Anda di halaman 1dari 9

Unsur Intrinsik Dan Unsur Ekstrinsik

Dalam Pembangun Karya Sastra

SMA NEGERI 1 SERUI

Nama : Nurhanifah R. Haeriyah


Kelas : XII IPA 2
Tugas : Bahasa Indonesia
Pengertian Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Pada Karya
Sastra
Pengertian Unsur Intrinsik adalah Karya sastra seperti cerpen, novel, dan dongeng
memiliki unsur-unsur yang mendefinisikan dan membangunnya. Unsur-unsur yang
mempengaruhi terciptanya cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Ada unsur-unsur dalam sebuah karya sastra yang harus ada dan terpenuhi di dalamnya. Salah
satu unsur yang harus ada untuk menciptakan sebuah karya sastra, khususnya novel atau
cerita, bila mengandung unsur internal adalah pelengkap. Unsur internal merupakan unsur
wajib yang harus ada dalam karya sastra, khususnya novel, cerpen, cerita bersambung, dan
lain-lain.

Unsur internal adalah unsur yang membangun novel menjadi satu kesatuan yang utuh dan
mengandung komponen-komponen yang utuh. Tapi apa arti dari unsur-unsur internal? Unsur
internal adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra seperti novel, cerpen, dan lain-lain.

Unsur internal adalah unsur yang memiliki kepaduan antara berbagai unsur yang
dikandungnya sehingga membentuk inti cerita. Selain unsur dalam yang merupakan unsur
pembangun sebuah karya sastra, karya sastra juga memiliki unsur dalam yang merupakan
unsur pendukung di luar karya sastra.

Unsur internal inilah yang kemudian digunakan untuk menganalisis novel atau cerpen untuk
memudahkan dalam menganalisis sebuah karya sastra. Karena unsur dalam adalah unsur
yang membentuk karya sastra dari dalam, yang menggabungkan struktur karya sastra,
sebagaimana unsur-unsur yang terkandung dalam unsur-unsur dalam.

Para ahli berbeda pendapat tentang konsep unsur intrinsik. Inilah pendapat para ahli tentang
unsur intrinsik yang perlu Anda ketahui:

1. Nurgiyantoro (2009)
Menurut Nurgiyantoro, penyusun karya sastra disebut unsur dalam dan unsur luar. Unsur
internal dan eksternal sebuah karya sastra tidak dapat dipisahkan, karena saling
mempengaruhi. Unsur-unsur dalam novel atau cerpen adalah unsur-unsur yang membangun
karya sastra dan kemudian menyatukannya, yang pada akhirnya membentuk inti cerita.

2. Pradopo (2003)
Menurut Pradopo, unsur intern adalah unsur karya sastra yang memiliki sifat konkrit. Ciri-ciri
tersebut meliputi jenis sastra atau genre, pemikiran, perasaan, gaya bahasa, gaya naratif, dan
struktur karya sastra.

3. Sangidu (2004)
Sangidu berpendapat bahwa unsur intrinsik yang melekat adalah pendekatan struktural dan
strukturalisme. Strukturalisme adalah suatu disiplin ilmu yang memandang sastra sebagai
suatu struktur yang tersusun dari beberapa struktur yang saling berhubungan, antara lain
adanya unsur-unsur internal dan eksternal dalam penciptaan karya sastra.

4. Ratna (2014)
Ratna mengungkapkan bahwa unsur dalam adalah unsur yang meliputi tema, tokoh, gaya
bahasa, alur, dll.

5. Sehandi (2014)
Menurut Sehandi, unsur internal adalah adanya teori strukturalis yang menekankan analisis
yang dibentuk oleh unsur internal. Menurutnya, unsur dalam adalah alur, penokohan, latar,
tema, pesan, sudut pandang, dan gaya bahasa.

A. Unsur-unsur yang terdapat pada Intrinsik

1.Judul
Dalam sebuah karya sastra, semua karya pasti memiliki judul. Judul merupakan unsur
tersendiri yang menjadi nama sebuah karya sastra, baik itu novel, cerpen, drama atau
sebagainya. Dalam sebuah karya sastra atau bahkan seni, judul memegang peranan penting.
Karena judul bisa secara singkat mencerminkan isi cerita. Selain itu, judul juga bermanfaat
karena pembaca sudah mengetahui gambaran dan alur karya sastra dengan membaca
judulnya. Judul elemen internal dapat menunjukkan siapa karakter utamanya, apa plotnya,
dll.
2.Tema
Berbeda dengan judul, tema yang merupakan unsur yang melekat merupakan keseluruhan
cerita yang terdiri dari ide-ide pokok. Gagasan pokok menjadi dasar untuk membangun atau
merancang tema yang berkembang dalam bentuk karya sastra. Dengan demikian, tema
menjadi dasar atau gagasan utama cerita.

