Anda di halaman 1dari 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/351050318

"Peran ASEAN sebagai Organisasi Regional dalam Penaggulangan isu Illegal,


Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing di kawasan Asia Tenggara"

Preprint · April 2021


DOI: 10.13140/RG.2.2.18978.96963

CITATIONS READS

0 608

1 author:

Hayara Khairia
Universitas Gadjah Mada
17 PUBLICATIONS 0 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Hayara Khairia on 22 April 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ESAI INDIVIDU

“Peran ASEAN sebagai Organisasi Regional dalam Penaggulangan isu Illegal, Unreported, and
Unregulated (IUU) Fishing di kawasan Asia Tenggara”

Disusun untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah

Kerjasama Keamanan di ASEAN

Dosen Pengampu :

Dr. Dafri Agussalim

Disusun Oleh :

Hayara Khairia

16/394554/SP/27160

DEPARTEMEN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2017
Abstrak

Esai ini akan menjelaskan salah satu bentuk kerjsama ASEAN dalam bidang non-
tradisional, terkait dengan isu Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (IUU). Dampak
yang terjadi akibat IUU tidaklah lain, daripada membawakan kerugian diberbagai bidang kepada
negara. Terlebih lagi pada negara yang memiliki wilayah maritim yang luas dan kekayaan biota
laut yang melimpah, dan dalam hal ini kawasan Asia Tenggara. Esai ini akan menjabarkan
bagaimana tindakan IUU memberikan kerugian pada sebuah negara, khususnya negara-negara
yang terletak di wilayah kawasan Asia Tenggara, serta penjelasan lebih lanjut mengenai peran
ASEAN sebagai organisai regional dalam menangani kasus ini

Latar Belakang

Sebagai kawasan yang terdiri dari luasnya wilayah laut, ASEAN tentu saja berusaha
untuk mengembangkan kerjasamanya dalam bidang maritim. Namun, tidak ada kerjasama yang
selalu berjalan tanpa adanya hambatan. Hal ini terlihat dari isu Illegal, Unreported, and
Unregulated Fishing yang dialami oleh negara-negara anggota ASEAN. Melihat salah satu
negara anggota ASEAN, yaitu Indonesia. Sebagaimana negara Indonesia terdiri dari wilayah
laut yang lebih luas berbanding dengan wilyah daratannya. Tentu saja kekayaannya bidang
maritim Indonesia termasuk dalam kategori yang melimpah dibidang kelautan. Namun, hal ini
tidak semata-mata hanya mempengaruhi Indonesia. Kasus ini turut meningkatkan kewaspadaan
organisasi regional, dalam hal ini yaitu ASEAN.1 Negara anggota ASEAN setuju untuk
bekerjasama dalam menanggulangi pemasalahan Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing.
IUU dianggap sebagai ancaman yang serius bagi keberlangsungan sumber daya perikanan dan
ligkungan laut, maka dari itu, hal ini menjadi perhatian serius beberapa negara, termasuk
ASEAN.

Terkait dengan isu ini, ASEAN sudah merealisasikan pertemuan High-level Consultation
on Regional Cooperation bersama dengan Southeast Asian Fisheries Development Center
(SEAFDEC).2 Kerjasama ini akan memperkuat usaha ASEAN dalam memerangi penangkapan

