Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena berkat
dan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah sejarah mengenai “Perang Batak”
ini dengan baik dan tepat waktu. Kami sadar, dalam makalah ini terdapat banyak kekurangan
serta kekeliruan, dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya, dan kami akan sangat berterima kasih apabila pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun guna memperbaiki makalah ini sehingga makalah ini akan lebih
baik lagi.

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batak merupakan nama kawasan dan sekaligus nama suku, Suku Batak. Ada beberapa
kelompok Batak misalnya ada Batak Toba, Batak Karo, Bataka Simalungun, Batak
Mandailing, dan Batak Pakpak. Secara historis-sosiologis masyarakat Batak menarik untuk
dikaji. Secara sosiologis, basis masyarakat Batak sebenarnya berada di daerah-daerah
kompleks perkampungan yang disebut juga huta. Setiap kesatuan huta didiami oleh satu
ikatan kekerabatan yang disebut marga. Dalam strukturnya, di atas huta atau gabungan dari
beberapa huta terbentuk horja dan gabungan dari beberapa horja terbentuk bius. Kesatuan
dari bebrapa bius itu terbentuklah satu wilayah kerajaan, kerajaan masyarakat batak yang
dipimpin oleh Raja Si Singamangaraja. Pusat pemerintahannya di Bakkara (sebelah barat
danau Toba). Sejak tahun 1870 yang menjadi raja adalah Patuan Bosar Ompu Pulo Batu yang
bergelar Si Singamangaraja XII. Sisingamangaraja XII dinobatkan menjadi Raja Batak pada
umur 19 tahun. Pada tahun 1878 Raja Si Singamangaraja XII angkat senjata memimpin
rakyat Batak untuk melawan Belanda. Bagaimana jalannya perang Batak? Apakah Belanda
berhasil diusir dari Batak?

B. Rumusan Masalah
1. Apa penyebab terjadinya perang Batak ?
2. Siapa yang memimpin perlawanan masyarakat Batak ?
3. Bagaimana jalannya perang Batak ?
4. Bagaimana akhir dari perang Batak ?
5. Apa saja dampak dari perang Batak ?

C. Hipotesis
Perang Batak terjadi karena Si Singamangaraja XII menentang penyebaran agama
Kristen oleh Belanda di tanah Batak. Hal ini disebabkan karena Si Singamangaraja XII
khawatir akan perkembangan agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan tradisional dan
bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun-temurun.Pada tahun 1878 Si
Singamangaraja XII memimpin rakyat Batak untuk angkat senjata melawan
Belanda.Peperangan berlangsung kira-kira 70 tahun dan terjadi pada daerah-daerah seperti di
Bahal Batu, Buntar, Siborong-borong, Balige, Lumban Julu, dan Laguboti. Dengan
memanfaatkan benteng alam dan juga beberapa benteng buatan, beberapa kali pasukan Si
Singamangaraja berhasil mematahkan serangan Belanda. Dan untuk menghindari sergapan
Belanda, berkali-kali Si Singamangaraja memindahkan pusat pemerintahanya. Pada
tahun1894, Belanda mengerahkan kekuatan untuk menguasai Bakkara sebagai pusat
kekuasaan Si Singamangaraja XII. Pertempuran sengit terjadi di daerah Pakpak Dairi, sebelah
barat Danau Toba.Pada tahun 1907 pasukan Belanda berhasil memotong hubungan Si
Singamangaraja XII dengan Aceh dan membatasi ruang gerak pasukan Si Singamangaraja di
sekitar Barus dan Singkel. Pada bulan Juni 1907 pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten
Hans Christopel berhasil menemukan Si Singamangaraja di dekat Aek Sibulbulon, daerah

2
Dairi. Dalam kondisi terkepung, Si Singamangaraja beserta pengikutnya tetap melakukan
perlawanan. Dan dalam pertempuran itu, Si Singamangaraja beserta 2 orang putranya, Sutan
Nagari dan Patuan Anggi, serta seorang putrinya Lopian gugur bersama pasukan lainnya. Istri
dan anak-anaknya yang masih hidup kemudian ditawan dan dibuang keluar daerah Batak.
Jenazah Si Singamangaraja XII dibawa ke Tarutung dan dimakamkan didepan Tangsi Militer
Belanda. Tahun 1953 dipindahkan ke Soposurung Balige. Perlawanannya diteruskan oleh
Parsihu Damdam.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Terjadinya Perang Batak