3.Alur Cerita/plot
Plot, atau alur cerita yang terkandung dalam unsur-unsur internal, adalah cerita yang disusun
berdasarkan fase-fase yang berbeda dari suatu peristiwa sehingga dapat membentuk
rangkaian cerita. Pada umumnya plot atau alur suatu karya sastra tidaklah sederhana karena
pengarang menyusunnya berdasarkan hubungan sebab akibat. Sebagai plot atau alur cerita
adalah rangkaian cerita yang terdiri dari fase-fase peristiwa yang menjalin sebuah cerita
menjadi satu, ada fase-fase yang membangun alur plot atau intrik. Plot atau alur cerita
memiliki beberapa fase antara lain:

Tahap awal
Fase awal plot ini adalah fase dimana tokoh-tokoh cerita disajikan dengan ciri-ciri, karakter,
latar belakang, dll.

Munculnya konflik
Setelah tahap awal membayangkan siapa tokohnya dan apa sifat atau wataknya, aksi bergerak
ke tahap konflik. Pada tahap ini, penonton diminta untuk membiasakan diri dengan konflik
yang ada dalam karya sastra atau cerita. Juga dalam fase ini, konflik biasanya dibumbui
dengan drama menarik yang memungkinkan karya sastra atau cerita berkembang. Konflik-
konflik yang muncul tentunya mempengaruhi semua pemain atau karakter, dalam hal ini
penonton juga mengetahui bagaimana alur atau plot dari cerita ini dibuat.

Komplikasi
Tahap komplikasi pada elemen internal merupakan tahap peningkatan konflik. Semakin
banyak peristiwa yang terjadi pada tahapan ini, maka semakin banyak pula konflik
pendukung yang muncul ketika mencoba memperkuat konflik utama jalan cerita.

Klimaks
Klimaks adalah tahap puncak konflik dalam sebuah karya sastra. Pada titik ini klimaks
ketegangan bisa dimulai dari awal cerita.

Resolusi
Saat klimaks terjadi, muncul fase disolusi. Tingkat resolusi ini menunjukkan jalan keluar dari
setiap konflik dalam cerita. Biasanya level ini berisi teka-teki yang muncul di setiap konflik
dari awal hingga akhir cerita. Seringkali di level ini juga kamu bisa melihat seperti apa
karakter asli tokoh dalam cerita tersebut.

Akhir Cerita
Bagian akhir atau fase alur unsur dalam adalah bagian terakhir yang menjadi bagian akhir
cerita. Dalam semua tahapan, tahapan ini merupakan tahapan pemecahan masalah karena
berbagai konflik diselesaikan, meskipun tidak semuanya berakhir bahagia. Unsur-unsur
internal yang membentuk karya sastra tidak hanya memiliki tahapan atau alur, tetapi juga
memiliki alur yang berbeda-beda. Ada empat alur yang dibagi menjadi plot atau petak cerita.

Alur Maju
Alur maju atau disebut juga dengan alur progresif biasanya menyajikan cerita secara
berurutan. Mulai dari fase pengenalan karakter hingga fase akhir atau final. Cerita dengan
alur maju biasanya merepresentasikan cerita yang ringan dan tidak terlalu sulit serta mudah
dipahami. Meski begitu, plot ini tetap menarik dan mengejutkan pembaca.

Alur Mundur
Berbeda dengan alur maju, alur mundur atau alur dengan alur balik pada unsur-unsur
internalnya merupakan proses pengorganisasian naratif atau alur yang tidak berurutan dan
tidak koheren. Representasi mundur ini, atau yang dikenal dengan tindakan represif,
menceritakan kisah yang diawali dengan konflik yang kemudian baru diselesaikan pada fase
resolusi.

Selain itu, pengarang biasanya mendorong cerita ke latar belakang, karena konflik muncul
dalam sebuah karya sastra. Artinya, seorang sastrawan atau penulis karya sastra bercerita
tentang masa lalu dan menunjukkan klimaks di awal cerita. Hal yang menarik dari backstory
ini adalah adanya sebuah rahasia besar yang belum diungkap oleh penulisnya. Proses umpan
balik ini biasanya non-kognitif. Dimulai dengan fase akhir, antiklimaks, klimaks, komplikasi,
resolusi dan kembali ke awal.

Alur Campuran
Alur campuran adalah alur yang merupakan gabungan antara alur maju dan alur mundur. Plot
ini biasanya dimulai pada klimaks cerita kemudian dilanjutkan dengan melihat ke masa lalu
cerita. Nantinya, cerita memasuki fase akhir. Dalam cerita campuran ini, pengarang biasanya
menceritakan unsur-unsur internal tokoh utama, mulai dari klimaks, komplikasi, awal,
antiklimaks, dan akhir atau penutup.

Alur Sorot Balik


Plot terakhir ini membawa pembaca ke akhir cerita dan kembali ke awal cerita, masih dalam
keadaan berantakan. Pengarang bisa mulai dari klimaks cerita ke awal cerita dan berlanjut ke
akhir dan seterusnya.

4.Latar cerita atau setting


Latar atau latar unsur internal adalah tempat, waktu, atau keadaan yang menyebabkan
terjadinya peristiwa-peristiwa dalam cerita itu. Acara biasanya memiliki waktu atau tempat
tertentu. Secara sederhana, skenario atau skenario sebuah cerita dapat dikatakan sebagai
gambaran petunjuk dan acuan. Petunjuk dan pengacuan tersebut merujuk pada waktu, ruang,
dan suasana di mana peristiwa atau kejadian karya sastra itu berlangsung.

5.Tokoh naratif atau watak


Karakter adalah orang atau individu yang mengambil peran dalam karya sastra atau terlibat
dalam jalannya cerita atau konflik. Meskipun karakter adalah karakter atau karakter yang
dimiliki oleh karakter. Dalam karya sastra dan unsur batin, tokoh ini terbagi menjadi
beberapa jenis.

Berdasarkan peran.
Berdasarkan perannya, karakter dibagi menjadi dua bagian, yaitu. tokoh utama atau tokoh
sentral dan tokoh tambahan atau pendukung. Tokoh utama merupakan tokoh yang kuat dan
sering muncul dalam cerita. Tokoh tambahan atau figuran adalah tokoh yang mendukung
atau mendukung cerita. Kehadiran karakter tambahan ini hanya mendukung cerita dari
karakter utama.

Berdasarkan karakter.
Berdasarkan tokohnya, tokoh dibagi menjadi dua bagian, yaitu tokoh antagonis dan tokoh
protagonis. Dua karakter yang terkandung dalam unsur-unsur internal tersebut merupakan
sifat-sifat karakter yang menimbulkan persoalan konflik. Tokoh antagonis adalah tokoh yang
digambarkan sebagai orang yang licik dan jahat sehingga menjadi penyebab konflik.
Sedangkan protagonis adalah tokoh yang mengalami konflik yang diciptakan oleh antagonis.

Berdasarkan perkembangan.
Dengan pengembangan karakter atau watak terdiri dari dua unsur internal yaitu karakter statis
dan karakter berkembang. Tokoh statis adalah tokoh yang relatif tetap dan tidak mengalami
perkembangan apapun dari awal hingga akhir cerita.

6.Sudut Pandang/point of view

Sudut pandang merupakan cara atau pandangan pengarang dalam menampilkan tokoh. Posisi
pengarang dalam cerita:

1.Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang
bersangkutan. Pengarang memakai istilah aku dalam ceritanya, ia menjadi tokoh dalam cerita.
Dalam hal ini, pengarang sendiri menjadi tokoh utama. Dalam hal ini mempergunakan sudut
pandang atau cara bercerita orang pertama.

2. Tokoh aku atau saya, menceritakan sebagai pengalamannya yang dapat ditonjolkan sebagai
bahan cerpen, atau hanya merupakan angan-angannya belaka.

3. Sudut pandang orang kedua, pembaca diperlukan sebagai pelaku utama, cerita fiksi harus
konsisten tak menyebut kata “aku” untuk berbicara pada tokoh utama.

4. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat, sudut pandang orang ketiga
atau cara bercerita orang ketiga. Pengarang mempergunakan kata ia, dia atau memakai nama
orang. Pengarang meceritakan apa yang terjadi di antara tokoh-tokoh cerita yang
dikarangnya.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam unsur intrinsik karya sastra menjadi ciri khas dari penulis saat menuliskan
cerita. Gaya bahasa ini bisa dibedakan dari penggunaan majas, diksi, dan pemilihan kalimat
yang tepat di dalam cerpennya.
Ada penulis yang menggunakan unsur intrinsik karya sastra berupa gaya bahasa baku dan
ada yang menggunakan gaya bahasa santai. Setiap penulis cerpen tentu memiliki gaya bahasa
yang berbeda-beda. Hal inilah yang membedakan satu penulis dengan yang lainnya.

8.Amanat atau pesan


Biasanya dalam cerpen, pengarang menyampaikan pesan moral kepada pembaca tentang
nilai-nilai moral. Komisi perbuatan baik ini mengatasi perbuatan jahat. Pesan cerita pendek
dapat disembunyikan (implisit) atau eksplisit (eksplisit). Pesan juga dapat disampaikan antar
karakter dalam bentuk salam. Pembaca dapat memahami pesan ini melalui peristiwa yang
disajikan.

B. Unsur-unsur yang terdapat dalam Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita, namun turut
menentukan bentuk dan isi suatu cerita karya atau cerita. Unsur ekstrinsik meliputi semua hal
di sekitar pengarang yang mempengaruhi karyanya.

1. Nilai Agama
Nilai agama yang dimaksud adalah nilai-nilai yang terkandung dalam cerita yang memiliki
aturan atau ajaran keagamaan atau religi.

2. Nilai moral
Nilai moral merupakan nilai-nilai yang berhubungan dengan etika atau sopan santun dan juga
akhlak. Nilai moral pada cerita umumnya dapat berupa nilai moral yang baik ataupun
sebaliknya tergantung pada pengarang.

3. Nilai sosial
Nilai sosial adalah nilai yang berkaitan dengan masyarakat atau lingkungan sekitar. Nilai
sosial dapat dilihat dengan mengamati interaksi antara tokoh utama dengan tokoh yang lain
atau tokoh utama dengan lingkungan atau masyarakat.

4. Nilai budaya

Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan kebiasaan atau tradisi yang sudah
melekat pada suatu daerah.

5. Latar belakang pengarang Memahami


latar belakang pengarang akan membuat kita dapat merasakan pola tulisan yang
dituliskannya. Hal ini tentu dapat terlihat melalui motivasi pengarang dalam menulis hingga
pandangan dan pemikiran penulis dalam melihat permasalahan kehidupan, pengalaman
pribadi ataupun menulis berdasarkan imajinasinya.

6. Latar belakang masyarakat


Latar belakang masyarakat saat novel ditulis oleh pengarang turut memengaruhi novel
tersebut karena faktor-faktor yang ada dalam lingkungan masyarakat tempat pengarang hidup
turut memengaruhi pemikiran pengarang dan, dengan demikian, turut memengaruhi karya-
karyanya.

7. Kondisi psikologis pengarang


Kondisi psikologis penulis tentu sangat memengaruhi kehidupan penulis itu sendiri, terutama
karya-karya yang ditulisnya. Kondisi psikologis ini berkaitan erat dengan latar belakang
kehidupan penulis.

8. Nilai yang terkandung dalam novel


Nilai adalah hal-hal, pesan, atau ajaran yang dianggap penting bagi kehidupan manusia.
Suatu karya sastra pasti mengandung suatu nilai yang terdapat di dalamnya, tak terkecuali
sebuah novel. Setiap pengarang pasti menyisipkan nilai-nilai kepada pembaca lewat
ceritanya.

9. Nilai politik
Nilai politik adalah nilai yang berkaitan dengan ketatanegaraan maupun kebijakan dalam
menjalankan pemerintahan.

10. Nilai ekonomi


Nilai ekonomi adalah nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan asas-asas produksi,
distribusi, dan konsumsi.

11. Nilai estetika


Nilai estetika adalah nilai yang bertujuan dengan keindahan baik dari struktur pembangun
cerita, maupun teknik penyjian cerita.

12. Unsur biografi


Yang dimaksud biografi adalah unsur tentang latar belakang penulis, diantaranya meliputi
tempat tinggal penulis, keluarganya, latar belakang pendidikannya, lingkungannya dan
sebagianya.

Anda mungkin juga menyukai