1
ASEAN nations agree to cooperate against IUU fishing, Illegal Fishing (daring), 10th August 2016,
<https://stopillegalfishing.com/press-links/asean-nations-agree-cooperate-iuu-fishing/>, diakses pada 16
November 2017.
2
ASEAN-SEAFDEC, ‘Joint ASEAN-SEAFDEC Declaration on Regional Cooperation for Combating Illegal, Unreported
and Unregulated (IUU) Fishing and Enhancing the Competitiveness of ASEAN Fish and Fishery Products’, p.1.
ikan, serta meningkatkan daya saing produk ikan dan perikanan di ASEAN.3 Unreported and
Unregulated Fishing di kawasan Asia Tenggara, dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang
berbeda, seperti : adanya motif kepentingan ekonomi dibalik tindakan IUU, serta dianggap
masih kurangnya kewaspadaan kemanan maritim. Realitanya, isu IUU ini sudah berada di bawah
pengawasan keamanan maritim sejak tahun 1990-an.4 Salah satu menteri luar negeri di kawasan
Asia Tenggara yaitu negara Indonesia, Menteri Susi Pudjiastuti menyatakan bahwa penangkapan
ikan secara ilegal menghambat pertumbuhan perekonomian regional di kawasan Asia Tenggara.5
Aktivitas penangkapan ikan secara illegal dapat melibatkan banyak tindak pidana kriminalitas
seperti : perdagangan manusia, narkoba, bahkan juga binatang-binatang langka.6 Tindakan IUU
tentu saja mengancam keamanan negara anggota ASEAN. Dalam kasus keamanan, maka yang
menjadi pembahasannya adalah kebebasan dari hadirnya ancaman.7 Sedangkan kegiatan IUU
tidak segera dituntaskan, maka akan menjadi ancaman bagi negara anggota ASEAN. Esai ini
akan menjelaskan bagaimana IUU bisa dinyatakan sebagai ancaman di wilayah ASEAN, pada
sub-bab berikutnya.

Definisi Illegal, Unreported, and Unregulated (IUU) Fishing

Pengertian yang secara singkat, Illegal fishing adalah sebuah kegiatan penangkapan ikan
yang dilakukan diluar kawasan negara yang mengizinkan, kegiatan IUU ini tidak memiki surat
izin berlayar atau menggunakan surat izin palsu. Surat palsu yang digunakan dalam pelayaran
mendeskripsikan kapal yang digunakan, tapi spesifikasi suratnya akan berbeda dengan keadaan
kapal sebenarnya. Tidak hanya itu, kapal yang digunakan untuk berlayar juga akan menggunakan
lebih dari satu bendera. Hal ini merupakan tindakan kriminal karena tidak mengikuti prosedur
yang berlaku. Illegal fishing juga akan menggunakan alat yang tidak sesuai dengan peraturan
untuk menangkap ikan, serta hal yang paling mudah untuk mengetahaui bahwa itu adalah illegal
fishing adalah kapal yang berayar tidak sesuai dengan wilayah yang sudah ditentukan. Kegiatan

3
ASEAN-SEAFDEC, ‘Joint ASEAN-SEAFDEC Declaration on Regional Cooperation for Combating Illegal, Unreported
and Unregulated (IUU) Fishing and Enhancing the Competitiveness of ASEAN Fish and Fishery Products’, p. 4.
4
Ema Septaria, ‘IUU FISHING IN INDONESIA, ARE ASEAN MEMBER STATES RESPONSIBLE FOR?, International
Journal of Business, Economics and Law’, Vol. 11, Issue 4 (Dec.), 2016. p. 1.
5
Menteri Susi: "illegal fishing" Hambat Perekonominan Regional Asia Tenggara, antaranews.com (daring), 28 Juli
2016,<https://kalbar.antaranews.com/berita/342088/menteri-susi-illegal-fishing-hambat-perekonominan-
regional-asia-tenggara> , diakses pada 25 November 2017.
6
Antaranews.com.
7
Barry Buzan dalam buku J. Bylis, S. Smith, P. Owens, The Globalization of World Politics, 6th edn, Oxford
University Press, Oxford, 2014, p.231.
illegal fishing ini sudah sangat dikenal dengan sifatnya yang melanggar wilayah ZEE milik
negara lain. United Nations General Assembly Resolution nomor 62/177 menyesalkan fakta
yang terjadi akibat IUU, dan dalam resolusi tersebut tertulis : "penangkapan ikan secara illegal
tidak dilaporkan, dan juga tidak diatur, merupakan ancaman serius bagi persediaan ikan dan
habitat dan ekosistem laut, sehingga memberikan dampak merugikan bagi perikanan
berkelanjutan serta ketahanan pangan dan ekonomi di banyak negara bagian, terutama negara
berkembang.”8

a) Illegal Fishing

“Refers to fishing activities: conducted by national or foreign vessels in waters under the
jurisdiction of a State, without the permission of that State, or in contravention of its laws and
regulations; conducted by vessels flying the flag of States that are parties to a relevant regional
fisheries management organization but operate in contravention of the conservation and
management measures adopted by that organization and by which the States are bound, or
relevant provisions of the applicable international laws; or in violation of national laws or
international obligations, including those undertaken by cooperating States to a relevant
regional fisheries management organization”.9

b) Unreported

“Refers to fishing activities: which have not been reported, or have been misreported, to the
relevant national authority, in contravention of national laws and regulations; or undertaken in
the area of competence of a relevant regional fisheries management organization which have not
been reported or have been misreported, in contravention of the reporting procedures of that
organization”.10

