung, danau, sungai, dan kenampakan alam lainnya. Struktur

pariwisata potensial juga dapat dibentuk oleh proses yang didorong oleh budaya

manusia.

3. Faktor Pendorong Pengembangan Pariwisata

Potensi pariwisata ditopang oleh beberapa faktor, antara lain kondisi

lapangan, keterjangkauan, penguasaan dan penggunaan lahan, hambatan dan

pendukung, serta faktor lain seperti upah pekerja dan iklim politik. Faktor

pendukung potensi wisata sebagai berikut:

a. Objek Wisata

Wisatawan pasti memiliki kriteria khusus terhadap suatu hal yang

membuatnya tertarik. Dengan kata lain, destinasi wisata harus

memiliki daya tarik agar banyak wisatawan yang berkunjung.

b. Kegiatan yang dapat dilakukan

13
Di tempat wisata ini wisatawan dapat melakukan sesuatu yang

berguna atau bermanfaat untuk mendatangkan rasa sejahtera,bahasa,

relaksasi dalam bentuk rekreasi, ruang bebas, tersedianya berbagai

restoran dan khususnya makanan khas daerah. Untuk memberikan

kesan pengalaman yang unik dan baru serta menciptakan rasa

nyaman dan betah selama kegiatan wisata.

c. Sesuatu yang dapat dibeli

Fasilitas yang disediakan kepada wisata untuk berbelanja bak berupa

souvenir, produk kemasan yang menjadi ciri khas atau icon dari

daerah tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai buah tangan atau

oleh-oleh.

d. Kondisi alam seperti iklim, komposisi tanah, jenis batuan dan

morfologi, hidrosfer, jenis flora dan fauna.

e. Penampilan pertunjukan daerah khusus dapat menarik wisatawan

dan mendorong mereka untuk mengunjungi daerah tertentu. Seperti

pertunjukan tari, lagu daerah, seni pertunjukan daerah, acara adat,

dll.

f. Keterjangkauan, berkaitan dengan usaha seseorang terhadap daya

tarik wisata. Semakin mudah mengakses destinasi wisata, maka

semakin banyak wisatawan yang datang. Namun, jika keindahan dan

kekhasan suatu destinasi wisata bernilai tinggi, pembatasan akses

bukanlah masalah besar.

g. Penguasaan dan penggunaan tanah dapat memengaruhi lokasi atraksi

wisata, termasuk tanah negara, umum, dan pribadi.

14
h. Fasilitas pariwisata seperti kendaraan, agen perjalanan, akomodasi

dan konsumsi. Prasarana pariwisata adalah segala fasilitas yang

memungkinkan fasilitas pariwisata hidup dan berkembang serta

memberikan pelayanan yang baik kepada berbagai wisatawan.

i. Kesadaran masyarakat adalah faktor yang sama pentingnya dalam

mengembangkan suatu daerah tujuan wisata, dengan kesadaran

masyarakat yang kuat untuk mengembangkan suatu daerah tujuan

wisata maka potensi tempat wisata juga akan semakin tinggi.

4. Jenis-Jenis Pariwisata

Menurut (Yoeti, 2014) berpendapat bahwa pariwisata dapat dibagi menjadi

beberapa kelompok menurut lokasi geografis, dampak neraca pembayaran, alasan

atau tujuan perjalanan, waktu kunjungan, dan tujuan.

Menurut tata letak geografisnya, pariwisata berkembang sebagai berikut:

a. Pariwisata Lokal

Cakupan pariwisata ini relatif kecil dan terbatas pada daerah tertentu,

seperti pariwisata di Bandung, Jakarta, dan tempat-tempat lain.

b. Pariwisata Daerah

Pariwisata yang dikembangkan lebih luas daripada pariwisata

daerah, seperti pariwisata di Bali, Sumatera Utara, dan lain-lain.

c. Pariwisata Regional-Internasional

Pariwisata lintas batas antara dua negara atau lebih dalam suatu

kawasan, meskipun masih berkembang dalam ruang internasional

yang terbatas. Misalnya pariwisata yang berada di ASEAN, Timur

Tengah, dan lain-lain.

15
d. Pariwisata Internasional

Pariwisata yang berkembang secara global, termasuk pariwisata

regional-internasional dan domestik.

Jenis pariwisata berdasarkan dampaknya terhadap neraca pembayaran

adalah;

a. In Tourism atau Pariwisata Aktif

Pariwisata ditandai dengan masuknya pengunjung asing ke suatu

negara dalam rangka meningkatkan nilai tukar negara yang

berkunjung dan memperkuat posisi neraca pembayaran.

b. Out-going Tourism atau Pariwisata Pasif

Pariwisata yang dicirikan oleh warga negara yang meninggalkan

negaranya sebagai turis asing. Hal ini tentu akan merugikan negara

asal, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri

justru beralih ke luar negeri.

Jenis wisata tertentu diklasifikasikan berdasarkan alasan dan tujuan

perjalanan:

a. Pariwisata Bisnis

Jenis pariwisata di mana pengunjung datang untuk tujuan komersial

atau jasa yang berkaitan dengan perdagangan, pekerjaan, konferensi,

seminar, dan rapat kerja.

b. Pariwisata Liburan

Jenis pariwisata di mana wisatawan terdiri dari orang-orang yang

berlibur atau bepergian

c. Pariwisata Pendidikan

16
Suatu bentuk pariwisata di mana orang melakukan perjalanan untuk

belajar dan membiasakan diri dengan suatu bidang pengetahuan.

Jenis wisata berdasarkan waktu kunjungan adalah:

a. Wisata Musiman

Jenis wisata yang merupakan kegiatan selama periode tertentu.

b. Wisata Sementara

Jenis wisata ini dikaitkan dengan peristiwa atau manifestasi tertentu,

misalnya Sekaten di Yogyakarta, Gulungan di Bali, dan lain-lain.

Jenis wisata menurut objeknya antara lain:

a. Wisata Budaya

Daya tarik seni dan budaya suatu daerah menentukan jenis wisata

yang menarik pengunjung.

b. Wisata Restoratif

Jenis wisata untuk mendapat pengobatan di mana pengunjung pergi

ke tempat-tempat penyembuhan, seperti pemandian air panas.

c. Wisata Komersial

Jenis wisata yang berkaitan dengan kegiatan komersial nasional,

seperti pameran, bazar, dan lain-lain.

d. Wisata Olaharaga

Jenis wisata ini adalah orang datang untuk menonton olahraga di

suatu tempat atau negara tertentu, misalnya sea games di suatu

negara.

e. Wisata Politik

17
Jenis wisata ini bertujuan untuk menghadiri acara-acara kenegaraan

seperti hajatan atau perayaan pada tanggal-tanggal tertentu.

f. Wisata Sosial

Bentuk wisata non-profit, seperti study tour, piknik, dan lain-lain.

g. Wisata Religi

Jenis wisata yang berhubungan dengan religi, seperti ziarah, upacara

keagamaan, dan sebagainya.

5. Komponen Produk Wisata

Produk wisata dapat dibentuk dalam tiga komponen. Agar komponen

produk wisata bagi wisatawan lebih lengkap, tidak lepas dari keramahan dan

peran SDM yang ramah terhadap para wisatawan, komponen produk wisata dibagi

menjadi 3A ditambah H, yaitu:

a. Attractions (Daya tarik wisata)

Dalam pedoman CHSE Kementrian Pariwiata dan Ekonomi Kreatif

(Kusubandio, 2020) segala sesuatu yang memiliki keunikan,

keindahan dan nilai berupa berbagai kekayaan alam, budaya dan

hasil buatan manusia merupakan tujuan atau maksud kunjungan

wisatawan. Menurut CHSE Kementerian Pariwisata dan Ekonomi

Kreatif dalam proses penyelenggaraan kegiatan pariwisata sebagai

berikut:

1) Memberikan ruang untuk pemberhentian (berfoto, mengamati

benda-benda penting, mendengarkan arahan, dan lain

sebagainya), dengan memperhatikan batasan jarak, terutama

tindakan yang terlihat, serta mengatur waktu henti yang diizinkan.

18
2) Untuk kegiatan wisata minat tertentu, ketentuan juga harus dibuat

sesuai dengan kekhususan kegiatan pariwisata tersebut.

3) Sediakan kotak kesehatan yang berisi minimal P3K, obat-obatan

dan masker untuk dibawa pemandu wisata setempat.

4) Menyediakan sarana komunikasi yang berfungsi baik, dan tidak

digunakan secara bersamaan. Berikan nomor telepon darurat.

5) Kamar mandi/toilet dalam keadaan sanitasi, bersih, kering, bebas

bau dan dalam kondisi kerja yang baik, dan dibersihkan sesering

mungkin setelah digunakan. Serta mengatur antrian yang masuk

dan keluar toilet.

6) Tempat sambah yang disediakan dalam kondisi tertutup, sediakan

tempat sampah yang dapat ditutup khusus untuk pelindung diri.

Selain itu, setiap daerah tujuan wisata pasti memiliki daya tarik lain

sesuai dengan potensinya. Ada dua jenis daya pariwisata, antara lain:

1) Wisata alam, yaitu gunung, pantai, laut, air terjun, dan apapun

yang bersumber dari alam.

2) Wisata buatan, merupakan objek wisata yang bersasal dari hasil

kerja manusia, seperti taman bermain, taman kreatif, dan lain-lain.

b. Amenities (Fasilitas dan pelayanan)

Komponen fasilitas dan pelayanan perjalanan meliputi akomodasi,

katering, transportasi dan fasilitas penunjang lainnya untuk

kebutuhan pariwisata.

c. Accessibilities (Kemudahan untuk mencapai lokasi wisata)

19
Faktor yang memengaruhi kepuasan adalah aksesibilitas, yakni

kemudahan akses ke tempat wisata, misalnya seperti kondisi jalan,

ketersediaan sistem transportasi, dan lain-lain.

d. Hospitality (keramahtamahan yang ditawarkan)

Kehadiran staff yang menerima pengunjung di lokasi wisata dan

memberikan rasa aman dan nyaman.

6. Pariwisata Halal

Belakangan ini segala aspek syariah lagi lebih sering untuk

diperbincangkan termasuk perkembangan sektor keuangan berbasis syariah yang

mempengaruhi sektor usaha syariah lainnya. Termasuk di dalamnya sektor usaha

di bidang pariwisata. Pariwisata halal saat ini perkembangannya sangat pesat

sehingga memiliki potensi bisnis yang cukup besar sehingga mampu menopang

anggaran pemerintah dan juga dapat mensejahterakan masyarakat.

Menurut Indeks Perjalanan Muslim Global pada 2015 dari Master Card &

Crescent Rating, 108 juta Muslim melakukan perjalanan senilai U$145 Miliar

pada tahun 2014. Tentu saja, angka ini mewakili sekitar 10% dari total ekonomi

pariwisata global. Oleh karena itu, wisatawan muslim akan tumbuh menjadi 150

juta dengan nilai U$200 Miliar pada tahun 2020. Selain itu, penelitian tersebut

juga menjelaskan bahwa penduduk Muslim diperkirakan mencapai 26,5 juta dari

penduduk dunia pada tahun 2030. Mayoritas penduduk Muslim berasal dari

negara berkembang, termasuk Indonesia. Akibatnya, umat Islam menjadi

konsumen utama dalam perdagangan syariah, termasuk sektor pariwisata halal.

(Crescentrating, 2015).

20
Wisata halal atau yang biasa dikenal dengan wisata syariah, atau dalam

bahasa Inggris disebut halal tourism merupakan wisata yang menekankan pada

aspek syariah atau bertumpu pada ketentuan Islam dalam segala aspek, kegiatan

dan pelaksanaannya. Asal usul istilah wisata halal atau halal tourism berasal dari

motif atau nilai religi yang ada dalam diri seseorang dengan mengunjungi tempat

ibadah, makam atau nilai sejarah religi yang berkaitan dengan agama yang

diyakini masyarakat. Awalnya, wisata ini juga dikenal sebagai wisata religi.

Wisata religi pertama diperkenalkan pada 1967 ketika United Nations World

Tourism Organization (UNWTO) mengadakan konferensi “Pariwisata dan

Agama: Dialog tentang Kontribusi Kebudayaan, Agama, dan Peradaban”. Wisata

religi kemudian berkembang pesat karena sirkuit ini tidak terbatas pada agama

tertentu saja. Namun, ada nilai-nilai yang lebih umum dan bermanfaat, seperti

nilai pendidikan dan kearifan lokal.

Memang pada dasarnya kata pariwisata halal masih cukup dibilang kurang

dikenal sebab masih banyak kalangan kita yang menyebut wisata religi, padahal

kita tahu kalau wisata religi adalah kegiatan yang mekakukan kunjungan ke

tempat pemakaman dan juga ke tempat ibadah. Padahal kalau kita tahu pariwisata

halal tidak hanya fokus ke objek melainkan perilaku kita untuk melakukan

perjalanan dan fasilitas serta penerapan pendukung lainnya yang bisa menjadi

ketentuan dari pariwisata halal tersebut.

Sama seperti mayoritas negara-negara Asia dan Eropa yang sudah sedia

menjadi tempat wisata halal dengan memberikan fasilitas pendukung dan paket

wisata bagi wisatawan Muslim. Oleh sebab itu, Indonesia tidak ingin ketinggalan

21
dalam bisnis ini, karena Indonesia adalah negara dengan mayoritas Muslim di

dunia.

a. Konsep Halal

Di beberapa negara, termasuk Indonesia, istilah wisata halal menggunakan

nama-nama seperti halal tourism, wisata Islam, gaya hidup halal, halal travel,

destinasi wisata Muslim. Dalam Pasal 1(2) Peraturan Menteri Pariwisata dan

Ekonomi Kreatif Tahun 2014 tentang pengelolaan hotel berdasar pada hukum

syariah. Kata syariah mengacu pada berbagai prinsip syariah Islam yang diatur

dan disahkan oleh Majelis Ulama Indonesia atau MUI. Berdasarkan definisi

tersebut, maka definisi wisata syariah adalah kegiatan yang didukung oleh

berbagai struktur dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,

pemerintah pusat dan daerah dengan berpedoman pada syariah. Banyak yang

menggunakan pariwisata karena universalitas barang dan layanan. Produk dan

jasa pariwisata, objek dan destinasi wisata syariah serupa dengan produk, jasa,

objek, dan destinasi pada umumnya, sepanjang tidak bertentangan dengan nilai

dan keutamaan syariah.

Syariah adalah proses mengintegrasikan nilai-nilai Islam ke dalam aspek

pariwisata. Nilai-nilai syariat Islam merupakan keyakinan dan ketaatan yang

dianut oleh umat Islam sebagai acuan dasar untuk kegiatan pariwisata konstruksi.

Di dalamnya terkandung nilai-nilai dan etika syariat yang sejalan dengan konsep

Islam mengenai halal dan haram. Halal berarti diperbolehkan dan haram berarti

dilarang. Konsep halal sendiri dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut

pandang agama dan sudut pandang industri. Pandangan agama melibatkan aturan

makan, khususnya apa yang boleh dimakan oleh umat Islam. Dan secara industri,

22
bagi produsen makanan, konsep ini bisa menjadi peluang bisnis bagi sebagian

besar konsumen Muslim, perlu dipastikan ketelitian produk untuk meningkatkan

nilai intangible. Misalnya, produk makanan dengan label halal pada kemasannya

lebih diminati konsumen Muslim. (Hamzah & Yudiana, 2015)

b. Komparasi Perbandingan Perbedaan Wisata Konvensional, Religi dan

Syariah

Tabel 2.1

Perbedaan wisata konvensional, religi dan syariah

No Unsur Konvensional Religi Halal

1 Objek Alam, warisan Peninggalan Semuanya

budaya, kuliner sejarah, tempat

ibadah

2 Tujuan Hiburan Menambah rasa Meningkatkan rasa

spiritual religiusitas dengan

menghibur

3 Target Menyentuh Aspek spiritual Memenuhi

kepuasan dan menenangkan keinginan dan

kesenangan yang jiwa, mencari kesenangan serta

berdimensi nafsu, ketentraman menumbuhkan

untuk menghibur batin semata kesadaran

semata beragama

4 Pemandu Paham dan Mengetahui dan Membangkitkan

wisata menguasai objek paham sejarah spirit religi

23
wisata agar tentang lokasi wisatawan dan

wisatawan tertarik dan tokoh objek menjelaskan fungsi

wisata dan peran

kebahagiaan rohani

dalam konteks

Islam

5 Fasilitas Hanya Hanya Menjadi satu

ibadah perlengkapan perlengkapan bagian dengan

destinasi wisata,

serta ritual dalam

beribadah menjadi

paket hiburan

6 Kuliner Umum Umum Umum dan

sertifikasi halal

7 Relasi Komplementer Komplementer Terintegrasi,

dengan hanya untuk interaksi

masyarakat mendapatkan berdasarkan prinsip

disekitar keuntungan Islam

kawasan

wisata

8 Rencana Tidak Peduli dengan Waktu perjalanan

Perjalanan memperhatikan waktu diperhatikan

24
waktu

Sumber: Ngatawi Al Zaztrow dalam Hamzah dan Yudiana,2015.

Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa walaupun wisata syariah diterapkan

sama sekali tidak akan menghapus aspek wisata konvensional asalkan tidak

bersinggungan dengan aturan syariat. Wisata yang mengusung konsep

konvensional memiliki tujuan utama sebagai penghibur para wisatawan dengan

memiliki fokus pada alam, budaya, dan kuliner. Hal ini dapat memberikan efek

yang sangat baik, yakni agar para wisatawan dapat lebih mempelajari dan

mengenal lebih dekat budaya yang dimiliki bangsa dengan melalui industri

pariwisata.

Wisata religi dikemas dalam bentuk mengunjungi tempat-tempat suci dan

tokoh agama, dengan fokus pada umat beragama (Islam, Hindu, Budha, Kristen,

Konghucu), adalah wisata dengan tujuan religi untuk memperkuat iman.

Pemahaman ini juga menyangkut ziarah. Wisata religi bisa menjadi kegiatan

motivasi sinkron menggunakan prinsip-prinsip Islam. Kegiatan ini mencakup haji,

umroh, dan lain-lain. (Jaelani, 2017)

Wisata halal di sisi lain, adalah kegiatan wisata yang lebih luas dari wisata

religi dan melibatkan penggunaan fasilitas dan elemen pendukung lainnya

berdasarkan prinsip dan nilai syariah. Selain itu, fasilitas yang ditawarkan tidak

dipersempit hanya untuk Muslim, tetapi bersifat umum. Sektor pariwisata halal

bersifat gobal yang mencakup pariwisata budaya, alam, dan tradisional yang

direkomendasikan oleh World Tourism Organization (WTO). Sehingga konsumen

wisata halal adalah masyarakat umum yang ingin menikmati kearifan lokal, bukan

hanya umat Islam saja.

25
Indonesia mempunyai peluang yang sangat akrab sebagai sentra pariwisata

halal global. Lantaran Indonesia mempunyai populasi Muslim terbesar dan

mempunyai alam yang melimpah, membentuk estetika yang luar biasa. Untuk

mencapai tujuan tersebut, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

memprakarsai grand launching wisata halal pada tahun 2013 bekerja sama dengan

Majelis Ulama Indonesia. Tentunya tujuan berdasarkan acara ini merupakan untuk

mempermudah kunjungan wisatawan domestik dan internasional serta mendorong

berkembangnya usaha syariah pada sektor pariwisata halal. Selain itu,

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah memprioritaskan destinasi

wisata halal seperti Aceh, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, dan Sumatera

Utara. Fasilitas, akomodasi dan penginapan untuk mendukung pelaksanaan

kegiatan tersebut juga harus disiapkan dengan matang.

Dengan demikian, pariwisata halal di Indonesia dapat berkembang pesat

dan siap bersaing dengan negara lain. Pemerintah Indonesia wajib memberikan

dukungan penuh. Dukungan ini harus konsisten terus menerus. Jika regulasi

pariwisata syariah sudah dipersiapkan dengan baik, namun tanpa dukungan

pemerintah, bisnis pariwisata akan sia-sia dan tertinggal.

c. Kriteria Umum Pariwisata Halal

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif berpamdang bahwa baku

pengembangan destinasi wisata halal bisa dimulai menggunakan penyedia fasilitas

dan layanan yang bisa memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim, misalnya air

minum yang halal dan higienis, makanan minuman yang halal, sarana ibadah yang

berkualitas dan terjamin, penyelenggara pembangunan yang dapat meningkatkan

26
citra pariwisata. Kemenparekraf dan DSN-MUI karenanya memiliki standar

umum pariwisata halal sebagai berikut:

1) Fokus pada kebaikan bersama.

2) Fokus pada pencerahan, kesehatan dan kedamaian.

3) Menghindari kemusyrikan dan takhayul.

4) Menghindari konduite asusila misalnya zina, pornografi, pornoaksi,

mabuk-mabukan, dan judi.

5) Perilaku etis untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi,

seperti menghindari perilaku yang memalukan dan tidak senonoh.

6) Menjaga kepercayaan akan keamanan dan kenyamanan.

7) Lengkap dan komprehensif.

8) Menjaga kelestarian lingkungan.

9) Menghargai nilai-nilai sosial budaya dan kearifan lokal tempat

wisata.

d. Karakteristik Pariwisata Halal

Delapan faktor untuk mengukur wisata halal dalam hal pengelolaan dan

administrasi semua wisatawan yang dapat sebagai suatu ciri tersendiri, yaitu

diantaranya ialah:

1) Pelayanan kepada wisatawan harus mengikuti prinsip-prinsip umat

Islam.

2) Pemimpin dan staf disiplin dalam menjunjung tinggi prinsip-

prinsip Islam.

3) Semua kegiatan diatur agar tidak melanggar prinsip-prinsip Islam.

4) Bangunan harus memenuhi prinsip-prinsip Islam.

27
5) Restoran harus memenuhi standar halal internasional.

6) Layanan transportasi harus mempunyai sistem perlindungan

keamanan.

7) Ada lokasi yang disediakan untuk seluruh wisatawan Muslim

melakukan aktivitas keagamaan.

8) Berwisata ke tempat yang tidak melanggar prinsip Islam.

e. Fatwa Pelaksanaan Pariwisata Halal

Perkembangan yang semakin pesat dari sektor pariwisata halal ini,

sehingga memerlukan pedoman dalam pelaksanaan penyelenggaraan kawasan

wisata berbasis halal. Oleh karena itu DSN-MUI memandang perlu menetapkan

fatwa tentang pedoman penyelenggaraan wisata berbasis halal ini, sehingga bisa

mencapai titik harapan dan impian dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

Fatwa DSN MUI No.108/DSN-MUI/X/2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam fatwa tersebut

pariwisata syariah adalah kegiatan pariwisata yang sesuai dengan prinsip syariah,.

Dimana destinasi wisata syariah berada dalam satu wilayah yang terdapat daya

tarik wisata, fasilitas ibadah dan umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta

masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang

sesuai dengan prinsip syariah.

Ada beberapa firman Allah SWT yang dijadikan sebagai pedoman dalam

melaksanakan kegiatan pariwisata halal antara lain:

28
Qs. Al-Ankabut ayat 20:

َ ْ‫ْف ب َ د َ أ َ الْ َخ ل‬
‫ق‬ ِ ‫اْل َ ْر‬
َ ‫ض ف َ ا نْ ظُ ُر وا كَ ي‬ ْ ‫س ي ُر وا ف ِ ي‬
ِ ‫ق ُ ْل‬

َ ‫ئ ال ن َّ شْ أ َة‬ ِ ْ‫ث ُ َّم َّللاَّ ُ ي ُن‬


ُ ‫ش‬

Artinya:

“Katakanlah, “Berjalanlah di bumi, maka perhatikanlah

bagaimana (Allah) memulai penciptaan (makhluk), kemudian

Allah menjadikan kejadian yang akhir. Sungguh, Allah Mahakuasa

atas segala sesuatu”.

Tafsir ayat di atas : Katakanlah (wahai Rasul) kepada orang-orang yang

mengingkari Hari Kebangkitan setelah kematian, “Berjalanlah di muka bumi, lalu

perhatikanlah bagaimana Allah mengadakan mahkluk-makhlukNya, tidak sulit

bagiNya untuk mengadakan itu pertama kali. Demikian pula, bukan perkara sulit

bagiNya untuk mengulang penciptaan itu kembali sekali lagi. Sesungguhnya

Allah MahaKuasa atas segala sesuatu; tidak ada sesuatu yang diinginkanNya yang

melemahkanNya.” (Tafsir Al-Muyassar Syaikh Dr. Shalih Kementerian Agama

Saudi Arabia)

Qs. Al-Mulk ayat 15:

‫ش ْوا فِ ْي َمنَا ِك ِب َها َو ُكلُ ْوا ِم ْن‬


ُ ‫ض ذَلُ ْو اْل فَا ْم‬ ْ ‫ه َُو الَّذ‬
َ ‫ِي َج َع َل لَ ُك ُم ْاْلَ ْر‬

ُ ُّ‫ِ ِّر ْز ِق ٖۗه َواِلَ ْي ِه الن‬


‫ش ْو ُر‬

Artinya:

29
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah

dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah

sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu

(kembali setelah) dibangkitkan”.

Tafsir dari ayat di atas adalah “Hanya Allah semata yang menjadikan bumi

mudah dijelajahi dan terbentang untuk kalian, yang kalian bisa tinggal di atasnya.

Berjalanlah di penjuru-penjuru dan ujung-ujungnya. Makanlah rizki Allah yang

Dia keluarkan untuk kalian dari bumi. Hanya kepada Allah semata kebangkitan

dari alam kubur untuk perhitungan amal dan pembalasan. Dalam ayat ini

terkandung dorongan mencari rizki dan bekerja. Dan di dalam ayat ini juga

terkandung petunjuk bahwa Allah adalah satu-satunya Tuhan yang haq, tidak ada

sekutu bagiNya, juga menunjukkan kuasaNya, mengingatkan nikmat-nikmatNya,

dan memperingatkan dari kecenderungan kepada dunia”. (Tafsir Al-Muyassar

Syaikh Dr. Shalih Kementerian Agama Saudi Arabia)

Sedangkan menurut Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad dilansir

dari fatwa DSN-MUI berbunyi sebagai berikut:

‫َص ُّحوا‬ َ ‫سلَّ َم قَا َل‬


ِ ‫سافِ ُروا ت‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َّ ‫َع ْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ أَ َّن النَّ ِب‬
َ ‫ي‬

‫وا ْغ ُزوا تَ ْستَ ْغنُوا‬.


َ

“Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi SAW. Bersabda.

Bepergianlah kalian niscaya kalian menjadi sehat dan

berperanglah niscaya kalian akan tercukupi”.

30
Dari beberapa ketentuan fatwa yang dikeluarkan DSN-MUI mengenai

pedoman penyelenggaraan pariwisata berdasarkan prinsip syariah membuktikan

bahwa pariwisata halal ini benar-benar di perhatikan agar bisa bersaing dan

menjadi pusat pariwisata halal di dunia. Di tegaskan kembali bahwasannya

pariwisata halal yang segala aturannya di atur dalam ketentuan umat Muslim tidak

hanya diperuntukkan untuk umat Muslim saja, melainkan untuk umum, hanya saja

seperti fasilitas, penerapan dan segala aspek kegiatannya disesuaikan dengan

ketentuan syariah.

f. Potensi Pengembangan Pariwisata Halal

Pengembangan pariwisata pada dasarnya adalah untuk memperbaiki juga

meningkatkan kelayakan objek dan kegiatan pariwisata. Kegiatan pembangunan

ini dapat berupa pemeliharaan, pelestarian, pembangunan sarana dan prasarana

fasilitasnya untuk meningkatkan kesejahteraan daerah tersebut maupun

masyarakat. Menurut Chafid Fandeli pada bukunya yang berjudul Dasar-Dasar

Manajemen Kepariwisataan, pengembangan pariwisata juga merupakan aktivitas

pengembangan warga dan wilayah yang didasarkan kepada tujuan memajukan

taraf hayati warga sekaligus melestarikan ciri khas lokal, menaikkan taraf

pendapatan secara hemat dan pendistribusian secara merata pada warga,

berorientasi dalam pengembangan pariwisata berskala rendah dan menengah

menggunakan daya serap energi kerja besar dan berorientasi pada teknologi

kooperatif dan memanfaatkan pariwisata seoptimal mungkin menjadi

penyumbang tradisi negara dan wilayah. (Wiendu, 2012)

Pengembangan pariwisata halal adalah proses yang bergerak maju dan

berkelanjutan menuju taraf nilai yang lebih tinggi dengan penggunaan melakukan

31
penyesuaian dan koreksi sinkron output monitoring dan evaluasi serta umpan

balik menurut pelaksanaannya yang wajib dikembangkan misalnya yang

tercantum pada ketentuan syariah.

Pengembangan pariwisata halal ini wajib dilakukan untuk menjadikan

pariwisata yang maju dan berkembang baik menurut segi kualitas sarana-

prasarana, mempermudah akses, sebagai destinasi yang diinginkan, dan

memberikan manfaat yang baik bagi perekonomian warga sekitar. Perencanaan

dan pengembangan pariwisata bukanlah sistem yang berdiri sendiri, melainkan

terkait erat menggunakan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara

intern sektoral dan intern regional.

Pembangunan pariwisata harus di dasarkan dalam syariat dan daya dukung

yang bermaksud membangun hubungan jangka panjang yang saling

menguntungkan diantara pencapaian tujuan pengembangan pariwisata,

peningkatan kesejahteraan warga setempat, dan dibutuhkan mampu berkelanjutan

pada masa mendatang. Indonesia menjadi negara yang sedang berkembang pada

termin pembangunannya, berusaha menciptakan industri pariwisata sebagai salah

satu cara mencapai keseimbangan neraca perdagangan eksternal. Pengembangan

pariwisata saat ini tidak hanya untuk meningkatkan sumber devisa negara dan

pendapatan pemerintah daerah. Namun, juga diharapkan dapat memperluas

peluang usaha selain menciptakan banyak lapangan kerja baru untuk mengurangi

pengangguran. Pariwisata dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang

tinggal di kawasan wisata melalui manfaat ekonomi, dengan mengembangkan

fasilitas yang menunjang dan memenuhi kebutuhan wisatawan.

Kegiatan pariwisata juga untuk melakukan perkembangan terhadap daerah

32
yang miskin akan kekayaan alam, sehingga cara untuk memajukan suatu daerah

dan perekonomian masyarakat dalam menentukan lokasi industri sangat berperan

penting. Bahkan sekalipun jikalau suatu daerah memiliki kekayaan sumber daya

alam yang bisa di manfaatkan untuk memajukan suatu daerah dan perekonomian

masyarakat tetap bisa untuk menentukan lokasi industri pariwisata buatan yang

kemudian di kemas baik menjadi kebanggaan daerah tersebut.

Pembangunan pariwisata wajib mempunyai tujuan untuk membawa

kebermanfaatan bagi para wisatawan dan warga lokal. Basis pengembangan

pariwisata atau kapital merupakan potensi asal daya, keanekaragaman budaya,

seni dan potensi alam. Pesatnya perkembangan pariwisata juga didorong oleh

peningkatan kehidupan sosial ekonomi warga yang didukung dengan kemajuan

teknologi. Di mana kemajuan teknologi transportasi menciptakan perjalanan lebih

cepat dan murah, apalagi maraknya perusahaan penerbangan bertarif rendah.

Sehingga untuk menerima suatu informasi destinasi wisata lebih gampang didapat

dan demikian juga ketika pemesanan alat transportasi dan akomodasi bisa dipesan

secara online, sebagai akibatnya akses untuk menuju ke lokasi wisata tidak lagi

susah, lantaran ada kecanggihan teknologi.

Oleh karena itu pengembangan potensi wisata harus dilakukan secara arif

yang tujuannya benar-benar untuk kesejahteraan masyarakat di lokasi wisata

tersebut. Dengan adanya pengembangan pariwisata yang baik bukan hanya

keuntungan bagi daerah tersebut saja, melainkan akan memicu terhadap sektor

usaha lainnya. Seperti sektor usaha perhotelan, transportasi dan kuliner. Maka

diharapkan juga pengembangan ini dapat jangka panjang sehingga kesejahteraan

dan keberlangsungan untuk usaha itu sendiri menjadi lebih baik.

33
Dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan

Prospeknya (Spillane, 2010) berpandapat bahwa dengan adanya pengembangan

pariwsata tentu ada dampak baik dan buruknya atau positif dan negatif.

Dampak positif menurut pengembangan pariwisata merupakan:

1) Memperluas lapangan kerja

2) Bertambahnya kesempatan kerja

3) Meningkatkan pendapatan

4) Terpeliharanya kebudayaan setempat

5) Kebudayaan daerah lebih dikenal wisatawan

Sedangkan imbas negatif menurut pengembangan pariwisata diantaranya:

1) Terjadinya pemadatan penduduk sebagai akibat adanya pendatang

baru.

2) Timbulnya komersialisasi

3) Berkembangnya pola hayati konsumtif

4) Lingkungan menjadi terganggu

5) Ladang pertanian menjadi terbatas

6) Pencemaran budaya

7) Warga setempat menjadi terdesak

Dari penjabaran impak yang diutarakan Spillance, jika suatu wilayah ingin

melakukan pengembangan destinasi wisata memerlukan teknik perencanaan yang

benar dan tepat. Teknik pengembangan itu wajib menggabungkan menurut

beberapa aspek penunjang keberhasilan pariwisata. Aspek-aspek tadi adalah aspek

aksesbilitas (transportasi dan saluran pemasaran), ciri khas infrastruktur

pariwisata, taraf hubungan sosial, keterkaitan/kompabilitas menggunakan sektor

34
lain, daya tahan akan imbas pariwisata, taraf resistensi komunitas daerah dan lain-

lain.

g. Pengembangan Pariwisata Halal dalam Mensejahterakan

Perekonomian Masyarakat

Wisata halal merupakan suatu produk syariah yang perkembangannya

semakin pesat. Pada Al-quran, Allah SWT berfirman kepada umat-Nya untuk

melaksanakan bepergian atau travelling hal ini bertujuan supaya umat-Nya selalu

senantiasa bersyukur atas limpahan rezeki di bumi. Wisata halal bisa dipahami

menjadi nilai-nilai ajaran Islam yang diimplementasikan menjadi landasan pada

melakukan bepergian wisata tanpa mendeskriminasikan para wisatawan non-

Muslim dan juga tetap bisa untuk berkunjung ke wisata halal tersebut.

