Putusan 235 YOHANES
Putusan 235 YOHANES
EKSAMINASI PUTUSAN
TERHADAP PERKARA TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN
Oleh :
Tujuan eksaminasi secara umum adalah untuk menilai kualitas putusan hakim
dalam suatu persidangan, baik dalam konteks materiil maupun prosedur hukum acaranya
atau formil. Tidak hanya itu, eksaminasi dapat pula sebagai medium untuk melihat
kualitas penegak hukum, misalnya dalam pembuatan surat dakwaan, proses pembuktian,
hingga tuntutan kepada terdakwa. Sedangkan dari segi kemanfaatan bagi pemangku
kepentingan, dapat dibagi menjadi tiga bagian. Pertama, eksaminasi dapat digunakan oleh
Mahkamah Agung untuk meningkatkan kualitas hakim. Kedua, penilaian tim eksaminasi
bisa dimanfaatkan oleh penegak hukum, baik Kejaksaan Agung maupun Komisi
Pemberantasan Korupsi, untuk memperbaiki surat dakwaan, mekanisme pembuktian, dan
tuntutan pada masa yang akan datang. Ketiga, hasil eksaminasi dapat meningkatkan
pemahaman dan pembelajaran hukum masyarakat terhadap perkara yang menarik
perhatian.
Selain tiga hal umum di atas, eksamiansi terhadap putusan Pengadilan Negeri
Cilacap terhadap para terdakwa ini juga memiliki tujuan khusus, diantaranya:
1. Menilai substansi putusan hakim Pengadilan Negeri Cilacap terhadap para
terdakwa
2. Mencermati penerapan due process of law dalam proses penanganan perkara
para terdakwa.
PENDAHULUAN
• 1 (satu) unit handphone merk Iphone 11 warna merah dalam kondisi layar
pecah;
Dikembalikan kepada Saksi MELLY DWI AGUSTIN selaku yang berhak;
ISU HUKUM
BUKTI – BUKTI
EKSAMINASI
A. FILOSOFIS
Penganiayaan merupakan tindak pidana yang memang sudah seharusnya
bagi para pelakunya mendapatkan hukuman untuk mendapatkan efek jera. Hal
tersebut seperti putusan Hakim pada Nomor : 235/Pid.B/2023/ PN Clp, terhadap
tindak pidana penganiayaan yang diberikan pemidanaan selama 11 (sebelas) bulan
sedangkan hukuman maksimalnya 2 (dua) tahun 8 (delapan) bulan penjara. Tujuan
pemaparan ini ialah mengetahui bagaimanakah dasar pertimbangan Hakim dalam
penjatuhan pemidanaan terhadap orang/pelaku yang dengan sengaja melakukan
tindak pidana penganiayaan dan apakah putusan Hakim pengadilan Negeri Cilacap
terhadap orang/pelaku yang dengan sengaja melakukan tindak pidana penganiayaan
telah memenuhi fakta-fakta persidangan.
B. ASAS HUKUM
Asas kepastian hukum ini dalam bidang hukum pidana sering juga disebut
dengan asas legalitas.
Asas legalitas adalah adanya nash hukum yang mengatur, memelihara,
mengendalikan, memaksa, memberi sanksi, dan menetapkan semua bentuk
perbuatan yang dikategorikan melanggar hukum, baik mengerjakan yang dilarang
maupun meninggalkan yang diperintah. Dengan demikian arti legalitas adalah
“keabsahan sesuatu menurut nash atau undang-undang”.
Makna asas legalitas merupakan konsekuensi logis dari gagasan dasar yang
merupakan substansi asas legalitas, yaitu: perlindungan hak-hak individu warga
negara dengan cara membatasi kekuasaan penguasa (termasuk hakim) dan
pengaturan pembatasan melalui instrumen undang-undang pidana, serta
pemberlakuan ketentuan pidana tidak boleh berlaku surut.
Penerapan arti asas legalitas di Indonesia dapat dilihat pada Pasal 1 ayat (1)
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang berbunyi: “Tiada suatu
perbuatan dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan pidana dalam
perundangundangan yang telah ada, sebelum perbuatan dilakukan.”
C. HUKUM POSITIF
Peraturan mengenai penganiayaan dalam hukum pidana positif diatur secara
rinci dalam Pasal 351 KUHP turut mengancam para pelakunya dengan pidana
penjara bervariasi paling lama 7 tahun. Pasal tersebut menjelaskan secara rinci
tentang tindak pidana penganiayaan dengan ancaman pidana penjara. Peraturan-
peraturan inilah yang dijadikan sebagai dasar asas legalitas bagi hakim dalam
menjatuhkan hukuman bagi pelaku tindak pidana penganiayaan. Dalama kasus
penganiayaan dengan terdakwa Hilmi Maulana Akil Bin Mukhamad Sikin,
terbukti secara sah telah melanggar Pasal 351 ayat (1) KUHP. Tetapi dalam kasus
penganiayaan dengan Putusan Hakim Nomor 235/Pid.B/2023/PN Clp, terdakwa
hanya dijatuhkan pidana selama11 (sebelas) bulan yang dalam hal ini
memperhatikan patokan hasil bukti, pidana tersebut dirasa kurang karena pidana
yang dijatuhkan terlalu ringan.
