Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

limpahan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan tugas buku dengan lancar.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul “Strategi

Dakwah di Nusantara dan Perkembangan Islam di Indonesia ”, yang menurut penulis dapat

memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari Strategi Dakwah di Nusantara

dan Perkembangan Islam di Indonesia

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan memohon

permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan yang penulis buat

kurang tepat atau menyinggu perasaan pembaca.

Dengan ini penulis mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih

dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan

manfaat.

I
LATAR BELAKANG

Kontak Awal dengan Islam, islam pertama kali tiba di Indonesia melalui perdagangan dan
hubungan dengan pedagang Arab dan India pada abad ke-7. Mereka membawa ajaran Islam dan
menyebarkannya melalui interaksi dengan masyarakat lokal. Dakwah di awal masa ini cenderung
bersifat damai dan terintegrasi dengan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

Kerajaan-kerajaan Islam, proses penyebaran Islam di Indonesia terkait erat dengan berdirinya
kerajaan-kerajaan Islam, seperti Kesultanan Aceh, Kesultanan Demak, Kesultanan Banten, dan
Kesultanan Mataram. Para ulama dan intelektual Muslim memainkan peran penting dalam
memperkuat ajaran Islam di wilayah ini, dan dakwah dilakukan melalui lembaga-lembaga keislaman
di dalam kerajaan-kerajaan tersebut.

Perkembangan Budaya dan Sinkretisme, ajaran Islam mengalami proses sinkretisme budaya
dengan adat istiadat dan tradisi lokal di Indonesia. Hal ini menghasilkan bentuk Islam yang unik dan
khas bagi masyarakat Indonesia. Seni, sastra, dan adat istiadat lokal mengalami pengaruh Islam,
sementara Islam juga menerima dan mengakomodasi elemen-elemen lokal.

Era Kolonial, selama periode penjajahan Belanda, Islam menghadapi tantangan dengan adanya
kebijakan-kebijakan kolonial yang berusaha mengendalikan kehidupan keagamaan. Di tengah
tekanan tersebut, muncul gerakan-gerakan seperti Tarekat Naqsyabandiyah dan gerakan reformis,
seperti Muhammadiyah yang didirikan oleh Ahmad Dahlan pada tahun 1912.

Perkembangan Modernisasi Islam, pasca-kemerdekaan, Indonesia mengalami periode


modernisasi Islam yang ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi seperti Nahdlatul Ulama
(NU) dan Muhammadiyah. NU, yang didirikan pada tahun 1926, menekankan pada tradisi
keagamaan dan kebudayaan Islam, sementara Muhammadiyah fokus pada reformasi dan
modernisasi.

II
DAFTAR ISI

III
PETA KONSEP

IV
A. STRATEGI DAKWAH DI NUSANTARA
a) Strategi Dakwah melalui Perdagangan

Dakwah dan dagang merupakan dua aktivitas yang


berjalan beriringan para ulama dan pendakwah Islam sejak
dulu. Berdasarkan data sejarah, perdagangan merupakan media
dakwah Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari adanya
kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke 7 M hingga ke
16 M. Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang Melayu
telah lama menjalin kontak dagang dengan orang Arab.

Apalagi setelah berdirinya kerajaan Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra
Pasai di Aceh, maka makin ramai para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara (Indonesia).

Disamping berdagang mereka juga menyiarkan agama Islam. Fakta sejarah ini dapat diketahui
berdasarkan data dan informasi yang dicatat oleh Tome’Pires, bahwa seorang musafir asal Portugis
menceritakan tentang penyebaran Islam antara tahun 1512 sampai tahun 1515 Masehi yang meliputi
Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Maluku.

Ia juga menyatakan bahwa pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir Pulau Jawa yang
ketika itu masih penganut Hindu dan Budha maupun animisme dan dinamisme. Para penyebar agama
Islam berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan para ahli agama dari luar sehingga jumlah
mereka semakin bertambah banyak.

Di beberapa tempat, para bupati yang ditugaskan di daerah pesisir oleh kerajaan Majapahit
banyak yang kemudian memeluk Islam. Para bupati tersebut memeluk Islam bukan hanya karena faktor
politik yang sedang tidak stabil di pusat kekuasaan Majapahit, namun juga karena faktor hubungan
ekonomi yang baik dengan para pedagang muslim. Hubungan dagang yang baik akhirnya memberikan
kekuatan secara ekonomi bagi para saudagar muslim dan mengukuhkan kebaradaan mereka sebagai
mitra para bupati dan penduduk setempat.

Kekuatan ini memberikan pengaruh secara sosial maupun psikologis yang dengan sendirinya
memudahkan agama Islam dapat diterima oleh para bupati dan penduduk setempat. Karena pada saat
itu, hampir semua jalur strategis perdagangan internasional dikuasai oleh para pedagang muslim, maka
mau tidak mau jika para bupati ingin memajukan daerahnya dari segi pembangunan ekonomi maka ia
harus bekerjasama dengan para pedagang muslim.

1
ekonomi yang baik dengan para pedagang muslim. Hubungan dagang yang baik akhirnya
memberikan kekuatan secara ekonomi bagi para saudagar muslim dan mengukuhkan kebaradaan
mereka sebagai mitra para bupati dan penduduk setempat.

Kekuatan ini memberikan pengaruh secara sosial maupun psikologis yang dengan sendirinya
memudahkan agama Islam dapat diterima oleh para bupati dan penduduk setempat. Karena pada saat
itu, hampir semua jalur strategis perdagangan internasional dikuasai oleh para pedagang muslim, maka
mau tidak mau jika para bupati ingin memajukan daerahnya dari segi pembangunan ekonomi maka ia
harus bekerjasama dengan para pedagang muslim.

b.) Strategi Dakwah melalui Pernikahan

Strategi dakwah melalui pernikahan merupakan salah


satu pendekatan yang digunakan oleh kelompok-kelompok
keluarga. Pernikahan dianggap sebagai bagian penting dalam
membangun masyarakat Muslim yang taat dan memperkuat
identitas keagamaan. Berikut adalah beberapa aspek strategi
dakwah melalui pernikahan

Pemilihan Pasangan yang Seiman, pemilihan pasangan hidup yang seiman menjadi landasan
strategi dakwah melalui pernikahan. Dalam pendekatan ini, individu muslim diharapkan untuk memilih
pasangan yang memiliki kesamaan nilai-nilai keagamaan dan moral. Hal ini bertujuan untuk membentuk
keluarga yang kokoh dalam praktik ibadah dan pelaksanaan ajaran Islam sehari-hari.

