Anda di halaman 1dari 3

BIOGRAFI

SISINGAMANGARAJA XII

OLEH:

DAVID MARULITUA SIANTURI


XI IPS 5

SMA NEGERI 1 BINTAN TIMUR


SEMESTER GANJIL
TAHUN AJARAN 2023/2024
Sisingamangaraja XII (lahir di Bakara, 18 Februari 1845) adalah seorang raja di
negeri Toba, Sumatera Utara, pejuang yang berperang melawan Belanda, kemudian diangkat
oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak tanggal 9 November
1961.
Sisingamangaraja XII nama kecilnya adalah Patuan Bosar, yang kemudian digelari
dengan Ompu Pulo Batu. Ia juga dikenal dengan Patuan Bosar Ompu Pulo Batu, naik tahta
menggantikan ayahnya Sisingamangaraja XI yang bernama Ompu Sohahuaon, selain itu ia
juga disebut juga sebagai raja imam. Penobatan Sisingamangaraja XII sebagai maharaja di
negeri Toba bersamaan dengan dimulainya open door policy (politik pintu terbuka) Belanda
dalam mengamankan modal asing yang beroperasi di Hindia Belanda, dan yang tidak mau
menandatangani (perjanjian pendek) di Sumatera terutama Kesultanan Aceh dan Toba, di
mana kerajaan ini membuka hubungan dagang dengan negara-negara Eropa lainya. Di sisi
lain Belanda sendiri berusaha untuk menanamkan monopolinya atas kerajaan tersebut. Politik
yang berbeda ini mendorong situasi selanjutnya untuk melahirkan Perang Tapanuli yang
berkepanjangan hingga puluhan tahun.
Sisingamangaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja
Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatera Utara untuk
menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820,
Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai
Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat
sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan
kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII.
Kemudian pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang
markas Si Singamangaraja XII di Bakara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba. Pada
tahun 1878 pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig
Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah
pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan. Namun
kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian
mengumumkan pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos
Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada tanggal 1 Mei
1878, Bangkara pusat pemerintahan Si Singamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3
Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII beserta
pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja
yang tertinggal di Bakara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut
dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia Belanda. Walaupun Bakara telah
ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan perlawanan secara gerilya, namun sampai
akhir Desember 1878 beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta
Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belanda. Di antara tahun
1883-1884, Singamangaraja XII berhasil melakukan konsolidasi pasukannya. Kemudian
bersama pasukan bantuan dari Aceh, secara ofensif menyerang kedudukan Belanda antaranya
Uluan dan Balige pada tahun 1883 serta Tangga Batu pada tahun 1884.
Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan
Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang. Sebuah peluru
menembus dadanya, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans
Christoffel. Turut gugur waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta
putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja
XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung,
setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba.
Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige
sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah, Masyarakat dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai