Anda di halaman 1dari 15

LARANGAN ATAS PENCURIAN IKAN

“ PENEGAKAN HUKUM ATAS PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL YANG


MELIBATKAN NEGARA LAIN”

DISUSUN OLEH:
Majestyna Veronika Tarigan
Kelas:XII-IIS
GURU PENGAMPUPU: MS. NOVA TINDAON

SATU PADU BOARDING SCHOOL


TIGA JUHAR

6
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat tuhan yang maha kuasa atas segala rahmat yang di berikannya
sehingga tugas makalah yang berjudul “penegakan hokum atas penangkapan ikan secara illegal
yang melibatkan Negara lain” ini dapat kami selesaikan. Makalah ini saya buat sebagai
kewajiban untuk memenuhi tugas dan mengetahui.

Dalam kesempatan ini, saya menghaturkan terimakasih yang dalam kepada teman dan guru yang
telah membantu menyumbangka ide dan pikiran mereka demi terwujutnya makalah ini.

Akhir kata, saya berharap semoga makalah tentang”penegakan hokum atas penangkapan ikan
secara illegal yang melibatkan Negara lain” ini dapat menberikan manfaat inspirasi terhadap
teman teman dan memberikan perubahan yang besar bagi teman teman agar menjaga lingkungan
sekitar.

TIGA JUHAR,30 AGUSTUS 2022

MAJESTYNA VERONIKA .T

5
DAFTAR ISI
KATA PENGANAR………………………………………….2
DAFTR ISI…………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………….4
1.LATAR BELAKANG
2. RUMUSAN MASALAH
3.TUJUAN PENULISAN
BAB II PEMBAHASAN…………………………………….5
BAB III PENUTUP………………………………………….6
1. KESIMPULAN
2. SARAN
DAFTAR PUSTAKA……………………………………….7

6
BAB I
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Sebagai negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari laut,
Indonesiamemiliki potensi perikanan yang sangat besar dan beragam. Potensi perikanan
yang dimilikimerupakan potensi ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk masa depan
bangsa, sebagaisalah satu tulang punggung pembangunan nasional. Pemanfaatan secara
optimal diarahkanpada pendayagunaan sumber daya ikan dengan memperhatikan daya
dukung yang ada dankelestariaanya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
meningkatkan taraf hidup nelayankecil dan pembudidaya ikan kecil, meningkatkan
penerimaan dari devisa negara, menyediakanperluasan dan kesempatan kerja,
meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan daya sainghasil perikanan serta menjamin
kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan sertatata ruang. Hal ini berarti
bahwa pemanfaatan sumber daya perikanan harus seimbang dengandaya dukungnya,
sehingga diharapkan dapat memberikan manfaat secara terus menerus. Salahsatunya
dilakukan dengan pengendalian usaha perikanan melalui pengaturan pengelolaan
perikanan.

Oleh karena itu, dibutuhkan dasar hukum pengelolaan sumber daya ikan yang mampu
menampung semua aspek pengelolaan sumber daya ikan dan mengantisipasi
perkembangankebutuhan hukum dan teknologi. Kehadiran Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentangPerikanan diharapkan dapat mengantisipasi sekaligus sebagai solusi
terhadap perubahan yangsangat besar di bidang perikanan, baik yang berkaitan dengan
ketersediaan sumber daya ikan,kelestarian lingkungan sumber daya ikan, maupun
perkembangan metode pengelolaanperikanan yang semakin efektif, efisien, dan modern.