D. MANFAAT HUKUM
Dalam yurisprudensi di Indonesia, kejahatan yang menyangkut tentang
penganiayaan dijatuhi pidana penjara, hal tersebut dimaksudkan supaya pelaku
dapat sadar dengan tindakannya, sehingga bisa lebih paham dan teliti dalam
bertindak. Selain itu Hakim dapat menetapkan pidana penjara sesuai tingkat
penganiayaan yang terjadi yang diatur dalam Pasal 351. Sehingga, jaksa penuntut
umum dan hakim dapat memberikan efek jera terhadap terdakwa, serta rasa malu
untuk tidak mengulangi lagi karena kebebasannya telah diambil dan adanya
pembinaan sehingga pelaku dapat merubah perilaku ke arah yang lebih baik atau
lebih tepatnya dapat dimasyarakatkan kembali.
KESIMPULAN
Putusan dan dakwaan yang ditujukan dengan dasar Pasal 351 ayat (1) Kitab
Undang-undang Hukum Pidana terhadap terdakwa tersebut kami beranggapan sangat tidak
berdasar dan tidak sesuai dengan aspek sosiologis dan psikis terdakwa yang dikategorikan
menurut hukum merupakan orang yang sudah dewasa dan orang yang sudah cakap hukum,
seyogyanya dengan dakwaan penganiayaan dimana terdakwa sebagai orang yang
merugikan pihak lain karena menjadikan rasa sakit, luka dan berpotensi terjadi kefatalan,
maka hukuman yang diberikan kepada terdakwa haruslah dapat semaksimal mungkin.
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id PUTUSAN
Nomor 235/Pid.B/2023/ PN Clp
Pengadilan Negeri
tersebut; Setelah
membaca :
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Cilacap Nomor 235/ Pid.B/ 2023/ PN
Clp tanggal 1 September 2023 tentang penunjukan Majelis Hakim;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 235/ Pid.B/ 2023/ PN Clp tanggal 1
September 2023 tentang penetapan hari sidang;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Terdakwa;
Setelah mendengar tanggapan dari Penuntut umum secara lisan atas permohonan
dari Terdakwa yang pada pokoknya Penuntut Umum menyatakan tetap pada tuntutanya,
serta tanggapan Terdakwa atas tanggapan penuntut umum tersebut secara lisan yang
pada pokoknya Terdakwa menyatakan tetap pada permohonanya;
Barang bukti yang mana setelah diperlihatkan di persidangan telah dibenarkan baik oleh
para Saksi maupun Terdakwa;
Menimbang, bahwa guna ringkasnya uraian dalam putusan ini maka segala
sesuatu yang belum tercantum ditunjuk sebagaimana yang termuat dalam berita acara
persidangan yang dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
putusan ini;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang diajukan
diperoleh fakta hukum, sebagai berikut :
• Bahwa pada hari Jumat, tanggal 21 April 2023, sekira pukul 23.30 WIB, pada
saat Terdakwa dan Saksi Melly Dwi Agustin sedang berada di dalam kamar kost
nomor 5 rumah kost milik Saksi Parliyati antara Terdakwa dan Saksi Melly Dwi
Agustin Terlibat pertengkaran;
• Bahwa saat itu Terdakwa hendak pergi dari kamar tersebut, namun kamar
kost dikunci oleh Saksi Melly Dwi Agustin, sehingga Terdakwa semakin emosi dan
hendak keluar melalui jendela kamar kost tersebut, namun kaki Terdakwa dipegangi
oleh Saksi Melly Dwi Agustin, lalu Terdakwa membanting helm untuk menakuti
Saksi Melly Dwi Agustin melepaskan kaki Terdakwa, namun Saksi Melly Dwi
Agustin tetap memegangi kaki Terdakwa, sehingga Terdakwa mendorong Saksi
Melly Dwi Agustin dengan menggunakan kaki Terdakwa dan mengenai hidung Saksi
Melly Dwi Agustin hingga mengeluarkan darah;
• Bahwa akibat perbuatan Terdakwa, Saksi Melly Dwi Agusti mengalami luka
rasa sakit pada bagian dahi dan hidung mengeluarkan darah;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 351 ayat (1) KUHP
dalam dakwaan tunggal Penuntut Umum terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tersebut;
Menimbang, bahwa oleh karena itu Terdakwa harus dinyatakan terbukti bersalah
dan dijatuhi pidana yang setimpal dengan perbuatannya;
Menimbang, bahwa oleh karena itu majelis hakim memandang putusan yang akan
dijatuhkan terhadap diri Terdakwa sebagaimana tercantum dalam amar putusan perkara
ini dipandang telah adil dan setimpal dengan perbuatan Terdakwa;
Menimbang, bahwa oleh karena dalam perkara ini Terdakwa telah dikenakan
penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut
harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
Mengingat, Pasal 351 ayat (1) KUHP dan Undang-undang Nomor 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang
bersangkutan;
MENGADILI :
Sutri Winarsih.