Perang Batak dimulai dari tahun 1878 – 1907 yang terjadi selama 29 tahun. Perang
Batak ini terjadi disebabkan kedatangan bangsa Belanda ke pedalaman Batak yang waktu itu
dipimpin oleh Si Singamangaraja XII sebagai ahli waris dari Si Singamangaraja XI yang
masih bebas dari bangsa Belanda. Daerah Batak ini terletak di Danau Toba dan sekitarnya.
Batak merupakan sebuah daerah yang tentram dan damai karena terhindar dari pertentangan
dan ketagangan dan juga masyarakatnya percaya kepada pemimpin mereka yang akan
menjaga kesalamatan mereka semuanya.Masyarakat sekitar sangat susah menerima pengaruh
dari luar yang meraka anggap sebagai penganggu tradisi mereka, namun hal ini tidak bisa
dihindari lagi karena pemerintahan Belanda selalu ingin memperluas daerah pemerintahan
mereka. Sebelumnya sudah ada juga pada masa VOC tetapi tidak begitu berpengaruh. Tapi
sejak lahir abad ke XIX pemerintahan Belada selalu mengirim ekspedisi mereka untuk
melakukan penaklukan dan pendudukan sehingga daerah kekuasaannya semakin luas.
Setelah Perang Padri berakhir, Belanda terus meluaskan daerah pengaruhnya. Belanda
mulai memasuki tanah Batak seperti Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok bahkan
sampai Tapanuli. Hal ini jelas merupakan ancaman serius bagi kekuasaan Raja Batak, Si
Singamangaraja XII. Masuknya dominasi Belanda ke tanah Batak ini juga disertai dengan
penyebaran agama Kristen. Penyebaran agama Kristen ini ditentang oleh Si Singamangaraja
XII, karena dikhawatirkan perkembangan agama Kristen itu akan menghilangkan tatanan
tradisional dan bentuk kesatuan negeri yang telah ada secara turun temurun. Di lain sisi, ia
juga takut kedudukannya tidak di anggap lagi sehingga akan merusak hubungan antara rakyat
dengan pemimpinnya yang dulunya sangat ketat. Untuk menghalangi proses Kristenisasi ini,
pada tahun 1877 Raja Si Singamangaraja XII berkampanye keliling ke daerah daerah untuk
menghimbau agar masyarakat mengusir para zending yang memaksakan agama Kristen
kepada penduduk. Masuknya pengaruh Belanda ini juga akan mengancam kelestarian tradisi
dan adat asli orang-orang Batak. Akibat kampanye Raja Singamangaraja XII telah
menimbulkan ekses pengusiran para zending bahkan ada penyerbuan dan pembakaran
terhadap pos-pos zending di Silindung. Kejadian ini telah memicu kemarahan Belanda dan
dengan alasan melindungi para zending, pada tanggal 8 Januari 1878 Belanda mengirim
pasukan untuk menduduki Silindung. Pecahlah Perang Batak. Alasan untuk melindungi para
Zending tentu alasan yang dibuat-buat Belanda. Karena yang jelas Belanda menduduki
Silindung sebagai langkah awal untuk memasuki tanah Batak yang merupakan wilayah
kekuasaan Raja Si Singamangaraja XII. Belanda ingin menguasai seluruh tanah Batak. Mula
pertama pasukan Belanda yang dipimpin oleh Kapten Schelten menuju Bahal Batu. Rakyat
Batak di bawah pimpinan langsung Raja Si Singamangaraja XII melakukan perlawanan
terhadap gerakan pasukan Belanda di Bahal Batu.

Dalam menghadapi perang melawan Belanda ini rakyat Batak sudah menyiapkan
benteng pertahanan seperti benteng alam yang terdapat di dataran tinggi Toba dan Silindung.

