Anda di halaman 1dari 10

STANDAR SPLN 2:1978

PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA Lampiran keputusan Direksi PT PLN (Persero)


No. : 004/DIR/78, tanggal 2 Maret 1978

PENTANAHAN NETRAL SISTEM TRANMISI SUB-TRANSMISI


DAN
DISTRIBUSI BESERTA PENGAMANAN

DEPARTEMEN PERTAMBANGAN DAN ENERGI


P.T. PERUSAHAAN LISTRIK NEGARA (PERSERO)

JALAN TRUNOJOYO NO. 135 – KEBAYORAN BARU – JAKARTA 12160


PENTANAHAN NETRAL SISTEM TRANMISI SUB-TRANSMISI
DAN
DISTRIBUSI BESERTA PENGAMANAN

Disusun oleh :
1. KELOMPOK PEMBAKUAN BIDANG Distribusi dengan Surat Keputusan Direksi Per-usahaan Umuia
Listrik Negara No. 037/ DIR/77 tanggal 24 Juni 1977;
2. KELOMPOK PEMBAKUAN BIDANG TRANSMISI dengan Surat Keputusan Direksi Per-usahaan
Umum Listrik Negara No. 038/ DIR/77 tanggal 24 Juni 1977.

Diterbitkan oteh :
DEPABTEMEN PERTAMBANGAN & ENERGI
PERUSAHAAN UMUM LISTRIK NEGARA
Jl. Trunojoyo MI/135—Kebayoran Baru JAKARTA.
JAKARTA, Maret 1978
SUSUNAN ANGGOTA KELQMPOK PEMBAKUAN BIDANG PEMBANGKITAN Surat Keputusan
Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara
No. : 037/DIR/77

Tanggal : 13 Desember 1979


1. Kepata Bagian Pembakuan, Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan
(ex-officio) : Ketua merangkap anggota Tetap
2. Ir.Sambodho Suraani : Sebagai Ketua Harian merangkap Anggota Tetap
3. Ir.Mahnud Junus : Sebagai Sekretaris merangkap Anogota Tetap
4. Ir.Soenarjo Sastrosewojo : Sebagai Wakil Sekretaris merangkap Anggota Tetap
5. Ir.Kard'jundi Wirnpradja : Sebagai Anggota Tetap
6. Ir.Ontowirjo Suwamo*) : Sebagai Anggota Tetap
7. Ir. Djiteng Marsudi : Sebagai Anogota Tetap
8. Ir. Muliati Udji : Sebagai Anggota Tetap
9. Ir. Roseno . : Sebagai Anggota Tetap
Anggota Tidak Tetap Kelompok Pembakuan Distribusi

1. Ir.Nengah Sudja
2. Ir. Konari
3. Ir. Raroen
4. Ir. Ria Sinatupang
5. Ir. Sunarto Sudirman
SUSUNAN ANGGOTA KELOMPOK PEMBAKUAN BIDANG TRANSMISI
Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara
No. : 038/DIR/77
Tanggal : 24 Juni 1977

1. Kepala Bagian Pembakuan, Pusat Penyelidikan Masalah Kelistrikan


(ex-officio) : Ketua rcerangkap Anggota Tetap
2. Ir.Soepangkat S. : Ketua Harian merangkap Anggota Tetap
3. Ir. Mahmud Junus : Sekretaris merangkap Anggota Tetap
4. Ir.Soenarjo Sastrosewejo : Wk. Ir. Sekretaris merangkap Anggota Tetap
5. Ir.Ria Simatupang : Anggota Tetap
6. Ir.Sambodho Sumani : Anggota Tetap
7. Ir. Komari : Anggota Tetap
8. Ir.F.Satya P.Setiadhy : Anggota Tetap
9. Ir.Sumarto Sudirman : Anggota Tetap
10. Ir.Soesanto K. : Anggota Tetap
DAFTAR ISI

PASAL SATU: RUANG LINGKUP DAN TUJUAN ............. . 1


PASAL DUA :D E F I N I S I .......................... 1
PASAL TIGA :PERTIMBANGAN DASAR ....................... 2
PASAL EMPAT :PERTIMBANGAN PENERAPAN DI INDONESIA ...... 5

PASAL LIMA :PENERAPAN PENTANAHAN ...................... 7

Tabel 1 : Pentanahan Netral Sistem 150 kV, 66 kV dan 20 kV beserta Pen^amanannya ..........