8
“General Assembly, Concerned about World’s Marine Ecosystems, Adopts Texts on Law of Sea, Sustainable
Fisheries,” United Nations (daring), November 17, 2004, <http://www.un.org/press/en/2004/ga10299.doc.htm>
diakses pada 14 Desember 2017.
9
‘ASEAN GUIDELINES FOR PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND FISHERY PRODUCTS FROM IUU FISHING
ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN, The preparation of this document is supported by the, Japanese Trust Fund to
SEAFDEC, Revision by 24th August 2015. p.3.
10
ASEAN GUIDELINES FOR PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND FISHERY PRODUCTS FROM IUU FISHING
ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN, p.4.
c) Unregulated

“Refers to fishing activities: in the area of application of a relevant regional fisheries


management organization that are conducted by vessels without nationality, or by those
flying the flag of a State not party to that organization, or by a fishing entity, in a manner
that is not consistent with or contravenes the conservation and management measures of that
organization; or in areas or for fish stocks in relation to which there are no applicable
conservation or management measures and where such fishing activities are conducted in a
manner inconsistent with State responsibilities for the conservation of living marine
resources under international law”.11

Dampak Illegal Unreported Unregulated Fishing di Kawasan Asia Tenggara.

a) Lingkungan

Illegal Fishing tidak diperbolehkan karena telah memutus mata rantai dalam ikan dan
produk perikanan lainya.12 Dengan tuntutan yang dimana harus mengikuti keinginan konsumen
juga, illegal fishing terjadi dan tidak memikirkan konsekuansi yang akan terjadi bila illegal
fishing terus dilakukan. Illegal fishing yang dilakukan juga terlihat dari alat yang digunakan oleh
para nelayan. Jaring mikro yang digunakan oleh nelayan dapat merusak ekosistem lautan.13
Kegunaan jaring mikro dapat menyebabkan over eksploitasi ikan. Ikan yang ditangkap
menggunakan alat yang tidak dilegalkan, akan memberikan dampak yang buruk, terutama pada
benih-benih ikan yang akan ikut masuk kedalam tangkapan illegal fishing. Demi memenuhi
kuota dalam target stok ikan, hal ini memberikan berpotensi untuk memperkuat dan
mempercepat eksploitasi ikan yang melebihi batas.14 IUU telah mengganggu keanekaragaman
biota laut. Dampak yang diberikan oleh kegiatan Illegal Fishing ini sangat berpengaruh pada
lingkungan.

11
ASEAN GUIDELINES FOR PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND FISHERY PRODUCTS FROM IUU FISHING
ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN, p.4.
12
‘Illegal Fishing Hambat Pertumbuhan Ekonomi Regional Kawasan Asia Tenggara’, berita daerah (daring), 28 Juli
2016, <http://beritadaerah.co.id/2016/07/28/illegal-fishing-hambat-pertumbuhan-ekonomi-regional-kawasan-
asia-tenggara/, diakses pada 30 November 2017.
13
Peter Chalk, Illegal fishing in Southeast Asia: a multibillion-dollar trade with catastrophic consequences, The
Strategist (daring), 17 July 2017, <https://www.aspistrategist.org.au/illegal-fishing-southeast-asia-multibillion-
dollar-trade-catastrophic-consequences/>, diakses pada 30 November 2017.
14
Illegal fishing, World Ocean Review (daring), <http://worldoceanreview.com/en/wor-2/fisheries/illegal-fishing/,>
diakses pada 30 November 2017.
b) Ekonomi