4
Di samping itu dikembangkan benteng buatan yang ada di perkampungan. Setiap kelompok
kampung dibentuk empat persegi dengan pagar keliling terbuat dari tanah dan batu. Di luar
tembok ditanami bambu berduri dan di sebelah luarnya lagi dibuat selokan keliling yang
cukup dalam. Pintu masuk dibuat hanya beberapa buah dengan ukuran sempit. Pada tanggal 1
Februari 1987 untuk memperkuat pasukan Belanda di Silindung, pasukan Belanda
diberangkatkan dari Sibolga dibawah pimpinan Kapten Scheltes yang terdiri dari 2 opsir, 25
orang prajurit Eropa dan 35 orang Prajurit Pribumi. Ketika Si Singamangaraja megetahui
bahwa pasukan Belanda telah sampai di Bahal Batu, ia segera ke Balige untuk
mengumpulkan rakyat dan menyusun kekuatan untuk melawan musuh. Dengan 700 orang
pasukan Si Singamangaraja langsung menyerang kubu – kubu pertahanan musuh. Pihak
Belanda melakukan serangan balik sehingga terjadilah pertempuran pertama yang sengit di
Bahal Batu. Tetapi nampaknya kekuatan pasukan Batak tidak seimbang dengan kekuatan
tentara Belanda, sehingga pasukan Si Singamangaraja ini harus ditarik mundur. Hasilnya,
pihak Belandalah yang berhasil menduduki tempat tersebut.
Pada tanggal 7 maret 1987 Belanda mendapat bantuan dibawah pimpinan F. J. Engel
disertai dengan residen Sibolga dan pendeta Nommesen. Pada saat itu, pertempuran terus
merambat keperdalam Bahal Batu. Saat pertempuran di Butar pasukan Batak berhasil
membunuh seorang tentara Belanda sehingga Belanda mengadakan pembelasan dengan
membakar kampung – kampung yang ada disekitarnya. Tetapi kampung Butar dengan
tembok yang tinggi membuat Belanda sangat sulit untuk menerobos jantung kampung
tersebut. Setelah Belanda berhasil menerobos kampung tersebut ternyata kampung itu
kosong. Yang dapat ditawan hanyalah kepala kampung Butar saja.
Pertempuran sengit juga terjadi di kampung Lobu Siregar dan Upu Ni Sirabar. Awalnya
kampung-kampung itu sangat sulit untuk dikuasai oleh Belanda, namun karena kegigihan
Belanda mereka berhasil menduduki kampung tersebut. Pasukan Si Singamangaraja menarik
diri dari tempat tersebut, sedangkan kepala kampung ditawan oleh Belanda dan kampung
tersebut dibakar. Namun sesudah perang di Lobu dan Upu Ni Sirabar, pihak Belanda kembali
ke Sibolga. Sedangkan Si Singamangaraja sedang menyusun strategi untuk kembali
menyerang pihak Belanda. Saat pasukan Belanda megepung daerah disekitar Danau Toba
dan menagkap semua kepala kampung yang membangkang, disaat bersamaan pasukan Si
Singamangaraja menyerang pos pertahan Belanda di Bahal Batu. Akan tetapi Belanda
berhasil medahuluinya dengan tembakan – tembakan sehingga pasukanya ditarik mundur
oleh Si Singamangaraja.
Perang Batak ini semakin meluas ke daerah-daerah lain. Setelah berhasil
menggagalkan berbagai serangan dari pasukan Si Singamangaraja XII, Belanda mulai
bergerak ke Bakkara. Bakkara merupakan benteng dan istana Kerajaan Si Singamangaraja.
Dengan jumlah pasukan yang cukup besar Belanda mulai mengepung Bakkara. Letnan
Kitchner menyerang dari arah selatan, Chelter mendesak dari sebelah timur, sementara Van
den Bergh mengepung dari arah barat. Beberapa komandan tempur Belanda berusaha
memasuki benteng Bakkara, tetapi selalu dapat dihalau dengan lemparan batu oleh para
pejuang Batak. Akhirnya benteng dan Istana Bakkara dihujani tembakan-tembakan yang
begitu gencar, sehingga benteng itu dapat diduduki Belanda. Si Singamangaraja dan sisa
pasukannya berhasil meloloskan diri dan menyingkir ke daerah Paranginan di bagian selatan
Danau Toba.