10

Tabel 2 : Tingkat Isolasi Dasar (TID) dari peralatan dalam gardu induk sesuai dengan jenis

pentanahan netral yang, dipilih .............. 11

Gambar 1 :Tegangan Fasa-Ke-Tanah Maksimum Di Titik


Gangguan Bagi Sistem Netral Ditanahkan
Pada Keadaan Gangguan ...... ............. 12
PENTANAHAN NETRAL SISTEM TRANSMISI. SUB-TRANSMISI DAN DISTRIBUSI BESERTA
PENGAMANANNYA
Pasal Satu
RUANG LINGKUP DAN TUJUAN
1)
1. Ruang Lingkup
.Pedomaan ini dimaksudkan untuk menjelaskan dasar yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
cara pentanahan dari titik netral sistem beserta pengamanannya, tipe neralatan yang harus
digunakan serta cara penyelenngaraannya. Pedoman ini dibatasi untuk sistera fasa-tiga, tiga kavat
dengan tegangan 20 kV dan di atasnya.
2. Tujuan
Tujuannya ialah untuk memberikan pegangan yang lebih terarah bagi pemilihan pentanahan netral
sistem dan pengamanannya untuk diterapkan di seluruh Indonesia.
Pasal Dua
DE FINIS1 2) 3) 4)

3. Pentanahan netral sistem ialah hubungan netral ke tanah, baik langsung maupun melalui
tahanan, reaktansi atau kumparan Petersen.
4. Pentanahan efektif dan non-efektif
4.1. Pentanahan efektif ialah pentanahan netral sistera yang mempunyai fak tor pentanahan tidak
melarapaui 80% (Lihat Gb .1) ). Catatan : Keadaan ini diperoleh jika hasil bagi dari reaktansi urut--an
not terhadap reaktansi urutan positip kurang dari tifia (Xo/Xl <^ 3) dan hasil bagi dari tahanan urutan
nol terhadap reaktansi urutan positip kurang dari satu (Ro/Xl <'!).
1) IEEE Std 143-1954, Application Guide for Neutral Grounding of Transmission Systems, Institute
of Electrical and Electronics Engineers; New York, 1954'.
2) I?.C Recommendation, Publication 71, Fourth Edition, Insulation Coordin^t-ion, Section Two,
International Electrotechnical Comnission, Geneve, 1967.
3) IEEE Std 32-1972, Requirements, Terminology, and Test Procedure for "Neutral Grounding
Device's Section 13, Institute of electrical and Electronics Engineers. New York, 1972.
4) VDE 0141/2.64 (Engl.), Regulations for Earthings in A.C. installations with Rated Voltages abova
1 kV, Verband Deutscher Elektri-techniker E.V. ,Frankfrut a.M., 1964, paragraph 3, 4, 6, 7, 3.
5) IEC Recommendation, Publication 9°-IA., First Edition, Supplement to Public-i-tion 99-1(1953),
Recommendations for Lightning Arresters, International Electrotechnical Commission, Geneve,
1965, p.39.
4.2. Pentanahan non-efektif ialah pentanahan netral sistem yang mempunyai faktor pentanahan
melampaui 80%.
5. Faktor pentanahan pada suatu tempat yang dipilih dari suatu sistem fa--sa-tiga (umumnya pada
titik pemasangan suatu alat) dengan suatu konfigurasi sistem tertentu adalah basil bagi, yang
dinyatakan dalam persen, dari tegangan frekwensi--kerja fasa-ketanah (nilai efektif) tertingsi pada
fasa yang sehat di tempat itu selama terjadi gangguan ke tanah terhadap tegangan frekwensi kerja
antar fasa (nilai efektif yang akan di-peroleh pada tempat yang: sama dalam ke-adaan tidik ada
ganguan.
6. Pentanahan Netral Sistem dengan tahanan ialah pantanahan netral sistem melalui impedansi
yang unsur utamanya adalah tahanan.
7. Pentanahan Netral Sistem dengan reaktor ialah pentanahan netral sistem melalui impedan yang
unsur utamanya adalah reaktansi.
8. Pentanahan Netral Sistem dengan Kumparan Petersen ialah pentanahan netral sistem melalui
kumparan Petersen. Kumparan Patarsen disebut juga Kumparan peredam busur atau Kumparan
kompensasi gangguan tanah.
PASAL TIGA
Pertimbangan Dasar
9. Tingkat perkembangan yang telah dicapai hingga saat ini adalah bahwa tidak perlu lagi
dipersoalkan apakah titik netral suatu system ditanahkan atau tidak, melainkan masalahnya telah
menjadi : cara pentanahan yang bagaimanakah yang sesuai dengan kebutuhan
10. Setiap cara pentanahan mempunyai sekurang.-kurangnya satu keuntungan yang menonjol yang
diperoleh dengan mengorbankan cirri-ciri lainya. Umumnya factor-faktor dasar yang
dipertimbangkan untuk memilih cara pentanahan titik netral suatu system adalah
(a) Sensitifitas dan selektifitas dari pengamanan gangguan ke tanah.
(b) Pembatasan arus gangguan ke tanah
(c) Tingkat pengamanan terhadap tegangan surja dengan penangkap petir
(d) Penbatasan tegangan lebih peralihan nada system.