Keberadaan pariwisata halal juga dinilai mampu meningkatkan

pertumbuhan ekonomi para pelaku industri kreatif masyarakat di sekitar kawasan

wisata. Salah satu halnya adalah semakin baik pengembangan wisata tentu

semakin ramai para wisatawan untuk berkunjung ke kawasan wisata itu.

Peningkatan pariwisata di berbagai daerah di Indonesia mempunyai visi untuk

mewujudkan perekonomian yang berdikari dan mempertinggi kesejahteraan

rakyat menggunakan optimalisasi sumber daya yang terdapat melalui

pemberdayaan rakyat, berkelanjutan dan tidak meninggalkan aspek kelestarian

lingkungan. Oleh lantaran tersebut, pariwisata berbasis rakyat timbul menjadi

bentuk pendekatan pemberdayaan terkait yang menempatkan dan mengajak rakyat

menjadi subjek krusial pada model baru pariwisata berkelanjutan. (Sastrayuda,

2010)

35
Dengan memposisikan masyarakat sebagai pemain kunci dalam

pariwisata, maka didambakan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang

sesuai dengan kriteria yang berlaku menurut BPS dengan kriteria sebagai berikut:

1) Tingkat pendapatan dalam rumah tangga

2) Struktur pengeluaran rumah tangga relatif terhadap pengeluaran

konsumsi dan selainnya.

3) Tingkat pendidikan rumah tangga

4) Tingkat kesehatan rumah tangga

5) Keadaan dan fasilitas rumah tangga

Secara ekonomi diasumsikan bahwa produksi yang baik dilaksanakan oleh

banyak orang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Hal ini dilakukan atas

dasar mewujudkan visi harapan bangsa yang mendambakan kehidupan yang

sejahtera, yang dapat dicapai dengan produksi yang baik dan merata dari semua

lapisan masyarakat, termasuk perusahaan padat modal maupun yang memiliki

modal kecil. Produksi yang baik dan adil dapat menunjang taraf hidup

masyarakat. Dengan pelibatan masyarakat secara aktif, diharapkan akan

berdampak pada transformasi ekonomi masyarakat lokal di destinasi wisata

tersebut, baik dalam bisnis perhotelan, transportasi maupun konsumsi. Dampak

dari perubahan ekonomi tersebut tercermin dari perkembangan kegiatan ekonomi,

peningkatan kesempatan kerja, peningkatan investasi dan mendorong

perkembangan sektor lainnya. (Nizar & Aryunda, 2011)

36
7. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan bagian yang

terpenting dalam melakukan kebijakan ekonomi di negara maupun di seluruh

sistem ekonomi manapun. Secara menyeluruh, hal ini dapat diasumsikan bahwa

pertumbuhan ekonomi akan membawa kepada peluang dan pemerataan ekonomi

yang lebih besar. Fakta yang terjadi dilapangan dan tidak dapat dibantahkan

dalam pertumbuhan ekonomi yang menimbulkan efek penting, yaitu: pertama,

semakin meningkatnya kemakmuran atau taraf hidup yang dicapai oleh

masyarakat. Kedua, terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi penduduk yang

semakin bertambah jumlahnya. (Muttaqin, 2018)

Dalam jurnalnya (Muttaqin, 2018) juga mendefinisikan pertumbuhan

ekonomi islam sebagai perkembangan yang terus-menerus dari faktor produksi

secara benar yang mampu memberikan kesejahteraan manusia. Suatu peningkatan

yang dialami oleh faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi

jika produksi tersebut memberikan efek buruk bagi manusia. Pertumbuhan

mencakup sisi yang lebih luas untuk pertumbuhan dan kemajuan aspek materil

dan spiritual manusia. Dalam kata lain, tujuan pertumbuhan ekonomi adalah untuk

memajukan dasar-dasar keadilan sosial, kesamaan, Hak Asasi Manusia (HAM)

dan martabat manusia.

Dalam hal ini pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan dari

kegiatan perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa diproduksi

masyarakat meningkat secara terus-menerus yang ditandai dengan peningkatakan

produk domestik regional bruto di suatu wilayah pada periode tertentu. Kabupaten

Asahan pada periode 2021 memiliki PDRB senilai 27 Milliar yang mengalami

37
peningkatkan dibandingkan pada tahun 2020 senilai 26 Milliar. Selain itu,

persentase perekonomian di Kabupaten Asahan tumbuh sebesar 3,73% pada tahun

2021 yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya sekitar 0,21%. Tentu

dengan adanya pertumbuhan ekonomi mengindikasikan bahwa adanya

keberhasilan dalam pembangunan ekonomi di suatu wilayah tersebut.

B. Penelitian Terdahulu

Kajian yang dilakukan tentang potensi pariwisata halal yang dilakukan

untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan perekonomian masyarakat tentunya

sudah banyak dilakukan. Beberapa tulisan terdahulu yang relevan dengan

penelitian ini:

Nama Persamaan Perbedaan


Judul Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian
Aan Halal Tourism Persamaan Perbedaan tidak Penelitian tersebut
Jaelani Industry in penelitian ini ada pembahasan menyimpulkan
(2017) Indonesia: terletak pada yang bahwa wisata halal
Potential and pembahasan menggunakan telah menjadi
Prospects yang teknik analisis bagian industri
membahas SWOT hanya penting untuk
tentang saja lebih mempromosikan
pariwisata mengedepankan Indonesia sebagai
halal dan juga teknik analisis kiblat wisata halal
prospek deskriptif dunia di masa
dalam menggunakan depan.
pertumbuhan data.
ekonomi
Achmad Analisis Persamaan Perbedaan yang Banyak pihak yang
Mabrurin Pengembanga penelitian terdapat pada merasa
(2019) n Potensi terletak pada penelitian diuntungkan

38
Pariwisata analisis terdahulu dengan adanya
Syariah deskriptif terdapat pada pengembangan
Dalam kualitatif, objek penelitian, wisata religi.
Meningkatkan variabel variabel Dampak
Perekonomian pariwisata penelitian pengunjung dan
Masyarakat halal, mencakup pedagang sama
(Studi Pada Pembangunan potensi sama saling
Pariwisata Ekonomi. pengembangan diuntungkan,
Religi di pariwisata halal pedagang ramai,
Makam Gus dan teknik pengunjung merasa
Miek Kab. analisis SWOT. nyaman.
Kediridan Kendalanya jumlah
Mbah Wasiil pengelola sangat
Kota Kediri). minimum.

Lailatul Strategi Menggunakan Objek yang Untuk menemukan


Azizah Pengembanga analisis berbeda, dan formulasi stratgei
n Pariwisata SWOT metode pengembangan
(2021)
Dalam sebagai bahan penelitian destinasi wisata
Perspektif formulasi menggunakan bromo diperlukan
Islam mixed method cara : 1.
Menggunakan dengan mengeksplorasi
Metode ditambah dan mengali site
Analisis menggunakan atraction, 2.
SWOT Halal analisis IFAS Mengeksplorasi
Tourism dan EFAS pelestarian yang
(Studi Pada kompetitif yang
Destinasi menjadi brand
Bromo awarness 3.
Tengger Melakukan suatu
Tosari usaha untuk
Pasuruan) bersaing denga
objek wisata lain.
4. Meningkatkan
informasi dan

39
promosi kawasan
wisata.

Juni Potensi dan Kampung Bandar


Persamaan Perbedaan yang
Aziwantor Prospek Senapelan adalah
pada terdapat pada
o & Pauzi Wisata Halal satu dari sekian
penelitian ini penelitian
Dalam destinasi wisata
(2021) terletak pada terdahulu ini
Meningkatkan yang menawarkan
variabel objeknya
Ekonomi peluang yang
penelitian berbeda dan
Masyarakat di menjanjikan dalam
yang tidak
Kabupaten mengimplementasi
menggunakan menggunakan
Kepulauan kan wisata halal di
analasis teknik
Anambas Pekanbaru. Oleh
deksriptif pendekatan
karena itu, perlu
kualitiatif analisis SWOT
peningkatan daya
dengan serta
tarik, aksebilitas,
menggunakan Pertumbuhan
amenitas dan
data sekunder Ekonomi.
pengelolaan yang
dan primer,
berfokus pada
serta fokus
pemerintah dan
yang sama
berafiliasi
yaitu potensi
menggunakan
pariwisata
seluruh pihak
halal.
terkait guna
menciptakan
pariwisata halal
pada kota
Pekanbaru dan
dapat menaikkan
perekonomian dan
menaikkan
pendapatan asli
daerah (PAD)
Kota Pekanbaru.

40
Nouvanda Potensi dan Persamaan Perbedaan pada Hasil penelitian
Hamdan Prospek pada penelitian bahwa diplomasi
Saputra Wisata penelitian ini terdahulu ini publik Indonesia
Syariah terletak pada terdapat pada mempersembahkan
(2019)
Dalam penggunaan tidak tampilan diri
Meningkatkan metode yang menggunakan sebagai destinasi
Ekonomi sama sama variabel wiata syariah
Daerah (Studi menggunakan Pertumbuhan dipercaya berhasil
Kasus : Kota teknik analisis ekonomi, menarik kunjungan
Bandung) deskriptif pendekatan wisatawan asing
kualitatif, analisis SWOT terutama
potensi sebagai penguat wisatawan Muslim
pariwisata dan menggunakan dan menarik
halal. pendekatan investasi, dan
konsep diplomasi perkembangan
publik. wisata syariah juga
mengalami
peningkatan yang
positif, sebagai
akibatnya
kunjungan wisata
dan investasi bisa
dimanfaatkan
untuk menaikkan
perekonomian
wilayah.

Amir Analisis Persamaan Perbedaan pada Hasilnya


Syamsuadi Pengembanga pada penelitian ini pengembangan
(2021) n Pariwisata penelitian ini terdapat pada destinasi wisata
Halal di terletak pada objek penelitian yang dioptimalkan
Kabupaten Analisis serta tidak baik fasilitas yang
Siak deskriptif menggunakan bagus untuk
kualitatif, variabel wisatawan,
potensi pertumbuhaneko promosi

41
pengembanga nomi, berkelanjutan,
n, pariwisata pendekatananali peningkatan akses
halal. sis SWOT. melalui kerja sama
dengan
Perhimpunan
Pariwisata Halal
Indonesia (PPHI)
dan Komunitas
Siak Heritage
(SHC).

Berdasarkan penelitian terdahulu di atas penelitian tersebut menunjukkan

adanya potensi yang positif bagi daerah yang ingin mengembangkan wisata halal

atau wisata ramah muslim ini. Namun tidak menutup kemungkinan dapat

diperuntukkan bagi wisatawan non muslim dan menjadi suatu hal yang belum

maksimal dalam mendorong perekonomian masyarakat di suatu tempat tertentu.

Mengingat segmen wisata dianggap potensial dengan harapannya dapat

meningkatkan kunjungan wisata serta meningkatkan perekonomian masyarakat

Kabupaten Asahan. Sehingga tulisan ini berupaya menggagas tentang potensi

pengembanagn wisata halal dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang

terdapat di Kabupaten Asahan, salah satunya seperti yang ditunjukkan oleh mesjid

Agung H. Achmad Bakrie Alun-Alun dan Taman Hutan Kota. Pengembangan

spesifik terhadap banyaknya tempat-tempat wisata yang ada di Banda Aceh

diharapkan dapat memberikan dampak positif yang sangat bermanfaat bagi

Kabupaten Asahan sendiri. Terutama dalam hal banyaknya wisatawan yang

datang akan menyebabkan terjadinya peningkatan perekonomian masyarakat dan

daerah di Kabupaten Asahan. Dalam hal ini dari penelitian terdahulu, ada

42
beberapa faktor yang harus dikembangkan dalam pariwisata halal dalam

meningkatkan perekonomian, diantaranya:

1. Attractions (Daya tarik wisata)

2. Amenities (Fasilitas dan Pelayanan)

3. Promotion (Promosi)

4. Accessibilities (Akses menuju lokasi)

43
C. Kerangka Pemikiran dan Alur Penelitian

POTENSI PENGEMBANGAN PARIWISATA HALAL DALAM

MENINGKATKAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT DI

KABUPATEN ASAHAN

Analisis Faktor Internal Analisis Faktor Eksternal


- Kekuatan (Strength) - Peluang (Opportunity)
- Kelemahan (Weakness) - Ancaman (Threats)

SWOT

IFAS/EFAS Bobot/Rating Score/Hasil

Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

44
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup dan Jenis Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah pengembangan potensi wisata halal

dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dilihat dari sumber datanya,

penelitian ini menggunakan field research atau penelitian yang terjun langsung ke

lapangan. Penelitian lapangan merupakan satu dari sekian metode pengumpulan

data dalam penelitian kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan yang luas

tentang bahan yang digunakan dan keterampilan tertentu dari peneliti.

(Afrizal, 2014) Dalam bukunya mengemukakan pendapat bahwa metode

penelitian diartikan sebagai metode yang digunakan peneliti untuk memecahkan

suatu masalah dan mencari jawaban atau pertanyaan terkait penelitian.

Berdasarkan pemahaman ini, metode penelitian masuk akal sebagai strategi yang

diterapkan oleh peneliti untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang

berguna untuk menjawab pertanyaan dari penelitian mereka.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, seperti yang

dikemukakakn oleh Miles dan Huberman (Afrizal, 2014) dalam bahwa analisis

data kualitatif yakni mengenai reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan. Reduksi data didefinisikan sebagai kegiatan memilih data yang

signifikan dan tidak penting dari data yang sudah terkumpul. Penyajian data

diartikan sebagai penyajian informasi yang terstruktur. Kesimpulan mengenai data

didefinisikan sebagai interpretasi atau pandangan dari data yang disajikan. Miles

dan Huberman dalam (Afrizal, 2014) membagi analisis data menjadi tiga tahap

dalam penelitian kualitatif, yaitu pengkodingan data, penyajian data, dan

45
penarikan kesimpulan.

Pengkodingan data adalah tahap kodifikasi data di mana peneliti menamai

hasil penelitian. Hasil dari kegiatan yang diperoleh adalah topik atau klarifikasi

baru dari peneliti. Kemudian dilakukan proses penyajian data. Peneliti mencoba

menyajikan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif dan kategori. Proses terakhir

adalah menarik kesimpulan atau memverifikasi. Dalam proses ini, peneliti

menarik kesimpulan dari hasil data. Tiga proses yang baru saja dijelaskan diulangi

untuk menghasilkan hasil yang maksimal. (Afrizal, 2014)

Penelitian juga menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut

(Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif

dan R&D., 2014) penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang

menggambarkan suatu keadaan atau penelitian yang dilakukan untuk menentukan

nilai-nilai variabel bebas, yaitu satu atau lebih variabel tanpa membandingkan

atau menilai hubungan antar variabel.

B. Sumber Data

Arikunto menjelaskan bahwa “Sumber data pada penelitian adalah subjek

dari mana data itu dikumpulkan”. Dalam penelitian kualitatif, banyak deskripsi

yang disajikan dalam bentuk deskriptif. Data berupa informasi atau fakta yang

diperoleh melalui observasi lapangan atau penelitian yang dianalisis untuk

memahami suatu fenomena atau memperteguh suatu teori. (Arikunto, 2010)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber dan para

informan. Menurut (Istijanto, 2013) data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari sumber data primer tentang tempat dan subjek penelitian, yaitu

46
observasi berupa opini masyarakat, memberi informasi wisata halal (halal

tourism) dari Dinas Pariwisata dan Masjid Agung alun-alun Kabupaten Asahan,

serta hasil wawancara dengan informan penelitian untuk memperjelas hasil

observasi tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder umumnya adalah data yang diperoleh dengan cara

menghubungkan dari beberapa penelitian terkait. Data sekunder yang digunakan

adalah:

a. Penelitian kepustakaan dengan teknik pengumpulan yakni

mempelajari buku-buku referensi, jurnal, dan media lain yang dapat

dipercaya yang berhubungan dengan subjek penelitian.

b. Pelajari materi dengan memeriksa catatan tertulis atau visual.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data diguakan secara studi

kepustakaan, penelitian terhadap dokumen-dokumen, observasi dan wawancara

dengan pihak Pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan juga kepada

Pengelola Masjid Agung Alun-Alun Kota Kisaran.

Berikut teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini:

1. Observasi

Pengumpulan data dengan observasi atau pengamatan secara langsung

adalah cara untuk mendapatkan informasi tentang penelitian yang dituju. Hasil

dari observasi tersebut perlu dijelaskan secara akurat, objektif, tepat, teliti,

terperinci dan bermanfaat. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini secara

47
langsung pada Pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan dan Pengelola

Masjid Agung Alun-Alun Kota Kisaran

2. Wawancara

Teknik pengumpulan data wawancara adalah cara yang dikumpulkan

dengan cara bertanya dan mendengarkan jawaban dari informan. Teknik

wawancara yang digunakan adalah wawancara tersusun, yakni mempersiapkan

pertanyaan sebelum wawancara dimulai. Menurut (Sugiyono, Metode Penelitian

Kuantitatif Kualitatif dan R&D , 2014) wawancara merupakan suatu metode

pengumpulan data yang dilaksanakan secara tersusun serta terfasilitator. Dalam

penelitian ini wawancara akan dilakukan terhadap informan yang mengetahui,

berperan dan mendapatkan dampak dari adanya pariwisata halal, yakni:

a. Pihak Pemerintah Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan,

b. Pengelola Masjid Agung dan Alun-Alun Kota Kisaran,

c. Para pelaku usaha ekonomi kreatif di sekitar kawasan wisata halal,

d. Wisatawan sebagai tujuan dari adanya pariwisata halal

e. Seperti halnya informan lainnya termasuk hubungan peneliti dengan

informan, sejauh mana peneliti telah memupuk kompetensi dan

keterampilan komunikasi sejak memasuki lokasi titik penelitian.

Kemudian, sumber data yang diperoleh dari kepustakaan dipilih

berdasarkan relevansinya dengan judul penelitian, seperti catatan,

rekaman gambar/foto, dan observasi yang berkaitan dengan subjek

penelitian.

48
3. Dokumentasi

Menurut (Moelong, 2014) dokumentasi merupakan cara pengumpulan data

dari dokumen tertulis yang diterbitkan oleh lembaga yang menjadi objek

penelitian, baik berupa tata cara, peraturan, gambar, laporan pekerjaan hanya

berupa foto atau dokumen elektronik sebagai pelengkap sebuah penelitian.

D. Analisis Data

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

dengan pendekatan kualitatif, yaitu suatu proses untuk memperoleh hasil yang

sesuai dengan data yang diperoleh. Dari penyajian data disusun secara singkat

dalam urutan pembahasan. Tata cara analisis data pada penelitian ini

menggunakan beberapa langkah, diantaranya yakni:

1. Hasil Observasi dan Wawancara

Hasil pengumpulan data diperoleh dari wawancara, observasi dan

dokumen, serta studi pustaka melalui sejumlah buku dan referensi yang relevan

dalam penelitian ini, kemudian disimpan dalam lembar kerja yang mudah dibaca,

sehingga dapat diperbaiki oleh peneliti.

2. Klasifikasi

Hasil wawancara dan observasi yang dilakukan kemudian diurutkan

berdasarkan kategori untuk memudahkan pembaca.

3. Analisis SWOT

Selain menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

juga akan menggunakan metode analisis SWOT untuk memperkuat hasil

penelitian dengan memberikan formulasi strategi dari masing-masing faktor

49
internal dan eksternal atau yang dikenal dengan istilah teknik IFAS dan EFAS

dimana didalamnya terdapat faktor strength (kekuatan), weakness (kelemahan),

opportunity (peluang) dan threat (ancaman).

Dalam hal ini, hal yang harus pertama kali diambil oleh pengambil

keputusan adalah faktor dari masing-masing eksternal dan internal. Faktor

didapatkan dari hasil wawancara dan observasi. Dimana penentuan faktor

eksternal dan internal masing-masing memiliki 5 faktor seperti yang disampaikan

Thomas L. Wheelen dan David Hunger dalam (Riyanto, 2022) yang mengatakan

kumpulkan masing-masing faktor eksternal dan internal yang masing-masing

terdiri dari 5 faktor yang kemudian dipindahkan ke tabel IFAS/EFAS.

Kemudian menentukan nilai bobot dan rating. Thomas L. Wheelen dalam

buku (Riyanto, 2022) menyampaikan dalam perhitungan bobot dan rating tidak

ada rekomendasi untuk pengisian atau penilaian bobot dan rating. Oleh karena itu

nilai bobot dan rating bisa ditentukan oleh peneliti sendiri atau dengan pihak yang

bersangkutan dari hasil wawancara dan observasi.

Nilai bobot menurut (Freddy, 2014) dapat ditentukan berdasarkan tingkat

kepentingan atau signifikan dengan skala 1 sampai 5. Total nilai bobot

keseluruhan dari IFAS/EFAS harus berjumlah 100 % atau 1. Sedangkan

menentukan nilai rating. Nilai rating menurut Thomas L. Wheelen dalam buku

(Riyanto, 2022) menyampaikan rating memiliki skala 1 sampai 9. Dimana 6

sampai 9 menunjukkan sisi posisitf (kekuatan dan peluang), sedangkan 1 sampai 5

menunjukkan sisi negatif (kelemahan dan ancaman).

50
Kemudian dalam hal ini, ketika nilai bobot dan rating dalam masing-

masing aspek sudah diketahui, kalikan nilai bobot dan rating tersebut dan hasil

yang didapatkan dimasukkan ke dalam kolom score. Perhitungan seperti berikut:

Score = Bobot x Rating

Selanjutnya jumlahkan nilai yang ada di kolom score. Hasil dari

penjumlahan tersebut kemudian akan didapat skor IFAS/EFAS yang diperoleh.

Skor ini yang kemudian nantinya akan dimasukkan ke dalam diagram matrik

SWOT yang dikembangkan oleh Pearce & Robinson dalam buku (Riyanto, 2022)

kemudian dikembangkan dan diformulasikan dalam mencari strategi yang tepat

untuk pengembangan potensi pariwisata halal kedepannya.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Data yang diperoleh sesuai dengan pertanyaan penelitian dan teori

masalah. Kemudian, tergantung pada jenis penelitian dan masalahnya, dari situ

kesimpulan yang sempurna dapat ditarik.

51
BAB IV

PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Kabupaten Asahan

Kabupaten Asahan adalah sebuah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

kawasan pantai timur seluas 3.732,97 km². Kabupaten Asahan berdiri pada

tanggal 15 Maret 1946 dan terletak di utara Kabupaten Batu Bara, selatan

Kabupaten Labuhan Batu Utara dan Kabupaten Toba Samosir, barat Kabupaten

Simalungun dan timur Selat Malaka. Pada tahun 2021, Kabupaten Asahan

berpenduduk 777.626.000 jiwa. (Asahan P. , 2018-2022)

2. Visi Misi Kabupaten Asahan

Visi dari Kabupaten Asahan adalah “Masyarakat Asahan Sejahtera yang

Religius dan Berkarakter”.

a. Sejahtera: Semakin meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat

yang layak dan bermartabat, ditandai dengan terpenuhnya kebutuhan

pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan yang berkualitas,

rasa aman dan peningkatan pendapatan didukung oleh infrastruktur

sosial, ekonomi dan lingkungan.

b. Religius: Terbentuknya indentitas masyarakat yang setia dan taqwa

dicirikan oleh kesadaran akan pemahaman dan pengalaman ajaran

agama yang benar dan tepat.

c. Kepribadian: Harmoni melalui perilaku komunal yang

bertanggungjawab, solidaritas, koeksistensi dan pemeliharaan nilai-

nilai budaya.

52
Di sisi lain, misi Bupati Asahan adalah:

a. Menerapkan tata kelola yang efektif, inovatif, profesional dan

akuntabel.

b. Meningkatkan kolaborasi terfokus dengan pemangku kepentingan

bisnis dan kelompok masyarakat.

c. Penguatan pemberdayaan masyarakat dalam membangun

kemandirian ekonomi

d. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan usaha

dan promosi investasi di bidang ketenagakerjaan.

e. Terwujudnya sistem pengelolaan APBD yang akuntabel, transparan,

dan berpusat pada masyarakat.

f. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan mendorong

partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan.

g. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu dengan memanfaatkan

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui budaya literasi.

h. Mendorong terciptanya keamanan dan ketertiban dalam kehidupan

masyarakat.

i. Meningkatkan kualitas pembangunan infrastruktur dengan

menitikberatkan pada produktivitas.

j. Terwujudnya lingkungan yang berkualitas, berkelanjutan dan

ekonomis.

k. Meningkatkan nilai-nilai agama dalam segala aspek kehidupan

masyarakat.

53
l. Mengembangkan dan memelihara nilai-nilai budaya sebagai sumber

inspirasi dalam rangka meningkatkan persatuan, kerukunan, tolong

menolong dan gotong royong pada masyarakat.

3. Profil Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan

Bagian kepemerintahan daerah yang bergerak di bidang pariwisata,

kebudayaan dan olahraga adalah Dinas Pemuda, Olahraga Kebudayaan dan

Pariwisata atau yang disingkat dengan DISPORABUDPAR yang memiliki tugas

untuk melaksanakan segala urusan pemerintahan daerah Kabupaten Asahan

berdasarkan asas otonomi daerahnya. Berbagai macam urusan pemerintah daerah

terkait bidang pariwisata dan kebudayaan dilakukan.

Adapun tugas dan fungsi Disporabudpar adalah sebagai pelaksana urusan

pemerintah daerah di wilayah kerjanya. Sedangkan fungsinya adalah merumuskan

kebijakan pada pelaku pariwisata, pemuda, olahraga dan kebudayaan di wilayah

kerjanya. Selain izin-izin bidang pariwisata

Selain izin-izin bidang pariwisata, Disporabudpar juga memiliki

wewenang dalam mengeluarkan izin terkait bidang kebudayaan seperti kegiatan

kebudayaan, alih fungsi bangunan bersejarah dan lainnya.

4. Visi Misi Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan

Visi Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan adalah “Mewujudkan

masyarakat Asahan yang sehat, berkualitas dan utuh yang mencintai pariwisata

daerah dalam semangat religi”

Adapun misi Dinas Pariwisata adalah:

a. Mewujudkan pemuda yang produktif, prestatif, inovatif dan mandiri.

54
b. Menumbuhkan kualitas dan prestasi pada olahraga, dan ramah

masyarakat.

c. Mengaktifkan pariwisata lokal yang ramah lingkungan dengan

tujuan memperkuat perekonomian rakyat, memperluas kesempatan

kerja, dan meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah

d. Terwujudnya tata kelola pemerintah yang responsif, transparan dan

akuntabel.

5. Destinasi Wisata Daerah Lain

Destinasi wisata halal tentunya memiliki berbagai macam bentuk dan jenis

objek wisatanya. Ada yang berbentuk alam, buatan dan budaya. Sebagai bahan

analisa destinasi wisata halal, ada beberapa objek wisata yang ramah muslim

untuk dijadikan bahan analisa. Dalam hal ini provinsi Aceh dan Sumatera Barat

menjadi analisa dari banyaknya objek wisata ramah muslim yang beredar di

Nusantara. Provinsi Aceh yang memiliki destinasi wisata ramah muslim yaitu

Masjid Raya Baiturrahman yang terletak di Banda Aceh salah sat u destinasi

wisata religi favorit wisatawan di Kota Banda Aceh. Masjid bersejarah ini

bukan hanya ikon Serambi Mekkah, tapi juga simbol perjuangan dan

penyebaran Islam di Indonesia hingga semenjung Asia Tenggara. Dengan

latar belakang sejarah itu, tentu ini masjid ini mengundang banyak perhatian

masyarakat dunia yang ingin mengetahui sejarah Aceh maupun

perkembangan Islam di nusantara. Masjid yang dibangun sejak abad 17 ini

selama ini ramai dikunjungi wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu tempat wisata yang menjadi

incaran dan paling banyak dikunjungi oleh siapapun yang berkunjung ke Kota

55
Banda Aceh. Masjid ini membuat kagum siapa saja yang pernah singgah disana

dengan bangunan masjid yang kokoh dengan arsitektur indah, ditambah dengan

payung-payung besar seperti masjid Nabawi di Madinah membuat semakin

nyaman dikunjungi dan enak dipandang dan membuat tenahng hati. Banyaknya

fasilitas yang menghiasi masjid Raya Baiturrahman ini seperti parkiran bawah

tanah, toilet, dan tempat wudhu bawah tanah yang langsung tembus ke tangga

masjid, serta dengan lampu-lampu yang indah dinyalakan ketika malam datang.

Masjid Raya Baiturrahman meruapakan suatu simbol utama yang dimiliki oleh

kota Banda Aceh yang tempatnya berada di bagaian sebelah Selatan sungai

Kreung Aceh. Masjid yang memiliki menara setinggi 35 meter dan terdapat ada 7

kubah ini merupakan suatu masjid yang paling banyak dikunjungi oleh setiap

masyarakat.

Dari destinasi wisata ramah muslim lain dapat dilihat bahwasannya objek

wisata tersebut, sudah cukup baik pengelolaannya dan fasilitas. Namun, tentu

pengembangan sarana dan prasarana akan terus dilanjutkan untuk menjadi daya

tarik wisatawan terhadap objek wisata tersebut. Berbeda halnya dengan destinasi

wisata ramah muslim yang ada di Kabupaten Asahan, yakni masjid Agung H.

Achmad Bakrie ini yang baru saja diresmikan beberapa tahun silam, tentu

diperlukannya pengembangan dan evaluasi untuk terus menjadi minat dan daya

tarik wisatawan yang berkunjung ke Asahan. Namun daripada itu, Kabupaten

Asahan yang cukup dikenal dengan wisata alam seperti kawasan air terjun Sigura-

gura, tentu akan menjadi nilai jual juga ketika para wisatawan berkunjung ke

Kabupaten Asahan. Namun tentu pengembangannya yang masih sangat minim

untuk ke kawasan wisata air terjun tersebut daripada ke kawasan wisata ramah

56
muslim masjid Agung H. Achmad Bakrie.

6. Destinasi Wisata Halal di Kabupaten Asahan

Masjid Agung H. Achmad Bakrie dan kawasan sekitarnya yang dibangun

atas kontribusi dari keluarga besar tokoh nasional yaitu H. Achmad Bakrie atas

gagasan dari Bupati Asahan Alm. H. Taufan Gama Simatupang yang terletak di

Kabupaten Asahan, tepatnya berada di atas tanah seluas empat hektar milik PT.

Bakri Sumatera Plantation (BSP). Saat itu, tanah tersebut merupakan Hak Guna

Usaha (HGU) milik PT dan diberikan untuk pembangunan Masjid.

Pembangunan Masjid ini menghabiskan biaya sekitar 68 Miliar rupiah dan

didanai oleh Pemkab Asahan dari dana APBD (Anggaran Pembangunan Daerah)

yang memakan waktu sekitar empat tahun pembangunannya dari tahun 2011

hingga 2015. Pembangunan yang sama juga dilakukan dengan membangun

kawasan disekitarnya yaitu Alun-Alun dan Taman Hutan Kota serta pembangunan

lainnya yang bertujuan untuk menarik para wisatawan lokal maupun wisatawan

dari daerah luar untuk mendukung perekonomian masyarakat agar terbina dengan

baik.

Masjid megah yang berdampingan langsung dengan Alun-Alun dan

Taman Hutan Kota kini menjadi ikon dari Kabupaten Asahan yang memiliki pusat

wisata yang dikenal cukup luas dan baik. Masjid Agung H. Achmad Bakrie ini

diresmikan pada hari Jum’at tepatnya tanggal 30 Agustus 2019 yang diresmikan

langsung oleh keluarga H. Abu Rizal Bakrie beserta jajaran Pemerintah Daerah.

Masjid Agung H. Achmad Bakrie terletak di lokasi yang sangat strategis di ujung

Jalan Raya Sumatera, berdekatan dengan Kota Kisaran, tepatnya Desa Sidomukti,

Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Dengan

57
memiliki lokasi yang strategis harapannya selain menjadi tempat persinggahan

untuk para wisatawan yang melintas tentu juga menjadi tempat bersantai dengan

dilatarbelakangi oleh kawasan masjid yang megah dan indah juga terdapat taman

hutan kota yang sangat luas tentunya sangat cocok untuk para wisatawan yang

hanya singgah atau bertujuan memang untuk menikmati keindahan dari wisata

buatan tersebut. Selain itu, para wisatawan juga dapat sembari menikmati sajian

kuliner yang terdapat di kawasan wisata itu.

Namun walau berada di kawasan wisata halal, para wisatawan yang

notabenenya non muslim tetap akan bisa untuk menikmati kawasan masjid juga

alun-alun dan taman hutan kota selagi mematuhi penerapan yang berada di

kawasan itu. Karena pada dasarnya wisata halal ini ditujukan untuk seluruh para

wisatawan tanpa ada unsur latar belakang keagamaan.

Fasilitas tentunya menjadi daya tarik dari para wisatawan selain objek

yang ada. Oleh sebab itu fasilitas yang berada di kawasan Masjid Agung H.

Achmad Bakrie Alun-Alun dan Taman Hutan Kota ini sudah terbilang baik dan

memadai sesuai dengan kriteria dari adanya kegiatan pariwasata halal. Dimana

fasilitas seperti toilet, keamanan, tempat beribadah, tempat buang sampah, spot

berfoto, transportasi, wahana bermain (tempat rekreasi) dan lain sebagainya ini

sudah memadai. Oleh sebab itu, para masyarakat, wisatawan dan juga pihak

terkait untuk saling menjaga dan memelihara kawasan wisata halal ini dapat terus

mengalami kemajuan dan tetap perlu diadakannya pembaharuan pembangunan

supaya semakin banyak fasilitas yang mampu menjadi daya tarik wisatawan luar

untuk berkunjung sehingga dapat lebih meningkatkan kegiatan perekonomian

yang berdampak terhadap kepada masyarakat sekitar.