5
Belanda terus memburu. Si Singamangaraja menyingkir ke Lintung. Belanda terus
mengejar. Si Singamangaraja terus bergerak ke Tambunan, Lagu Boti, dan terus ke Baligie.
Dengan kekuatan pasukannya, Belanda dapat menguasai tempat-tempat itu semua, sehingga
semua daerah di sekitar Danau Toba sudah dikuasai Belanda.
Pertempuran demi pertempuran membuat pasukan Batak kewalahan menghadapi
pasukan Belanda sehingga kampung Huta Dalah akhirnya jatuh ke tangan Belanda dan kepala
kampung tewas. Kemudian Huta Anggaris juga behasil direbut Belanda sedangkan hutan
Angin diperkuat sehingga megakibatkan Belanda susah masuk. Untuk memasuki hutan
Angin, Belanda harus mengalahkan terlebih dahulu Huta Ragga Bosi namun pasuka Batak
mengalir untuk mebantu Huta tersebut dan menghantam pasukan belanda yang mengepung.
Pertempuran demi pertempuran yang mengakibatkan pasukan Batak kualahan menghadapi
pasukan Belanda yang menyebabkan pasukan Si Singamangaraja terbagi dua dan berhasil
menguasai Huta Saon Angin. Selain peperangan di Huta Saon Angin, di Umpu Tinggi juga
sedang terjadi perlawan yang sengit melawan Belanda. Serangan itu dapat dipatahkan oleh
Belanda sedangkan pasukan Si Singamangaraja terus didesak ke Barat laut Huta Timbang.
Pada saat itu Huta Timbang telah diduduki oleh Belanda sehingga di sana terjadi
pertempuran yang sengit, sehingga Huta ini tidak bisa di amankan dan akhirnya Huta ini
jatuh ketangan Belanda. Belanda akan menyerang Huta – Huta lainya tetapicuaca tidak
mengizinkan sehingga mereka menuruna niat. Kemudian Belanda mengerahkan pasukan ke
Huta Tinggi yang Kedua. Scafer dan Spandaw menyerang dari sebelah selatan dan timur,
tetapi benteng di sana dibuat dari rajau – ranjau yang sangat menyusahkan bagi pihak
Belanda untuk menerobos kampung tersebut. Namun ini berhasil diatasi sehingga Belanda
dapat meguasai diseluruh penjuru.Yang awalnya pasukan Si Singamangaraja masih
melakukan perlawanan namun tahun 1900 kekuatan Si Singamangaraja semakin surut.
Sehingga perlawanan tidak lagi dikerahkan untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin
melainkan mempertahankan diri dari serangan lawan. Tahun 1907 pengepungan yang
dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singamangaraja dilakukan secara intensif yang
dipimpin oleh Hans Christoffel. Tanggal 28 Mei pihak Belanda mengetahui bahwa Si
Singamangaraja berada di Barus. Wenzel menarahkan pasukan untuk menangkapnya tetapi
tidak berhasil.
Pada tanggal 4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja
berada di Penegen dan Bululage dan mereka melakukan penggrebekan melalui Huta
Anggoris yang tak jauh dari Panguhon. Ternyata Si Singamangaraja telah meninggalkan
tempat itu sebelum mereka datang. Si Singamangaraja terus menyikir ke daerah Alahan.
Sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon, Bongkaras dan
Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai bekerjasama dengan Si
Singamangaraja. Berbagai usaha dilakukan Belanda. Pada tanggal 17 Juni 1907 Si Singa
Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon di derah Dairi. Dalam keadaan lemah,
Si Singamangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa tersebut
Si Singamangaraja tertembak oleh Belanda, sehingga pada saat itu Si Singamangaraja mati
terbunuh di tempat.

6
Di saat yang bersamaan putrinya Lopian dan dua putranya Sutan Nagari dan Patuan
juga gugur, sedangkan istri dan ibunya masih menjadi tawanan perang oleh Belanda. Dengan
gugurnya Si Singamangaraja maka berakhirlah perang Batak dan seluruh daerah Batak
menjadi milik Belanda. Sejak saat itu kerja rodi di daerah ini dimulai dan struktur tradisional
masyarakat semaki lama semakin runtuh.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun, berawal dari ketidaksukaan Si
Singamangaraja XII terhadap Belanda yang sengaja menyebarkan agama Kristen di Batak.
Hal ini mengakibatkan Si Singamangaraja melakukan perlawan karena takut Belanda
menguasai daerah tesebut lebih luas lagi. Ia juga takut perannya sebagai pemimpin dapat
disingkirkan oleh Belanda. Disisi lain Si Singamangaraja sebagai pemimpin juga takut
Belanda mempengaruhi rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana.
Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak. Orang
Batak banyak terbunuh dan banyak kerugian yang ditimbulkan. Rumah – rumah hancur
dibakar, agama Kristen saat itu menyebar tanpa ada halangan dari pihak manapun, sedangkan
pihak Belanda mengalami kebangkrutan dana yang disebabkan karena saat bersamaan
Belanda juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga didatang pasukan – pasukan dari
luar yang dibayar mahal. Perperangan yang berlangsung sangat lama tersebut berhasil
dimenangkan oleh pihak Belanda. Dengan gugurnya Si Singamangaraja di medan
perang, Belanda berhasil menduduki seluruh daerah Batak.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Tapanuli
http://rettusca.blogspot.com/2013/12/perang-batak.html
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2014. Sejarah Indonesia.
Jakarta. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

9
MAKALAH
PERANG BATAK (SISINGAMANGARAJA XII)
D

OLEH :
Kelompok 3

1. DWI HAMDAN SUKRAN


2. JUMRAH FADILA
3. MAGHFIRAH ZAHWA
4. M. KHOFIFAN

SMA NEGERI 1 KUTACANE


ACEH TENGGARA
2020/2021

10

Anda mungkin juga menyukai