Argumentasi Kritis terhadap Gerakan Transformasi Ki Hadjar Dewantara
Setelah membaca pidato Ki Hadjar Dewantara pada sidang Dewan Senat
Universitas Gajah Mada tahun 1956 terkait pemberia Gelar Doktor Honoraris Kepada beliau dan video tentang Pendidikan Zaman Kolonial. Ki Hajar Dewantara memberikan pemikirannya tentang Dasar-dasar Pendidikan. Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan bertujuan untuk menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Dengan kata lain guru hanya sebagai fasilitator saja dan menuntun anak berkembang sesuai dengan jaman. Peran Pendidik diibaratkan sebagai seorang Petani atau tukang kebun yang tugasnya adalah merawat sesuai kebutuhan dari tanaman yang mereka tanam itu agar tumbuh dengan baik, tentu saja jika beda jenis tanaman tentu beda pula perlakuanya. Artinya bahwa kita seorang pendidik harus bisa melayani segala bentuk kebutuhan metode belajar siswa yang berbeda-beda (berorientasi pada anak). Kita harus bisa memberikan kebebasan kepada anak untuk mengembangkan ide, berfikir kreatif, mengembangkan bakat/minat siswa (merdeka belajar), tapi kebebasan itu bukan berarti kebebasan mutlak, perlu tuntunan dan arahan dari guru supaya anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Ki Hadjar Dewantara juga mengingatkan kepada para pendidik untuk tetap terbuka dan mengikuti perkembangan jaman yang ada namun tidak semua yang baru itu pasti baik, jadi perlu diselaraskan terlebih dahulu dengan kebutuhan. Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Ki Hadjar Dewantara menjelaskan dasar pendidikan peserta didik berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama. Artinya bahwa setiap anak sudah sejak awal membawa sifat atau karakteristik berbeda-beda, maka dari itu sebagai pendidik kita tidak akan bisa menghapus sifat dasar tadi, yang bisa dilakukan adalah mengarahkan dan membimbing mereka agar muncul sifat-sifat baiknya sehingga menutupi/mengaburkan sifat-sifat jeleknya. Kodrat zaman bisa diartikan bahwa sebagai pendidik kita harus membekali keterampilan kepada siswa sesuai zamannya agar mereka bisa mencapai cita-citanya, berkarya dan menyesuaikan diri kepada tantangan zaman. Dalam konteks pembelajaran sekarang, kita harus membekali peserta didik dengan kecakapan dan keterampilan sesuai dengan kemajuan zaman pada Abad 21. Budi pekerti juga harus menjadi bagian tak terpisahkan dari pendidikan dan pengajaran yang kita lakukan sebagai Pendidik. Pendidik atau Guru haruslah selalu memberikan teladan yang baik bagi peserta didiknya dalam mengembangkan budi pekerti yang luhur. Kita sebagai pendidik juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan pembiasaan di sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti/akhlak mulia kepada anak. Dengan menjadi contoh yang baik dari peserta didik kita, karena contoh perbuatan itu sebaik-baiknya Pendidikan karakter peserta didik. Dalam pembelajaran hendaknya kita sebagai guru juga harus memperhatikan kodrat anak yang masih suka bermain terutama pada siswa usia dini dan siswa sekolah dasar. Lihatlah ketika anak- anak sedang bermain pasti yang mereka rasakan adalah ‘kegembiraan’ dan itu menumbuhkan suatu kesan yang membekas di hati dan pikirannya kepada pembelajaran yang kita lakukan. Hendaknya sebagai guru kita juga memasukan unsur permainan dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah bosan. Apalagi menggunakan permainan-permainan tradisional yang ada, selain menyampaikan pembelajaran melalui permainan , kita juga mendidik dan mengajak anak untuk melestarikan kebudayaan. Hal terpenting yang harus yang dilakukan seorang guru atau pendidik adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan sesuai semboyan dari Ki Hadjar Dewantara. Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan dan pengajaran tidak dapat dipisahkan. Pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Ki Hadjar Dewantara memiliki keyakinan bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama dalam proses untuk mencapainya. REFLEKSI
Dari pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang saya implementasikan kedalam
proses pembelajaran adalah menuntun dalam hidup tumbuhnya anak peserta didik, lebih memberikanya pemahaman, serta lebih sabar dalam membimbing, mengenali lebih dalam karakter dan latar belakang siswa (keluarga/lingkungan). Menjalin komunikasi dengan orang tuanya, hal ini bisa dilakukan komunikasi intens melalui grup wali murid. Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa melalui pemilihan media pembelajaran yang berinovatif dan bervariasi berupa gambar, video, audio, atau pembelajaran yang berbasis permainan (game based learning). Selanjutnya hal yang saya pelajari lebih lanjut dalam pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa tujuan pendidikan adalah Merdeka Belajar yang dikembangkan empat dimensi yaitu :
1. Dimensi Jasmani, dimana pendidikan mengarah pada kemerdekaan fisik yang
sehat dan kuat, produktif, kreatif dan inovatif. 2. Dimensi akal, mengarahkan pendidikan pada pencapaian kecerdasan yang lebih tinggi dan luas. 3. Dimensi Rohani, mengarahkan pada pencapaian keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dengan mencapai kemerdekaan mental dan kerohanian. 4. Dimensi sosial, tercapainya sikap-sikap keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggung jawab,dan disiplin.
Ki Hajar Dewantara mengatakan dalam hal mendidik yang sesungguhnya adalah
proses memanusia kan manusia yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Untuk mencapai hal itu pedoman yang dapat di gunakan yang sering disebut Trilogi Pendidikan, yaitu Ing Ngarsa Sungtulada, guru didepan sebagai pemberi teladan, Ing Madyo Mangun Karso, guru ditengah memberikan semangat, Tutwuri Handayani, guru dibelakang memberikan arahan dan dorongan. Kesimpulanya dari tulisan teks pemikiran -pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan dihubungkanya refleksi diri ini membentuk paradigma guru bawasanya saya sebagai guru akan memberikan taladan, semangat, dukungan dan arahan dengan harapan peserta didik bisa melihat mencontoh, melakukan, serta memiliki kepercayaan diri .
Demikian kesimpulan dan refleksi saya tentang Pemikiran-pemikiran Ki Hajar