Setelah diberikan penilaian yang sebaik baiknya, keempat factor diatas dapat memberikan pengaruh
yang besar dalam segi-segi berikut ini:
(1) Ekonomi dari sistem.
(2) Perincian Rencana sistem dan tataletak fisik.
(3) Continyuitas pelayanan 6)
11. PENGAMANAN GANGGUAN-KE-TANAH
11.1. Berhasilnya suatu pengamanan dengan rele ganguan-ke-tanah sangat tergantung kepada
besarnya arus ganguan ke tanah. Pada sistem-sistem yang ditanahkan dengan reaktansi (kecuali
Kumparan Petersen) biasanya mempunyai arus ganguan ketanah yang melebihi 25 %. dari arus
hubung singkat tiga fase. Pada system-sistem yang ditanahkan dengan tahanan biasanya
mempunyai arus ke tanah antara 19 sampai 25 persen dari arus hubung singkat tiga fase.
11.2.Kepekaan pengamanan ganguan ke tanah biasanya diperoleh apabila arus gangguan ke tanah
melebihi 10% dari arus hubung singkat tiga fasa. Nilai nilai di bawah ini umunya meminta
pertimbangan khusus. Sistem yang ditanakhan dengan tahanan bernilai tinggi atau dengan
Kumparan Petersen hampir selalu mempunyai arus ke tanah yang rendah ini. Sistem yang
ditanahkan dengan Kumparan Petersen biasanya memakai peralatan untuk menghubung-singkat
secara otomatis kumparan tersebut guna memperoleh arus ke tanah yang cukup besar bagi
bekerjanya rele tanah tersebut.
12. Pembatasan Arus Gangguan Ketanah
12.1. Besarnyn arus gangguan-ke-tanah yang melebihi arus hubung singkat tiga fasa
merupakan beban tambahan bagi pemutus tenaga dan dapat menyebabkan kerusakan-
kerusakan yang parah di titik .gangguan dengan biaya perbaikan yang mahal saperti
terbakarnya

6) Ayat ini seharusnya ditulis selengkapnya,yaitu:


Keandalan dan Kontinuitas Pelayanan, sebagaimana diuraikan dalam Knowlton Hadbook of
Electrical Engineers, Mc Grawhill Book Company, N.Y 1957, Sec 11-67.Untuk memperoleh
ekonomi serta keandalan yang terbaik, maka pengusahaan dari seluruh system hendaklah
diatur oleh sebuah pusat pengatur yang bertugas (1) mempertahankan kontinuitas pelayanan
(2) membagi beban antara pusat-pusat listrik sedemikian rupa sehingga ongkos produksi tetap
minimum

Anda mungkin juga menyukai