Pendidikan Agama dalam Keluarga, keluarga yang dihasilkan dari pernikahan diharapkan
menjadi lingkungan pendidikan agama yang kuat. Pasangan suami-istri berperan sebagai pemimpin
keluarga yang memberikan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Mereka dapat mengenalkan nilai-
nilai Islam, mengajarkan ibadah, dan memastikan bahwa anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang
Islami.

Pengenalan Ajaran Islam Melalui Tradisi Keluarga, tradisi keluarga menjadi sarana untuk
menyampaikan ajaran Islam secara tidak langsung. Pernikahan sering kali melibatkan berbagai upacara
adat dan tradisi keluarga. Dalam konteks ini, nilai-nilai Islam dapat diselaraskan dengan tradisi keluarga,
menciptakan kesinambungan antara budaya dan agama.
Memperkuat Jaringan Sosial, pernikahan membuka peluang untuk memperluas jaringan sosial
dalam masyarakat. Pasangan yang baru menikah dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial dan
keagamaan bersama komunitas Muslim. Ini tidak hanya memperkuat hubungan dalam keluarga, tetapi
juga meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas keagamaan bersama.
2
nilai Islam, mengajarkan ibadah, dan memastikan bahwa anak-anak tumbuh dalam lingkungan
yang Islami.

Pengenalan Ajaran Islam Melalui Tradisi Keluarga, tradisi keluarga menjadi sarana untuk
menyampaikan ajaran Islam secara tidak langsung. Pernikahan sering kali melibatkan berbagai upacara
adat dan tradisi keluarga. Dalam konteks ini, nilai-nilai Islam dapat diselaraskan dengan tradisi keluarga,
menciptakan kesinambungan antara budaya dan agama.

Memperkuat Jaringan Sosial, pernikahan membuka peluang untuk memperluas jaringan sosial
dalam masyarakat. Pasangan yang baru menikah dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial dan
keagamaan bersama komunitas Muslim. Ini tidak hanya memperkuat hubungan dalam keluarga, tetapi
juga meningkatkan keterlibatan dalam aktivitas keagamaan bersama.

Membangun Komunitas Muslim yang Kuat, strategi dakwah melalui pernikahan juga dapat
memainkan peran dalam pembentukan komunitas Muslim yang kuat. Keluarga-keluarga Muslim yang
memiliki nilai-nilai keagamaan yang kokoh dapat bersinergi untuk membentuk komunitas yang peduli
terhadap ajaran Islam, memberikan dukungan satu sama lain, dan memperjuangkan tujuan bersama.

Contoh Hidup Islami, pasangan suami-istri yang menjalani kehidupan berdasarkan prinsip-
prinsip Islam memberikan contoh hidup Islami bagi orang lain di sekitar mereka. Melalui pernikahan,
mereka dapat membuktikan bahwa praktik keagamaan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari,
dan hal ini dapat memotivasi orang lain untuk mengikuti jejak yang sama.

Strategi dakwah melalui pernikahan memanfaatkan kekuatan institusi keluarga sebagai basis
untuk menyebarkan dan memperkuat ajaran Islam dalam masyarakat. Dengan pendekatan ini,
diharapkan dapat terbentuk masyarakat Muslim yang taat dan berkomitmen terhadap nilai-nilai
keagamaan.

3
c.) Strategi Dakwah melalui Pendidikan

Strategi dakwah melalui pendidikan merupakan


pendekatan yang kuat dan berkelanjutan dalam menyebarkan
ajaran Islam. Pendidikan dianggap sebagai kunci untuk
membentuk pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam,
mengembangkan nilai-nilai moral, serta menciptakan generasi
yang mampu mengaplikasikan prinsip-prinsip Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Berikut adalah beberapa aspek strategi
dakwah melalui pendidikan:

Pendidikan Formal dan Informal, pendidikan formal melibatkan sekolah-sekolah dan lembaga-
lembaga pendidikan resmi yang menyertakan kurikulum agama Islam. Selain itu, pendidikan informal
melalui majelis taklim, pengajian, dan kelompok studi keagamaan juga menjadi bagian penting dari
strategi ini. Kedua bentuk pendidikan ini dapat memberikan pemahaman mendalam terhadap ajaran
Islam.

Integrasi Nilai-nilai Islam dalam Kurikulum, pendidikan Islam melibatkan integrasi nilai-nilai
Islam dalam kurikulum. Materi pelajaran diarahkan untuk memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang ajaran Islam, etika, dan moral. Hal ini mencakup pelajaran agama Islam, etika, serta
modul-modul pendidikan karakter yang mencerminkan nilai-nilai Islam.

Pelatihan Guru dan Kader Keislaman, strategi ini mencakup pelatihan guru dan kader keislaman
yang bertugas untuk menyampaikan materi pelajaran agama Islam. Guru dan kader keislaman ini
diharapkan tidak hanya menguasai materi ajaran Islam, tetapi juga mampu menyampaikannya dengan
metode yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Pembentukan Karakter dan Etika, pendidikan Islam tidak hanya berkutat pada aspek kognitif,
tetapi juga menekankan pembentukan karakter dan etika. Melalui pendidikan, siswa diajarkan untuk
menginternalisasi nilai-nilai Islam seperti kejujuran, kesabaran, tolong-menolong, dan sikap toleransi.

Pengembangan Literasi Islam, strategi dakwah melalui pendidikan mencakup pengembangan


literasi Islam, termasuk pemahaman tentang Al-Qur'an, hadis, dan literatur keislaman. Tujuannya adalah
untuk menciptakan individu yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ajaran Islam dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Keterampilan Hidup Islami, selain pemahaman konseptual, pendidikan Islam juga
mencakup pengajaran keterampilan hidup Islami. Ini termasuk keterampilan dalam berkomunikasi,
4
kepemimpinan, dan kecakapan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.
tetapi juga menekankan pembentukan karakter dan etika. Melalui pendidikan, siswa diajarkan
untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam seperti kejujuran, kesabaran, tolong-menolong, dan sikap
toleransi.

Pengembangan Literasi Islam, strategi dakwah melalui pendidikan mencakup pengembangan


literasi Islam, termasuk pemahaman tentang Al-Qur'an, hadis, dan literatur keislaman. Tujuannya adalah
untuk menciptakan individu yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ajaran Islam dan
mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Keterampilan Hidup Islami, selain pemahaman konseptual, pendidikan Islam juga
mencakup pengajaran keterampilan hidup Islami. Ini termasuk keterampilan dalam berkomunikasi,
kepemimpinan, dan kecakapan sosial yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam.

Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan Islam, pemanfaatan teknologi, seperti e-learning,


aplikasi pendidikan Islami, dan platform online, dapat memperluas jangkauan dakwah melalui
pendidikan. Hal ini memberikan kemudahan akses dan interaktivitas dalam mempelajari ajaran Islam.

Strategi dakwah melalui pendidikan memiliki dampak jangka panjang dalam membentuk
pemahaman dan praktek keagamaan masyarakat. Pendidikan Islam yang berkualitas diharapkan dapat
melahirkan individu yang berakhlak mulia, cerdas, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam
masyarakat.

5
d.) Strategi Dakwah melalui Kesenian

Penyebaran Islam bisa dilakukan dengan beragam cara, salah


satunya melalui bidang kesenian. Cara penyebaran kebudayaan
Islam di Indonesia melalui media kesenian pernah dilakukan
oleh beberapa ulama, termasuk Sunan Kalijaga, Sunan Giri,
Sunan Bonang, dan Sunan Muria. Wayang, Wayang kulit
digunakan oleh wali untuk menyebarkan Islam dilakukan oleh
Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga kerap memasukkan cerita-
cerita tentang ajaran Islam yang kemudian disampaikan
dengan memanfaatkan media wayang.

Sunan Kalijaga membuat wayang bersama para gurunya, yaitu Sunan Bonang dan Sunan Giri,
yang juga merupakan tokoh Wali Songo. Cerita yang biasa disampaikan oleh Sunan Kalijaga yaitu
Mahabharata, yang kemudian diselipkan ajaran-ajaran Islam di dalamnya. Sunan Kalijaga sangat mahir
memainkan wayang dan memasukkan unsur dan nilai-nilai keislaman dalam cerita pewayangan.
Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan Sunan Kalijaga akhirnya mengenal Islam, dan tertarik
dengannya.

Alasan bidang seni budaya menjadi salah satu media penyebaran Islam adalah karena ajaran
yang disampaikan dapat lebih mudah diterima oleh masyarakat. Cara ini dilakukan oleh wali songo
ketika menyebarluaskan ajaran Islam di Pulau Jawa. Mereka menjadikan pertunjukan seni dan budaya
bernuansa Islami, sehingga masyarakat menyukainya. Berbagai kesenian dan kebudayaan lainnya juga
dijadikan media penyebaran Islam, antara lain seni ukir, gamelan, dan seni suara suluk. Suluk yang
paling tersohor dan melekat di hati rakyat pada waktu itu adalah Tombo Ati oleh Sunan Bonang.

Penggunaan Teknologi dalam Pendidikan Islam, pemanfaatan teknologi, seperti e-learning,


aplikasi pendidikan Islami, dan platform online, dapat memperluas jangkauan dakwah melalui
pendidikan. Hal ini memberikan kemudahan akses dan interaktivitas dalam mempelajari ajaran Islam.

Strategi dakwah melalui pendidikan memiliki dampak jangka panjang dalam membentuk
pemahaman dan praktek keagamaan masyarakat. Pendidikan Islam yang berkualitas diharapkan dapat
melahirkan individu yang berakhlak mulia, cerdas, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam
masyarakat.
6
B. PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

a.) Perkembangan Islam di Sumatera


Sumatera (terutama Sumatera Utara) merupakan
wilayah pertama masuknya Islam ke Nusantara. Pendapat
mengenai bukti tertulis masuknya Islam di Sumatera, ditemukan
sekitar abad ke-10 Masehi, yaitu makam seorang wanita
bernama Tuhar Amisuri di Barus. Catatan lain menyebutkan,
makam bertulisan Siti Tuhar Amisuri di Barus ditemukan pada
abad ke-13. Peninggalan tersebut merupakan salah satu
peninggalan Islam tertua di Sumatera sekaligus sebagai bukti
bahwa di Barus pada abad tersebut sudah ada orang yang
beragama Islam.

Siti Tuhar atau Tuhar Amisuri tersebut adalah salah seorang keturunan yang berasal dari Arab. Terkait
dengan sejarah Islam di Sumatera juga dijelaskan juga dalam buku tersebut bahwa ada bukti tertulis lain
yang ditemukan. Bukti tersebut menunjukkan bahwa sudah ada orang beragama Islam yang tinggal di
daerah tersebut.

Berdasarkan cerita Marco Polo, penjelajah asal Italia bernama Marco Polo, singgah di bagian
utara Aceh pada tahun 1292 M. Saat itu ia sedang dalam perjalanannya ke Tiongkok dari Persia melalui
jalur laut. Saat tiba di Perlak (Peureula), ia menjumpai penduduk yang beragama Islam, dan banyak juga
pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan agama Islam. Dari hal ini, dapat diketahui bahwa
islamisasi di wilayah tersebut belum lama berlangsung.

Makam Malik As-Saleh, makam Malik As-Saleh ditemukan pada abad ke-13 M yang berada di
Meunahasah Beringin, Aceh Utara. Dalam hikayat Raja-Raja Pasai, Malik As-Saleh dikenal sebagai raja
pertama Kerajaan Samudera Pasai. Makam tersebut menjadi bukti lain bahwa Islam telah masuk
berkembang di Aceh pada abad itu.

Cerita Ibnu Batutah, seorang penjelajah dan pelaut tersohor, Abu Abdullah Muhammad bin
Batutah yang berasal dari Maroko ini pernah mengunjungi Samudera Pasai pada 1345. Ia bercerita
bahwa Sultan Samudera Pasai sangat baik kepada ulama dan rakyatnya.

Penyebaran Islam di Sumatera, engutip dari laman Kemdikbud, penyebaran Islam di Sumatera
dilakukan oleh saudagar Arab. Mereka hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina
melalui Barus-Fansur (yang terletak di ujung barat pulau Sumatera). Barus sendiri disebut sebagai
perkampungan Islam tertua di Nusantara.
7
Cerita Ibnu Batutah, seorang penjelajah dan pelaut tersohor, Abu Abdullah Muhammad bin
Batutah yang berasal dari Maroko ini pernah mengunjungi Samudera Pasai pada 1345. Ia bercerita
bahwa Sultan Samudera Pasai sangat baik kepada ulama dan rakyatnya.

Penyebaran Islam di Sumatera, engutip dari laman Kemdikbud, penyebaran Islam di Sumatera
dilakukan oleh saudagar Arab. Mereka hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina
melalui Barus-Fansur (yang terletak di ujung barat pulau Sumatera). Barus sendiri disebut sebagai
perkampungan Islam tertua di Nusantara.

Kemudian mereka yang membawa ajaran Islam juga datang langsung dari Semenanjung Arabia
yang menjadi utusan resmi Khalifah, atau para pedagang yang memiliki hubungan perdagangan dengan
Aceh. Hubungan tersebut juga melahirkan asimilasi keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau
Sumatera. Dan juga memudahkan penyebaran Islam yang berkembang di Aceh sejak Abad ke-7.

Selain dari perdagangan, sejarah keislaman di pulau Sumatera menyebar karena kerajaan-
kerajaan yang ada di Sumatera atau dakwah wali dan ulama yang ada pada saat itu. Adapun kerajaan
Islam di Sumatera pada masa itu adalah Kerajaan Samudera Pasai, dan Kerajaan Aceh Darussalam.

8
b.) Perkembangan Islam di Jawa
Sebelum Islam masuk dan berkembang, kerajaan
terakhir yang memiliki pengaruh besar di Pulau Jawa
adalah Kerajaan Majapahit yang bercorak Hindu-Buddha.
Ketika Kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaan di
bawah pemerintahan Hayam Wuruk tahun 1350 hingga
1389, penduduknya sudah banyak yang beragama Islam.
Adanya penduduk Majapahit yang beragama Islam
disebabkan oleh terjalinnya hubungan dagang antara
Muslim dari wilayah Timur Tengah, Arab, dan India, di
pesisir utara Jawa.

Di saat yang hampir bersamaan, berdiri Kerajaan Islam pertama di Nusantara, yaitu Kerajaan
Samudera Pasai sejak abad ke-13 hingga abad ke-16. Kerajaan Samudera Pasai terletak di Sumatera,
tempat di mana Islam pertama kali masuk ke Indonesia yang dibawa oleh para pedagang Muslim pada
abad ke-7. Para pedagang tersebut selain berdagang juga menyebarkan ajaran agama Islam. Bahkan
terjadi perkawinan antara pedagang dengan wanita pribumi. Perkawinan inilah yang membuat Islam
mulai berkembang cepat ke berbagai wilayah, termasuk Pulau Jawa.

Penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh Wali Songo, yaitu sembilan tokoh
penyebar ajaran agama Islam di tanah Jawa. Secara harfiah, wali berarti wakil, sedangkan songo dalam
bahasa Jawa berarti sembilan. Wali Songo menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara berdakwah ke
masyarakat di Pulau Jawa. Cara dakwah yang dilakukan berbeda-beda, ada yang melalui kesenian,
pendidikan, dan kebudayaan. Tokoh Wali Songo pertama yang menyebarkan ajaran Islam adalah
Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.

9
Oleh sebab itu, Sunan Gresik dianggap sebagai wali pertama yang mengislamkan Jawa. Berkat
Sunan Gresik, ajaran Islam pun mulai dikenal dan mengalami perkembangan yang signifikan di Pulau
Jawa. Seiring dengan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa, pengaruh agama Hindu dan Buddha
di Majapahit perlahan mulai meluntur. Di samping melalui para pedagang dan pelayaran, Islam juga
berkembang melalui perkawinan. Banyak pedagang Muslim dari Timur Tengah, Persia, dan India yang
akhirnya menetap dan menikah dengan seorang gadis Jawa. Alhasil, anggota keluarga yang lainnya pun
ikut menganut agama yang sama, yaitu Islam.

Secara harfiah, wali berarti wakil, sedangkan songo dalam bahasa Jawa berarti sembilan. Wali
Songo menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara berdakwah ke masyarakat di Pulau Jawa. Cara
dakwah yang dilakukan berbeda-beda, ada yang melalui kesenian, pendidikan, dan kebudayaan. Tokoh
Wali Songo pertama yang menyebarkan ajaran Islam adalah Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.
Oleh sebab itu, Sunan Gresik dianggap sebagai wali pertama yang mengislamkan Jawa. Berkat Sunan
Gresik, ajaran Islam pun mulai dikenal dan mengalami perkembangan yang signifikan di Pulau Jawa.
Seiring dengan berkembangnya agama Islam di Pulau Jawa, pengaruh agama Hindu dan Buddha di
Majapahit perlahan mulai meluntur. Di samping melalui para pedagang dan pelayaran, Islam juga
berkembang melalui perkawinan. Banyak pedagang Muslim dari Timur Tengah, Persia, dan India yang
akhirnya menetap dan menikah dengan seorang gadis Jawa. Alhasil, anggota keluarga yang lainnya pun
ikut menganut agama yang sama, yaitu Islam.

Perkembangan Islam di Pulau Jawa mengalami kemajuan yang signifikan. Hal ini karena adanya
peranan Wali Songo. Wali Songo terdiri atas sembilan orang yang melakukan penyebaran ajaran agama
Islam di Pulau Jawa. Strategi dakwah dari kesembilan wali ini dalam menyebarkan ajaran Islam juga
berbeda-beda. Ada yang melalui pendidikan, ada pula yang melalui kesenian dan kebudayaan.
Umumnya, tokoh Wali Songo yang memilih untuk berdakwah melalui pendidikan adalah dengan
mendirikan pesantren. Sementara yang melalui kesenian dan kebudayaan dengan membuat tembang
atau macapat dan wayang. Tokoh-tokoh Wali Songo dan wilayah penyebarannya adalah sebagai berikut:

• Sunan Gresik (Gresik)


• Sunan Ampel (Surabaya)
• Sunan Giri (Gresik)
• Sunan Bonang (Tuban, Rembang, Pulau Bawean, Madura)
• Sunan Drajat (Lamongan)
• Sunan Kalijaga (Cirebon)
• Sunan Muria (Kudus, Jepara, Jati)
• Sunan Kudus (Kudus) 10
• Sunan Gunung Jati (Cirebon, Priangan)
• Sunan Gresik (Gresik)
• Sunan Ampel (Surabaya)
• Sunan Giri (Gresik)
• Sunan Bonang (Tuban, Rembang, Pulau Bawean, Madura)
• Sunan Drajat (Lamongan)
• Sunan Kalijaga (Cirebon)
• Sunan Muria (Kudus, Jepara, Jati)
• Sunan Kudus (Kudus)
• Sunan Gunung Jati (Cirebon, Priangan)

Perkembangan Islam di Pulau Jawa pun semakin besar setelah didirikannya Kerajaan Demak pada akhir
abad ke-15 oleh Raden Patah.

TOKOH-TOKOH WALI SONGO


Sunan Gresik, nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim.,
Sunan Gresik bermukim di Gresik untuk menyiarkan ajaran Islam hingga
akhir hayatnya pada tanggal 12 Rabiul awwal 822 H, bertepatan dengan
8 April 1419 M dan dimakamkan di desa Gapura kota Gresik. Ia adalah
seorang ahli tata negara yang menjadi penasehat raja, guru para
pangeran, dan juga dermawan terhadap fakir miskin. Sunan Gresik
dianggap sebagai penyiar Islam pertama di tanah Jawa, sehingga
dianggap sebagai Ayah dari Walisongo. Berdasarkan silsilahnya, Sunan
Gresik merupakan keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. melalui
Siti Fatimah yang menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Sunan Gresik
merupakan bapak dari Sunan Ampel.

11
Sunan Bonang atau Makhdum Ibrahim, sunan Bonang
adalah putra dari Sunan Ampel dari istri yang bernama Dewi Candrawati.
Ia dikenal sebagai ahli Ilmu Kalam dan Ilmu Tauhid. Maulana Makhdum
Ibrahim banyak belajar di Pasai, kemudian sekembalinya dari Pasai,
Maulana Makhdum Ibrahim mendirikan pesantren di daerah
Tuban.nSantri yang belajar pada pesantren Maulana Makhdum Ibrahim,
berasal dari seluruh penjuru daerah di tanah air. Sunan Bonang
meninggal pada tahun 1525 dan dimakamkan di Tuban, daerah pesisir
utara Jawa yang menjadi basis perjuangan dakwahnya. Semasa hidupnya,
Sunan Bonang kerap berdakwah melalui kesenian agar bisa menarik
masyarakat Jawa untuk memeluk agama Islam. Untuk menambah unsur
Islami dalam lagu-lagu yang digubahnya, Sunan Bonang memasukkan
rebab dan bonang sebagai pelengkap dari gemelan Jawa. Oleh sebab
itulah ia mendapatkan julukan Sunan Bonang..Hal ini dimaksudkan
sebagai upaya persuasif terhadap penganut ajaran Hindu dan Budha yang
telah lama dipeluk sebelumnya.

Sunan Ampel, nama aslinya adalah Raden Rahmat yang


lahir di Kerajaan Champa, Vietnam. Ia adalah putra cucu Raja Champa,
ayahnya bernama Ibrahim As-Samarkandi yang menikah dengan Puteri
Raja Champa yang bernama Dewi Candra Wulan. Raden Rahmat ke
tanah Jawa langsung ke Majapahit, karena bibinya Dewi Dwara Wati
diperistri Raja Brawijaya. Beliau merupakan tokoh yang menyebarkan
ajaran Islam di Jawa Timur. Sunan Ampel merupakan sunan pertama di
Demak dan pemimpin asli Wali Songo. Raden Rahmat berhenti di Tuban
dan di tempat itu beliau berkenalan dengan dua tokoh masyarakat yaitu
Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning, yang keduanya kemudian masuk
Islam beserta keluarganya.

12
Sunan Drajat atau Radem Qasim, selain Makhdum Ibrahim
atau Sunan Bonang, Raden Qasim yang juga putra dari Sunan Ampel
dikenang oleh masyarakat di seluruh Tanah Air sebagai Sunan Drajat.
Dalam misinya untuk menyebarkan agama Islam di Indonesia, ia
menggunakan kegiatan sosial sebagai ujung tombaknya. Ia berdakwah di
daerah Drajad kecamatan Paciran Lamongan. Ia mempelopori
penyantunan anak-anak yatim dan orang-orang sakit. Selain itu Sunan
Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat umum. Ia sangat
mengedepankan sikap dermawan, kerja keras dan meningkatkan
kemakmuran rakyat sebagai pengamalan agama Islam.

Sunan Kudus, nama aslinya adalah Ja’far Shadiq atau


dikenal sebagai Raden Undung. Lahir pada 9 September 1400 Masehi.
Sebutan Sunan Kudus tercipta karena beliau memilih Kudus sebagai
tempat berdakwah terlamanya hingga bertahun-tahun. Ia merupakan
putra Raden Usman Haji yang menyebarkan agama Islam di daerah
Jipang Panolan, Blora, Jawa Tengah. Ia juga dikenal dengan julukan wali
al-ilmi, karena sangat menguasai ilmu-ilmu agama, terutama tafsir, fikih,
usul fikih, tauhid, hadits, serta logika. Sunan Kudus memiliki toleransi
antar agama yang sangat tinggi. Dengan begitu, cara berdakwahnya
adalah dengan mendekatkan agama Hindu Budha ke Islam. Ia mendapat
kepercayaan untuk mengendalikan pemerintahan di daerah Kudus,
sehingga ia menjadi pemimpin pemerintahan (Bupati) sekaligus
pemimpin agama. Sunan Kudus meninggal di Kudus pada tahun 1550,
makamnya berada di dalam kompleks Masjid Menara Kudus.

13
Sunan Giri (Raden Paku), Sunan Giri yang bernama asli
Raden ’Ainul Yaqin merupakan putra dari Syekh Maulana Ishaq (murid
Sunan Ampel), yang dikenal juga dengan Raden Paku. Beliau ditugsakan
oleh Sunan Ampel untuk menyiarkan agama Islam di Blambangan.
Sunan Giri pernah belajar di pesantren Ampel Denta lalu setelah dewasa,
melalukan perjalanan haji bersama Sunan Bonang. Ketika hendak
melaksanakan ibadah haji bersama Sunan Bonang, keduanya
menyempatkan singgah di Pasai untuk memperdalam ilmu keimanan dan
tasawuf. Pada sebuah kisah diceritakan bahwa Raden Paku sebagai salah
satu nama-nama Walisongo bisa mencapai tingkatan ilmu laduni. Dengan
prestasi tersebut Raden Paku dikenal juga dengan panggilan Raden
‘Ainul Yaqin. Sunan Giri meninggal sekitar awal abad ke-16, makam
beliau ada di Bukit Giri, Gresik.

Sunan Muria atau Raden Umar Said, Raden Umar Said atau
Sunan Muria adalah anak dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh.
Namanya, Muria, diperkirakan oleh masyarakat sekitar Kota Kudus
berasal dari nama gunung, yakni Gunung Muria. Gunung Muria itulah
tempat di mana kini Sunan Muria dimakamkan. Ia dikenal sebagai Sunan
Muria karena pusat dakwah dan bermukim beliau di Bukit Muria.
menurut perkiraan, Sunan Muria meninggal pada abad ke-16 dan
dimakamkan di Bukit Muria, Kudus. Gaya dakwah Sunan Muria pada
umumnya mengambil metode yang digunakan ayahnya, Sunan Kalijaga,
yakni menggunakan kesenian. Namun, Sunan Muria lebih senang tinggal
jauh dari hiruk pikuk kota dan tinggal di daerah terpencil untuk
menyebarkan agama. Ia juga turut mengajarkan cara bercocok tanam.

14
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), Sunan Gunung Jati yang memiliki
nama asli Syarif Hidayatullah. Beliau banyak memberikan kontribusi dalam
menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat. Syarif Hidayatullah dikenal
sebagai pendiri Kesultanan Cirebon dan Banten. Sunan Gunung Jati berasal
dari Pasai. Sunan Gunung Jati adalah pendiri dinasti kesultanan Banten yang
dimulai dengan putranya, Sultan Maulana Hasanudin. Pada tahun 1527, Sunan
Gunung Jati menyerang Sunda Kelapa di bawah pimpinan panglima perang
Kesultanan Demak, Fatahillah. Ia merupakan sosok yang cerdas dan tekun
dalam menuntut ilmu. Karena kesungguhannya, ia diizinkan ibunya untuk
menuntut ilmu ke Makkah. Di sana, dia berguru pada Syekh Tajudin Al-
Qurthubi. Tak lama kemudian, ia lanjut ke Mesir dan berguru pada Syekh
Muhammad Athaillah Al-Syadzili, ulama bermadzhab Syafi’i. Di sana, Sunan
Gunung Jati belajar tasawuf tarekat syadziliyah. Sunan Gunung Jati wafat di
Cirebon pada tahun 1570 dan usianya diperkiran sekitar 80 tahun. Makamnya
terdapat di komple

15
c.) Teori Perlembangan Islam di Nusantara

Teori Gujarat

Teori Gujarat dikemukakan oleh seorang ilmuwan Belanda bernama J. Pijnapel dan
didukung oleh Christiaan Snouck Hurgronje. Teori Gujarat beranggapan bahwa agama Islam
dan kebudayaannya dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar
melewati selat Malaka. Teori ini juga menjelaskan bahwa Islam secara masif berkembang di
Nusantara sekitar abad ke-13 Masehi, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera
Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat itu.Teori ini diyakini oleh S. Hurgronje karena
adanya hubungan perdagangan yang cukup erat antara Indonesia dan India. Teori Gujarat juga
diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297,
makam Maulana Malik Ibrahim yang keduanya bercorak Gujarat, serta tulisan Marco
Polo.Namun, terdapat kelemahan Teori Gujarat. Teori ini ditentang oleh G.E. Morison, seorang
jurnalis asal Australia. Ia mengatakan bahwa, belum tentu Islam didatangkan dari Gujarat,
hanya karena memiliki penemuan corak batu nisan yang mirip dengan yang ada di Gujarat.
Selain itu, pada awal abad ke-12 Masehi, masyarakat Gujarat masih menganut agama Hindu.

Teori Persia

Teori masuknya Islam ke Nusantara berikutnya adalah Teori Persia. Teori Persia
didukung oleh Hoesein Djadjadiningrat dan Umar Amir Husen. Mereka berpendapat
bahwa Islam masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari
Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di Iran.

16
Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke-13, ajaran yang
marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia. Selain itu, terdapat beberapa
kesamaan budaya dan tradisi di Indonesia dengan yang ada di Persia. Contohnya adalah
peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara peringatan bernama
Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (khususnya Sumatera Barat dan Jambi), serta
kesamaan corak seni kaligrafi. Teori Persia juga didukung oleh bukti-bukti lain, seperti
penggunaan gelar ‘syah’ pada raja-raja Islam di Nusantara, beberapa kosakata serapan Bahasa
Persia ke Bahasa Indonesia, persamaan mazhab yang dianut, dan kesamaan ajaran sufi oleh
Syekh Siti Jenar. Namun, Teori Persia juga memiliki kelemahan. Menurut beberapa tokoh,
pada abad ke-7 Masehi, Persia belum memiliki pengaruh yang cukup besar dalam dunia Islam.

Teori China

Menurut Teori Cina, Islam berkembang di Nusantara berasal dari para perantau
Tiongkok. Masyarakat Tiongkok sebenarnya sudah memiliki hubungan erat dengan masyarakat
Indonesia, jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Tiongkok
telah berbaur dengan penduduk Indonesia melalui perdagangan. Agama Islam sendiri
berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M). Menurut Sumanto Al-Qurtuby,
pada masa Dinasti Tang, di daerah Kanton, Zhang-Zhao, Quanzhou, dan pesisir Cina bagian
selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman muslim. Teori Cina dikuatkan dengan
adanya beberapa bukti, di antaranya Raden Patah (Raja Demak) yang merupakan keturunan
Tiongkok, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah Cina, masjid-masjid yang memiliki
arsitektur Tiongkok, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang Tiongkok lah yang
pertama menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara. Akan tetapi, kelemahan Teori
Cina adalah teori ini tidak menjelaskan awal masuknya agama Islam di Indonesia. Teori ini
lebih menjelaskan peranan Cina dalam kedatangan Islam ke Indonesia.

17
Teori Arab

Teori masuknya Islam ke Nusantara berikutnya adalah Teori Arab. Teori Arab didukung oleh
beberapa tokoh, seperti Buya Hamka dan van Leur. Dalam Teori Arab, dijelaskan bahwa Islam
masuk ke Nusantara pada abad ke-7. Ajaran Islam dibawa langsung oleh para musafir dari Arab
yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Teori Arab
diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab di Barus, Sumatera Utara yang dikenal
dengan nama Bandar Khalifah. Selain itu, di Samudera Pasai, mazhab yang terkenal adalah
mazhab Syafi’i. Mazhab ini juga terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian, bukti lain
Teori Arab adalah digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai, seperti budaya
Islam di Mesir. Namun, Teori Arab memiliki kelemahan. Teori ini dianggap kurang memiliki
sumber tertulis yang menjelaskan peranan bangsa Arab terhadap proses penyebaran ajaran Islam
di Indonesia.

18
C. TOKOH FAVORIT PERKEMBANGAN ISLAM

Sunan Kalijaga atau yang memiliki nama asli Raden Said


lahir pada sekitar tahun 1450 M. Sunan Kalijaga merupakan seorang
putra dari Tumenggung Wilatiktam seorang Bupati yang memimpin
Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat
kepada agama dan orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan
sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan, hingga dia mencuri
makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kepada rakyatnya. Tapi
ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100
kali sampai banyak darahnya dan diusir. Setelah diusir selain
mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan
Bonang. Lalau Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh
menunggui tongkatnya di depan kali sampai berbulan-bulan sampai
seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid disebut Sunan
Kalijaga.

Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain dengan
wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh para penyebar
Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga dengan tanpa terasa
mereka telah tertarik pada ajaran- ajaran Islam sekalipun, karena pada awalnya mereka tertarik
dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah tokoh seniman wayang. Ia tidak
pernah meminta para penonton untuk mengikutinya mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang
masih dipetik dari cerita Mahabarata dan Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama
dan nama-nama pahlawan Islam.

Seperti wali-wali lain, dalam berdakwah, Sunan Kalijaga sering mengenalkan Islam kepada penduduk
lewat pertunjukan wayang yang sangat digemari oleh masyarakat yang masih menganut kepercayaan
agama lama. Dengan kemampuannya yang menakjubkan sebagai dalang yang ahli memainkan wayang,
Sunan Kalijaga selama berdakwah di Jawa bagian barat dikenal penduduk sebagai dalang yang
menggunakan berbagai nama samaran.

19
Di daerah Pajajaran, Sunan Kalijaga dikenal penduduk dengan nama Ki Dalang Sida Brangti. Di
daerah Tegal, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang barongan dengan nama Ki Dalang Bengkok. Di
Daerah Purbalingga, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang topeng dengan nama Ki Dalang
Kumendung; sedangkan di Majapahit dikenal sebagai dalang dengan nama Ki Unehan. Kegiatan
dakwah memanfaatkan pertunjukan tari topeng, barongan, dan wayang yang dilakukan Sunan Kalijaga
dengan cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain itu digambarkan dalam Babad Cerbon dalam
langgam Kinanthi.

Di antara berbagai lakon wayang yang lazimnya diambil dari epos Ramayana dan Mahabharata,
salah satu yang paling digemari masyarakat adalah lakon Dewa Ruci, yaitu lakon wayang yang
merupakan pengembangan naskah kuno Nawa Ruci. Lakon Nawa Ruci atau Dewa Ruci mengisahkan
perjalanan ruhani tokoh Bima mencari Kebenaran di bawah bimbingan Bhagawan Drona sampai ia
bertemu dengan Dewa Ruci.

Sunan Kalijaga dikenal sangat mendalam memaparkan kupasan-kupasan ruhaniah berdasarkan


ajaran tasawuf dalam memainkan wayang lakon Dewa Ruci, yang menjadikannya sangat masyhur dan
dicintai oleh masyarakat dari berbagai lapisan. Terlebih lagi, tidak sekadar memainkan wayang sebagai
dalang, Sunan Kalijaga juga diketahui melakukan reformasi bentuk-bentuk wayang yang sebelumnya
berbentuk gambar manusia menjadi gambar dekoratif dengan proporsi tubuh tidak mirip manusia. Selain
itu, Sunan Kalijaga juga memunculkan tokoh-tokoh kuno Semar, Gareng, Petruk, Bagong, Togog, dan
Bilung sebagai punakawan yang mengabdi kepada para ksatria, yang kesaktian punakawan ini melebihi
dewa-dewa. Dalam kisah Ramayana dan Mahabharata yang asli, tidak dikenal tokoh-tokoh punakawan
Semar beserta keempat orang putranya itu. Bahkan, dalam lakon wayang beber, tokoh-tokoh punakawan
yang dikenal adalah Bancak dan Doyok. Sejumlah lakon wayang carangan seperti Dewa Ruci, Semar
Barang Jantur, Petruk Dadi Ratu, Mustakaweni, Dewa Srani, Pandu Bergola, dan Wisanggeni, diketahui
diciptakan oleh Wali Songo terutama Sunan Kalijaga.

20
Peranan besar Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga dalam mereformasi wayang dari bentuk
sederhana berupa gambar-gambar mirip manusia di atas kertas, perangkat gamelan pengiringnya,
tembang-tembang dan suluknya sampai menjadi seperti bentuknya sekarang yang begitu canggih adalah
sumbangan besar dalam proses pengembangan kesenian dan kebudayaan Nusantara.

Di antara Wali Songo, Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali yang paling luas cakupan bidang
dakwahnya dan paling besar pengaruhnya di kalangan masyarakat. Sebab, selain berdakwah dengan
cara berkeliling dari satu tempat ke tempat lain sebagai dalang. penggubah tembang, pamancangah
menmen (tukang dongeng keliling). penari topeng, perintis pakaian, perancang alat-alat pertanian,
penasihat sultan dan pelindung ruhani kepala-kepala daerah, Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai guru
ruhani yang mengajarkan tarekat Syathariyah dari Sunan Bonang sekaligus tarekat Akmaliyah dari
Syaikh Siti Jenar, yang sampai saat ini masih diamalkan oleh para pengikutnya di berbagai tempat di
Nusantara.

Pelajaran tarekat dalam bentuk laku ruhani yang disebut mujahadah, muraqabah, dan
musyahadah secara arif disampaikan Sunan Kalijaga baik secara tertutup (sirri) maupun secara terbuka.
Pelajaran yang disampaikan secara tertutup diberikan kepada murid-murid ruhani sebagaimana layaknya
proses pembelajaran di dalam sebuah tarekat. Sementara itu, pembelajaran yang disampaikan secara
terbuka, dilakukan melalui pembabaran esoteris kisah-kisah simbolik dalam pergelaran wayang,
sehingga menjadi pesona tersendiri bagai masyarakat dalam menikmati pergelaran wayang yang digelar
Sunan Kalijaga.

Di dalam pergelaran wayang lakon Dewa Ruci, misal, Sunan Kalijaga menggambarkan
bagaimana tokoh Bima yang mencari susuhing angin (sarang angin) bertemu dengan tokoh Dewa Ruci
yang bertubuh sebesar ibu jari, tetapi Bima dapat memasuki tubuhnya. Selama berada di dalam tubuh
Dewa Ruci itu, Bima menyaksikan dimensi dimensi alam ruhani yang menakjubkan tergelar, di mana
Sunan Kalijaga secara dialogis dan sekaligus monologis, menggunakan tokoh Bima memberi paparan
makna secara ruhani tentang dimensi ruhani mempesona yang disaksikan Bima.

21
Berdasar uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa gerakan dakwah Islam yang dilakukan Sunan
Kalijaga memiliki cakupan sangat luas. Sunan Kalijaga tidak sekadar menggarap bidang pendidikan
anak-anak melalui tembang-tembang dan permainan- permainan untuk anak-anak, melainkan
menggarap pula pendidikan bagi orang dewasa melalui tembang-tembang macapatan berisi doa-doa,
cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam, pelatihan membuat alat-alat pertanian,
pelatihan membuat pakaian yang sesuai untuk masyarakat Islam di Jawa, pendidikan politik dan
ketatanegaraan yang baik dan benar bagi penguasa, pembentukan nilai-nilai etis kemasyarakatan yang
bersumber dari ajaran Islam, dan pendidikan rohani yang bersumber dari ilmu tasawuf.

