Anda di halaman 1dari 15

PERANG BATAK

OLEH
KELOMPOK 3:
1. FAUZAN FADHLULRAHMAN
2. MARSHANDA DELON
3. MIMI MUHARMI YESA
4. NURUL SUKMA HADI
5. RAHMAT ALWI WIYATA RIZAL
6. WIWIL DZIL IZZATIL
KELAS: XI MIPA 3
LATAR BELAKANG
Belanda melakukan politik Pax Nederlandica dan mendukung kegiatan
kristenisasi yang dilakukan oleh para misionaris. Kedua hal tersebut
dilakukan Belanda dalam rangka melanggenkan kekuasaannya di
Nusantara. Maka beragam reaksi perlawan dilakukan oleh rakyat atas
kebijakan Belanda yang menyengsarakan tersebut dan proses kristenisasi
yang dianggap sebagai sebuah hal yang bertentangan bagi rakyat
Indonesia yang pada saat itu sudah mempunyai agama. Perlawanan
tersebut biasanya dipimpin oleh para pemimpin lokal yang kebanyakan
khawatir dengan politik Pax Nedelandica yang akan merongrong daerah
kekuasaannya .
Diantara banyak perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia beserta
pemimpinnya, salah satunya adalah perlawanan Tapanuli atau perang
Tapanuli biasa disebut dengan perang Batak yang berlangsung selama 29
tahun dengan tokoh terkenalnya yaitu Sisingamangaraja XII.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
PERANG BATAK
A. Sebab umum.

- Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih


menganut agama Batak kuno (Animisme dinamisme)
atas penyebaran agama Kristen di Tapanuli.
- Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan
Zending untuk menguasai daerah Tapanuli.
- Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas
pejuang Padri dan pemimpin-pemimpin Aceh banyak
melarikan diri ke daerah Tapanuli.
B. Sebab Khusus.
Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII
mengadakan perlawanan terhadap Belanda:
1. Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
2. Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen
di Tapanuli dan sekitarnya
3. Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka
Pax Netherlandica.
4. Kemarahan sisingamangaraja atas penempatan
pasukan Belanda di Tarutung
JALANNYA PERANG
Sampai abad ke-18, hampir seluruh Sumatera sudah
dikuasai Belanda kecuali Aceh dan tanah Batak yang
masih berada dalam situasi merdeka dan damai di
bawah pimpinan Raja Sisingamangaraja XII yang masih
muda. Rakyat bertani dan beternak, berburu dan sedikit-
sedikit berdagang. Kalau Raja Sisingamangaraja XII
mengunjungi suatu negeri semua yang “terbeang” atau
ditawan, harus dilepaskan. Sisingamangaraja XII
memang terkenal anti perbudakan, anti penindasan dan
sangat menghargai kemerdekaan.
Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu
meminta bantuan kepada pemerintah kolonial Belanda dari
ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian pemerintah
Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang
markas Sisingamangaraja XII di Bangkara tetapi sekaligus
menaklukkan seluruh Toba.
Pada tanggal 6 Februari 1878 pasukan Belanda sampai di
Pearaja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig Nommensen.
Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai
penerjemah pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk
menyusun benteng pertahanan. Namun kehadiran tentara kolonial
ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang kemudian
mengumumkan pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878
dan penyerangan ke pos Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan.
Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle
bersama tambahan pasukan yang dipimpin oleh Kolonel
Engels sebanyak 250 orang tentara dari Sibolga. Pada
tanggal 1 Mei 1878, Bangkara pusat pemerintahan
Sisingamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3
Mei 1878 seluruh Bangkara dapat ditaklukkan namun
Singamangaraja XII beserta pengikutnya dapat
menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi.
Sementara para raja yang tertinggal di Bangkara dipaksa
Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut
dinyatakan berada dalam kedaulatan pemerintah Hindia-
Belanda.
Karena lemah secara taktis, Sisingamangaraja XII menjalin hubungan
dengan pasukan Aceh dan dengan tokoh-tokoh pejuang Aceh beragama
Islam untuk meningkatkan kemampuan tempur pasukannya. Dia
berangkat ke wilayah Gayo, Alas, Singkel, dan Pidie di Aceh dan turut
serta pula dalam latihan perang Keumala. Karena Belanda selalu
unggul dalam persenjataan, maka taktik perang perjuangan Batak
dilakukan secara tiba-tiba, hal ini mirip dengan taktik perang Gerilya.