Kehadiran Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan diharapkandapat


mengantisipasi sekaligus sebagai solusi terhadap perubahan yang sangat besar
dibidangperikanan, baik yang berkaitan dengan ketersediaan sumber daya ikan,
kelestarian lingkungansumber daya ikan, maupun perkembangan pengelolaan perikanan

5
yang semakin efektif,efisien, dan modern.Disisi lain, terdapat beberapa isu dalam
pembangunan perikanan yang perlumendapatkan perhatian dari semua pihak, baik
pemerintah, masyarakat maupun pihak lainyang terkait dengan pembangunan perikanan.
Isu-isu tersebut diantaranya adanya gejalapenangkapan ikan yang berlebih, pencurian
ikan, dan tindakan illegal fishing
lainnya yang tidakhanya menimbulkan kerugian bagi negara, tetapi juga mengancam
kepentingan nelayan danpembudidaya ikan, iklim industri dan usaha perikanan nasional.
Permasalahan tersebut harusdiselesaikan dengan sungguh-sungguh, sehingga
peneggakkan hukum dibidang perikananmenjadi sangat penting dan strategis dalam
rangka menunjang pembangunan perikanan secaraterkendali dan berkelanjutan.

Sejak zaman dahulu kata sumber daya ikan sudah banyak dimanfaatkan manusia danini
berlangsung terus hingga sekarang. Diawali dengan cara“berburu” menangkap/mencari
ikan, manusia mendapatkannya dan memprioritaskan untuk santapan keluarga.
Kemudian
berkembangnya caracara membudidayakan ikan, yang muncul setelah manusia berfikir b
ahwa pada saatnya

nanti bisa saja “kehabisan ikan”yang terjadi kalau terus menerusditangkap tanpa
memikirkan kirkan bagaimana “membuat” anak -anaknya. Karena semakin banyak
manusi yang butuh makan, termasuk mengkonsumsi ikan, maka pemanfaatan sumber
dayayang semula hanya kebutuhan keluarga, berubah menjadi bentuk yang bersifat
komersial.

Pada abad modern ini pengelolaan dan penangkapan ikan dilengkapi dengan
peralatanyang cukup modern, tidak lagi penangkapan yang dilakukan secara tradisional.
Namundampak yang cukup dirasakan dari kegiatan pengelolaan tersebut adalah
pengaruhnyaterhadap ekosistem/lingkungan laut, terutama apabila pengelolaannya tanpa
memperhatikanketentuan dan persyaratan yang diwajibkan. Dalam penentuan persyaratan
sudahdiperhitungkan kapasistas dan kualitas lingkungan laut, sehingga pelanggaran
terhadappersyaratan akan merusak atau menghancurkan lingkungan laut.
Sejak terintegrasinya ekonomi Indonesia ke dalam sistem perekonomian
internasionalyang berorientasi pada modal atau capital, maka pemanfaatan sumber daya
alam sebagaisumber penggerak kegiatan ekonomi menjadi tak terelakkan. Lingkungan
hidup dalampengertian ekologi tidak mengenal batas wilayah, tetapi yang dimaksud

6
dengan lingkunganhidup Indonesia secara hukum mencakupi ruang tempat negara
Indonesia melaksanakankedaulatan dalam wilayah yurisdiksinya.

Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia yang awamakan arti pentingnya lingkungan


hidup, maka di dalam pandangannya lingkungan hanyalahobjek sederhana yang sekadar
terkait dengan alam, tumbuhan, dan hewan. Padahalsesungguhnya, ruang lingkup
lingkungan jauh lebih luas daripada hal tersebut, yaitumenyangkut entitas menyeluruh di
mana semua makhluk hidup berada. Dalam kontekspembangunan negara dan
pemberdayaan masyarakat, segala aktivitas dan kegiatannya tidakdapat
mengenyampingkan eksistensi lingkungan pada titik dan batas tertentu. Oleh
karenanya,pembangunan dan pemberdayaan yang tidak memberikan perhatian serius
terhadaplingkungan justru akan menghasilkan anti-pembangunan dan anti-pemberdayaan.
Terlebihlagi, perlindungan terhadap lingkungan juga terkait erat dengan pemenuhan hak
asasimanusia

1. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana tinjauan yuridis mengenai tinjauan ikan yang dilakukan negeri lain di
Indonesia?