Kerjasama yang terjalin antar negara anggota ASEAN yang terjalin dalam bidang
maritim, turut berkontribusi pada faktor ekonomi bagi negara anggota ASEAN. Jika kasus IUU
ini terus menerus terjadi, maka hal tersebut akan menimbulkan kerugian yang besar dalam aspek
ekonomi. Kekayaan alam yang tersedia bagi suatu wilayah negara seharusnya menjadi sumber
pendapatan utama dan dialokasikan untuk perkembangan negara serta kesejahteraan rakyat. Jika
IUU terus terjadi, maka pemasukan ekonomi akan berkurang dan tidak maksimal. Pada tahun
2014, 10 negara anggota ASEAN menyumbang sebanyak 18,3% (30,6 juta ton) produksi ikan
dunia (berjumlah 167,3 juta ton), yang pada dimana Indonesia, Vietnam dan Myanmar termasuk
di antara 10 negara penghasil ikan terbesar di dunia.15 Sedari dulu, baik pada tahun 1976 hingga
2011, perekonomian di ASEAN mengalami surplus berkat perikanan. Angka surplus pada tahun
2013 mencapai angka USD 13,9 miliar dan 2 juta ton pada perdagangan seafood trade. Negara
Malaysia, Filipina, Laos dan Singapura berperan sebagai negara importir ikan bersih di kawasan
ini.16

c) Sosial

Kegiatan IUU juga akan membawa pengaruh dalam bidang sosial. Kegiatan perikanan
memberikan pengaruh yang besar pada masyarakat pesisir. IUU ini membuat para nelayan hidup
dalam ketidak jujuran dalam mencari nafkah. Para nelayan tidak hidup dengan jujur dan
menerapkan praktek terlarang dalam pekerjaan mereka.17 Dengan membantu persediaan
perikanan, IUU berkontribusi terhadap kemiskinan di masyarakat pesisir. Tidak hanya membawa
masyarakat ke dalam kehidupan yang tidak jujur, IUU yang mengarahkan pada tindakan
kriminalitas lainnya seperti : child labor yang terjadi di Kamboja, kekerasan pada para pekerja
yang dimana para pelaut/nelayan diperintah untuk bekerja dipaksa unutk bekerja 22 jam perhari.
Thailand mengalami perbudakan secara de facto.18

15
Chan CY, Tran N, Dao CD, Sulser TB, Phillips MJ, Batka M, Wiebe K and Preston N,
‘Fish to 2050 in the ASEAN region’. Penang, Malaysia: WorldFish and Washington DC, USA: International Food
Policy Research Institute (IFPRI) ,2017.p. 10.
16
Fish to 2050 in the ASEAN Region, p. 13.
17
P. Chalk, The Strategist (daring) .
18
European Parliament, At a glance, Illegal fishing in south-east Asia, Desember 2016, p. 2
ASEAN dan SEAFDEC

Sebagai sebuah organisasi regional, sudah menjadi tugas dari ASEAN untuk mengambil
langkah dalam memberikan solusi terkait dengan permasalahan yang sedang terjadi di kawasan
Asia Tenggara. Isu IUU ini merupakan salah satu permasalahan yang memberikan banyak
dampak kepada negara anggota ASEAN. Seperti yang sudah dijelaskan seblumnya bahwa isu ini
membawa dampak yang buruk kepada beberapa aspek didalam negara. Dalam memberikan
solusi untuk kasus ini, Asean Member State (AMSs) berkolaborasi dengan Southeast Asian
Fisheries Development Center (SAFDC) untuk membuat guideline guna mencegah terjadinya
tindakan IUU lebih lanjut dalam kegiatan perikanan di kawasan Asia Tenggara. Guideline yang
berlaku antar negara anggota ASEAN, akan menjadi penuntut dalam menjalankan kegiatan
perikanan. Hal ini akan membantu negara-negara anggota ASEAN terhindar dari tindakan IUU.
Negara anggota ASEAN menekankan beberapa poin didalam guideline :

(1) Manage Fishing Activities within a Country,

(2) Regulate Transshipment and Landing of Fish / Catch across Borders,

(3) Prevent Poaching in the EEZs of Other Countries,

(4) Control Illegal Fishing and Trading Practices of Live Reef Food Fish (LRFF), Reef-based
Ornamentals and Endangered Aquatic Species, and

(5) Strengthen the Management of Fishing in the High Seas and RFMO Areas.19

Beberapa fakta lapangan yang terjadi karena IUU :

