Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PRAKTIK DASAR SISTEM KONTROL

Prototype Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328

KELOMPOK 2
1. ANGGITA CHANDRA PRADITA

(5301414019)

2. MUHAMMAD ABDUL AZIZ

(5301414028)

3. AGUS RIFAIS

(5301414031)

4. RIZKY AJIE APRILIANTO

(5301414037)

5. ERVAN PRADIPTA SETIYAWAN

(5301414058)

Pembimbing : Arimaz Hangga, S.T, M.T

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2016

I.

Judul
Prototype Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328

II.

Bidang Studi
Praktik Dasar Sistem Kontrol

III.

Pembimbing
Pembimbing

IV.

: Arimaz Hangga, S.T, M.T

Latar Belakang
Secara tektonik, kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng

tektonik dunia, yakni lemp/eng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Di samping


itu, terdapat banyak sesar-sesar aktif yang terletak pada badan pulau di Indonesia.
Konsekuensi dari tatanan lempeng tektonik dan sesar aktif tersebut menyebabkan
wilayah kepulauan Indonesia menjadi daerah yang rawan terjadi bencana gempa
bumi.
Gempa bumi, didefinisikan sebagai getaran yang bersifat alamiah yang
terjadi pada lokasi tertentu dan sifatnya tidak berkelanjutan. Getaran pada bumi
terjadi akibat adanya proses pergeseran secara tiba-tiba (sudden slip) pada kerak
bumi akibat adanya sumber gaya (force) sebagai penyebabnya baik yang
bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia (artificial earthquakes). Selain
disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa disebabkan oleh gejala
lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran-getaran kecil yang sulit
dirasakan manusia (Muhammad dkk, 2015).
Potensi yang lebih membahayakan akibat terjadinya bencana gempa bumi di
Indonesia yaitu terjadinya bencana tsunami. Pada tanggal 26 Desember 2004
sekitar pukul 07.58 WIB, di Aceh terjadi gempa bumi yang pusatnya berada di
laut sehingga memicu terjadinya tsunami dan menelan sekitar 200.000 korban
jiwa dengan kekuatan gempa 9,3 SR. Kemudian pada tanggal 27 Mei 2006 pukul
05.55 WIB, terjadi gempa bumi di Yogyakarta yang berkekuatan 5,9 SR dan
menelan korban jiwa sekitar 5.000 jiwa.

Fenomena bencana gempa bumi tersebut memotivasi penulis untuk


memberikan sebuah solusi tentang cara mendeteksi adanya gempa bumi sehingga
dapat meminimalisir terjadinya korban jiwa. Solusi yang penulis berikan yaitu
berupa Prototype Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328. Prototype
Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328 adalah sebuah detektor gempa
bumi dengan parameter pendeteksian berupa tekanan dan pergeseran. Prototype
Rumah Tanggap Gempa ini menggunakan 2 jenis tranduser yaitu, tranduser
Piezoelectric yang akan difungsikan sebagai sensor tekanan dan Potensiometer
yang akan difungsikan sebagai sensor pergeseran. Tranduser Piezoelectric akan
ditempatkan pada sisi-sisi lantai rumah yang di couple dengan spring yang
masing-masing berjumlah 4 buah. Sedangkan tranduser Potensiometer akan
ditempakan pada sisi-sisi samping rumah dan berjumlah 2 buah. Harapannya,
Prototype Rumah Tanggap Gempa ini dapat menjadi referensi tentang mitigasi
bencana gempa bumi di Indonesia.
V.

Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat ditentukan permasalahan

dalam tugas akhir ini adalah Bagaimana logika pendeteksian gempa bumi dengan
parameter tekanan dan pergeseran?
VI.

Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada tugas akhir ini adalah :
1.

Perancangan prototype ini pada skala rumah.

2.

Penggunaan sensor tekanan menggunakan tranduser


Piezoelectric.

3.

Penggunaan sensor pergeseran menggunakan tranduser


Potensiometer.

4.

Indikator terjadinya gempa adalah buzzer yang berbunyi.

5.

Nilai gempa akan ditampilkan pada LCD 16x2.

6.

Prototype ini menggunakan software Arduino Integrated


Development Environment (IDE) 1.5.7.