58
Dalam beberapa sumber hasil dari Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan,

selain destinasi wisata halal masjid Agung H. Achmad Bakrie ini ada beberapa

yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Asahan. diantaranya

Tabel 4.1
Destinasi Wisata Kabupaten Asahan dan
Jumlah Kunjungan Periode 2019
No Destinasi Wisata Jumlah Kunjungan

1. Air Terjun Ponot Sigura-Gura 8.706 Wisatawan

2 Masjid Agung H. Achmad Bakrie 67.070 Wisatawan

3 Alun-Alun Taman Hutan Kota 105.500 Wisatawan

4 Arung Jeram Sungai Asahan 108 Wisatawan

5 Air Terjun Alam Tani 1.232 Wisatawan

Sumber Data Dinas Pariwisata Asahan Tahun 2019

Dilihat dari tabel 4.1, kabupaten Asahan adalah salah satu kabupaten yang

ada di Sumatera Utara yang memiliki berbagai macam objek wisata alam yang

tidak kalah menarik dari wisata buatan masjid Agung dan Alun-Alun Taman

Hutan Kota. Kabupaten Asahan yang dikaruniai cukup banyak air terjun karena

kondisi geografisnya, seperti halnya wisata air terjun Ponot Sigura-gura. Tetapi

kurangnya peran dari pemerintah daerah yang belum maksimal dalam

mempromosikan wisata tersebut akhirnya potensi-potensi objek wisata tersebut

tidak dapat berkembang secara optimal. Jika dilihat dari tabel 4.1 tersebut, jumlah

kunjunga wisatawan ke kawasan wisata air terjun masih jauh dari pada kawasan

wisata halal. Oleh karena itu, jika pemerintah melakukan pengembangan terhadap

objek wisata tersebut, maka hal itu dapat menjadi daya tarik wisatawan yang

berkunjung dan akan meningkatkan perekonomian masyarakat yang masih

59
tergolong dibawah rata-rata. Maka, pengembangan objek wisata ini akan sangat

berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat. Oleh karena itu beberapa objek

wisata yang ada di kabupaten Asahan yang menjadi daya untuk meningkatkan

pereknomian masyarakat, sehingga perlu dilakukannya pengembangan untuk

kearah yang lebih baik. Namun yang masih terus difokuskan pengembangannya

yakni wisata masjid Agung dan Alun-Alun Taman Hutan Kota karena dilihat dari

data jumlah wisatawan yang berkunjung pada tahun 2019 cukup banyak dan

memiliki peluang yang besar dalam pengembangan dan meningkatkan

perekonomian masyarakat dan daerah Kabupaten Asahan.

7. Landasan Hukum Destinasi Wisata Halal Kabupaten Asahan

Saat ini, yang dijadikan landasan hukum pariwisata halal adalah Undang –

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan juga Undang –

Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. Namun, kedua

Undang – Undang tersebut hanya cukup dijadikan sebagai landasan hukum

pelengkap pariwisata halal, karena tidak ada satu pasal pun yang berkaitan dengan

pariwisata halal. Pengaturan pariwisata halal secara komprehensif dapat

ditemukan dalam Fatwa DSN-MUI Nomor 08/DSNMUI/X/2016 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata Berdasarkan Prinsip oleh karena itu

pemerintah perlu membentuk regulasi yang secara khusus mengatur tentang

pariwisata halal.

Peraturan dalam fatwa tersebut pariwisata syariah adalah kegiatan

pariwisata yang sesuai dengan prinsip syariah,. Dimana destinasi wisata syariah

berada dalam satu wilayah yang terdapat daya tarik wisata, fasilitas ibadah dan

60
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan

melengkapi terwujudnya kepariwisataan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No 5 tahun 2018 melalui

Undang-Undang tahun 2009 tentang Kepariwisataan mulai mengatur tentang

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera Utara Tahun

2017-2025.

Menimbang bahwa: untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 9 ayat (21 Undang-

Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisatan, perlu

membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2017-2025.

Dalam Undang-Undang tersebut pada BAB II tentang Pembangunan

Destinasi Pariwisata dalam ruang lingkup Destinasi Pariwisata provinsi (DPP),

dimaksudkan sebagai berikut: BAB II tentang PEMBANGUNAN DESTINASI

PARIWISATA, Bagian Kesatu tentang Ruang Lingkup Pembangunan DPP

(Destinasi Pariwisata Provinsi) Pasal 9 ayat 3 dimana DPP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf h. DPP Tapanuli Utara, Samosir, Tobasa, Humbang,

Hasundutan, Asahan dan sekitaranya. Pasal 17 tentang DPP Tapanuli Utara,

Samosir,Tobasa, Humbang Hasundutan, Asahan dan sekitarnya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) huruf f, huruf f tentang KSPP Asahan,

Tanjungbalai dan sekitarnya.

Dalam hal ini, pemerintah Kabupaten Asahan melalui Peraturan Bupati

mengambil langkah cepat untuk membuat regulasi tentang kepariwisataan

termasuk pariwisata yang ramah muslim yang diatur dalam Undang-Undang

61
Peraturan Bupati Asahan (PERBUP) tahun 2022 yang terdapat pada Bab III,

dimaksudkan sebagai berikut:

Peraturan Bupati Asahan No 65 Tahun 2022 tentang Penetapan Kawasan

Wisata Religi dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa pada BAB III tentang

Kawasan Wisata Religi yang terdapat pada pasal 5 tentang penetapan kawasan

wisata religi pada huruf ayat (a) Masjid Agung H. Achmad Bakrie dan kawasan

sekitarnya.

Dari payung regulasi di atas, tentu pengembangan kawasan wisata ramah

muslim di Kabupaten Asahan ini menjadi lebih jelas dan terarah. Oleh karena itu,

payung regulasi tentu akan sangat diperlukan untuk terus mengembangkan suatu

kawasan wisata menjadi lebih baik.

B. Paparan Data

1. Potensi Pengembangan Wisata Halal pada Destinasi Wisata Masjid

Agung H. Achmad Bakrie Alun-Alun dan Taman Hutan Kota

Kisaran Kabupaten Asahan

Dalam meningkatkan kegiatan pariwisata, pihak-pihak yang terkait perlu

melakukan berbagai macam strategi yang diperlukan dalam mengembangkan

kawasan wisata agar dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik dari

dalam maupun dari luar daerah. Sehingga bisa meningkatkan perekonomian

masyarakat di sekitar kawasan wisata tersebut.

Dalam hal ini pariwisata halal mendukung nilai-nilai budaya dan islam.

Kegiatan wisata yang maknanya luas dari pada wisata religi ini memiliki

penerapan fasilitas dan faktor-faktor pendukung lainnya berdasarkan prinsip dan

nilai-nilai syariah. Fasilitas yang disediakan juga bukan hanya diperuntukkan oleh

62
umat muslim saja, tetapi juga bersifat umum, sebab segmen wisata halal bersifat

universal dan mencakup wisata budaya, alam, dan tradisional yang

direkomendasikan oleh World Tourism Organization (WTO), konsumen wisata

halal yang dapat turut menikmati bukan hanya dari kalangan Muslim saja,

termasuk juga non Muslim.

Wisata halal kini sudah menjadi salah satu kegiatan yang dapat

meningkatkan sektor ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalakkan

kegiatan wisata halal yang digagas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sehingga para daerah yang memiliki potensi wisata halal mengalami

pengembangan termasuk di dalamnya kawasan wisata halal yang ada di

Kabupaten Asahan ini.

Wisata halal tentunya membawa ketenangan bagi wisatawan Muslim

maupun non Muslim, karena lebih aman dan nyaman, terutama bagi mereka yang

membawa keluarga untuk refreshing atau healing. Oleh sebab itu, ini akan dikaji

lebih mendalam oleh peneliti untuk melihat potensi pengembangan wisata halal

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang dilakukan oleh Dinas

Pariwisata Kabupaten Asahan dan Badan Pengelola Masjid Alun-Alun dan Taman

Hutan Raya Kota Kisaran.

2. Klasifikasi Responden Penelitian

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil beberapa responden

di lapangan yang berjumlah 6 orang. Diantaranya dari Ketua Bidang Dinas

Pariwisata Kabupaten Asahan, pihak BKM Masjid Agung H. Achmad Bakrie,

para pelaku usaha ekonomi, dan juga para pengunjung yang ada di sekitar wisata

63
kawasan Masjid Agung H. Achmad Bakrie Alun-Alun dan Taman Hutan Kota

Kisaran.

Tabel 4.2

Daftar Nama Responden Penelitian

No Nama Umur Status

1 Nazaruddin, SH. 49 Tahun Ketua Bidang Pariwisata Dinas

Pariwisata Kabupaten Asahan

(Pengelola dan penanggung

jawab)

2 Ust. Ahmad Qosyim 54 Tahun Ketua BKM Masjid Agung H.

Marpaung Achmad Bakrie

(Pengelola)

3 Bapak Sucipto 47 Tahun Pelaku Usaha

4 Bapak Ramlan 48 Tahun Pelaku Usaha

5 Ibu Iin Siregar 41 Tahun Wisatawan

6 Bapak Idham 20 Tahun Wisatawan

7 Bapak Sudarmono 43 Tahun Wisatawan

8 Bapak Zidan 21 Tahun Wisatawan

Sumber : Data Primer tahun 2022

3. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian

3.1. Potensi dan Prospek Objek Wisata Halal di Kabupaten Asahan

Potensi wisata merupakan suatu perihal dan suatu kejadian yang telah

direncanakan dan dipersiapkan sebelumnya, sehingga kemudian hal tersebut dapat

64
memberikan manfaat dalam membantu upaya pengembangan pariwisata baik

berupa pengembangan lingkungan, kejadian yang berlaku, benda yang dimiliki

maupun jasa yang digunakan.

Prospek wisata halal adalah suatu harapan atau kemungkinan adanya peluang

yang muncul dari sebuah kebijakan yang ditetapkan dengan adanya wisata halal di

suatu daerah tertentu sehingga kedepannya mungkin bisa menciptakan suatu efek

tertentu dan sesuai dengan ynag diharapkan oleh pemerintah daerah terkait.

Setiap orang yang datang untuk berwisata ke suatu tempat pasti bertujuan

untuk mencari suatu hal baru ataupun yang berbeda baik itu yang berbeda dengan

yang telah ditemui atau yang sudah pernah dilakukan di tempat yang lain maupun

kehidupan sehari-hari yang dijalani. Setiap daerah memiliki ciri khasnya masing-

masing, dengan ciri khas masing-masing tersebut menjadi daya tarik tersendiri

bagi pengunjungnya. Ciri khas dapat berupa budaya hingga makanan khas asli

daerah tertentu. Apabila wisatawan merasa ada yang tidak cocok dalam hidangan

khas daerah maka mereka juga bisa mendapatkan hidangan lain yang sekiranya

disukainya, jadi ada pilihan lain yang bisa dipertimbangkan oleh pengunjung.

Kabupaten Asahan adalah daerah yang terdapat di provinsi Sumatera Utara.

Sebagai kawasan yang menjadi pusat kegiatan ekonomi, politik, sosial dan

budaya. Asahan yang dipusatkan di Kota Kisaran menjadi tempat yang central.

Dimana di pusat Kota Kisaran terdapat kawasan masjid Agung H. Achmad Bakrie

dan Alun-Alun Taman Hutan Kota.

Pembangunan wisata halal di Kabupaten Asahan dikembangkan

berdasarkan adanya kekuatan pada daya tarik situs wisata budaya, serta tempat-

tempat yang memiliki nilai keagamaan yang tinggi dan wisata alam alam yang

65
terbentang luas. Pembangunan sektor pariwisata yang terdapat di Kabupaten

Asahan juga adanya dukungan yaitu berupa anggaran yang diperuntukkan untuk

membantu peningkatan potensi daerah dalam pencapaian target yang ingin dicapai

pada suatu sektor tersebut. Ada tuntutan khusus bagi Pemerintah daerah yaitu agar

dapat menggali dan mengelola potensi yang ada pada pariwisata yang dimiliki

dengan menggunakan jumlah anggaran yang ada sebagai usaha untuk terus

melakukan peningkatan terhadap kualitas objek wisata yang sudah ada atau

menciptakan suatu terobosan baru dengan membuat suatu objek wisata baru

sehingga dengan demikian dapat mendorong pertumbuhan perekonomian

setempat agar menjadi semakin baik. Pengembangan wisata dalam prosesnya baik

wisata halal secara khusus maupun secara umum semua kebutuhan yang berkaitan

dengan kegiatan wisata harus terpenuhi dengan baik, sehingga dengan akses

lengkap yang terpenuhi menjadi tolak ukur tersendiri bagi wisatawan untuk

berkunjung ke suatu daerah tersebut.

Menurut hasil wawancara peneliti dengan ketua bidang Pariwisata pada

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan yaitu bapak Nazaruddin,

SH.

“Wisata halal memiliki potensi yang sangat besar dalam meningkatkan


ekonomi daerah khususnya di kabupaten Asahan ini. Apalagi dengan
mayoritas penduduk yang ada di Asahan beragama Islam. Diketahuai
bahwa Asahan memiliki beberapa objek wisata yang menarik. Sebagai
objek wisata harus memiliki pesona yang kuat dan harus memiliki unsur
Sapta Pesona yaitu terjamin keamanan, ketertiban, kebersihan, udara
yang sejuk indah ramah dan memiliki kenangan dengan tujuan untuk
mengajak para wisatawan datang kembali ke objek wisata tersebut, semua
unsur Sapta Pesona terhadap objek wisata dapat diwujudkan oleh
masyarakat dan pengelola objek wisata serta pemerintah setempat yang

66
ada di Asahan dengan kerja sama yang baik. Dengan adanya kegiatan
pariwisata ini para pelaku umkm akan kita berdayakan untuk berjualan
wsiata kuliner khas dari daerah kita, kegiatan ini nantinya akan
bekerjasama dengan pihak pemerintah lainnya. Selain itu kita juga banyak
mengadakan kegiatan-kegiatan seperti senam, car free day di hari-hari
tertentu dan juga kegiatan yang sifatnya mampu menarik para masyarakat
untuk berkumpul di kawasan tersebut, nah sehingga dengan adanya
kegiatan itu akan mampu meningkatkan perekonomian para pelaku umkm
tadi melalui jual beli. Banyak juga dari adanya kawasan wisata halal ini
para pelaku ekonomi itu dia tidak hanya menjual jajanan kuliner tetapi
juga wahana untuk bermain yang sifatnya barang dan jasa. Kawasan
wisata yang kita punya ini juga menyediakan fasilitas pendukung lainnya
yang mampu meningkatkan wisatawan seperti tempat untuk berfoto,
bersantai dengan adanya taman rekreasi untuk masyarakat yang singgah
dari penatnya perjalanan, karenakan kawasan wisata yang kita miliki ini
lokasinya tepat berada di pinggir jalan lintas sumatera, tentu ini menjadi
pendukung dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. Hingga saat
ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan bekerja sama
dengan pemerintah kabupaten lainnya, sedang mengupayakan agar
terwujudnya destinasi halal yang di anggap dapat memberikan kontribusi
terbaik dan dinilai dapat memberikan peningkatan terhadap ekonomi
masyarakat, dengan cara terus melakukan pengembangan wisata.”

Hal di atas menunjukkan bahwa adanya potensi yang sangat besar yang

dimiliki oleh destinasi wisata ramah muslim ini yang ada di Kabupaten Asahan

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Oleh karena itu pemerintah

Kabupaten Asahan terus melakukan pengembangan destinasi wisata untuk

menjadi daya tarik, karena dilihat banyaknya destinasi wisata bukan hanya wisata

ramah muslim saja yang bisa dikembangkan dan menarik wisatawan untuk

berkunjung.

67
Sebagai tujuan utama dari adanya kegiatan pariwisata, tentu faktor

utamanya adalah menjadikan objek tersebut menjadi daya tarik yang unggul untuk

memikat para wisatawan. Hasil yang didapatkan peneliti dari wawancara dengan

bapak Zidan dan Idham, didapatkan hasil sebagai berikut:

“Masjid Agung H. Achmad Bakrie ini menjadi tujuan wisata selain


merupakan tempat ibadah bagi umat Islam, juga terdapat kawasan Alun-
Alun dan Taman Hutan Kota yang masing-masing dari para wisatawan
sudah sering berkunjung ke kawasan wisata, fasilitas yang menjadi
pemicu dari adanya objek wisata tersebut sangat nyaman dan memadai.
Hal tersebut yang menjadi penilaian tersendiri bagi setiap pengunjung
dan menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk kembali. Selain itu kita
dapat juga berjalan-jalan untuk menikmati santapan kuliner dan wahana
berkreasi bersama keluarga di sekitar kawasan Alun-Alun dan Taman
Hutan Kota, pengelolaan dan pemberdayaan pelaku usaha disini sangat
baik. Tentu ini akan menjadi penunjang sektor perekonomian daerah atau
masyarakat. Harapannya untuk kegiatan wisata halal yang ada di
kawasan ini, para pengunjung lebih tertib dan mematuhi aturan yang
berlaku, terlebih lagi di kawasan masjid itu kan itu yang menjadi ikon
halal itu ya. Terus untuk fasilitas lebih diperbanyak lagi, pokoknya hal-hal
yang bisa menarik pengunjung itu diperbaiki, supaya dengan lebih
ramainya pengunjung para pelaku usaha atau pedagangkan ekonomi
mereka bisa meningkat.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa para wisatawan

dapat menikmati suasana masjid Agung H. Achmad Bakrie, Alun-Alun dan

Taman Hutan Kota selain menjadi sarana ibadah yang nyaman dengan

kelengkapan fasilitas yang tersedia juga merupakan tempat wisata halal yang

sudah meenerapkan konsep sesuai dengan syariat Islam yang berlaku. Sehingga

menjadi sebuah potensi dalam menarik wisatawan dan akan berpengaruh pula

68
dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa

pemerintah Kabupaten Asahan telah mengupayakan berbagai cara untuk

menghadirkan wisata halal yang nyaman dan dapat memberikan kesan yang baik

bagi pengunjung sehingga dapat menarik minat pengunjung untuk kembali.

