Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Rakyat Batak


Sejak Belanda mencerngkramkan kekuasaannya di Nusantara, sejak saat itu pula
kehidupan masyarakat Nusantara ditentukan oleh keadaan politik yang terjadi di negeri
Belanda dan Eropa. Berbagai kebijakan yang ditetapkan oleh Belanda, semata-mata
semuanya adalah untuk mencari keuntungan untuk pihak Belanda sendiri, sedangkan rakyat
Indonesia yang dikuasai mengalami penderitaan yang cukup hebat karena harus menanggung
kebijakan yang menyengsarakan tersebut.
Selain melakukan kebijakan yang bertujuan untuk mencari keuntungan sebesarbesarnya di tanah jajahan, Belanda juga melakukan politik Pax Nederlandica dan mendukung
kegiatan kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris. Kedua hal tersebut dilakukan
Belanda dalam rangka melanggenkan kekuasaannya di Nusantara. Maka beragam reaksi
perlawan dilakukan oleh rakyat atas kebijakan Belanda yang menyengsarakan tersebut dan
proses kristenisasi yang dianggap sebagai sebuah hal yang bertentangan bagi rakyat
Indonesia yang pada saat itu sudah mempunyai agama. Perlawanan tersebut biasanya
dipimpin oleh para pemimpin lokal yang kebanyakan khawatir dengan politik Pax
Nedelandica yang akan merongrong daerah kekuasaannya.
Diantara banyak perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia beserta pemimpinnya,
salah satunya adalah perlawanan Tapanuli atau perang Tapanuli biasa disebut dengan perang
Batak yang berlangsung selama 29 tahun dengan tokoh terkenalnya yaitu Sisingamangaraja
XII.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut rumusan masalahnya adalah
1) Siapakah Sisingamangaraja XII?
2) Faktor apa yang menyebabkan terjadinya perang Batak ?
3) Bagaimana jalan perang Batak ?

1 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

BAB II
PEMBAHASAN
1) Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII adalah sosok yang tidak asing lagi di daftar Nama-Nama
Pahlawan Nasional Indonesia. Ia dinobatkan sebagai pahlawan nasional tanggal 19
November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Sisingamangaraja XII memiliki
nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17
Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru
Situmorang. Ayahnya wafat pada tahun 1876, sehingga Sisingamangaraja XII dinobatkan
menjadi penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun. Gelarnya adalah Sisingamangaraja XII.
Sisingamangaraja berasal dari tiga kata, yaitu si, singa, dan mangaraja. Si adalah kata
sapaan, singa merupakan bahasa Batak yang berarti bentuk rumah Baka, sedangkan
mangaraja sama maksudnya dengan kata maharaja. Jadi Sisingamangaraja berarti
Maharaja orang Batak.
Ada dua versi tentang asal-usul Sisingamangaraja dan kerjaan Batak. versi pertama
mengatakan Sisingamanagaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja
Pagaruyung yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling ke Sumatera Utara
untuk menempatkan pejabat-pejabatnya. Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun
1820, Raffles menulis bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai
Sisingamangaraja yang merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat
sebuah arca batu berbentuk manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung.
Sampai awal abad ke-20, Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada
pemimpin Minangkabau melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya
kepada pemimpin Pagaruyung.
Sedangkan versi kedua berasal dari mitos rakyat yang diceritakan dalam berbagai versi lagi,
namun secara garis besar versi itu menyatakan Manghuntal (Sisingamanagaraja I) adalah
keturunan Bona Ni Onan bermarga Sinambela. Sebelum kelahirannya Sisingamaraja I telah
diramalkan bahwa ia adalah titisan dari Batara Guru dan akan menjadi seorang raja besar.
Setelah dewasa Manguntal akhirnya menjadi raja setelah berhasil mencabut keris yang
bernama Piso Gaja Dompak (Pisau Gajah Penangkal). Piso Gaja Dompak dinyakini tidak
akan bisa dicabut dari sarungnya oleh seseorang yang tidak memiliki kesaktian, kecuali oleh
orang yang memiliki kesaktian dan orang yang menjadi titisan Batara Guru (orang yang
memang sudah ditakdirkan menjadi Raja).
2 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