5
2. Bagaimana dampak yang menimbulakan dari adanya pencurian ikan di Indonesia?
3. Bagaimana sanksi yang akan diterima oleh pencurian ikan di Indonesia?

3. TUJUAN MASALAH
1. mengetahiu tinjauan yuridis mengenai tinjauan ikan yang dilakukan negeri lain di
Indonesia?
2. Mengetahui dampak yang menimbulakan dari adanya pencurian ikan di Indonesia?
3. Mengetahui sanksi yang akan diterima oleh pencurian ikan di Indonesia?

BAB II
PEMBAHASAN

1.Tinjauan Yuridis Mengenai Pencurian Ikan


Tindakan menenggelamkan kapal illegal pada dasarnya bukan merupakan
kebijakan baru bagi Pemerintah Indonesia, karena kebijakan ini pernah dilakukan pada masapem

6
erintahan Megawati Soekarnoputri. Seperti diketahui salah satu fungsi penerapan sanksihukum
adalah agar timbul efek jera pada pelaku pelanggaran atau kejahatan. Lemahnyapenegakan
hukum selama ini dan tidak adanya penindakan terhadap pelaku pelanggaran ataukejahatan
terjadi karena tidak berorientasi kepada efek jera dapat dianggap sebagai kontribusinegara secara
tidak langsung terhadap suburnya tindak pidana yang terjadi. Bahkan dapatdikatakan sebagai
bentuk ketidakmampuan negara dalam memberikan perlindungan hukumkepada warganya, baik
nelayan pada khususnya maupun rakyat Indonesia secara keseluruhansebagai pemilik sumber
daya laut Indonesia.Dalam hukum, khususnya hukum pidana yang diatur adalah tentang perilaku
yangharus ditaati oleh setiap subjek hukum, perbuatan mana yang boleh dilakukan dan
perbuatanmana yang tidak boleh dilakukan. Perilaku yang tidak sesuai dengan norma/
penyelewenganterhadap norma inilah yang dapat menimbulkan permasalahan di bidang hukum
danmerugikan masyarakat. Penyelewengan yang demikian biasanya oleh masyarakat
disebutsebagai suatu pelanggaran, bahkan sebagai suatu kejahatan. Oleh karena itu, terhadap
kapalasing
illegal
yang melakukan pencurian ikan perlu diberi efek jera dengan cara menindak tegaspelaku sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tujuannya untukmenghindari kerugian
masyarakat dan negara yang lebih besar.Kebijakan penenggelaman kapal asing
illegal
diyakini tidak akan mempengaruhihubungan bilateral, regional, dan multilateral Indonesia
dengan negara lain. Menurut GuruBesar Hukum Internasional Universitas Indonesia,
Hikmahanto Juwana, terdapat lima alasankenapa kebijakan tersebut justru layak didukung dan
tidak akan memperburuk hubunganantarnegara.
Pertama, tidak ada negara di dunia ini yang membenarkan tindakan warganya yangmelakukan
kejahatan di negara lain. Kapal asing yang ditenggelamkan merupakan kapal yangtidak berizin
untuk menangkap ikan di wilayah Indonesia, sehingga disebut tindakan kriminal.
Kedua, tindakan penenggelaman dilakukan di wilayah kedaulatan dan hak berdaulat
Indonesia(zona ekonomi eksklusif).
Ketiga, tindakan penenggelaman dilakukan atas dasar ketentuanhukum yang sah, yaitu Pasal 69
ayat (4) UU Perikanan.

5
Keempat , negara lain harus memahami  bahwa Indonesia dirugikan dengan tindakan kriminal
tersebut. Jika terus dibiarkan Namun demikian, pemerintah perlu mensosialisasikan kebijakan
tersebut kepadanegara-negara lain. Hikmahanto Juwana menegaskan mekanisme yang dapat
dilakukanpemerintah adalah menginformasikan kebijakan tersebut kepada para duta besar
yang bertugasdi Indonesia untuk meneruskannya kepada pemerintah masing-masing, terutama
kepadanegaranegara yang kapalnya kerap memasuki wilayah Indonesia secara ilegal,
sepertiThailand, Filipina, Malaysia, Tiongkok, dan juga perwakilan Taiwan. Langkah
selanjutnya,Pemerintah berkoordinasi dengan perwakilan negara yang kapalnya ditenggelamkan.
Dengandemikian, hubungan baik antarnegara diharapkan tetap terjaga.
Illegal Fishing telah diatur oleh UU NO.31 Tahun 2004 tentang perikanan agar sumberdaya ikan
tetap lestari serta pemanfaatannya dapat optimal dan berkelanjutan.Pasal 8 ayat (1) (2) dan (3),
Pasal 9 dan Pasal 12 ayat (1) UU NO. 31 Tahun 2004 tentangperikanan mengatur tentang
larangan terhadap penggunaan bahan peledak, bahan beracundan aliran listrik.Pasal 1 ayat 5
dalam undang-undang nomor 45 Tahun 2009 tentang perubahan atasundang-undang nomor 31
Tahun 2004 tentang perikanan adalah : “Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh
ikan diperairan yang tidak termasuk dalam keadaandibudidayakan dengan alat atau cara apapun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapaluntuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengelola, dan/ataumengawetkan”.
Dalam hukum pidana terdapat asas lex specialis derogate legi generalis,
yang berartiperaturan yang khusus mengesampingkan peraturan yang umum. Maksudnya apabila
undang-undang telah mengatur tentang suatu tindak pidana maka tidak perlu menggunakan
aturanyang ada dalam KUHP. Sehingga dalam perkara tentang penangkapan ikan
denganmenggunakan bom atau bahan peledak aturan yang digunakan hendaknya undang-
undangyang ada yaitu Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan.Tindak pidana
perikanan juga dapat didefenisikan dari beberapa aspek yaitu :Pengertian tindak pidana di bidang
perikanan diartikan dariaspek ruang lingkup aktivitas di bidang perikanan;
a.Pengertian tindak pidana di bidang perikanan yang diberikan atas dasar modusoperandi tindak
pidana yang dilakukan:
Sulasi Rohingati, Penenggelaman Kapal Ikan Asing: Upaya Penegakan Hukum Laut Indonesia,

6
b. Pengertian tindak pidana perikanan dilihat dari aspek wilayah atau daerah atau
tempatterjadinya tindak pidana, maka tindak pidana di bidang perikanan dapat diartikansebagai
tindak pidana yang merupakan bagian dari tindak pidana wilayah perairan.Penangkapan ikan
dengan menggunakan bom/bahan peledak yang digunakan oleh pelakutindak pidana atau
kejahatan dengan maksud dan tujuan tertentu, dengan cara atau moduskejahatan yang telah
direncanakan sehingga menyebabkan rusaknya potensi sumber daya ikandi wilayah pengelolaan
perikanan Negara Republik Indonesia merupakan perbuatan yangdilarang oleh peraturan
perundang-undangan sehingga digolongkan dalam tindak pidanaperikanan.

2. Dampak Dari Pencurian Ikan


Maraknya kegiatan Illegal Unreported and Unregulated (IUU) Fishingyang terjadi di
lautIndonesia semakin menghawatirkan, berdasarkan datayang dilansir Kementerian
Kelautandan Perikanan Republik Indonesia kerugian negara akibat illegal fishing mencapai 300
trilyunrupiah pertahun, yaitu dengan memperhitungkan tingkat kerugiannya yang mencapai 25%
daritotal potensi perikanan Indonesia Kerugian tersebut berdampak merugikan negara
danmengancam kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan Setiap kejahatan tentunya
menghasilkan kerugian yang berdampak pada semua sektorkehidupan, negara, masyarakat, dan
lingkungan laut adalah korban langsung dari tindakan illegal fishing tersebut. Dampak kerugian
inilah yang menjadi salah satu sebab utama suatutindakan manusia bisa digolongkan
terhadap kejahatan, illegal fishing dalam hal ini merupakan tindak kejahatan yang sudah nyata
dan seharusnya ditindak tegas karena sudah memberikankerugian yang sangat besar
terhadap semua sektor kehidupan masyarakat Indonesia.

1.Merusak Kelestarian Ikan di Laut Indonesia


2.Merugikan Ekonomi Negara
3.Kerusakan Lingkungan

3 Sanksi Bagi Pencuri IkanPenerapan Sanksi Terhadap Kapal Ikan Asinga. Jenis dan Sifat
Hukuman Pidana Perikanan

5
Jenis hukuman pidana pasal 10 KUHP dikenal terdapat dua jenis hukuman pidana, yaitupidana
pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok merupakan hukuman yang wajibdijatuhkan hakim
yang terdiri atas pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, dan pidanadenda.
13
 
 b. Jenis pelanggaran pidana perikanan
1. Tidak memiliki SIUP , dikenakan pasal 26 ayat (1) jo pasal 92 UU RI No. 31 Tahun
2004Tentang Perikanan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan) tahun dan
dendapaling banyak Rp. 1.500.000.000,- (satu miliyar lima ratur juta rupiah).
2. Alat penangkap ikan tidak sesuai dengan ukuran, dapat dikenakan pasal 85 UUP
denganpidana paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling bayak Rp. 2.000.000.000,- (dua
miliarrupiah)
3. Tidak memiliki SIB, dikenakan pasal 98 Undang Undang Perikanan dengan dipidanapenjara
paling lama 1(satu) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus jutarupiah)

c. Sanksi Pidana Perikanan Sanksi pidana menurut undang-undang perikanan


bisa berupa sanksi administrasi(pencabutan ijin), kurungan badan (penjara) atau pun denda. dan
dengan sanksi terseburdapat menimbulkan efek jera bagi pelaku illegal fishing di Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia.Khusus dibidang perikanan yang ada didalam undang-undang ZEEI secara
eksklusif sudahdiatur didalam Undang-Undang Perikanan yang baru yaitu UU RI No. 34 tahun
2009 tentangperubahan UU RI No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

6
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Illegal fishing adalah kegiatan penangkapan ikan secara illegal di perairan
wilayah atauzona ekonomi eksklusif (ZEE) sutu negara, artinya kegiatan
penangkapan ikan yang tidakmemiliki izin melakukan penangkapan ikan dari
penangkapan ikan dari negara bersangkutanatau dengan kata lain pencurian
ikan oleh pihak asing. Dalam hal penanganan kasus illegal fishing yang terjadi
di wilayah perairan Indonesia, pemerintah terlalu terlalu lunak
dalammemproses pelaku pelanggaran. Hal inilah yang yang membuat negara-
negara tetangga tidaksegan terhadap Indonesia dan mengakibatkan kasus-
kasus semacam ini selalu terjadi diIndonesia. Masalah tersebut bisa kita atasi
manakala pemerintah Indonesia melakukanperbaikan di berbagai bidang
kelautan seperti pengadaan kapal-kapal petrol yang modern dantindakan
hukum yang jelas dan tegas khususnya penegakan pidana pada Undang-

5
UndangNomor 45 Tahun 2009 tentang Perikanan. Yang terbaru, Indonesia
melalui Menteri Kelautandan Perikanan telah mengeluarkan KEPMEN
Nomor KEP/50/MEN/2012 tentang RencanaAksi Nasional Pencegahan dan
Penanggulangan Illegal, Ureported and Unregulated Fishing
(IUUFishing).Sekarang penegakan hukum terhadap pelaku illegal fishing
sudah mulai di tindak tegasoleh pemerintah Indonesia dengan menjalankan
fungsi Pasal 69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perikanan yang berbunyi : “Dalam melaksanakan fungsisebagaimana
dimaksud ayat (4) penyidikdan/atau pengawas perikanan dapat
melakukantindakan khusus berupa pembakaran dan/atau penenggelaman
kapal perikanan yang berbendera asing berdasarkan bukti permulaan yang
cukup”.