Pada tahun 1888, pejuang-pejuang Batak melakukan penyerangan ke


Kota Tua. Mereka dibantu orang-orang Aceh yang datang dari Trumon.
Perlawanan ini dapat dihentikan oleh pasukan Belanda yang dipimpin
oleh J. A. Visser, namun Belanda juga menghadapi kesulitan melawan
perjuangan di Aceh. Sehingga Belanda terpaksa mengurangi kegiatan
untuk melawan Sisingamangaraja XII karena untuk menghindari
berkurangnya pasukan Belanda yang tewas dalam peperangan.
Pada tanggal 8 Agustus 1889, pasukan Sisingamangaraja
XII kembali menyerang Belanda. Seorang prajurit
Belanda tewas, dan Belanda harus mundur dari Lobu
Talu. Namun Belanda mendatangkan bala bantuan dari
Padang, sehingga Lobu Talu dapat direbut kembali. Pada
tanggal 4 September
1889, Huta Paong diduduki oleh Belanda. Pasukan
Batak terpaksa ditarik mundur ke Passinguran. Pasukan
Belanda terus mengejar pasukan Batak sehingga ketika
tiba di Tamba, terjadi pertarungan sengit. Pasukan
Belanda ditembaki oleh pasukan Batak, dan Belanda
membalasnya terus menerus dengan peluru dan altileri,
sehingga pasukan Batak mundur ke daerah Horion.
Sisingamangaraja XII dianggap selalu mengobarkan perlawanan di seluruh
Sumatra Utara. Kemudian untuk menanggulanginya, Belanda berjanji akan
menobatkan Sisingamangaraja XII menjadi Sultan Batak. Sisingamangaraja
XII tegas menolak iming-iming tersebut, baginya lebih baik mati daripada
menghianati bangsa sendiri. Belanda semakin geram, sehingga
mendatangkan regu pencari jejak dari Afrika, untuk mencari persembunyian
Sisingamangaraja XII. Barisan pelacak ini terdiri dari orang-orang Senegal.
Oleh pasukan Sisingamangaraja XII barisan musuh ini dijuluki “Si Gurbak
Ulu Na Birong”. Tetapi pasukan Sisingamangaraja XII pun terus bertarung.
Panglima Sarbut Tampubolon menyerang tangsi Belanda di Butar, sedang
Belanda menyerbu Lintong dan berhadapan dengan Raja Ompu Babiat
Situmorang. Tetapi Sisingamangaraja XII menyerang juga ke Lintong
Nihuta, Hutaraja, Simangarongsang, Huta Paung, Parsingguran dan Pollung.
Panglima Sisingamangaraja XII yang terkenal Amandopang Manullang
tertangkap. Dan tokoh Parmalim yang menjadi Penasehat Khusus Raja
Sisingamangaraja XII, Guru Somaling Pardede juga ditawan Belanda. Ini
terjadi pada tahun 1906
AKHIR PERANG
4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di
Penegen dan Bululage dan mereka melakukan pengerebekan  melalui Huta
Anggoris  yang tak jauh dari panguhon. Ternyata Si Singa Mangaraja telah
meninggalkan tepat itu sebelum mereka datang. Si Singa Mangaraja terus menyikir
ke darah Alahan  sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu
Simbolon, Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena
dicurigai bekerjasma dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang dilakukan
Belanda tanggal 17 jJuni 1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap  didekat Aik
Sibulbulon ( derah Dairi ) dalam keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya
terus mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh
Belanda sehingga pada saat itu Si Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat
yang bersamaan anak perempuan dan dua putra laki – lakinya juga gugur sedankan
istri, ibu  dan putra – putra masih menjadi tawana perang oleh Belanda . dengan
gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah Batak menjadi milik Belanda.
Sejak saat  itu kerja rodi didaerah ini meraja lelah struktur tradisional masyarakat
semaki lama semakin runtuh.
DAMPAK PERANG
A. Bidang Politik.
Seluruh daerah Tapanuli dapat dikuasai sepenuhnya
oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
B. Bidang ekonomi.
Dikuasainya monopoli perdagangan di sana
terutama hasil perkebunannya seperti tembakau.
C. Bidang sosial.
Tersebarnya agama kristen di Tapanuli secara
meluas yang menyebabkan berubahnya keyakinan
masyarakat sebelumnya.
KESIMPULAN
1. Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun yang berawal dari
ketidak sukaan Si Singa Mangaraja terhadap Belanda yang sengaja
menyebarkan agama keristen yang mengakibatkan Si Singa
Mangaraja melakukan perlawan karena takut  Belanda menguasai
daerah tesebut secara luas lagi sehingga ia takut peranya sebagai
pemimpin dapat disingkirkan oleh Belanda disisi lain Si Singa
Mangaraja sebagai pemimpin juga takut Belanda mempengaruhi
rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana.
Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi
rakyat Batak. Perperangan yang berlangsung sangat lama berhasil
dimenangkan oleh Pihak Belanda dengan gugurnya Si Singa
Mangaraja di medan perang. Sehingga Belanda berhasil
menduduki daerah Batak keseluruhannya.
2. Berikut beberapa alasan Sisingamangaraja XII mengadakan
perlawanan terhadap Belanda:
 Pengaruh Sisingamangaraja semakin kecil.
  Adanya Zending atau misi penyebaran agama kristen di

Tapanuli dan sekitarnya


 Belanda memperluas kekuasaannya dalam rangka Pax
Netherlandica.
3. Perang ini diawali dengan permintaan bantuan para
misionaris di Silindung dan Bahal Batu kepada
pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh
Singamangaraja XII. Dan berakhir dengan gugurnya
Sisingamangaraja XII pada 17 Juni 1907 dalam sebuah
pertempuran dengan Belanda di pinggir bukit Aek
Sibulbulen, di suatu desa yang namanya Si Onom
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai