Anda di halaman 1dari 3

Perlawanan Rakyat Batak

Latar Belakang
Meletusnya Perang Batak disebabkan oleh tindakan Belanda yang mempersempit
daerah kekuasaan Sisingamangaraja XII. Mulai dari kota Natal, Mandailing, Angkola,
Sipirok, dan Tapanuli Selatan telah dikuasai oleh Belanda.
Latar Belakang Perang Batak Lainya sebagai berikut
Pihak Batak
 Datangnya pasukan belanda kedaerah pedalaman batak
 Upaya belanda untuk memperluas daerah jajahannya dengan di terjunkan beberapa
ekspedisi
 Ditakutkannya terputus hubungan antara raja dan rakyatnya
 Adanya tantangan raja Batak Tapanuli yang masih menganut agama Batak kuno
(Animisme dinamisme) atas penyebaran agama Kristen di Tapanuli
 Adanya siasat Belanda dengan menggunakan gerakan Zending untuk menguasai
daerah Tapanuli.
 Alasan yang digunakan Belanda untuk menindas pejuang Padri dan pemimpin-
pemimpin Aceh banyak melarikan diri ke daerah Tapanuli.

Tujuan
Sampai abad ke 18 hampir seluruh wilayah sumatra sudah di kuasai Belanda tinggal
aceh dan tanah Batak yang masih Berada dalam situasi merdeka dan pihak Belanda pun
mencari cara untuk Menguasai tanah Batak Oleh Karena itu Para rakyat Batak pun
Memutuskan untuk Mempertahankan Kemedekaan Batak Dengan melakukan
Perlawanan pada Belanda
Tokoh yang Terlibat
1. Singamangaraja XII
2. Kolonel Da Vallen
3. Kolonel Engels
4. J.A. Visser
5. Panglima Sarbut Tampubolon
6. Raja Ompu Babiat Situmorang
7. Kapten Christoffel
8. Patuan Nagari, Anggi dan Lopian (anak Singamangaraja)

Perkembangan
Menghadapi perluasan wilayah pendudukan yang dilakukan oleh Belanda, pada bulan
Februari 1878 Si Singamangaraja XII melancarkan serangan terhadap pos pasukan
Belanda di Bahal Batu, dekat Tarutung (Tapanuli Utara). Pertempuran merebak sampai
ke daerah Buntur, Bahal Batu, Balige, Si Borang-Borang, dan Lumban Julu. Dengan
gigih rakyat setempat berjuang saling bahu membahu berlangsung sampai sekitar 7
tahun.
Pertempuran pertama terjadi di Toba Silindung. Masuknya pasukan militer Belanda
ke Silindung, segera dijawab oleh Sisingamangaraja XII (Patuan Basar Ompu Pula
Batu) dengan pernyataan perang. Dalam menghadapi serangan Belanda, rakyat Batak
memiliki dua macam benteng pertahanan yaitu benteng alam dan benteng buatan.
Pertempuran terus menjalar ke Bahal Batu. Namun karena pasukan Sisingamangaraja
XII terdesak, akhirnya menyingkir. Pertempuran terus terjadi antara lain di Blitar, Lobu
Siregar, dan Upu ni Srabar.
Selanjutnya pertempuran sengit juga terjadi di Bakkora atau Lumbung raja, yaitu
tempat tinggal Sisingamangaraja. Karena terdesak pasukan Sisingamangaraja XII
menyingkir ke Paranginan dan menyingkir lagi ke Lintung ni Huta. Berturut-turut
daerah-daerah yang jatuh ke tangan Belanda yaitu Tambunan, Lagu Boti, Balige, Onang
geang-geang, Pakik Sabungan dan Pintu Besi. Selain itu daerah-daerah lain yang
mengadakan perlawanan tapi dapat dipadamkan oleh Belanda adalah Tangga Batu dan
Pintu Batu. Sampai akhir abad ke-19, Sisingamangaraja XII masih giat melakukan
perlawanan-perlawanan bekerja sama dengan para pejuang Aceh. Memasuki tahun
1900, kekuatan pasukan Sisingamangaraja XII mulai melemah.
Para pengikutnya banyak yang menyerah kepada Belanda. Pada 1904, Belanda
melancarkan gerakan pembersihan di daerah Aceh dan Batak dengan pasukan Marsose
yang dipimpin oleh Letnan Kolonel van Dallen, yang dikenal dengan Gayo Alas en
Batak Stochten. Dengan meluasnya daerah yang jatuh ke tangan Belanda maka daerah
gerak Sisingamangaraja semakin kecil dan pengikutnya semakin berkurang. Dalam
beberapa pertempuran pasukan Sisingamangaraja XII dapat terdesak dan Belanda
berhasil menawan keluarga Sisingamangaraja XII. Pada Juni 1907, Sisingamangaraja
XII terkepung oleh Belanda. Dalam keadaan yang lemah, Si Singamangaraja XII
bersama putra-putra dan pengikutnya mengadakan perlawanan. Dalam perlawanan ini,
seorang putri Sisingamaraja, Lapian serta dua putranya, Sultan Nagari dan Patuan
Anggi, gugur. Dengan sisa kekuatan terakhir ia menyerang serdadu kompeni dengan
rencongnya. Akan tetapi, sebelum rencong dapat mengenai sasaran, ia telah roboh
ditembak serdadu marsose. Dalam pertempuran di daerah Dairi, Sisingamangaraja
tertembak dan gugur pada tanggal 17 Juni 1907. Dengan gugurnya Sisingamangaraja
XII, maka seluruh daerah Batak jatuh ke tangan Belanda.

Anda mungkin juga menyukai