VII. Tujuan
Penelitian tugas akhir ini memiliki tujuan untuk menjawab perumusan
masalah yang dimiliki dalam penelitian yaitu Mengetahui logika pendeteksian
gempa bumi dengan parameter tekanan dan pergeseran.
VIII. Tinjauan Pustaka
Muhammad Andang Novianta dan Emy Setyaningsih, 2015, menjelaskan
penelitian terhadap gejala gempa kebanyakan menggunakan teknik pemantauan
dengan perangkat tiltmeter dan borehole untuk mengukur kenaikan level muka air
tanah serta perilaku binatang.
Joseph L. Kirschvink, 2000, melakukan penelitian terhadap perilaku
binatang dalam merespon gejala alamiah sebelum terjadi suatu gempa. Sebuah
gempa tersusun dari dua gelombang, yaitu gelombang P dan gelombang S, dan
pada beberapa hewan memiliki kemampuan untuk mendeteksi kedua jenis
gelombang gempa tersebut. Dengan meneliti sikap, fisiologi sensor dan faktor gen
dari seekor hewan yang terbukti mampu mendeteksi terjadinya gempa beberapa
saat sebelumnya akan mampu memberikan sebuah metode peringatan dini
terhadap bencana gempa bumi.
Farid Samsu Hananto, 2009, menjelaskan bahwa bahan keramik
piezoelektrik yang digunakan dalam piezoelektrik akan menghasilkan energi
listrik ketika mendapat energi mekanis (efek piezoelektrik) dan akan
menghasilkan energi mekanik bila diberi energi listrik.
Budi Susanto, 2003, menjelaskan bahwa penggunaan piezoelectric sebagai
sensor getaran menggunakan acuan desain sistem sensor getaran. Dalam desain
sistem sensor getaran ini disebutkan bahwa bentuk fisik piezoelectric harus
dimodifikasi ulang agar dapat digunakan sebagai sensor getaran karena kontruksi
plat dan membran aslinya bersifat statis.
Hadian Satria Utama dkk, 2007, menjelaskan bahwa perubahan tahanan
pada sebuah potensiometer geser dapat menyebabkan tegangan output dari

potensiometer

tersebut

berubah-ubah.

Tegangan

output

tersebut

dapat

dikonversikan menjadi bit-bit oleh ADC yang ada didalam sebuah mikrokontroler.
IX.
9.1

Teori Penunjang
Arduino Uno
Arduino adalah papan rangkaian elektronik open source yang didalamnya

terdapat komponen utamanya yaitu sebuah chip mikrokontroler berbasis ATMega.


Mikrokontroler sendiri adalah sebuah chip yang bisa diprogram menggunakan
komputer. Program yang direkam bertujuan agar rangkaian elektronik dapat
membaca input, memproses, dan kemudian menghasilkan output sesuai yang
diinginkan. Output yang dihasilkan berupa sinyal, besaran, tegangan, lampu,
suara, getaran, gerakan, dan sebagainya. Bahasa pemrograman yang digunakan
dalam Arduino Uno adalah bahasa C yang disederhanakan dengan bantuan library
Arduino.

Gambar 1. Arduino Uno


9.2

Input dan Output Arduino


Masing-masing dari 14 pin digital pada Uno dapat digunakan sebagai input

atau output, menggunakan fungsi pinMode(), digitalWrite(), dan digitalRead().


Pin-pin tersebut beroperasi pada tegangan 5 volt. Setiap pin dapat memberikan
atau menerima maksimum 40 mA dan memiliki resistor pull-up internal dari 2050 K. Selain itu, beberapa pin memiliki fungsi khusus:

1.

Serial: pin 0 digunakan untuk menerima (RX) dan pin 1 digunakan untuk
mengirimkan (TX) data serial Transistor-Transistor Logic (TTL). Pin ini
terhubung dengan pin ATmega8U2 Unit Serial Bus (USB)-to-Serial

2.

Transistor-Transistor Logic (TTL).


Eksternal Interupsi: 2 dan 3. Pin ini dapat dikonfigurasi untuk memicu
interupsi pada nilai yang rendah, tepi naik atau jatuh, atau perubahan nilai.

3.

Lihat attachInterrupt() fungsi untuk rincian.


Pulse Width Modulation (PWM) yaitu pada pin 3, 5, 6, 9, 10, 11.
Menyediakan 8-bit output Pulse Width Modulation (PWM) dengan

4.

analogWrite() fungsi.
Serial Peripheral Interface (SPI): pin 10 Slave Select (SS), 11 Master Out
Slave In (MOSI), 12 Master In Slave Out (MISO), 13 Serial Clock (SCK).
Pin

5.

ini

mendukung

komunikasi

Serial

Peripheral

Interface

(SPI)

menggunakan library Serial Peripheral Interface (SPI).


Light Emitting Diode (LED) : pin 13. LED dibuat dan terhubung ke pin
digital 13. Ketika pin bernilai TINGGI, LED menyala, ketika pin adalah
RENDAH, LED mati.
Arduino Uno memiliki 6 input analog, diberi label A0 sampai A5, yang

masing-masing menyediakan resolusi 10 bit yaitu 1024 nilai yang berbeda. Secara
default sistem mengukur dari tanah sampai 5 volt.
1.

Two Wire Interface (TWI): pin A4 atau Saluran Data (SDA) dan A5 atau

2.

Saluran Clock (SCL) mendukung komunikasi Two Wire Interfce (TWI).


Analogue Reference (AREF). Tegangan referensi untuk input analog. Dapat

3.

digunakan dengan fungsi analogReference().


Reset.

9.3

Piezoelectric

Piezoelektrik sensor merupakan sebuah alat yang dapat mengukur gaya


maupun tekanan dengan mengubahnya menjadi muatan listrik menggunakan
prinsip efek piezoelektrik. Efek piezoelektrik merupakan efek yang terjadi
pada sebuah material solid ketika material tersebut diberikan tekanan mekanik
sehingga menyebabkan muatan listrik terakumulasi di dalam material solid
tersebut. Efek ini terkadang juga digambarkan sebagai muatan listrik yang
dihasilkan oleh tekanan.
Kerugian yang dimiliki oleh piezoelektrik sensor ini yaitu tidak dapat
digunakan untuk pengukuran yang benar-benar statis. Gaya yang statik dapat
menyebabkan nilai muatan yang tetap pada material piezoelektrik. Hal
tersebut menyebabkan berkurangnya hambatan internal sensor sehingga akan
terjadi kehilangan elektron secara konstan dan juga penurunan sinyal.
Meningkatnya temperatur juga menyebabkan penurunan hambatan internal
dan sensitifitas. Efek utama dari efek piezoelektrik yaitu dengan
bertambahnya beban tekanan dan temperatur maka sensitifitas semakin
berkurang, atau berbanding terbalik nilainya.
Efek transversal dan longitudinal merupakan prinsip operasi dari penggunaan
efek piezoelecric sebagai sensor. Pada efek transversal gaya yang diberikan
pada sumbu y dan muatan yang dihasilkan sepanjang sumbu x, yaitu tegak

lurus arah dari gaya. Nilai dari muatan yang dihasilkan bergantung pada
dimensi geometri dari elemen piezoelektrik yang digunakan. Jika dituliskan
dengan persamaan menjadi Cx = dxyFyb / a, dimana a merupakan dimensi
sejajar dengan neutral axis sumbu y, b sejajar dengan muatan yang dihasilkan
dan d merupakan koefisien dari piezoelektrik.

Prinsip operasi yang lainnya yaitu efek longitudinal dimana nilai muatan yang
dihasilkan proporsional dengan gaya yang diberikan dan independen terhadap
bentuk dan ukuran dari elemen piezoelektrik. Dengan menggunakan beberapa
elemen yang secara mekanik dipasang seri dan secara elektrik dipasang paralel
merupakan satu-satunya cara untuk meningkatkan muatan keluarannya.
Muatan yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai berikut Cx = dxxFxn dimana
dxx merupakan koefisien piezoelektrik untuk muatan di sumbu x yang
dihasilkan oleh gaya yang diberikan sepanjang sumbu x. Fx merupakan gaya
yang diberikan pada sumbu x dan n merupakan jumlah atau banyaknya
elemen.

Sensor tekanan yang memanfaatkan efek piezoelektrik yaitu menggunakan


membran tipis dan lapisan dasar yang besar, tentunya tekanan yang diterima
benar-benar mengenai elemen yang ada dalam satu arah. Pada sensor untuk
mengukur tekanan ini membran tipis yang ada digunakan untuk mentransfer
tekanan atau gaya ke elemen piezoelektriknya. Pada sensor tekanan sering
menunjukkan sinyal yang salah atau kurang sensitif ketika terjadi getaran atau
vibrasi. Banyak sensor tekanan yang menggunakan elemen acceleration
compensation sebagai tambahan pada elemen pengukur tekanannya.

9.4

Potensiometer

Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan
pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam
Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki
Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya.
Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk

dan Simbolnya.

Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya


Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :
1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper
2. Element Resistif
3. Terminal

10

Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu
Jari untuk menggeser wiper-nya.
2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang
melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut.
Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer


Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk
jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya
(biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk
menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan
Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya
Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.

11

Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal
(logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan
Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).
Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,
Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti
Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
3. Sebagai Pembagi Tegangan
4. Aplikasi Switch TRIAC
5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
6. Sebagai Pengendali Level Sinyal
9.5 LCD
Pengertian LCD
LCD (Liquid Crystal Display) merupakan perangkat display yang paling
umum dipasangkan ke mikrokontroller, mengingat ukurannya yang kecil dan
kemampuan menampilkan karakter atau grafik yang lebih baik dibandingkan
display 7 segment ataupun alphanumeric. Pada pengembangan sistem embedded,
LCD mutlak diperlukan sebagai sumber pemberi informasi utama, misalnya alat
pengukur kadar gula darah, penampil jam, penampil counter putaran motor
induksi dan lainnya.
LCD (Liquid Crystal Display) adalah sebuah modul penampil yang banyak
digunakan karena tampilannya yang menarik. LCD yang banyak digunakan

12

adalah LCD 2x16 karena selain tampilannya yang menarik juga harganya yang
relatif murah (Arief 2011:5).
2.1.1.1 Modul
a. Modul LCD 16x2

Gambar 2.8 LCD 16x2


b. Skema LCD 16x2

Gambar 2.9 Skema LCD 16x2

2.1.1.2 Konfigurasi Pin LCD


Tabel 2.3 Pin pada Modul LCD

13

No. Pin
1
2
3
4
5
6
7-14
15
16

Nama
GND
VCC
VEE
RS
RW
E
D0-D7
A
K

Keterangan
Ground
+5V
Contras
Register
Read/Write
Enable
Data bit 0-7
Anoda (Back Light)
Katoda (Back Light)

2.1.1.3 Prinsip Kerja


LCD dapat beroperasi pada 4 atau 8 bit mode. Intruksi/ data yang ditulis ke
layar menggunakan sinyal waktu karakteristik. Ketika beroperasi di mode 4-bit,
data yang ditransfer dalam operasi 4-bit menggunakan data bit DB4DB7.
Sedangkan DB0 DB3 tidak digunakan. Bila menggunakan mode 4-bit, data yang
ditransfer sebanyak dua kali sebelum siklus intruksi selesai. Semakin tinggi urutan
4 bit (isi DB4-DB7 ketika antarmuka data sepanjang 8 bit) dan akan ditransfer
pertama, maka semakin rendah urutan 4 bit (isi dari DB0-DB3 ketika antarmuka
data 8) akan ditransfer. Periksa busy flag setelah 4-bit data yang ditransfer
sebanyak dua kali (satu intruksi). 4-bit setelah dua operasi, kemudian akan
mentransfer busy flag dan alamat counter data. Ketika beroperasi di mode 8-bit,
data yang ditransfer adalah penuh sebesar 8-bit bus DB0-DB7.

X.

Metodologi Penelitian
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai metodologi yang digunakan

dalam penelitian. Secara umum metode yang dilakukan untuk mencapai tujuan
dari tugas akhir ini adalah:
1) Penentuan Penempatan Tranduser
2) Penentuan Logika Deteksi Gempa
3) Penentuan Indikator Gempa
Langkah-langkah Penelitian
14

Prototype Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328 memerlukan


tahapantahapan perkerjaan yang urut dan sistematis. Selain itu, penentuan posisi
tranduser juga dilakukan beberapa kali agar didapatkan posisi yang strategis agar
tepat jika mendeteksi adanya tekanan dan pergeseran akibat gempa. Prototype
Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328 menggunakan software Arduino
Integrated Development Environment (IDE) 1.5.7 dengan metodologi penelitian
yang dijelaskan sebagai berikut.

15

Mulai
Studi Literatur
Pembuatan Desain Prototype
Penentuan Penempatan Tranduser
Penentuan Logika Deteksi Gempa
Penentuan Indikator Gempa

Jalankan
Program

YA
Hasil Program

Analisis Program

Pembuatan Prototype

Kesimpulan dan Saran

Selesai
Gambar 3. Flowchart Langkah-langkah Penelitian

16

1.

Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan
referensi yang terkait dengan pembuatan Prototype Rumah Tanggap Gempa
Berbasis ATmega 328. Hal ini dilakukan untuk menguatkan pengetahuan
penulis dalam merancang protoype. Selain itu, studi literatur juga
mempermudah dalam proses selanjutnya di dalam pembuatan prototype ini.

2.

Pembuatan Desain Prototype


Pembuatan desain prototype yang dilakukan oleh penulis berupa
pembuatan desain rumah menggunakan software SketchUp 2015 untuk
menentukan penempatan jarak masing-masing tranduser. Selain itu, dibuat
juga blok diagram sistem penyambungan masing-masing komponen Berikut
adalah desain prototype dan blok diagram.
(Desain Prototype Terlampir)

Potensiometer 1

Piezoelectric 1

Potensiometer 2

Piezoelectric 2

Piezoelectric 3

Arduino Uno

LCD 16x2

Piezoelectric 4

Power
Supply

Buzzer

Gambar 5. Blok diagram sistem

17

3.

Penentuan Penempatan Tranduser


Dalam rencana pembuatan prototype ini kepadatan lalu lintas
dikategorikan dalam 4 jenis yaitu dikategorikan normal jika kendaraan berada
diantara lampu lalu lintas dan saklar pertama. Dikategorikan sedikit padat
apabila kendaraan berada diantara saklar pertama dan saklar kedua.
Dikategorikan sedang apabila kendaraan berada diantara saklar kedua dan
ketiga. Dan dikategorikan sangat padat apabila kendaraan berada pada posisi
melebihi saklar ketiga.

4.

Penentuan Logika Deteksi Gempa


Penentuan logika lampu lalu lintas yang dilakukan adalah menentukan
nyala lampu lalu lintas di masing-masing jalan pada pertigaan. Secara umum
logika nyala lampunya adalah sebagai berikut
Tabel 1. Tabel logika nyala lampu lalu lintas
Simpang 1
Simpang 2
Simpang 3
Merah & Kuning
Merah
Merah
Hijau
Merah
Merah
Kuning
Merah
Merah
Merah
Merah & Kuning
Merah
Merah
Hijau
Merah
Merah
Kuning
Merah
Merah
Merah
Merah & Kuning
Merah
Merah
Hijau
Merah
Merah
Kuning

5.

Penentuan Indikator Gempa


Penentuan indikator gempa pada Prototype Rumah Tanggap Gempa
Berbasis ATmega 328 yaitu dengan menggunakan LCD 16x2 dan buzzer.
LCD 16x2 akan menampilkan nilai gempa dalam satuan skala richter.
Kemudian setelah nilai gempa tercatat, maka buzzer akan berbunyi sbagai
tanda bahwa telah terjadi gempa.

18

6.

Percobaan

Program

Prototype

Rumah

Tanggap

Gempa Berbasis ATmega 328


Percobaan program ini adalah proses mencoba memasukan variabelvariabel yang telah ditentukan ke dalam rangkaian yang telah dibuat untuk
kemudian diprogram. Apabila terjadi error dan ketidaksesuaian hasil yang
diinginkan maka akan dilakukan lagi peninjauan variabel hingga diperoleh
hasil yang sesuai.
7.

Hasil Program
Hasil program yang didapat mampu mendeteksi adanya gempa sesuai
dengan intensitas getaran maupun tekanan. Sehingga program ini mampu
menjawab permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

8.

Analisis Hasil Program


Analisis hasil program diperoleh ketika program telah selesai dibuat.
Kemudian hasil program tersebut dibandingkan dengan hasil

9.

Pembuatan Prototype
Pembuatan prototype ini akan mengombinasikan rangkaian yang telah
dibuat dengan miniatur rumah dan taman. Hal tersebut bertujuan agar
prototype terlihat seperti keadaan yang sesungguhnya.

10.

Kesimpulan dan Saran


Berdasarkan data-data yang telah diperoleh selama proses percobaan
serta analisis terhadap hasil Prototype Rumah Tanggap Gempa Berbasis
ATmega 328, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai jawaban atas
permasalahan yang diajukan pada tugas akhir ini. Setelah itu, akan diberikan
saran untuk percobaan selanjutnya yang akan mengembangkan prototype ini.

19

Flowchart Program

START

NILAI SKALA
RICHTER

TRANDUSER

DATA MENTAH
Tidak

APAKAH
NILAI >
BATASAN

KOMPUTER/INTERFA
CE

DATA DIGITAL

Ya

ALARM DAN LAMPU

END
Gambar 6. Flowchart program

1. Inisialisasi sistem
Inisialisasi sistem yang diperlukan dalam penelitian ini adalah mengukur
dan menentukan panjang jalan sebagai sampel.