1. “In Raja Ampat (RA), Indonesia, only about 26% of the catch from reef fish fishery in 2006 is
reported and 20% is caught illegally. RA’s revenues from IUU catch in 2003-2006 amounted to
US$ 160 million (in 2003 US$ equivalent) or an average of US$ 40 million a year. The estimated
revenue generated by illegal fishing of reef fish is almost equal to the revenue from all reef fish
catch in RA (reported and unreported combined). Hook and line is one of the most important
fisheries for reef fishes in this area targeting high price fishes such as groupers and Napoleon

19
ASEAN GUIDELINES FOR PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND FISHERY PRODUCTS FROM IUU FISHING
ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN, p. vii.
wrasse. Most of the fisheries are small-scale and do not contribute to government revenue in the
form of taxes.”20

2. “In the Philippines, it is estimated that the average annual revenue loss due to local and
foreign illegal fishing could amount to US$ 1.6 million and 80,000 MT of fish and other marine
resources are lost annually to foreign IUU fishing”21

SEAFDEC berperan sebagai badan pemerintahan otonom yang diberi mandat untuk
mengembangkan serta mendukung pengelolaan ikan di kawasan Asia Tenggara, dengan
pemanfaatan sumber daya perairan daerah secara rasional untuk memberikan ketahanan pangan
kepada masyarakat melalui pendekatan yang seimbang terhadap pengelolaan perikanan serta
habitat.22 Dengan hadirnya isu ini, untuk pertama kalinya, ASEAN merealisasikan kerjasama
tingkat multi-lateral guna meningkatkan daya saing produk ikan dan perikanan ASEAN sesuai
dengan standar dan peraturan internasional untuk menjamin ketahanan pangan yang
berkelanjutan di kawasan asia tenggara.23 SEAFDEC meliputi 11 negara anggota yaitu : Brunei
Darussalam, Cambodia, Indonesia, Japan, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philippines,
Singapore, Thailand, and Vietnam.24 Satu negara yang bukan berasal dari kawasan Asia
Tenggara, yaitu Jepang, memiliki posisi yang sama dalam menangangi isu IUU yaitu dengan
menindak lanjuti peristiwa illegal ini secepatnya.

Guna untuk merealisasikan kerjasama yang baik antara negara anggota ASEAN dan juga
SEAFDEC, Pejabat Tinggi Negara-negara Anggota ASEAN-SEAFDEC bertemu dalam
kesempatan Konsultasi Tingkat Tinggi mengenai Kerjasama Regional dalam Pembangunan
Perikanan Berkelanjutan Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN, dengan tujuan utama yaitu :

20
Varkey, D. et al. 2010. ‘Illegal, Unreported and Unregulated Fisheries Catch in Raja Ampat Regency, Eastern
Indonesia’. Marine Policy 34: 228-236 dalam ASEAN GUIDELINES FOR PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND
FISHERY PRODUCTS FROM IUU FISHING ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN, p. X.
21
Palma, M.A and M. Tsamenyi. 2008. Case Study on ‘the Impacts of Illegal, Unreported and Unregulated (IUU)
Fishing in the Sulawesi Sea’. APEC, Singapore.
22
SEAFDEC Job Announcement, SEAFDEC (daring) <http://www.seafdec.org/>, diakses pada 13 Desember 2017.
23
Lucy Towers, South East Asia Makes Important Step Towards Addressing IUU Fishing , The Fish Site (daring), 5
August 2016, <https://thefishsite.com/articles/south-east-asia-makes-important-step-towards-addressing-iuu-
fishing> diakses pada 14 Desember 2017.
24
‘Vietnam committed to join efforts to address illegal fishing’, nhandan,com (daring), 4 April 2016,
http://en.nhandan.com.vn/business/item/4167802-vietnam-committed-to-join-efforts-to-address-illegal-
fishing.html, diakses pada 14 Desember 2017.
Memerangi Perikanan IUU dan Meningkatkan Daya Saing Produk Ikan dan Perikanan ASEAN,
pertemuan terlaksana di Bangkok, Thailand pada tanggal 3 Agustus 2016. 25

Para perwakilan dari masing-masing negara :

1) Pg. Kamalrudzaman bin Pg. Haji Md Ishak, Senior Special Duties Officer, Policy and
Planning Division, Ministry of Primary Resources and Tourism, Brunei Darussalam.

2) Dr. Kao Sochivi, Deputy Director General, Fisheries Administration, Kingdom of


Cambodia.

3) Dr. Achmad Poernomo, Senior Advisor to the Minister for Public Policy, Ministry of Marine
Affairs and Fisheries, Republic of Indonesia .

4) Mr. Hideki Moronuki, Senior Fisheries Negotiator, Fisheries Agency, Japan.

5) Mr. Xaypladeth Choulamany, Director General, Department of Planning and Cooperation,


Ministry of Agriculture and Forestry, Lao People’s Democratic Republic.

6) Datuk Hj. Ismail bin Abu Hassan, Director General, Department of Fisheries, Malaysia.

7) Mr. Khin Maung Maw, Director General, Department of Fisheries, Republic of the Union of
Myanmar.

8) Mr. Sammy A. Malvas, Regional Director, Bureau of Fisheries and Aquatic Resources,
Republic of the Philippines.

9) Dr. Tan Lee Kim, Deputy Chief Executive Officer (Corporate and Technology), Agri-Food &
Veterinary Authority, Republic of Singapore.

10) Dr. Theerapat Prayurasiddhi, Permanent Secretary, Ministry of Agriculture and


Cooperatives, Kingdom of Thailand.

11) Mrs. Nguyen Thi Trang Nhung, Deputy Director, Department of Science,

25
ASEAN-SEAFDEC, Joint ASEAN-SEAFDEC Declaration on Regional Cooperation for Combating Illegal, Unreported
and Unregulated (IUU) Fishing and Enhancing the Competitiveness of ASEAN Fish and Fishery Products, p.2.
Technology and International Cooperation, Fisheries Administration, Socialist Republic of Viet
Nam26

Pembahasan yang berlangsung antara ASEAN-SEAFDEC adalah bagaimana cara untuk


melawan IUU yang terjadi. Berikut adalah hal yang ingin direalisasi oleh negara anggota
ASEAN-SEAFDEC :

1) Memperkuat program Monitoring, Pengawasan dan Surveilans (MCS) berdasarkan


undang - undang dan peraturan nasional untuk memberantas penangkapan dan
penangkapan ikan di IUU meningkatkan kerja sama antar badan - badan nasional yang
relevan dalam negara untuk penerapan undang-undang dan peraturan yang efektif untuk
Indonesia memerangi penangkapan IUU;
2) Mengintensifkan pengembangan kapasitas dan program peningkatan kesadaran, termasuk
informasi, kampanye pendidikan dan komunikasi;
3) Meningkatkan ketertelusuran ikan dan hasil perikanan dari penangkapan perikanan
melalui penerapan "Pedoman ASEAN untuk Indonesia Mencegah Masuknya Produk
Ikan dan Perikanan dari Perikanan IUU Kegiatan ke dalam Supply Chain, "dan" ASEAN
Catch Documentation Skema Perikanan Tangkap Laut "
4) Meningkatkan ketertelusuran produk akuakultur, melaluipelaksanaan semua GAP
ASEAN dengan skema sertifikasi berdasarkan peraturan negara masing-masing, dan
sistem penelusuran yang ada diselaraskan dengan negara pengimpor utama;
5) Mengelola kapasitas memancing dengan tujuan untuk menyeimbangkan usaha
penangkapan ikan memperhitungkan status menurunnya sumberdaya perikanan di
Tenggara Kawasan Asia, dan menetapkan langkah-langkah konservasi berdasarkan
ilmiah bukti;
6) Mempromosikan pelaksanaan langkah-langkah Negara Pelabuhan melalui peningkatan
antar instansi dan kerjasama regional dalam mencegah pendaratan ikan dan produk
perikanan dari kegiatan penangkapan ikan IUU dari semua penangkapan ikan asing kapal,
dan mendorong penggunaan "Perikanan Penangkapan Daerah
Rekam (RFVR) ";

