0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
192 tayangan1 halaman
Perlawanan Rakyat Tanah Batak melawan pengaruh dan penaklukan Belanda dari 1877-1907 yang dipimpin Raja Si Singamangaraja XII. Ia memimpin rakyat melawan ekspansi wilayah dan penyebaran agama Kristen oleh Belanda. Upaya perlawanan berlanjut hingga kematian Si Singamangaraja XII beserta ketiga anggota keluarganya dalam pertempuran melawan pasukan Belanda pada 1907.
Perlawanan Rakyat Tanah Batak melawan pengaruh dan penaklukan Belanda dari 1877-1907 yang dipimpin Raja Si Singamangaraja XII. Ia memimpin rakyat melawan ekspansi wilayah dan penyebaran agama Kristen oleh Belanda. Upaya perlawanan berlanjut hingga kematian Si Singamangaraja XII beserta ketiga anggota keluarganya dalam pertempuran melawan pasukan Belanda pada 1907.
Perlawanan Rakyat Tanah Batak melawan pengaruh dan penaklukan Belanda dari 1877-1907 yang dipimpin Raja Si Singamangaraja XII. Ia memimpin rakyat melawan ekspansi wilayah dan penyebaran agama Kristen oleh Belanda. Upaya perlawanan berlanjut hingga kematian Si Singamangaraja XII beserta ketiga anggota keluarganya dalam pertempuran melawan pasukan Belanda pada 1907.
Perjuangan Melawan : Belanda Ringkasan Perjuangan : Belanda melakukan perluasan wilayah ke daerah Sumatera lainnya. Belanda mulai memasuki tanah Batak seperti Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok bahkan sampai Tapanuli. Pada hal wilayah tersebut merupakan suatu kerajaan yang berdaulat yang dipimpin oleh Si Singamangaraja XII. Pada tahun 1878 Raja Si Singamangaraja XII angkat senjata memimpin rakyat Batak untuk melawan Belanda. Perlawanan ini selain disebabkan oleh penguasaan Belada atas wilayah Batak, juga disebabkan oleh penyebaran agama Kristen yang dilakukan oleh Zending. Penyebaran agama Kristen ini ditentang oleh Si Singamangaraja XII, karena dikhawatirkan perkembangan agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun. Pada tahun 1877 Raja Si Singamangaraja XII berkampanye keliling ke daerah-daerah untuk menghimbau agar masyarakat mengusir para zending yang memaksakan agama Kristen kepada penduduk. Masuknya pengaruh Belanda ini juga akan mengancam kelestarian tradisi dan adat asli orang-orang Batak. Akibat kampanye Raja Singamangaraja XII telah menimbulkan ekses pengusiran para zending bahkan ada penyerbuan dan pembakaran terhadap pos-pos zending di Silindung. Kejadian ini telah memicu kemarahan Belanda dan dengan alasan melindungi para zending, pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda mengirim pasukan untuk menduduki Silindung. Pecahlah Perang Batak. Pertempuran pertama terjadi di Bahal Batu. Si Singamangaraja XII dengan pasukannya berusaha memberikan perlawanan sekuat tenaga. Tetapi nampaknya kekuatan pasukan Batak tidak seimbang dengan kekuatan tentara Belanda. Kemudian Si Singamangaraja berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dengan gigih berani melawan tentara Belanda yang bersenjatakan dengan peralatan perang yang modern. Akhirnya pada tanggal 17 Juni 1907, pasukan Belanda dikerahkan untuk menangkap Si Singamangaraja XII di pos pertahanannya di Aik Sibulbulon di daerah Dairi. Dalam keadaan terdesak, Si Singamangaraja XII dengan putera-puteranya tetap bertahan dan melakukan perlawanan sekuat tenaga. Tetapi dalam pertempuran itu Si Singamangaraja XII tertembak mati. Begitu juga putrinya Lopian dan dua orang puteranya Sutan Nagari dan Patuan. Dengan demikian berakhirlah Perang Batak