3.2. Fasilitas dan Aksesibilitas Destinasi Wisata Halal

Tersedianya fasilitias yang lengkap dan layak menjadikan suatu destinasi

akan lebih menarik untuk dikunjungi. Begitupun destinasi yang ada di Kabupaten

Asahan saat ini, secara umum dapat dilihat bahwa pemerintah Kabupaten Asahan

sudah menyediakan berbagai penunjang fasilitas yang memadai dan mendukung

sektor pariwisata untuk terus berkembang dan manarik perhatian wisatawan untuk

berkunjung.

Dari hasil penelitian dengan pihak Ketua Bidang Pariwisata pada Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Asahan, tentang beberapa rancanagan

fasilitas dan aksesibilitas sebagai berikut:

“Kawasan wisata rama muslim ini, berada pada lokasi yang sangat
strategis, yang berada dekat di Pusat Kota dan memiliki akses yang
berada di pinggir jalan lintas Sumatera, dimana para wisatawan akan
sangat mudah untuk mendatanginya. Selain itu, untuk menuju ke kawasan
wisata ini bisa ditempuh dengan melalui jalur darat dan udara. Untuk
kondisi jalan yang telah dibangun di sepanjang Provinsi Sumatera Utara
tepatnya Kabupaten Asahan dinilai sangat baik dan nyaman untuk dilalui.
Selaku stakeholder terus melakukan pengembangan baik dari segi fasilitas
dan aksesibilitas karena kita lihat masih banyak terdapat ruang terbuka
yang bisa dimanfaatkan untuk menarik para wistawan dan tentunya juga
agar para wisatawan menjadi nyaman dan tentram ketika berkunjung ke
kawasan wisata tersebut. Kita juga akan terus melakukan pemanfaatan
teknologi selaku media informasi dan promosi. Agar menjadi pemikat dan

69
daya tarik tersindiri bagi para wisatawan untuk berkunjung.”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, diperlihatkan bahwasannya, akses

dan fasilitas yang ada di kawasan wisata ramah muslim ini, dinilai cukup baik.

Namun sebagai pengelola dan penanggung jawab pihak pemerintah Kabupaten

Asahan terus melakukan pengembangan sehingga menjadi daya tarik tersendiri

bagi para wisatawan untuk berkunjung kembali dan menjadikannya potensi

pengembangan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat maupun daerah.

Masjid Agung H. Achmad Bakrie yang tahap pembangunannya baru diresmikan

beberapa tahun yang lalu namun sudah banyak melirik wistawan lokal maupun

non lokal, karena bangunan mega dan akses yang dinilai sangat strategis dan

dengan dibuatnya berbagai aturan/kebijakan yang tujuannya adalah untuk

memberikan dan menyediakan fasilitas dan sarana ibadah demi terciptanya

kenyamanan bagi pengunjung sehingga memberikan kesan yang baik dan

memikat wisatawan yang datang untuk kembali.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak pengelola Ketua BKM

Masjid Agung H. Achmad Bakrie Ustadz Ahmad Qasyim Marpaung

menyebutkan bahwa:

“Kawasan masjid yang terletak di lokasi strategis, ini akan sangat


menjadi peluang besar untuk menjadi daya tarik tersendiri, ditambah
dengan fasilitas sarana yang dinilai cukup baik tentu akan menambah
jumlah para wisatawan tiap waktunya. Oleh karena itu, kita juga banyak
melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang sifatnya nasional,
tujuannya juga untuk memperkenalkan ke masyarakat untuk terus datang
berkunjung ke kawasan wisata halal ini. Dengan begitu ini akan sangat
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat, rencananya juga di
sekitar masjid akan dibangun fasilitas kedai syariah yang menjual

70
souvenir dan oleh-oleh.”

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dari hasil penelitian tersebut,

bahwa masjid Agung H. Achmad Bakrie yang letaknya berada di dekat pusat Kota

Kabupaten Asahan, dengan akses yang dinilai sangat baik, tentu akan menjadi

peluang besar untuk menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan untuk terus

berkunjung dan dengan begitu akan dapat meningkatkan perekonomian

masyarakat di sekitar kawasan wisata tersebut.

Kemudian, peneliti mewawancarai salah satu wisatawan yaitu bapak

Sudarmono, dimana hasil penelitian tersebut sebagai berikut:

“Potensi dari masjid Agung H. Achmad Bakrie dan Alun-Alun Taman


Hutan Kota ini dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dan
daerah sangat besar. Dengan arsitektur bangunannya yang sangat
menarik sehingga menghadirkan nuansa indah dan sangat memikat hati
bagi setiap yang pengunjung. Fasilitas yang disediakan juga dapat dinilai
memadai namun dieprlukan pengembangan fasilitas lainya dan tentunya
sesuai dengan konsep syariat Islam yang berlaku. Masjid ini memiliki
berbagai keunikan, selain bangunannya yang indah pengunjung akan
merasakan lebih rileks dan membuat pikiran lebih tenang dengan suasana
alam terbuka di area teras masjid. Masjid ini menunjukkan bahwa sangat
besar peluang yang tersedia, dengan demikian tentunya juga memiliki
dampak yang sangat besar terhadap peningkatan ekonomi, menurut
pandangan mata beberapa wisatawan yang datang menilai bahwa masjid
ini tidak pernah sepi dari pengunjung yang terus berdatangan dari
berbagai penjuru, dan tentunya pihak pengelola masjid pun merasakan
adanya peningkatan pengunjung setiap tahunnya.”

Dilihat dari hasil wawancara dengan pihak wisatawan, bahwa fasilitas dan

akses yang mumpuni, tentu akan sangat menjadi peluang bagi terciptanya

peningkatan dalam perekonomian masyarakat, dikarenakan adanya daya tarik bagi

71
wisatawan untuk berkunjung ke destinasi wisata tersebut.

3.3. Potensi dan Prospek Kawasan Wisata Masjid Agung H. Achmad

Bakrie Asahan Dalam Meningkatkan Perekonomian Masyarakat

Paket wisata halal merupakan suatu bisnis baru sekaligus menjadi jawaban

baru bagi para Muslim dimanapun berada agar tetap bisa bersenang-senang tanpa

melangkahi aturan sesuai Islam yang berlaku. Wisata halal juga melengkapi

sebagai ladang uang syariah yang sudah duluan ada dan mengakar di kalangan

masyarakat Indonesia dan dunia, baik itu berupa industri keuangan syariah,

tempat yang sesuai dengan prosedur syariah dan makanan halal yang tersedia.

Konsumen yang datang tentu bukan hanya untuk orang Islam saja, tapi juga

termasuk untuk Non-Muslim yang ingin menikmati kearifan lokal yang ada

seperti yang selalu dianjurkan Organisasi Pariwisata Dunia, World Tourism

Organization (WTO) setiap komponen yang disediakan telah dibingkai dengan

nilai-nilai ke-Islaman.

Ketika berkunjung ke suatu destinasi atau tempat-tempat tertentu yang

menampung wisatawan tentu sudah banyak terdapat seperti restoran yang

menyediakan makanan halal dan begitupun hotel yang menempatkan arah kiblat

disetiap kamar, namun mereka belum benar-benar mengaplikasikan Syariat Islam.

Maka tidak diherankan lagi bila masih banyak pengelola tempat-tempat wisata

atau penyedia jasa wisata lainnya yang belum terlalu memahami konsep itu dan

bahkan mereka merasa belum siap untuk menerapkannya. Selain itu dari adanya

pengembangan wisata ramah muslim dari objek masjid ini akankah dapat

meningkatkan perekonomian masyarakat.

72
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pihak Ketua BKM Masjid

Agung H. Achmad Bakrie Ust. Ahmad Qasyim Marpaung mendapatkan hasil

sebagai berikut:

“Dalam pemikiran sebagian orang, terminologi wisata masih selalu


identik dengan hiburan-hiburan malam yang tidak memperhatikan sistem
syariah. Namun, ketika sebuah destinasi tertentu bisa menyediakan
mushala dengan kamar-kamar yang menyediakan kamar mandi yang
bersih dan fasilitas air bersih, ada menyediakan kitab suci, terdapat dapur
yang halal, makanan yang tersedia terjamin halalnya dan tidak
menyediakan minuman keras, maka destinasi tersebut telah menerapkan
prinsip syariah Islam dalam penerapannya. Secara formal belum ada
kegiatan perekonomian di masjid ini. Tapi kalo dari sisi ekonominya
banyak kita rencanakan kedepannya untuk melakukan kegiatan kedai
syariah yang nantinya menjual souvenir dari para usaha usaha umkm di
Kabupaten Asahan. Selain itu kita juga nantinya akan membangun kantin
kering untuk para jama’ah yang berkunjung, karena itu kita lihat para
pengunjung masjid per hari itu berkisar 800 orang lain di hari weekend
dan dihari weekend itu selepas zuhur kita mengadakan pengajian syiar
dakwah. Melihat dari itu kita juga ingin berperan dalam meningkatkan
ekonomi umat karena kita akui kawasan ini memiliki potensi wisata yang
baik. Di mana di samping kawasan masjid ini terdapat kawasan alun-alun
dan taman hutan kota yang tentunya dapat meningkatkan ekonomi
masyarakat ditambah lagi jumlah populasi umat muslim yang sangat
banyak, tentu ini menjadi peluang yang besar dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, kita akan terus melakukan
pengembangan dan pengelolaan yang baik sehingga mampu menjadi daya
tarik bagi wisatawan.”

Populasi umat Islam di kabupaten Asahan dengan jumlah penduduknya

mayoritas Islam dan setiap tahun diperkirakan ada kenaikan pertumbuhan jumlah

penduduk Muslim, menjadi salah satu potensi yang sangat mendukung wisata

73
halal terus berkembang dan sangat berpengaruh terhadap meningkatkan

perekonomian masyarakat, tentunya hal ini akan menjadi salah satu penunjang

dalam memajukan wisata halal yang ada di kabupaten Asahan.

Wawancara peneliti dengan salah satu wisatawan yang berkunjung ke

masjid Raya Baiturrahman yaitu ibu Iin Siregar menyatakan bahwa :

“Adanya Masjid Agung H. Achmad Bakrie dengan capaian berbagai


upaya yang selalu dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Asahan dapat
memberikan dampak yang snagat baik bagi seluruh kalangan, tidak hanya
untuk pemerintahdaerah yang dapat memanfaatkan tempat ini sebagai
suatu ikonik yang dapat dilirik oleh daerah lain dengan keindahan yang
dimilikinya, namun masjid ini juga merupakan tempat yang sangat
berpengaruh pada tinggi dan rendahnya pendapatan para pedagang di
sekitarnya. Dan juga dengan ada penempatan terhadap beberapa tenaga
kerja Non PNS untuk ikut bekerja sama dalam memberikan pelayanan
bagi para pengunjung, seperti menjaga pada tempat penitipan sandal
membersihkan area masjid dan lainnya. Wisatawan yang datang ke masjid
ini bisa dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjualkan berbagai
peralatan maupun makanan dan minuman yang sekiranya di butuhkan
oleh para pengunjung baik dari kalangan Muslim maupun Non-Muslim.
Hal ini merupakan sebuah prospek atau peluang yang dapat dimanfaatkan
oleh para pelaku usaha dalam mendagangkan usahanya sehingga dapat
meningkatkan perekonomian.

Hasil wawancara peneliti dengan pihak pelaku usaha dengan bapak

Sucipto dan bapak Ramlan, mendapatkan hasil bahwa:

“Kalau dibandingkan dulu dimana para pelaku usaha berjualan di pinggir


jalan tentu sekarang dengan adanya pengembangan kawasan wisata ini
kami sangat terbantu sekali, terlebih lagi dengan adanya bangunan
fasilitas direlokasikan untuk kami (pelaku usaha) berjualan, ini tentu
membuat kami menjadi lebih tertib dan aman. Tentu ini sangat berdampak

74
baik sekali, karena kami di fasilitasi ya walau kawasan ini baru di buka
beberapa tahun yang lalu. Walaupun baru dibuka ternyata minat
pengunjung juga menjadi ramai ya, dan kami para pedagang menjadi
lebih diberdayakan. Walau kami di fasilitasi kami juga tetap membayar
distribusi karenakan untuk penggunaan listrik dan air. Tapi dengan
adanya fasilitas ini para pedagang menjadi nyaman.”
Uraian di atas menunjukkan bahwa besarnya pengaruh yang timbul dengan

sebab adanya wisata halal dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian

daerah maupun masyarakat sekitar destinasi wisata, seperti dengan masjid Agung

H. Achmad Bakrie menjadi suatu wadah yang dapat menampung para masyarakat

yang membuka usahanya disekitaran area masjid tersebut.

C. Pembahasan

Potensi wisata adalah segala sesuatu yang dimiliki suatu kawasan wisata.

Oleh karena itu, pariwisata merupakan bagian integral dari pendapatan negara.

Wisata halal merupakan kegiatan wisata yang menekankan pada peraturan

syariah, baik dari segi jenis fasilitas, objek, makanan dan lain-lain.

Konsep wisata halal yang merupakan realisasi dari konsep Islam di mana

nilai halal dan haram menjadi kriteria utama, artinya semua aspek kepariwisataan

tidak lepas dari kehalalan yang harus menjadi acuan dalam setiap perjalanan

wisata. Konsep wisata halal juga dapat dipahami sebagai kegiatan wisata yang

berlandaskan ibadah dan dakwah di mana wisatawan Muslim dapat berwisata dan

merayakan hasil ciptaan Allah SWT atau yang biasa disebut dengan tafakur alam

sambil tidak melupakan kewajiban ibadah sholat lima waktu dalam sehari, dan

semua ini dimudahkan dengan baik dan jauh dari semua yang telah diarang oleh-

Nya.

75
Pariwisata halal ini berbeda dari kegiatan wisata konvensional, namun hal

ini tak berbeda untuk para wisatawan yang ingin berkunjung. Para wisatawan dari

kalangan yang non muslim juga dapat menikmati dari sajian yang terdapat di

kawasan wisata halal itu, tetapi tetap mengikuti ketentuan syariah yang berlaku di

kawasan wisata halal tersebut.

Potensi pengembangan pariwisata halal sangat berpengaruh terhadap

sektor perekonomian baik skala daerah maupun masyarakat. Oleh karena itu

pemerintah sebagai tameng dari pengembangan pariwisata ini diperlukannya

upaya untuk terus peka dalam mengoptimalkan potensi tersebut demi

kesejahteraan masyarakat. Dari hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat

mengetahui seberapa besar dari adanya potensi pariwisata halal dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menggunakan analisis matriks

SWOT.

Analisis SWOT merupakan teknik yang dipergunakan untuk

perkembangan kondisi juga evaluasi masalah, baik proyek maupun bisnis menurut

faktor internal dan eksternal (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman).

Teknik ini biasa dipergunakan untuk menilai bisnis dan organisasi guna

menemukan strategi untuk sampai ke akar penyebab masalah yang

menggambarkan situasi. (Freddy, 2014)

SWOT menjadi pilihan yang paling utama dalam perencanaan suatu

organisasi, mengingat perencanaan yang baik sangat memerlukan informasi

terkait sumber daya internal, segala unsur kekuatan yang dimiliki, dan segala

kelemahan dalam organisasi. Data yang terkumpul merupakan potensi untuk

mencapai apa yang direncanakan. Pada sisi lain, perencanaan yang baik juga

76
sangat perlu memerhatikan faktor-faktor eksternal yang akan dihadapi, yaitu

peluang dan ancaman yang diperkirakan akan muncul dan memengaruhi

pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. (Riyanto, 2022)

Thomas L. Wheelen dan David Hunger dalam buku Analisis Pemecahan

Masalah dan Pengambilan Keputusan Strategis Karya (Riyanto, 2022)

mengatakan bahwasannya untuk memperkaya teknik pengambilan keputusan

strategis diperlukannya pendekatan analisis, baik deksriptif, prediktif, dan

preskriptif dengan mempopulerkan teknik analisis EFAS (External Factors

Analysis Summary) atau ringkasan analisis faktor-faktor eksternal dan IFAS

(Internal Factors Analysis Summary) atau ringkasan analisis faktor-faktor

internal.

1. Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pariwisata Halal Dalam

Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan

Kawasan wista halal Masjid Agung H. Achmad Bakrie dan Alun-Alun

Taman Hutan Kota terletak di Kabupaten Asahan yang lokasinya berada tepat di

pinggir jalan Lintas Sumatera yang menjadi penghubung Provinsi Sumatera Utara

dengan Provinsi tetangga. Angkutan umum tersedia di depan kawasan wisata,

sehingga wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara mampu mencapai

lokasi objek wisata dengan mudah.

Dalam melakukan penelitian, peneliti melakukan penelitian secara field

research atau penelitian secara langsung ke lapangan, dengan melakuakn

observasi, wawancara dan dokumentasi kepada para responden untuk

mendapatkan beberapa indikator yang kemudian dikelompokkan menjadi

beberapa faktor. Penulis kemudian menghitung nilai rating berdasarkan jawaban

77
para responden dan mengelompokkan data. Berikut adalah hasil analisis SWOT

berdasarkan faktor internal.