Berikut ini adalah silsilah Raja Sisingamangaraja dari urutan 1 sampai ke 12 adalah sebagai
berikut:
1. Raja Manghuntal / Sisingamangaraja I
2. Raja Tinaruan / Sisingamangaraj II
3. Raja Itubungna / Sisingamangaraja III
4. Sori Mangaraja / Sisingamangaraja IV
5. Ampallongos / Sisingamangaraja V
6. Amangulbuk / Sisingamangaraja VI
7. Ompu Tuan Lombut / Sisingamangaraja VII
8. Ompu Sotarunggal / Sisingamangaraja VIII
9. Ompu Sohalompoan / Sisingamangaraja IX
10. Ompu Tuan Na Bolon / Sisingamangaraja X
11. Ompu Sohahuaon / Sisingamangaraja XI
12. Patuan Bosar / Sisingamangaraja XII
Singamangaraja XII meninggal pada 17 Juni 1907 dalam sebuah pertempuran dengan
Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang. Sebuah peluru
menembus dadanya, akibat tembakan pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Hans
Christoffel. Turut gugur waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, serta
putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung. Sisingamangaraja
XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907 di Silindung,
setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba.
Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung, Balige
sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah, Masyarakat dan keluarga.

2) Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Perang Batak

3 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

a). Sebab umum.


- Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih menganut agama Batak kuno (Animisme
dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di Tapanuli.
- Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk menguasai daerah
Tapanuli.
- Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas pejuang Padri dan pemimpin-pemimpin
Aceh banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli.
b). Sebab Khusus.
Penolakan Raja Si Singamangaraja ke-XII atas penyebaran agama Kristen di daerah Tapanuli.
Perang Tapanuli (1878-1907) terjadi karena kebijakan Belanda di Nusantara, dan berlaku
juga di Tapanuli, membuat rakyat mengalami penderitaan yang hebat. Banyak para petani
yang kehilangan tanah dan pekerjaannya karena diberlakukannya politik liberal yang
membebaskan kepada para pengusaha Eropa untuk dapat menyewa tanah penduduk pribumi.
Dan dalam pelaksanaanya banyak penduduk pribumi yang dipaksakan untuk menyewakan
tanahnya dengan harga murah. Untuk itu Sisingamangaraja mengadakan perlawanan terhadap
Belanda.
Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
1. Raja Si Singa Mangaraja XII tidak mau daerah kekuasaannya dikuasai dan makin
diperkecil oleh Belanda. Ia tak terima kota Natal, Mandailing, Angkola, Sipirok di
Tapanuli Selatan di kuasai oleh Belanda.
2. Belanda ingin mewujudkan Pax Netherlandica (lingkungan Hindia-Belanda).
3. Si Singa Mangaraja XII memandang gerakan kristenisasi akan membahayakan tanah
Batak.

3) Jalannya Perang Batak


4 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

Sampai abad ke-18, hampir seluruh Sumatera sudah dikuasai Belanda kecuali Aceh dan
tanah Batak yang masih berada dalam situasi merdeka dan damai di bawah pimpinan Raja
Sisingamangaraja XII yang masih muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikitsedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII mengunjungi suatu negeri semua yang
terbeang atau ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII memang terkenal anti
perbudakan, anti penindasan dan sangat menghargai kemerdekaan.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan kepada
pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian
pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang markas
Sisingamangaraja XII di Bangkara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba.
Pada tanggal 6 Februari 1878 pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman penginjil
Ingwer Ludwig Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai
penerjemah pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng
pertahanan. Namun kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII,
yang kemudian mengumumkan pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878 dan
penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang
dipimpin oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada tanggal 1 Mei
1878, Bangkara pusat pemerintahan Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3
Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII beserta
pengikutnya dapat menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja
yang tertinggal di Bangkara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut
dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia-Belanda.
Walaupun Bangkara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan
perlawanan secara gerilya, namun sampai akhir Desember 1878 beberapa kawasan seperti
Butar, Lobu Siregar, Naga Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh pasukan
kolonial Belanda.
Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan dengan pasukan Aceh
dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama Islam untuk meningkatkan kemampuan
tempur pasukannya. Dia berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan
turut serta pula dalam latihan perang Keumala. Karena Belanda selalu unggul dalam
persenjataan, maka taktik perang perjuangan Batak dilakukan secara tiba-tiba, hal ini mirip
dengan taktik perang Gerilya.