20

2. Cek kepadatan persimpangan


Setelah menginisialisasi sistem, mengecek kepadatan simpangan dengan
membandingkan antara jumlah kendaraan dengan panjang jalan yang
dijadikan sampel. Aturan dari kepadatan persimpangan ini seperti pada
penjelasan sebelumnya.
3. Pembandingan 3 persimpangan
Pembandingan 3 persimpangan ini bertujuan untuk menentukan waktu
lamanya lampu hijau menyala pada setiap simpangan. Simpangan yang
kepadatannya tinggi tentu berbeda waktu lamanya lampu hijau menyala
dengan simpangan yang kepadatannya rendah. Perbandingan ini selain
menentukan lamanya lampu hijau menyala, juga menentukan lamanya lampu
merah menyala namun pada persimpangan lainnya.
4. Pengaturan waktu traffic light
Pengaturan waktu traffic light merupakan proses mendapatkan hasil dari
pembandingan 3 persimpangan. Waktu maksimal lampu hijau pada masingmasing persimpangan jalan tentu berbeda tergantung panjang jalan dan
kecepatan rata-rata kendaraan.
5. Jalankan traffic light
Menjalankan hasil berupa tampilan pada LED (Light Emitting Diode) yang
telah dirangkai menyerupai lampu lalu lintas, yang mana lampu lalu lintas
tersebut telah diprogram menurut hasil dari proses sebelumnya.

21

Waktu Pelaksanaan
Secara umum waktu pelaksanaan tugas akhir ini adalah selama 1 bulan
terhitung mulai Mei 2016 hingga Juni 2016. Rincian pelaksanaannya dijelaskan
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Bulan

No

Kegiatan

Mei

1
1

Pengajuan Judul

Pembuatan Proposal

Revisi Proposal

Studi Literatur

Pembuatan desain
prototype
Penentuan penempatan
tranduser dan logika
deteksi gempa
Coding

Pembuatan prototype

Penyusunan Laporan

Juni

22

Rincian Biaya
Pembuatan Prototype Rumah Tanggap Gempa Berbasis ATmega 328
membutuhkan biaya untuk memenuhi alat dan bahan yang diperlukan. Rincian
biayanya adalah sebagai berikut.
Tabel 3. Tabel rincian biaya
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Rincian Bahan
Arduino UNO
Piezoelectric
Potensiometer
Resistor
Kabel Jumper
Buzzer
LCD 16x2
Spring
Tenol
Kertas Glosy
Kertas Karton Tebal
Sterofom Besar
Flanell
Lem
Double Foam
Double Tape
Stik Es Krim

Banyaknya
1 buah
4 buah
2 buah
4 meter
20 buah
1 buah
1 buah
4 buah
5 meter
2 buah
4 buah
3 buah
3 buah
4 buah
1 roll
1 roll
2 bungkus

Harga Satuan
Rp
135.000
Rp
4.000
Rp
12.000
Rp
200
Rp
1.250
Rp
5.000
Rp
45.000
Rp
8.000
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

Harga
135.000
16.000
24.000
800
25.000
5.000
45.000
32.000

Total

23

XI.
1.

Daftar Pustaka
Muhammad Andang Novianta dan Emy Setyaningsih,
2015. Rancang Bangun Sistem Deteksi Dini Gempa Bumi Berdasarkan
Fluktuasi Medan Magnet Menggunakan Sensor MEMS. Jurnal Techno.
Vol. 16, No. 1, April 2015: 35-44.

2.

Joseph L. Kirschvink, 2000. Earthquake Prediction by


Animals: Evolution and Sensory Perception. Bulletin of the Seismological
Society of America, 90, pp. 312323, April 2000.

3.

Farid

Samsu

Hananto,

2009.

Aplikasi

Aktuator

Piezoelektrik. Jurnal Neutrino Vol. 2, No. 1, Oktober 2009.


4.

Budi Santoso, 2003. Dasar-dasar Magnet dan Gayaberat


Serta Beberapa Penerapannya. Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI).

5.

Hadian Satria Utama dkk, 2007. Perancangan Dan


Implementasi Alat Pengukur Kardus Secara Otomatis. Tesla Vol. 9, No. 2,
Oktober 2007: 7987.

24

Anda mungkin juga menyukai