Tabel 4.2

Analisis SWOT Faktor Internal Pariwisata Halal

No Faktor Internal Rating Status


1. Peningkatan lapangan kerja di kawasan wisata 8 Kekuatan
2. daya tarik objek wisata 7 Kekuatan
3. Kegiatan-kegiatan penunjang pariwisata yang 7 Kekuatan
banyak
4. ketersediaan fasilitas bagi wisatawan 8 Kekuatan
5. akses dan transportasi yang mudah bagi 7 Kekuatan
wisatawan
6. Kurangnya Fasilitas Pendukung 4 Kelemahan
7. Wisatawan belum familiar dengan wisata halal 4 Kelemahan
8. Tidak tersedianya pendamping wisata 2 Kelemahan
9. Kurangnya pemanfaatan digital sebagai bahan 3 Kelemahan
promosi dan marketing
10. Minimnya sistem keamanan bagi wisatawan 2 Kelemahan
Sumber: Data diolah pada 2023

Berdasarkan analisa faktor stratetgi internal pada tabel 4.2, maka dapat

menentukan faktor kekuatan dan kelemahan. Proses identifikasi tersebut

berdasarkan pada hasil rekapitulasi jawaban dari para responden dari hasil rating.

Setelah mengelompokkan hasil data yang diperoleh, selanjutnya adalah

menghitung score masing-masing dengan mengkalikan bobot dengan rating yang

diperoleh. Bobot yang diberikan pada masing-masing faktor menunjukkan tingkat

kepentingan dari suatu faktor terhadap keberhasilan pengembangan wisata halal di

Kabupaten Asahan. Adapun perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Perhitungan IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

PERHITUNGAN NILAI SCORE FAKTOR INTERNAL


No KEKUATAN (S) BOBOT RATING SCORE
1 Peningkatan lapangan kerja di 0,147 8 1,176

78
kawasan wisata
2 daya tarik objek wisata 0,117 7 0,823
3 Kegiatan-kegiatan penunjang 0,088 7 0,617
pariwisata yang banyak
4 ketersediaan fasilitas bagi 0,117 8 0,941
wisatawan
5 akses dan transportasi yang mudah 0,117 7 0,823
bagi wisatawan
SUBTOTAL 0,588 - 4,382
Sumber: Data diolah pada 2023

Pada tabel 4.3 dijelaskan bahwa total nilai untuk Kekuatan (S) sebesar

4,382 yang artinya cukup besar kekuatannya dalam membangun potensi wisata

halal dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.

Kemudian dari sisi kelemahan (W) yang hasil analisisnya dapat dilihat pada Tabel

berikut:

Tabel 4.4

Perhitungan IFAS (Internal Factors Analysis Summary)

PERHITUNGAN NILAI SCORE FAKTOR INTERNAL


No KELEMAHAN (W) BOBOT RATING SCORE
1 Kurangnya Fasilitas Pendukung 0,058 4 0,235
2 Wisatawan belum familiar dengan 0,088 4 0,352
wisata halal
3 Tidak tersedianya pendamping 0,058 2 0,117
wisata
4 Kurangnya pemanfaatan digital 0,088 3 0,264
sebagai bahan promosi dan
marketing
5 Minimnya sistem keamanan bagi 0,117 2 0,235
wisatawan
SUBTOTAL 0,411 - 1,205
TOTAL 1 5,588
Sumber: Data diolah pada 2023

Pada tabel 4.4 dijelaskan bahwa total nilai untuk kelemahan (W) sebesar

1,205 yang artinya cukup kecil dan nilai kelemahan lebih kecil daripada nilai

79
Kekuatan (S) dalam potensi pengembangan pariwisata halal di Kabupaten

Asahan. Kemudian, untuk total nilai yang dimiliki dari keseluruhan tabel matriks

IFAS yaitu 5,588 yang artinya potensi internal yang dimiliki berpengaruh cukup

besar dalam pengembangan pariwisata halal di Kabupaten Asahan dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat. Kemudian, adapun hasil data analisis

yang didapatkan sewaktu wawncara di lingkungan eksternal (EFAS) guna

mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman pada destinasi wisata di

Kabupaten Asahan.

2. Faktor Peluang dan Ancaman Pariwisata Halal Dalam

Meningkatkan Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan

Hal yang sama dengan faktor internal, dimana faktor eksternal melakuakan

wawancara kepada para responden untuk mendapatkan beberapa indikator yang

kemudian dikelompokkan menjadi beberapa faktor. Penulis kemudian menghitung

nilai rating berdasarkan jawaban para responden dan mengelompokkan data

tersebut menjadi faktor strategi eksternal. Berikut adalah hasil analisis SWOT

berdasarkan faktor strategi eksternal.

Tabel 4.5

Analisis SWOT Faktor Eksternal Pariwisata Halal

No Faktor Eksternal Rating Status


1. Pemanfaatan lapangan usaha 8 Peluang
2. Pemerintah sangat mendukung kegiatan wisata dan 8 Peluang
usaha
3. Ketersediaan fasilitas di kawasan wisata (Hotel, 7 Peluang
Toilet dan restaurant)
4. Akses dan lokasi yang strategis 8 Peluang
5. Pemanfaatan teknologi sebagai bahan branding dan 8 Peluang

80
promosi
6. Terdapat objek wisata lain 2 Ancaman
7. Kurangnya fasilitas pendukung 2 Ancaman
8. Musim yang tidak menentu 4 Ancaman
9. Minimnya marketing online 2 Ancaman
10. Kurangnya kesadaran masyarakat/pengunjung akan 3 Ancaman
pentingnya pelestarian budaya, seni, dan
kesejarahan
Sumber: Data diolah pada 2023

Berdasarkan analisa faktor stratetgi eksternal pada tabel 4.5, maka dapat

menentukan faktor peluang dan ancaman. Proses identifikasi tersebut berdasarkan

pada hasil rekapitulasi jawaban dari para responden dari hasil rating. Setelah

mengelompokkan hasil data yang diperoleh, selanjutnya adalah menghitung score

masing-masing dengan mengkalikan bobot dengan rating yang diperoleh. Bobot

yang diberikan pada masing-masing faktor menunjukkan tingkat kepentingan dari

suatu faktor terhadap keberhasilan pengembangan wisata halal di Kabupaten

Asahan. Adapun perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6

Perhitungan EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary)

PERHITUNGAN NILAI SCORE FAKTOR EKSTERNAL


No PELUANG (O) BOBOT RATING SCORE
1 Pemanfaatan lapangan usaha 0,135 8 1,081
2 Pemerintah sangat mendukung 0,135 8 1,081
kegiatan wisata dan usaha
3 Ketersediaan fasilitas di kawasan 0,094 7 0,662
wisata (Hotel, Toilet dan
restaurant)
4 Akses dan lokasi yang strategis 0,121 8 0,972
5 Pemanfaatan teknologi sebagai 0,108 8 0,756
bahan branding dan promosi
SUBTOTAL 0,594 - 4,554

81
Sumber: Data diolah pada 2023

Pada tabel 4.6 dijelaskan bahwa total nilai untuk peluang (O) sebesar

4,554 yang artinya cukup besar peluangnya dalam membangun potensi wisata

halal dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan. Dari

sisi ancaman (T) yang hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Perhitungan EFAS (Eksternal Factors Analysis Summary)

PERHITUNGAN NILAI SCORE FAKTOR EKSTERNAL


No ANCAMAN (T) BOBOT RATING SCORE
1 Terdapat objek wisata lain 0,094 2 0,189
2 Kurangnya fasilitas pendukung 0,054 2 0,108
3 Musim yang tidak menentu 0,108 4 0,432
4 Minimnya marketing online 0,067 2 0,135
5 Kurangnya kesadaran 0,081 3 0,243
masyarakat/pengunjung akan
pentingnya pelestarian budaya,
seni, dan kesejarahan
SUBTOTAL 0,405 - 1,108
TOTAL 1 5,662
Sumber: Data diolah pada 2023

Pada tabel 4.7 dijelaskan bahwa total nilai untuk Ancaman (T) sebesar

1,108 yang artinya cukup kecil dan nilai ancaman lebih kecil daripada nilai

Peluang (O) dalam pada Objek wisata halal di Kabupaten Asahan. Kemudian,

untuk total nilai yang dimiliki dari tabel matriks EFAS yaitu 5,662 yang artinya

potensi eksternal yang dimiliki berpengaruh cukup besar pula dalam

pengembangan potensi pariwisata halal di Kabupaten Asahan dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat.

Dari hasil tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan dari masing-masing tabel,

maka dapat diketahui bahwa untuk faktor kekuatan memperoleh nilai skor 4,382

82
dan skor nilai kelemahan yakni 1,205 dengan selisih skor 3,177. Kemudian pada

faktor peluang memperoleh nilai skor 4,554 dan skor nilai ancaman yaitu 1,108

dengan selisih skor sebesar 3,446. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan

eksternal tersebut, maka dapat digambarkan dalam diagram matriks SWOT

sebagai berikut:

Gambar 4.1

Diagram Matrik SWOT

Peluang

II.Konservatif I.Agresif
3,446
3,177

Kelemahan Kekuatan

III.Defence IV.Kompetitif

Ancaman

Berdasarkan dari gambar 4.1 diagram matriks di atas, didapatkan hasil

kuadran sebagai berikut:

1. Kuadran I menunjukkan posisi agresif dimana pariwisata halal

memiliki kekuatan dan peluang. Kondisi ini memungkinkan

pengembangan pariwisata halal untuk berkembang lebih cepat,

tetapi harus senantiasa diwaspadai perubahan yang seringkali tidak

menentu dan sulit diukur. Dalam kondisi ini pariwisata halal harus

dapat memanfaatkan kekuatan yang ada guna meningkatkan posisi

yang unggul dalam pengembangan pariwisata halal di Kabupaten

Asahan.

83
2. Kuadran II menunjukkan posisi strategi konservatif yang

menggambarkan situasi dimana pariwisata halal memiliki

kelemahan namun memiliki peluang. Dalam kondisi ini, pariwisata

halal harus melakukan pembenahan pembangunan fasilitas

dikawasan wisata guna menangkap peluang yang ada dan menjaga

stabilitas pariwisata halal.

3. Kuadran III menggambarkan situasi dimana pariwisata halal

sedang lemah, tetapi dihadapkan pada ancaman. Dalam kondisi ini

tentu akan sangat penting bagi pengembangan pariwisata halal

untuk mengendalikan kerugian atau kerusakan yang lebih parah,

atau dengan hal lain pengembangan pariwisata halal mengambil

sikap defensip atau bertahan.

4. Kuadran IV merupakan situasi dimana pariwisata halal memiliki

kekuatan dan ancaman dalam pengembangan pariwisata halal.

Oleh karena itu pariwisata halal harus melakukan upaya kompetitif

untuk mengurangi ancaman bahkan sedapat mungkin

memanfaatkannya sebagai peluang.

3. Strategi Pengembangan Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan

Perekonomian Masyarakat di Kabupaten Asahan

Objek wisata halal di Kabupaten Asahan dari diagram memiliki

keuntungan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat karena menunjukan

posisi strategis terhadap peluang dan kekuatan. Dalam kondisi seperti ini strategi

yang sesuai dengan dengan kondisi eksternal dan internal adalah untuk

mendukung pertumbuhan/perkembangan dengan menggunakan strategi agresif

84
dari kekuatan (S) dan peluang (O). Meskipun begitu objek wisata halal di

Kabupaten Asahan ini memiliki beberapa kelemahan dan ancaman yang cukup,

tetapi objek wisata tersebut dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada

untuk membuat objek wisata tersebut bertahan dan berkembang sehingga dapat

mampu meningkatkan perekonomian masyarakat.

Adapun beberapa strategi yang didapatkan dari hasil melalui analisis

SWOT yang telah dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Strategi SO (Strength-Opportunity)

a. Melakukan kerjasama yang baik antar masing-masing pihak yang

bertanggung jawab untuk menjadikan wisata halal di Masjid Agung

menjadi salah satu tujuan utama wisata halal bagi penentuan objek

tujuan wisatawan.

b. Membutuhkan fasilitas pendukung.

c. Diperlukannya strategi promosi yang intensif dengan memanfaatkan

sosial media.

d. Memberikan pengawasan, pendidikan, dan pelatihan kepada para

pelaku usaha di sekitar kawasan wisata halal.

e. Memperbanyak cabang wisata kuliner namun dengan tetap

mempertahankan cita rasa asli dari masing-masing tempat kuliner.. Selain

itu, lowongan pekerjaan juga dapat semakin banyak dengan adanya

cabang-cabang wisata kuliner baru.

2. Strategi WO (Weakness-Opportunity)

a. Melakukan perbaikan terhadap sarana dan prasarana yang menunjang

peningkatan daya tarik wisatawan.

85
b. Melakukan promosi untuk wisata halal masjid agung demi

meningkatkan jumlah pengunjung melalui media sosial.

c. Meningkatkan pelayanan, keamanan dan kenyamanan yang baik serta

sosialisasi ke masyarakat terkait adanya kegiatan pariwisata halal.

d. Membangun branding dan image yang baik tentang wisata halal

e. Manajemen wisata yang lebih atraktif

3. Strategi ST (Strength-Threats)

a. Kabupaten Asahan menjadi potensi kunjungan wisatawan muslim.

b. Meningkatkan intensitas promosi di media sosial.

c. Dengan jaringan internet yang memadai dan perkembangan yang pesat,

pengelola dapat melakukan campaign untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya, seni dan kesejahteraan

d. Membutuhkan dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat.

e. Membutuhkan kekuatan manajemen pengelolaan yang baik terhadap

kawasan wisata.

4. Strategi WT (Weakness-Threats)

a. Melakukan peningkatan pelayanan terhadap wisatawan

b. Mengembangkan fasilitas penunjang untuk kenyamanan wisatawan,

seperti wahana bermain, lahan yang kosong dibermanfaatkan, lokasi

kuliner serta penunjang lainnya.

c. Meningkatkan kawasan wisata kuliner di sekitar kawasan wisata.

d. Meningkatkan intensitas promosi di media sosial yang berguna untuk

sarana branding dan menumbuhkan image yang baik dari wisata halal

masjid agung.

86
e. Mengajak dan mensosialisasikan kepada masyarakat untuk ikut

berkontribusi dalam menjaga dan memelihara kawasan objek wisata

halal masjid agung di Kabupaten Asahan.

Potensi yang dimiliki dari destinasi wisata yang ada di ada Kabupaten

Asahan yaitu Masjid Agung H. Achmad Bakrie Alun-Alun dan Taman Hutan

Kota dapat dikembangkan menjadi wisata halal yang lebih baik lagi sebab

destinasi wisata ini memiliki fasilitas dan objek yang menawarkan keindahan

alamnya. Terdapat fasilitas lengkap untuk para wisatawan yang ingin mampir dari

penatnya perjalanan, atau bahkan para wisatawan yang memang ingin berkunjung

bersantai bersama dengan keluarga dan kerabat.

Hal yang diperlukan juga adalah kepada para pemerintah untuk

mensosialisasikan kebermanfaatan dari adanya pariwisata halal ini. Supaya para

masyarakat yang awam dapat mengklasifikasikan pariwisata halal dengan

konvensional. Tidak heran jika tidak ada sosialisasi para masyarakat awam dapat

mengatakan bahwa pariwisata halal adalah kegiatan berkunjung ke makam,

masjid, dan tempat peribadatan umat. Padahal kalau kita ketahui bahwasannya

pariwisata halal lebih dari itu. Maka hal ini sangat perlu agar pemerintah terus

menggenjarkan tentang pariwisata halal.

Dalam merealisasikan dari adanya potensi wisata halal yang ada di

Kabupaten Asahan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat penulis sudah

mendapatkan beberapa keterangan yang diperlukan dalam pengembangan

pariwisata halal.

87
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Potensi Pengembangan

Pariwisata Halal Dalam Meningkatkan Perekonomian di Kabupaten Asahan”

potensi pariwisata halal yang ada di Kabupaten Asahan ini dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat. Namun dari itu tentu diperlukannya pengembangan

yang intens terhadap pelayanan dan fasilitas. Melalui metode deskriptif kualitatif

yang dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan pihak

responden diperoleh hasil analisis melalui matriks SWOT sebagai berikut:

1. Faktor kekuatan dan kelemahan atau IFAS pada diagram matriks

menunjukkan titik koordinat yang berada pada 3,177 yang artinya

growth (mendukung pertumbuhan/perkembangan) dari adanya

pengembangan pariwisata halal dalam meningkatkan perekonomian

masyarakat di Kabupaten Asahan.

2. Faktor peluang dan ancaman atau EFAS pada diagram matriks

menunjukkan titik koordinat berada pada titik 3,446 yang artinya juga

menunjukkan pada growth (mendukung pertumbuhan/perkembangan)

dari adanya pengembangan pariwisata halal dalam meningkatkan

perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.

3. Strategi yang didapatkan dari diagram matriks SWOT menunjukkan

pada strategi kekuatan (S) dan peluang (O). Matriks SWOT pada

strategi SO mencakup beberapa hal, diantaranya:

88
a. Melakukan kerjasama yang baik antar masing-masing pihak

yang bertanggung jawab untuk menjadikan wisata halal di

Masjid Agung menjadi salah satu tujuan utama wisata halal bagi

penentuan objek tujuan wisatawan.

b. Membutuhkan fasilitas pendukung.

c. Diperlukannya strategi promosi yang intensif dengan

memanfaatkan sosial media.

d. Memberikan pengawasan, pendidikan, dan pelatihan kepada

para pelaku usaha di sekitar kawasan wisata halal.

e. Memperbanyak cabang wisata kuliner namun dengan tetap

mempertahankan cita rasa asli dari masing-masing tempat kuliner..