5 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

Pada tahun 1888, pejuang-pejuang Batak melakukan penyerangan ke Kota Tua. Mereka
dibantu orang-orang Aceh yang datang dari Trumon. Perlawanan ini dapat dihentikan oleh
pasukan Belanda yang dipimpin oleh J. A. Visser, namun Belanda juga menghadapi kesulitan
melawan perjuangan di Aceh. Sehingga Belanda terpaksa mengurangi kegiatan untuk
melawan Sisingamangaraja XII karena untuk menghindari berkurangnya pasukan Belanda
yang tewas dalam peperangan.
Pada tanggal 8 Agustus 1889, pasukan Sisingamangaraja XII kembali menyerang
Belanda. Seorang prajurit Belanda tewas, dan Belanda harus mundur dari Lobu Talu. Namun
Belanda mendatangkan bala bantuan dari Padang, sehingga Lobu Talu dapat direbut kembali.
Pada tanggal 4 September 1889, Huta Paong diduduki oleh Belanda. Pasukan Batak terpaksa
ditarik mundur ke Passinguran. Pasukan Belanda terus mengejar pasukan Batak sehingga
ketika tiba di Tamba, terjadi pertarungan sengit. Pasukan Belanda ditembaki oleh pasukan
Batak, dan Belanda membalasnya terus menerus dengan peluru dan altileri, sehingga pasukan
Batak mundur ke daerah Horion.
Sisingamangaraja XII dianggap selalu mengobarkan perlawanan di seluruh Sumatra Utara.
Kemudian untuk menanggulanginya, Belanda berjanji akan menobatkan Sisingamangaraja
XII menjadi Sultan Batak. Sisingamangaraja XII tegas menolak iming-iming tersebut,
baginya lebih baik mati daripada menghianati bangsa sendiri. Belanda semakin geram,
sehingga mendatangkan regu pencari jejak dari Afrika, untuk mencari persembunyian
Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal. Oleh pasukan
Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki Si Gurbak Ulu Na Birong. Tetapi pasukan
Sisingamangaraja XII pun terus bertarung. Panglima Sarbut Tampubolon menyerang tangsi
Belanda di Butar, sedang Belanda menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu
Babiat Situmorang. Tetapi Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong Nihuta,
Hutaraja,

Simangarongsang,

Huta

Paung,

Parsingguran

dan

Pollung.

Panglima

Sisingamangaraja XII yang terkenal Amandopang Manullang tertangkap. Dan tokoh


Parmalim yang menjadi Penasehat Khusus Raja Sisingamangaraja XII, Guru Somaling
Pardede juga ditawan Belanda. Ini terjadi pada tahun 1906.
Tahun 1907, pasukan Belanda yang dinamakan Kolonel Macan atau Brigade Setan
mengepung Sisingamangaraja XII. Tetapi Sisingamangaraja XII tidak bersedia menyerah. Ia
bertempur sampai titik darah penghabisan. Boru Sagala, Isteri Sisingamangaraja XII,
ditangkap pasukan Belanda. Ikut tertangkap putra-putri Sisingamangaraja XII yang masih
kecil. Raja Buntal dan Pangkilim. Menyusul Boru Situmorang Ibunda Sisingamangaraja XII
juga ditangkap, menyusul Sunting Mariam, putri Sisingamangaraja XII dan lain-lain.
6 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

Tahun 1907, di pinggir kali Aek Sibulbulon, di suatu desa yang namanya Si Onom Hudon, di
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang, gugurlah
Sisingamangaraja XII oleh peluru Marsuse Belanda pimpinan Kapten Christoffel.
Sisingamangaraja XII gugur bersama dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta
putrinya Lopian. Pengikut-pengikutnya berpencar dan berusaha terus mengadakan
perlawanan, sedangkan keluarga Sisingamangaraja XII yang masih hidup ditawan, dihina dan
dinista, mereka pun ikut menjadi korban perjuangan. Gugurnya Sisingamangaraja XII
merupakan pertanda jatunya tanah Batak ke tangan Belanda.
4) Akhir Perang
Yang awalnya pasukan Si Singa Mangaraja masih melakukan perlawana namun tahun
1900 kekuatan Si Singa Mangaraja semakin surut. Sehingga perlawanna tidak dikerahkan
untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin melainkan memperthankan diri dari
serangan lawan selain penduduk daerah Dairi dan Pak Pak Masih setia kepada mereka.
Selain itu Belanda juga melakukan gerakan pembasmi gerakan gerakan perlawanan yang
ada diSumatera ( Aceh dan Batak). Operasi diketuai oleh Overste Van Daelan yang bergerak
dari Aceh terus ke Batak. Mereka mengadakan pengepungan dan mebakar kamung
kampung yang membangkan pertempuran semakin sengit antara kedua belah pihak.
Pada saat Belanda sampai di daerah pak Pak dan Dairi pasukan Si Singa Mangaraja
semakin terkepung sedangkan di lain pihak hubungan mereka dengan Aceh sudah terputus.
Denga terdesaknya pasukan Si Singa Mangaraja merka terus berpindah pindah dari satu
tempat ketempat yang lain untuk menyelamatkan diri. Tahun 1907 pengepungan yag
dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singa Mangaraja dilakukan secara intensif yang
dipimpin oleh Hans Christoffel.
Dimulai menelusuri jejak Si Singa Mangaraja oleh Belanda namun merak gagal
menangkap Si Singa Mangaraja dan anak istri Si Singa Mangaraja ditawan oleh Belanda.
Boru Situmorang ibu Si Singa Mangaraja tertangkap dan dijadikan tawanan perang oleh
Belanda sementara itu Si Singa Mangaraja belum juga mneyerahkan diri dan belanda terus
mencari sampai tanggal 28 Mei pihak belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada
di Barus maka Wenzel menarahkan pasukan untuk menangkapnya tetapi tidak berhasil.
4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di Penegen
dan Bululage dan mereka melakukan pengerebekan melalui Huta Anggoris yang tak jauh
dari panguhon. Ternyata Si Singa Mangaraja telah meninggalkan tepat itu sebelum mereka
datang. Si Singa Mangaraja terus menyikir ke darah Alahan sementara itu Belanda terus
7 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

mengejar melalui kampung Batu Simbolon, Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar
ditangkap karena dicurigai bekerjasma dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang
dilakukan Belanda tanggal 17 jJuni 1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik
Sibulbulon ( derah Dairi ) dalam keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya terus
mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh Belanda
sehingga pada saat itu Si Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat yang bersamaan
anak perempuan dan dua putra laki lakinya juga gugur sedankan istri, ibu dan putra putra
masih menjadi tawana perang oleh Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka
seluruh daerah Batak menjadi milik Belanda. Sejak saat itu kerja rodi didaerah ini meraja
lelah struktur tradisional masyarakat semaki lama semakin runtuh.

8 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

5) Dampak Perang
Orang batak banyak terbunuh dan banyak kerugian yang ditimbulkam, rumah rumah
hancur dibakar, agama Keristen saat itu meraja lelah tampa ada halangan dari pihak manapun
sedangkan pihak Belanda mengalami kebangkrutan dana yag disebakan karena saat
bersamaan Belanda juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga didatang pasukan
pasukan dari luar yang dibayar mahal.
a).

Bidang

Politik.

Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya oleh pemerintah kolonial Hindia
Belanda.
b).

Bidang

ekonomi.

Dikuasainya monopoli perdagangan di sana terutama hasil perkebunannya seperti tembakau.


c).

Bidang

sosial.

Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara meluas yang menyebabkan berubahnya


keyakinan masyarakat sebelumnya.

BAB III
9 | M A K A L A H S E J A RA H P E R L AWA N A N RA KYAT B ATA K

PENUTUP

c.Kesimpulan
Sisingamangaraja XII memiliki nama asli Pantuan Besar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di
Bakkara, Tapanuli, Sumatra Utara, 17 Juni 1849. Ayah dan Ibunya bernama Sisingamangaraja
XI (Ompu Sohahuaon) dan Boru Situmorang. Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi
penerus ayahnya di usia yang baru 19 tahun setelah ayahnya wafat pada tahun 1876.
1. Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun yang berawal dari ketidak sukaan Si Singa
Mangaraja terhadap Belanda yang sengaja menyebarkan agama keristen yang mengakibatkan
Si Singa Mangaraja melakukan perlawan karena takut Belanda menguasai daerah tesebut
secara luas lagi sehingga ia takut peranya sebagai pemimpin dapat disingkirkan oleh Belanda
disisi lain Si Singa Mangaraja sebagai pemimpin juga takut Belanda mempengaruhi rakyat
dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana. Perperangan demi perperangan yang
terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak. Perperangan yang berlangsung sangat lama
berhasil dimenangkan oleh Pihak Belanda dengan gugurnya Si Singa Mangaraja di medan
perang. Sehingga Belanda berhasil menduduki daerah Batak keseluruhannya.
2.

Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan perlawanan terhadap

Belanda:
a) Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
b) Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen di Tapanuli dan sekitarnya
c) Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax Netherlandica.
3.

Perang ini diawali dengan permintaan bantuan para misionaris di Silindung dan Bahal

Batu kepada pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Dan
berakhir dengan gugurnya Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah
pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si
Onom Hudon.

DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Noto S. 1984. Sejarah
Nasional Jilid

VI.Jakarta : balai Pustaka

10 | M A K A L A H S E J A R A H P E R L A W A N A N R A K Y A T B A T A K

Dekker,Nyman.1975.Sejarah Indonesia dalam Abad XIX.YPTP Ikip


Malang : Amamater
Sidjabat,Bonar.1982. Ahu Si Singamangaraja. Jakarta : Kintamani Ofset

11 | M A K A L A H S E J A R A H P E R L A W A N A N R A K Y A T B A T A K

Anda mungkin juga menyukai