LAPORAN
LAPORAN
DI SUSUN OLEH :
NIM : B011201219
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia terdapat tiga pilar kekuasaan, yaitu Kekuasaan
Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif (Kehakiman). Berkaitan dengan Kekuasaan Kehakiman, dalam
Pasal 24 Undang-Undang Dasar 1945 (Perubahan) Jo. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004,
ditegaskan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan-
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan
agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.
Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) merupakan lingkungan peradilan yang terakhir dibentuk,
yang ditandai dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 pada tanggal 29 Desember
1986, adapun tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara (PERATUN) adalah untuk
mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang sejahtera, aman, tenteram serta tertib yang
dapat menjamin kedudukan warga masyarakat dalam hukum dan menjamin terpeliharanya
hubungan yang serasi, seimbang, serta selaras antara aparatur di bidang tata usaha negara
dengan para warga masyarakat. Dengan terbentuknya Peradilan Tata Usaha Negara
(PERATUN) menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-
nilai keadilan, kepastian hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) merupakan salah satu lembaga peradilan di Indonesia di
bawah kekuasaan Mahkamah Agung, yang mengurus sengketa yang terjadi pada pelaksanaan
administrasi negara atau tata usaha negara.
Sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana terdapat dalam Pasal 1 angka 10 Undang-undang Nomor
51 Tahun 2009 memiliki pengertian sebagai berikut :
“Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara
antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pebajat Tata Usaha Negara, baik
di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara,
termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Tujuan dibentuknya Peradilan Tata Usaha Negara adalah untuk memberikan perlindungan dan
kepastian hukum, tidak hanya untuk rakyat semata-mata melainkan juga bagi pemerintah. Hal
tersebut dilakukan dalam rangka menjaga dan memelihara keseimbangan antara kepentingan
masyarakat dengan kepentingan individu demi terwujudnya pemerintahan yang kuat, bersih dan
berwibawa dalam negara hukum berdasarkan Pancasila.
Adapuun fungsi PTUN yaitu Melakukan Pembinaan Pejabat Struktural dan Fungsional Serta
Pegawai Lainnya, Baik Menyangkut Administrasi, Teknis, Yustisial Maupun Administrasi Umum;
Melakukan Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas dan Tingkah Laku Hakim dan Pegawai Lainnya;
Menyelenggarakan Sebagian Kekuasaan Negara Dibidang Kehakiman.
BAB II
ISI
SIDANG 1
b. Peristiwa Sidang
- Hadirin dimohon berdiri sebelum hakim masuk.
- Menyebut nomor sidang lalu menyatakan terbuka untuk umum.
- Pembuktian (surat dan keterangan saksi) dihadirin oleh Penggugat dan Tergugat.
- Tergugat menambahkan bukti surat dan Penggugat menambahkan bukti.
- Kemudian pemeriksaan saksi, pihak Penggugat menghadirkan saksi mata dari Penggugat 2
orang (sebelumnya hakim memberikan saran untuk proses pemeriksaannya apakah mau
diperiksa secara terpisah atau secara bersamaan).
- Majelis hakim pertama menanyakan identitas para saksi, mulai dari KTP.
- Saksi 1 : Menjelaskan tentang Objek Sengketa. Merupakan pensiunan tahun 2005, di
Tamalate jabatannya. Kasi umum yang mengurus masalah tanah. Saksi mengetahui lokasi
objek yaitu di Kecamatan Bonggaya.
- Saksi 2: Orang yang dipercaya kepada Mapolda untuk menjaga wilayah Mappoadang.
Menerangkan bahwa dia sudah tinggal lama di wilayah Sengketa, dia menyebutkan bahwa
semua penghuni adalah Polisi, dan tidak pernah ada BPN yang datang mengukur tanah.
- Saksi 3 : Merupakan pelayanan markas Asrama Mappaoddang . Dia melakukan pendataan
terhadap asrama tersebut pada bulan Agustus tahun 2023 Aspol Mappaoddang. 17 rumah (11
bangunan sendiri)) personil aktif 17 orang.
- Pemeriksaan saksi selesai, Majelis Hakim menutup sidang.
- E-Court sidang dilanjutkan pada Selasa, 21 November 2023 pada pukul 10.00.
SIDANG 2
a. No.Perkara : 65/G/2023/PTUN.MKS
Waktu : Rabu, 8 November 2023
Hakim : Muhammad Aly Rsumin, S.H., Budiaman Rodding, S.H. dan Christian Edni Putra, S.H.
Panitera Pengganti : Asgem Jaya, S.H.
Penggugat :
1. Andi Burhanuddin
2. Muhammad Israq
3. Ahmad S.E.
4. Suhardi, S.Sos.
5. Muchlis Jerry Ruslim
6. Budi Setiawan
7. Muhammad Nur Syahid
8. Hardi
b. Peristiwa Sidang
- Penyerahan tambahan bukti surat dari penggugat
- Penyerahan bukti surat terjadi cukup lama
- Penggugat kebingungan menyerahkan tambahan bukti surat karena penggugat tidak
membawa list daftar bukti surat
- Penggugat menyerahkan 1 tambahan bukti surat
SIDANG 3
a. No.Perkara : 67/G/2023/PTUN.MKS
Waktu : Rabu, 8 November 2023
Hakim : Taufik Perdana, S.H.,M.H., Andi Putri Bulan, S.H.,M.H, dan Ida Faridha, S.H.
Panitera Pengganti : Lisa Lusiana Farida, S.H.
Penggugat :
1. Hasan Hamzah
2. Iwan
3. Hj. Asriah
4. Budir
5. Hj.Napsiah
6. Marhaya
7. Erna
8. Djalil
9. Sitti Radiah
b. Peristiwa Sidang
- Penyerahan tambahan bukti
- Penggugat menyerahkan tambahan bukti di majelis hakim
- Pada tanggal 10 november 2023 akan diadakan pemeriksaan setempat
- Hakim menutup sidang
SIDANG 4
Penggugat : Pribadi
b. Peristiwa Sidang
- Penyerahan tambahan bukti surat dari penggugat
- Penyerahan bukti surat terjadi cukup lama
- Penggugat kebingungan menyerahkan tambahan bukti surat karena penggugat tidak
membawa list daftar bukti surat
- Penggugat menyerahkan 1 tambahan bukti surat
LAMPIRAN
A. FOTO SIDANG