Selain itu, lowongan pekerjaan juga dapat semakin banyak dengan

adanya cabang-cabang wisata kuliner baru.

89
B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka

peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi pemerintah sebagai pihak pengelola dan penanggung jawab untuk

terus melakukan pengembangan fasilitas dan pelayanan terhadap objek

wisata baik itu tempat pelaku usaha maupun untuk tempat hiburan yang

bisa memikat para wisatawan. Diperlukan juga strategi khusus. Diperlukan

juga untuk membuat strategi penerapan pariwisata halal dengan

dilakukannya pemanfaatan kekuatan dan peluang yang ada untuk membuat

strategi yang lebih baik sehingga implementasi program dapat

dilaksanakan dengan maksimal dan efektif. Hal itu bisa dilakukan dengan

analisis SWOT untuk mengetahui segala kemungkinan yang akan

dihadapi.

2. Bagi para wisatawan untuk terus menjaga kenyamanan dan ketertiban di

sekitar kawasan wisata halal, dan diperlukan adanya pemahaman tentang

prinsip-prinsip wisata halal.

3. Untuk akademisi dan peneliti selanjutnya diharapkan untuk bisa

memperluas sasaran objek penelitian dengan variabel-variabel yang

berbeda dan lengkap terhadap adanya potensi wisata halal dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat.

90
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Freddy, R. (2014). Analisis SWOT Teknik Pembeda Kasus Bisnis. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Umum.

Istijanto. (2013). Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Riyanto, S. (2022). Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan

Strategis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Jurnal

Afrizal. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Al Hasan, F. A. (2017). Penyelenggaraan Pariwisata Halal di Indonesia (Analisis

Fatwa DSN/MUI Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pariwisata

Berdasarkan Prinsip Syariah). Al Ahkam , Vol.2, Nomor 1.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asahan, B. K. (2022). Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan Tahun 2021.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan .

Asahan, P. (2018-2022). Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM).

Asahan.

BPS Asahan, B. K. (2022). Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan Tahun

2021. Asahan: Badan Pusat Statistik Kabupaten Asahan.

Chookaew. (2015).

Crescentrating, M. (2015). Global Muslim Travel Index 2015. GMTi.

Hamzah, M., & Yudiana, M. (2015). Analisis Komparatif Potensi Industri Halal

91
dalam Wisata Syariah dengan Konvensional.

Isdarmanto. (2017). Dasar Dasar Kepariwisataan dan Pengelolaan Destinasi

Pariwisata. Yogyakarta, Indonesia: Sekolah Tinggi Pariwisata

Ambarrukmo.

Jaelani, A. (2017). Halal Tourism Industry in Indonesian: Potential and Prospects.

International Review of Management and Marketing , 25.

Khadafi, A. (2017, April 6). tirto.id/saat-islam-jadi-agama-mayoritas-di-dunia-

cmdV. Dipetik 11 23, 2022, dari tirto.id: tirto.id/saat-islam-jadi-agama-

mayoritas-di-dunia-cmdV

Kusubandio, W. (2020). Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan,

Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di Daya Tarik Wisata. Jakarta:

Kemenparekraf.

Mabrurin, A. (2019). Analisis Pengembangan Potensi Pariwisata Syaiah Dalam

Meningkatkan perekonomian Masyarakat . Institutional Repository , 5.

Moelong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Muttaqin, R. (2018). Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Islam. Jurnal

Ekonomi Syariah dan Bisnis , Vol.1. No. 2. pages 118-120.

Nizar, M. A., & Aryunda, H. ( 2011). Pengaruh Pariwisata Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi di Indonesia. Jurnal Kepariwisataan Indonesia , Volume 6, No.

2, Pages 195-211.

Ratna, W. (2013). Analsis SWOT Industri Anyaman Pandan Sakayan Kampung

Lubuk Sariak Nagarai Kambang Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten

Pesisr Selatan.

92
Safira, R. E., Sholikah, W., & Rahmanto, D. N. (2019). Promosi Daerah dan E-

Marketing Pariwisata Halal Terhadap Keputusan Berkunjung Wisatawan

di Yogyakarta. Islamiconomic: Jurnal Ekonomi Islam , 64.

Sastrayuda, G. S. (2010). Pariwisata Syariah.

Spillane, J. J. (2010). Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta:

Kanisius.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif dan

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Surur, F. (2020). Wisata Halal Konsep dan Aplikasi. Makassar: Alauddin

University Pers.

Widagdyo, K. G. (2015). Analisis Pasar Pariwisata Halal Indonesia. The Journal

of Tauhidinomics , 73-80.

Wiendu, N. (1995). Perencanaan Pembangunan Regional dan Kawasan Untuk

Kepariwisataan Alam . Yogyakarta: Penerbit liberty.

Yoeti, O. A. (2014). Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Jakarta:

Pradnya Paramita.

Website

Web, T. (t.thn.). Tafsir Surat Al-Ankabut ayat 20. Dipetik 12 28, 2022, dari

TafsirWeb: https://tafsirweb.com/7246-surat-al-ankabut-ayat-20.html

(diakses pada 13 Januari 2023)

93
https://tafsirweb.com/7246-surat-al-ankabut-ayat-20.html (diakses pada 13 Januari

2023)

https://tafsirweb.com/11043-surat-al-mulk-ayat-15.html (diakses pada 13 januari

2023)

94
LAMPIRAN

1. Lampiran Deskriptif Jawaban Responden Dinas Pariwisata Kabupaten


Asahan
Nama Jabatan

Nazaruddin, SH. Ketua Bidang Pariwisata Dinas

Pariwisata Kabupaten Asahan

Pertanyaan : Bagaimana potensi pengembangan pariwisata halal dalam

meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat dari

adanya kawasan wisata masjid agung alun-alun dan taman

hutan kota kisaran ini?

Jawaban : Ya dengan adanya potensi kawasan wisata halal di Kabupaten

Asahan ini tentu akan dapat meningkatkan sektor perekonomian

masyarakat. Nah, dalam meningkatkan perekonomian di kawasan

objek wisata itu ada pihak kita membuat tempat khusus masyarakat

untuk berjualan dan tempat para wisatawan beristirahat. Dengan

adanya kegiatan pariwisata ini para pelaku umkm akan kita

berdayakan untuk berjualan wsiata kuliner khas dari daeerah kita,

kegiatan ini nantinya akan bekerjasama dengan pihak pemerintah

lainnya. Selain itu kita juga banyak mengadakan kegiatan-kegiatan

seperti senam, car free day di hari-hari tertentu dan juga kegiatan

yang sifatnya mampu menarik para masyarakat untuk berkumpul di

kawasan tersebut, nah sehingga dengan adanya kegiatan itu akan

mampu meningkatkan perekonomian para pelaku umkm tadi

melalui jual beli. Banyak juga dari adanya kawasan wisata halal ini

95
para pelaku ekonomi itu dia tidak hanya menjual jajanan kuliner

tetapi juga wahana untuk bermain yang sifatnya barang dan jasa.

Kawasan wisata yang kita punya ini juga menyediakan fasilitas

pendukung lainnya yang mampu meningkatkan wisatawan seperti

tempat untuk berfoto, bersantai dengan adanya taman rekreasi

untuk masyarakat yang singgah dari penatnya perjalanan,

karenakan kawasan wisata yang kita miliki ini lokasinya tepat

berada di pinggir jalan lintas sumatera, tentu ini menjadi pendukung

dalam meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.

Selain itu kita selaku stakeholder terus melakukan pengembangan

baik dari segi fasilitas dan aksesibilitas karena kita lihat masih

banyak terdapat ruang terbuka yang bisa dimanfaatkan untuk

menarik para wistawan dan tentunya juga agar para wisatawan

menjadi nyaman dan tentram ketika berkunjung ke kawasan wisata

tersebut. Kita juga akan terus melakukan pemanfaatan teknologi

selaku media informasi dan promosi.

Pertanyaan : Bagaimana dampak dari adanya pengembangan pariwisata halal

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di kawasan wisata

halal masjid agung alun-alun dan taman hutan kota kisaran ini?

Jawaban : Sejauh ini dampaknya kita lihat cukup baik ya, terlebih banyaknya

kegiatan-kegiatan yang mampu meningkatkan perekonomian

masyarakat di sekitar kawasan wisata itu. Seperti kegiatan yang

kami bilang tadi. Kami juga membuat dan mengajak para

pemerintah di kecamatan dan desa untuk terus mendukung wisata

96
ini, ikut mempromosikan kepada masyarakat luas khususnya di

Kabupaten Asahan ini.

Selain itu kita juga, memberikan fasilitas kepada para pelaku umkm

itu kita bangunkan lokasi tempat mereka untuk jualan, sehingga

dapat memberikan mereka kenyamanan dan keamanan untuk

berjualan. Nah dari adanya ini pengembangan di kawasan wisata itu

tentu memiliki dampak yang baik. Baik itu kepada para pelaku

usaha maupun terhadap para wisatawan yang berkunjung.

Tidak hanya di bidang kuliner saja yang kita fasilitasi, namun

kepada para pelaku usaha bidang barang dan jasa, seperti wahana

hiburan untuk bermain juga kita fasilitasi, sehingga ini kita

harapkan dapat meningkatkan para pengunjung baik itu masyarakat

sekitar maupun dari luar daerah. Jadi kita juga nantinya akan terus

melakukan pengembangan di kawasan wisata ini.

2. Lampiran Deskriptif Jawaban Responden BKM Masjid Agung H.


Achmad Bakrie
Nama Jabatan

Ust. Ahmad Qosyim Marpaung Ketua BKM Masjid Agung H. Achmad

Bakrie

Pertanyaan : Bagaimana potensi pengembangan pariwisata halal dalam

meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat dari

adanya kawasan wisata masjid agung alun-alun dan taman hutan

kota kisaran ini?

97
Jawaban : Sampai dengan hari ini, secara formal kita belum ada kegiatan

perekonomian di masjid ini. Tapi kalo dari sisi ekonominya

banyak kita rencanakan kedepannya untuk melakukan kegiatan

kedai syariah yang nantinya menjual souvenir dari para usaha

usaha umkm di Kabupaten Asahan. Selain itu kita juga nantinya

akan membangun kantin kering untuk para jama’ah yang

berkunjung, karena itu kita lihat para pengunjung masjid per hari

itu berkisar 800 orang lain di hari weekend dan dihari weekend

itu selepas zuhur kita mengadakan pengajian syiar dakwah.

Melihat dari itu kita juga ingin berperan dalam meningkatkan

ekonomi umat karena kita akui kawasan ini memiliki potensi

wisata yang baik. Di mana di samping kawasan masjid ini

terdapat kawasan alun-alun dan taman hutan kota yang tentunya

dapat meningkatkan ekonomi masyarakat. Nah kitakan fokusnya

di masjid agung ini.

Pertanyaan : Bagaimana dampak dari adanya pengembangan pariwsata halal

dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di kawasan wisata

halal masjid agung alun-alun dan taman hutan kota kisaran ini?

Jawaban : Jadi dengan adanya dampak dari rencana yang akan kita bangun

dalam meningkatkan ekonomi umat ini, kita berharap memiliki

dampak yang positif, dengan adanya rancangan pembentukan

kedai syariah dan kantin karena para pengunjung itu tentu akan

membeli hasil produk dari adanya kedai syariah itu, seperti yang

tadi disebutkan snack, minuman, souvenir khas Asahan. Inikan

98
potensi yang kita miliki di masjid ini, dan kita juga optimis

mampu meningkatkan ekonomi umat tersebut.

3. Lampiran Deskriptif Jawaban Responden Para Pelaku Usaha


Nama Status

Sucipto Pedagang Es Tebu

Pertanyaan : Bagaimana dengan adanya potensi wisata ini dalam meningkatkan

perekonomian khususnya terhadap para pedagang?

Jawaban : Kalau dibandingkan dulu dimana kami berjualan di pinggir jalan

tentu sekarang dengan adanya pengembangan kawasan wisata ini

kami sangat terbantu sekali, terlebih lagi dengan adanya bangunan

fasilitas yang dapat kami tempati untuk berjualan, ini tentu

membuat kami menjadi lebih tertib dan aman.

Pertanyaan : Bagaimana dampak dari adanya pengembangan pariwisata halal

ini dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya

para pedagang?

Jawaban : Tentu ini sangat berdampak baik sekali, karena kami di fasilitasi ya

walau kawasan ini baru di buka beberapa bulan yang lalu, karena

tahap pembangunan. Walaupun baru dibuka ternyata minat

pengunjung juga menjadi ramai ya, dan kami para pedagang

menjadi lebih diberdayakan. Walau kami di fasilitasi kami juga

tetap membayar distribusi karenakan untuk penggunaan listrik dan

air. Tapi dengan adanya fasilitas ini para pedagang menjadi

99
nyaman.

Pertanyaan : Apa yang menjadi harapan para pedagang kedepannya dari adanya

potensi wisata ini?

Jawaban : Harapan kami tentunya kepada pihak pengelola khususnya

pemerintah terus melakukan pengembangan ya baik dari segi

fasilitas, pembangunan wahana, dan yang sifatnya mampu

menarik minat para pengunjung. Sehingga menjadikan kawasan

wisata ini ramai dan bisa meningkat daya beli di dagangan kami.

Nama Status

Ramlan Pedagang Bakso

Pertanyaan : Bagaimana dengan adanya potensi wisata ini dalam meningkatkan

perekonomian khususnya terhadap para pedagang?

Jawaban : Ya dengan adanya kegiatan wisata ini kita para pedagang menjadi

lebih ini ya penghasilannya dapat meningkat, dikarenakan kita

dibangunkan lokasi, yang dimana lokasinya merupakan tempat

yang strategis untuk para wisatawan berkumpul. Hal ini tentu

menjadi potensi terkhususnya kita pelaku usaha ekonomi di

kawasan wisata ini.

Pertanyaan : Bagaimana dampak dari adanya pengembangan pariwisata halal

ini dalam meningkatkan perekonomian masyarakat khususnya

para pedagang?

Jawaban : Jadi dengan adanya kawasan wisata ini, tentu dampak yang kami

rasakan saat ini sangat baik, para pengunjung juga ramai dan daya

jual kami juga semakin membaik, daripada sebelum adanya

100
pemberdayaan lokasi ini.

Pertanyaan : Apa yang menjadi harapan para pedagang kedepannya dari adanya

potensi wisata ini?

Jawaban : Harapannya sama, dimana kami mengharapkan kepada pihak

pemerintah sebagai pengelola untuk terus membangun fasilitas

yang bisa meningkatkan para wisatawan. Karenakan ini sudah

menjadi ikon di Kabupaten Asahan.

4. Lampiran Deskriptif Jawaban Responden Wisatawan


Nama Status

Idham Mahasiswa

1. Saya hanya beberapa kali berkunjung kesini.

2. Untuk fasilitas di kawasan wisata ini sudah memadai ya, baik dari segi

3. kenyamanan, tempat bermain dan aksesnya sangat strategis.

4. Untuk wisata halal saya pernah dengar tetapi belum begitu tau sekali.

5. Untuk kegiatan wisata halal yang ada di kawasan wisata ini harapannya

semoga terus adanya perbaikan supaya bisa meningkatkan kegiatan

perekonomian khususnya ini kepada para pedagang yang ada di sekitar

kawasan. Dan kita lihat juga pemerintah sudah memberikan mereka

tempat untuk berjualan itu suatu gebrakan baik dalam meningkatkan

ekonomi masyarakat.

Nama Status

Zidan Mahasiswa

1. Saya sudah cukup sering berkunjung kesini.

101
2. Fasilitas di kawasan wisata ini kalau saya lihat baik dari segi toilet

umum, tempat bersantai, tempat sampah dan fasilitas lainnya ini sudah

sangat baik dan lengkap ya. Lokasi kawasan wisata ini juga berletak

dipinggir jalan lintas otomatis untuk para wisatawan yang berpergian

bisa mampir.

3. Saya sudah pernah dengar wisata halal itu karena pemerintah sering

mendorong kegiatan wisata halal.

4. Harapannya untuk kegiatan wisata halal yang ada di kawasan ini, para

pengunjung lebih tertib dan mematuhi aturan yang berlaku, terlebih lagi

di kawasan masjid itu kan itu yang menjadi ikon halal itu ya. Terus

untuk fasilitas lebih diperbanyak lagi, pokoknya hal-hal yang bisa

menarik pengunjung itu diperbaiki, supaya dengan lebih ramainya

pengunjung para pelaku usaha atau pedagangkan ekonomi mereka bisa

meningkat.

102
5. Lampiran Surat Penelitian BKM Masjid Agung

103
6. Lampiran Surat penelitian Dinas Pariwisata Kabupaten Asahan

104
7. Lampiran Bukti Pelaksanaan Penelitian BKM Masjid Agung Kabupaten
Asahan

105
4. Lampiran Dokumentasi Penelitian Oleh Pihak Dinas Pariwisata
Kabupaten Asahan

5. Lampiran Dokumentasi Penelitian Oleh Ketua BKM Masjid Agung


Kabupaten Asahan

6. Lampiran Dokumentasi Penelitian Dengan Pelaku Usaha di sekitar


kawasan wisata

106
7. Lampiran Objek Wisata

107

Anda mungkin juga menyukai