Oleh karena luasnya cakupan bidang yang digarap Sunan Kalijaga, maka menjadi keniscayaan
tokoh asal Tuban itu mengisi banyak kisah legendaris di berbagai tempat di Jawa, seperti kisah Sunan
Kalijaga dengan Ki Ageng Pandanarang, Sunan Kalijaga dengan tiang saka dari tatal dalam
pembangunan Masjid Demak, Sunan Kalijaga sebagai Brandal Lokajaya, Sunan Kalijaga bertapa di
pinggir sungai, Sunan Kalijaga menjadi dalang wayang Ki Sida Brangti, Sunan Kalijaga menjadi dalang
Ki Bengkok, Sunan Kalijaga menjadi dalang Ki Kumendung, Sunan Kalijaga dengan rancangan tatakota
pemerintahan Islam, Sunan Kalijaga mengislamkan Prabu Brawijaya Majapahit, dan sebagainya.

Tidak ada satu pun catatan dari naskah-naskah historiografi yang menetapkan kapan Sunan
Kalijaga wafat, kecuali bahwa wali termasyhur ini wafat dan dikebumikan di Kadilangu dekat Demak.
Sunan Kalijaga digambarkan sebagai wali berusia lanjut dan mengalami perubahan sejak zaman
Majapahit akhir, Demak, Pajang, hingga masa awal Mataram. Sunan Kalijaga dianggap sebagai
pelindung Kerajaan Mataram. Putra Sunan Kalijaga yang bernama Sunan Adi, menjadi penasihat rohani
penguasa Mataram awal Panembahan Senopati. Dewasa ini, di daerah pedalaman Jawa, keberadaan
Sunan Kalijaga menjadi kiblat panutan dari masyarakat muslim tradisional yang memuliakan tidak saja
makamnya, melainkan juga warisan nilai-nilai seni budaya dan ajaran ruhani (tarekat) yang
ditinggalkannya.

22
D. PUISI TOKOH PERKEMBANGAN ISLAM

SEMBILAN CAHAYA

Di tanah Jawa, kisah terukir


Sembilan wali, pembawa syiar
Menebar cahaya, di bumi pertiwi
Menyiram jiwa, dengan kasih ilahi

Sunan Gresik, sang penyebar ilmu


Mengajarkan tauhid, dengan penuh rindu
Sunan Ampel, pembangun masjid
Menyiarkan Islam, dengan penuh kasih

Sunan Bonang, pembawa suluk


Melantunkan tembang, penuh makna syukur
Sunan Kalijaga, pembela kaum lemah
Menyebarkan Islam, dengan penuh semangat

Sunan Muria, pejuang rakyat jelata


Mengajarkan Islam, dengan penuh cinta
Sunan Gunung Jati, raja yang adil
Memimpin rakyat, dengan penuh kasih

Sunan Kudus, pendiri Menara Kudus


Simbol akulturasi, budaya yang utuh
Sunan Drajat, penyebar ajaran tasawuf
Mengajarkan cinta, dengan penuh sujud

Sembilan wali, cahaya yang bersinar


Menyinari Nusantara, dengan penuh amar
Membawa Islam, dengan penuh kedamaian
Menyatukan hati, dalam persaudaraan

23
DAFTAR PUSTAKA

Aji Seno. (2023). Penjelasan 4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia https://ruangguru.com

Gramedia.Biografi Sunan Kalihaga : Masa Hidup, Guru, Strategi Dakwah, dan Karya-Karya Beliau
https://www.gramedia.com/literasi/biografi-sunan-kalijaga/#google_vignette

Sooca. Mengenal 9 Wali Songo, Cara Dakwah dan Asal Usulnya. https://uici.ac.id/mengenal-9-wali-
songo-cara-dakwah-dan-asal-usulnya/
Kompas. (2022). Strategi Dakwah Penyebaran Islam di Nusantara dalam Bidang Pendidikan.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/31/160000379/strategi-dakwah-penyebaran-islam-
di-nusantara-dalam-bidang-pendidikan
https://uici.ac.id/mengenal-9-wali-songo-cara-dakwah-dan-asal-usulnya/
Kompas. (2022). Cara Penyebaran Islam Melalui Kesenian
https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/18/080000979/cara-penyebaran-islam-melalui-
kesenian
Aji Seno. (2023). Penjelasan 4 Teori Masuknya Islam ke Indonesia https://ruangguru.com

Gramedia.Biografi Sunan Kalihaga : Masa Hidup, Guru, Strategi Dakwah, dan Karya-Karya Beliau
https://www.gramedia.com/literasi/biografi-sunan-kalijaga/#google_vignette

Sooca. Mengenal 9 Wali Songo, Cara Dakwah dan Asal Usulnya. https://uici.ac.id/mengenal-9-wali-
songo-cara-dakwah-dan-asal-usulnya/
Kompas. (2022). Strategi Dakwah Penyebaran Islam di Nusantara dalam Bidang Pendidikan.
https://www.kompas.com/stori/read/2022/08/31/160000379/strategi-dakwah-penyebaran-islam-
di-nusantara-dalam-bidang-pendidikan
https://uici.ac.id/mengenal-9-wali-songo-cara-dakwah-dan-asal-usulnya/
Kompas. (2022). Cara Penyebaran Islam Melalui Kesenian
https://www.kompas.com/stori/read/2022/06/18/080000979/cara-penyebaran-islam-melalui-
kesenian
PROFIL PENULIS

NAMA : Anggie Aulya


TTL : Tj.Uban 15 November 2005
Alamat : Kp Harapan 2, California
RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 Business Analyst Harvard University
S2 Pendidikan Islam Oxford University

NAMA : Putri Az-Zahra Salsabilla


TTL : Tj. Pinang, 12 Mei 2005
Alamat : Bekasi, Amerika Serikat
RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 Biologi Harvard University
S2 Pendidikan Islam Qatar University
NAMA : Rachel Najwa Chaterine Panson
TTL : Tj.Uban 16 Juli 2005
Alamat : Di samping Rumah Bu Ida
RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 Matematika London University
S1 Teknik Mesin Columbia University

NAMA : Malika Audatul Susanta


TTL : Tj. Pinang, 07-04-2006

Alamat : Dirahasiakan
RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 Psikolog Oxford University
S2 Pendidikan Bahasa Berlin University

NAMA : Hafiz Rafie Aditya


TTL : Tj. Pinang, 10 April 2005

Alamat : Uban City


RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 IT Canberra University
S2 Politik Berlin University

Anda mungkin juga menyukai