26
ASEAN-SEAFDEC, Joint ASEAN-SEAFDEC Declaration on Regional Cooperation for Combating Illegal, Unreported
and Unregulated (IUU) Fishing and Enhancing the Competitiveness of ASEAN Fish and Fishery Products, p.4.
7) Meningkatkan kerjasama regional dalam mengelola perikanan trans-batas
sumber daya melalui pengaturan regional, sub regional, dan bilateral di Indonesia
memerangi penangkapan ikan IUU, terutama perburuan oleh kapal penangkap ikan,
transshipment dan transportasi ikan dan produk perikanan
perbatasan negara masing-masing;
8) Mengatur kualitas dan keamanan produk ikan dan perikanan ASEAN
semua di seluruh rantai pasokan untuk memenuhi standar dan pasar
persyaratan serta akseptabilitas oleh negara pengimpor, dan
pengembangan dan promosi segel keunggulan / label ASEAN;
9) Mengatasi masalah tentang perburuhan (praktik yang aman, legal dan merata) di
sektor perikanan di kawasan Asia Tenggara melalui penguatan
kerjasama antara badan-badan nasional yang relevan di dalam negeri juga
membangun kerjasama regional, sub regional dan bilateral dan
kolaborasi melalui platform ASEAN yang relevan, dan membantu mendukung
pengembangan dan implementasi pedoman ketenagakerjaan yang relevan untuk
sektor perikanan;
10) Meningkatkan kerjasama erat antara AMSs dan RFMOs yang relevan
dalam memerangi penangkapan IUU; dan
11) Melakukan upaya kolektif dalam mengembangkan preventif dan suportif
langkah-langkah untuk memperkuat rehabilitasi sumber daya dan pemulihan ikan saham
untuk mengurangi dampak penangkapan ikan di IUU.27

27
ASEAN-SEAFDEC, Joint ASEAN-SEAFDEC Declaration on Regional Cooperation for Combating Illegal, Unreported
and Unregulated (IUU) Fishing and Enhancing the Competitiveness of ASEAN Fish and Fishery Products, p.3.
Kesimpulan

ASEAN adalah organisasi regional kawasan Asia Tenggara yang sudah terbentuk selama
lima puluh tahun lamanya. Beranjak dari awal terbentuknya organisasi ini, ASEAN adalah
organisasi yang selalu menghargai keputusan dari setiap negara-negara anggotanya. Termasuk
dengan prinsip serta norma yang dijalankan oleh ASEAN selama ini. Namun, ASEAN tidak
akan terhindar dari berbagai isu serta permasalahan yang mewajibkan ASEAN untuk mengambil
langkah dalam menuntaskan isu tersebut. Salah satu isu yang sudah lama dihadapai oleh ASEAN
sendiri adalah isu mengenai Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing. Isu ini sudah mnejadi
perasalahan yang cukup besar membawa dampak pada negara negara anggota ASEAN, termasuk
dampak pada bidang lingkungna, ekonomi, dan juga bidang sosial.

Kerugian yang dibawakan oleh isu IUU ini menyadarkan setiap negara anggota ASEAN
untuk menuntaskan isu ini. Resolusi sudah direalisasikan oleh ASEAN, dengan cara
melaksanakan summit dan membahas mengenai isu ini dalam forum. Dengan banyaknya
kerugian yang disebabkan oleh IUU, negara-negara anggota ASEAN tidak ingin mengalami
kerugian yang lebih banyak dari ini. Dengan hadirnya summit joint ASEAN-SEAFDEC
Declaration, negara anggota ASEAN menerapkan beberapa regulasi yang harus dipatuhi oleh
setiap negara.
Daftar Pustaka, :

‘ASEAN GUIDELINES FOR PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND FISHERY


PRODUCTS FROM IUU FISHING ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN’, The
preparation of this document is supported by the, Japanese Trust Fund to SEAFDEC,
Revision by 24th August 2015.

ASEAN-SEAFDEC, ‘Joint ASEAN-SEAFDEC Declaration on Regional Cooperation for


Combating Illegal, Unreported and Unregulated (IUU) Fishing and Enhancing the
Competitiveness of ASEAN Fish and Fishery Products’, p.1-4.