2.SARAN

Secara internal, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah yang lebih konkret


dalam menanggulangi kegiatan illegal fishing, antara lain, dengan menambah
jumlah, memperkuat kapasitas dan melengkapi fasilitas teknologi armada kapal
patroli pengawas perairan dan memperbanyak kapal penangkap ikan dengan
ukuran di atas 30 GT, berikut kelengkapan teknologi mutakhir, agar lebih mampu
menjangkau wilayah pengelolaan ZEE Indonesia sekaligus menandai kehadiran
Indonesia secara konsisten (continuous presence) sebagai hak pengelolaan
(sovereign rights) secara efektif dalam menjaga perairan eksklusifnya. Penegakan
hukum (law enforcement) yang tegas juga harus diterapkan secara sungguh-
sungguh oleh aparat Indonesia terhadap setiap pelanggar wilayah perairan
Indonesia dan pelaku illegal fishing. Meski peraturan perundangundangan
dibenahi serta sarana dan prasarana dilengkapi, tanpa diikuti penegakan hukum
yang tegas dan juga pembenahan mental aparat penegak hukum, maka mustahil
permasalahan illegal fishing dapat terselesaikan. Secara bilateral, Indonesia perlu
meminta komitmen kuat dari negaranegara tetangganya di kawasan Asia

6
Tenggara (terutama Thailand, Vietnam, Filipina, dan Malaysia) untuk mengatasi
illegal fishing secara bersama-sama dan bersungguh-sungguh, antara lain dengan
membuat kesepakatan untuk melakukan patroli bersama di perairan perbatasan
secara terkoordinasi dan berkala yang dilakukan oleh unsur-unsur keamanan non-
militer (semacam coast guard). Upaya penanganan kegiatan-kegiatan ilegal lintas
negara, termasuk illegal fishing, lazimnya dilakukan oleh aparat keamanan non-
kombatan (nonmiliter), karena pelaku tindak kejahatan ini bukan kekuatan militer
suatu negara dan tindak kejahatannya pun ditujukan biasanya untuk memperoleh
keuntungan materi/ekonomi. Di banyak negara, upaya menjaga keamanan dan
mengatasi kegiatan ilegal di wilayah perairan dilakukan oleh Coast Guard.
Kelembagaan Coast Guard inilah yang harus dibangun dan dikembangkan oleh
Indonesia dan negara-negara di kawasan, sehingga negara-negara di kawasan 82
Politica Vol. 3, No. 1, Mei 2012 memiliki kesamaan lembaga penanggung jawab
keamanan perairan, dan hal ini akan memudahkan bagi mereka untuk bekerja
sama dan berkoordinasi dalam mengamankan perairan nasionalnya dari kegiatan-
kegiatan ilegal lintas batas, termasuk illegal fishing. Hal lain yang juga penting
untuk dilakukan oleh negara-negara di kawasan, termasuk Indonesia, adalah
melakukan sosialisasi mengenai ketentuan hukum internasional terkait batas
wilayah negara dan perikanan beserta sanksinya terutama kepada nelayan-nelayan
tradisional yang dianggap tidak memahami ketentuan-ketentuan itu.

5
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/34841726/
PENEGAKAN_HUKUM_ATAS_PENANGKAPAN_IKAN_SECARA_ILEGA
L_YANG_MELIBATKAN_NEGARA_LAIN_docx
https://dprexternal3.dpr.go.id/index.php/politica/article/view/305/240

Anda mungkin juga menyukai