‘ASEAN nations agree to cooperate against IUU fishing, Illegal Fishing (daring), 10th August
2016’, <https://stopillegalfishing.com/press-links/asean-nations-agree-cooperate-iuu-
fishing/>, diakses pada 16 November 2017.

Barry Buzan dalam buku J. Bylis, S. Smith, P. Owens, ‘The Globalization of World Politics’,
6th edn, Oxford University Press, Oxford, 2014, p.231.

Chalk, Peter, ‘Illegal fishing in Southeast Asia: a multibillion-dollar trade with catastrophic
consequences’, The Strategist (daring), 17 July 2017,
<https://www.aspistrategist.org.au/illegal-fishing-southeast-asia-multibillion-dollar-trade-
catastrophic-consequences/>, diakses pada 30 November 2017.

Chan CY, Tran N, Dao CD, Sulser TB, Phillips MJ, Batka M, Wiebe K and Preston N “Fish to
2050 in the ASEAN region”. Penang, Malaysia: WorldFish and Washington DC, USA:
International Food Policy Research Institute (IFPRI), 2017.

Ema Septaria, IUU FISHING IN INDONESIA, ARE ASEAN MEMBER STATES


RESPONSIBLE FOR?, International Journal of Business, Economics and Law, Vol. 11,
Issue 4 (Dec.), 2016.

European Parliament, At a glance, ‘Illegal fishing in south-east Asia’, Desember 2016, p. 2

“General Assembly, Concerned about World’s Marine Ecosystems, Adopts Texts on Law of
Sea, Sustainable Fisheries,” United Nations (daring), November 17, 2004,
<http://www.un.org/press/en/2004/ga10299.doc.htm> diakses pada 14 Desember 2017.

Illegal Fishing Hambat Pertumbuhan Ekonomi Regional Kawasan Asia Tenggara, berita
daerah (daring), 28 Juli 2016, <http://beritadaerah.co.id/2016/07/28/illegal-fishing-hambat-
pertumbuhan-ekonomi-regional-kawasan-asia-tenggara/, diakses pada 30 November 2017.

Illegal fishing, World Ocean Review (daring), <http://worldoceanreview.com/en/wor-


2/fisheries/illegal-fishing/,> diakses pada 30 November 2017.
Lucy Towers, ‘South East Asia Makes Important Step Towards Addressing IUU Fishing’ , The
Fish Site (daring), 5 August 2016, <https://thefishsite.com/articles/south-east-asia-makes-
important-step-towards-addressing-iuu-fishing> diakses pada 14 Desember 2017.

‘Menteri Susi: "illegal fishing" Hambat Perekonominan Regional Asia Tenggara’,


antaranews.com (daring), 28 Juli
2016,<https://kalbar.antaranews.com/berita/342088/menteri-susi-illegal-fishing-hambat-
perekonominan-regional-asia-tenggara> , diakses pada 25 November 2017.

Palma, M.A and M. Tsamenyi. Case Study on the Impacts of Illegal, Unreported and
Unregulated (IUU) Fishing in the Sulawesi Sea. APEC, Singapore, 2008.

‘SEAFDEC Job Announcement’, SEAFDEC (daring) <http://www.seafdec.org/>, diakses pada


13 Desember 2017.

Siriraksophon, Somboon. ‘REGIONAL COOPERATION TOWARD COMBATING IUU


FISHING IN SOUTHEAST ASIAN REGION’, The Fifth Global Fisheries Enforcement
Training Workshop ‘Working together to combat IUU fishing to ensure the sustainability of
world fish stocks’ March 7–11, 2016 The Langham Auckland, New Zealand.

Varkey, D. et al. 2010. Illegal, Unreported and Unregulated Fisheries Catch in Raja Ampat
Regency, Eastern Indonesia. Marine Policy 34: 228-236 dalam ASEAN GUIDELINES FOR
PREVENTING THE ENTRY OF FISH AND FISHERY PRODUCTS FROM IUU
FISHING ACTIVITIES INTO THE SUPPLY CHAIN, p. X

Vietnam committed to join efforts to address illegal fishing, nhandan,com (daring), 4 April
2016, <http://en.nhandan.com.vn/business/item/4167802-vietnam-committed-to-join-efforts-
to-address-illegal-fishing.html>, diakses pada 14 Desember 2017.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai