Anda di halaman 1dari 4

penting dari itu adalah kita bisa menambahkan dan merubahnya agar dapat

menjadi sebuah maktabah pribadi bagi para penuntut ilmu.

· Maktabah gratis ini bisa diperoleh secara gratis di http://www.shamela.ws

· Tidak boleh digunakan untuk menyebarkan sesuatu yang tidak sesuai dengan
manhaj ahlus sunnah wal jama’ah.

· Hal ini bukan berarti pembatasan pada penuntut ilmu, bahkan boleh bagi penuntut
ilmu yang mumpuni menambah buku-buku ahlul bid’ah untuk tujuan membantah
bid’ah mereka atau yang sejenisnya. Adapun untuk tujuan menyebarkannya,
maka (kami tegaskan) bahwa syarat penggunaan maktabah ini yaitu tanpa
menggunakan dan menyebarkan (buku-buku ahlul bid’ah tersebut)

· Boleh –bahkan dianjurkan- menyebarkan maktabah ini dengan menggunakan CD,


atau pada room atau di internet

· Untuk memperoleh produk terbaru dari program ini atau ingin mengetahui buku-
buku tambahan maka silahkan menggunakan ‫حية‬ ‫ية‬‫تر‬ (promosi buku) yang ada
dalam program ini

· Selain buku-buku yang ada dalam situs maktabah, anda dapat pula untuk
menambah perbendaharaan buku-buku anda, olehnya silahkan memasukkan file
word dalam program ini. Ada beberapa situs yang penuh dengan buku dalam
bentuk word seperti maktabah meshkat, dan shoidul fawaid dan maktabah
multaqho ahlul hadits dan maktabah thoriqul Islam.

Pembaca budiman, perhatikan point terakhir dari petunjuk penggunaan program


Maktabah Syamilah tersebut. Perlu diketahui, bahwa situs-situs yang dipromosikan pada
point terakhir adalah merupakan situs para masyayekh dan du’at yang menjadi bulan-
bulanan hujatan kelompok "salafy".

Ketika ada kebijakan menyamakan ijazah STIBA dengan ijazah negeri, maka banyak
para pengajar yang melanjutkan program S2 di UMI maupun di institusi lainnya. Juga
ketika ada kebijakan menarik bayaran SPP dari santri, maka banyak dari santri STIBA
yang pindah ke STAI swasta. Sudah dimaklumi bahwa para pengajarnya banyak yang
berpaham menyimpang, ditambah lagi adanya ikhtilat dalam ruangan kelasnya.

Tanggapan :

Demikianlah wahai pembaca budiman, kebiasaan kawan-kawan "salafy" kita.


Kerjanya hanya mengeluh, mengkritik, bahkan menghujat tanpa ada upaya memberi
jalan keluar terbaik demi mashlahat umat dan perjuangan agama ini. Afwan akhi, tolong
tunjukkan kami di mana kampus yang benar-benar menerapkan sistem pembelajaran
full Islami (untuk program S1 dan S2) di kota Makassar ini?? Kalau ada, demi Allah,
kami akan ramai-ramai dan memobilisasi mahasiswa kami belajar ke sana, tentunya
untuk satu mashlahat sebagaimana yang antum sebutkan pada awal point di atas. Dan
kalau tokh tidak ada, maka itu-lah tanggung jawab kita bersama sebagai seorang
muslim yang memiliki rasa cemburu pada agamanya. Bukan malah menyalah-
nyalahkan, atau bahkan sampai mengeluarkan mereka dari manhaj salaf..!!.

Namun kalau memang demikian. yang antum yakini, lalu bagaimana dengan
ikhwah dan akhwat antum yang kuliah perguruan-perguruan tinggi umum…?? Apakah
haram bagi kami dan halal bagi kalian ??, Ma lakum kaifa tahkumun??

Dalam footnote ditulis :

Telah dimaklumi bahwa Ikhwanul Muslimin (IM) yang berpusat di Mesir, telah difatwakan
oleh para Ulama sebagai kelompok yang menyimpang dari manhaj Salaf, bahkan Asy-
Syaikh Bin Baz rahimahullah dengan tegas menyatakan bahwa IM tergolong kepada
salah satu dari 72 golongan ahlul bid’ah.

Tanggapan :

Mahlan ya Sofyan, tolong datangkan fatwanya..!!! jangan berdusta atas nama


Syaikh –rahimahullah-. Perlu kami tambahkan, pembaca budiman, ini juga salah satu
kebiasaan teman-teman "salafy" kita. Sebenarnya kami tidak hendak mengais-ngais
kelancangan mereka berdusta atas nama ulama. Namun lantaran hal tersebut telah
berlaku berulang kali, juga karena mereka berani berdusta atas nama ulama demi
mencerca ulama lain untuk maksud melejitimasi tuduhan mereka, maka kami akan
memaparkan sedikit bukti kelancangan tersebut.

Di sini kami akan angkat satu contoh saja, dan masih banyak contoh lain.
Diantaranya, perkataan Ust. Luqman Ba'abduh dalam bukunya yang banyak di puji oleh
Sofyan Khalid yang mengatasnamakan "kesepakatan umat Islam" untuk mencela
Syaikh Dr. Safar al-Hawaly, "Sudah menjadi kesepakatan umat Islam bahwa berita dari
orang kafir itu tertolak". Anehnya, statemen ini tidak ada sumber kutipan, maroji' dan lain
sebagainya. Padahal dalam banyak riwayat, Nabi shallallahu alaihi wasallam menerima
berita-berita dari orang kafir. Diantaranya:

Kisah tatkala Nabi shallallahu alaihi wasallam mendapati kaum Yahudi di


Madinah berpuasa Asyura', lalu beliau bertanya kepada mereka: "Hari apakah ini,
kenapa kalian berpuasa?...........dst, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Ibnu
Hajar –rahimahullah- berkata: "Sesungguhnya pertama kali Nabi mengetahui hal
tersebut dan menanyakannya (kepada orang Yahudi) adalah setelah beliau datang ke
Madinah dan buka sebelumnya….".

Dalam perang Badar al-Kubra juga, Nabi shallallahu alaihi wasallam bertanya
kepada dua orang kafir tentang jumlah pasukan kaum musyrikin Qurays….
Bahkan dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
"Dan beritakanlah tentang Bani Israil, tidak masalah". (HR. Bukhari, at-Tirmidzi, Ahmad).
Dan masih banyak lagi. Kami cukupkan di sini sebagai bukti, bahwa demikianlah
keadaan teman-teman "salafy" kita dalam menguatkan tuduhan dan celaan mereka
terhadap ulama atau kelompok lain, yaitu dengan cara berdusta atas nama ulama
hingga kesepakatan umat. Bahkan parahnya lagi, sampai berani mencela sahabat Nabi
shallallahu alaihi wasallam demi menguatkan statemen yang akan dibidikkan pada
saudara muslimnya. Ma'adzallah…!!!. Dalam poin ini-pun kami khawatir jangan sampai
akh-Sofyan juga berani berdusta atas nama Fadhilatus Syaikh al-Allamah Abdul Aziz
bin Baz –rahimahullah- untuk menguatkan tuduhan dan celaannya terhadap selain
kelompoknya.

Diantara yang sangat menyakitkan adalah syubhat-syubhat yang dilontarkan oleh Qasim
Mathar dalam salah satu dialog di IAIN Alauddin bersama Wahdah Islamiyah. Hal itu
terasa lebih menyakitkan lagi ketika Ust. Ikhwan tidak mampu membantah syubhat-
syubhatnya dengan bantahan yang mengenyangkan orang yang lapar dan
menghilangkan dahaga orang yang kehausan, wallahul Musta’an.

Tanggapan :

Subhanallah…takdir Allah untuk menyingkap satu hal yang merupakan


karakteristik yang sangat melekat pada diri teman-teman salafy kita. Yaitu sikap
serampangan, tidak dapat menerima kekurangan orang lain serta tidak tahu
berterimakasih. Padahal merupakan satu perkara aksiomatik, bahwa tidak ada manusia
di dunia ini yang sempurna.

Termasuk dalam hal ini, bahwa Ust. Muh. Ikhwan –hafidzahulloh- hanya manusia
biasa, yang tak luput dari kekurangan. Tidak lebih dari itu. Banyak hal dalam urusan
agama ini yang barangkali belum beliau ketahui. Dan sekali lagi, itu karena kapasitas
beliau sebagai manusia biasa dan bukan nabi. Nah, kalau hanya lantaran tidak dapat
menjawab sebuah syubhat atau pertanyaan secara umum, kemudian seseorang itu kita
rendahkan (baca: hina), maka bagaimana dengan Imam Malik bin Anas –rahimahullah-
kala datang kepadanya seorang penduduk dari kawasan benua Afrika membawa sekitar
empat puluh pertanyaan yang sekitar tiga puluh enam pertanyaan dijawab oleh beliau
dengan ucapan, "Allahu a'lam", apakah karena hal tersebut lantas kemudian kita
mengatakan kepada sang Imam bahwa keilmuannya tidak mengenyangkan orang lapar
dan tidak menghilangkan dahaga orang haus?? Bahkan, satu hal yang mungkin luput
bagi kita dalam kisah di atas, bahwa sikap antum tersebut persis seperti sang pembawa
pertanyaan, yang menyangka bahwa manusia itu sempurna dan tidak punya
kekurangan, dengan perkataannya, "Bagaimana mungkin engkau tidak mengetahui
sedang engkau adalah Imam??. Maka dengan jiwa ksatria Imam Malik –rahimahullah-
menimpali: "Sampaikan pada orang-orang di negeri-mu, bahwa Malik tidak
mengetahui….". Sebuah sikap yang pantas ditauladani.
Bahkan sejatimya antum, kelompok antum dan kita semua berterima kasih
kepada beliau yang telah berjihad melalui hujjah untuk membantah syubuhat mereka,
minimal membuat mereka tidak terlalu bebas menjajakan kebathilannya. Bukan malah
mencibir dengan kata-kata "menyakitkan" sementara antum dan kawan-kawan antum
sendiri hanya ngumpet di bawah kolong dengan dalih tidak boleh duduk dengan ahlul
bid’ah. Lalu setelah itu berlaku bak seorang komentator handal yang memberi penilaian
bagi usaha orang lain. Wallahul musta'an. Dan biasanya, komentator itu hanya bisa
ngomong, sok pintar dan hanya menyalah-nyalahkan orang, sementara dia sendiri tidak
memiliki apa-apa. Namanya juga komentator.

Dan perlu pembaca sekalian ketahui, bahwa para asatidzah yang dicela dan
dihina oleh Sofyan Khalid dalam tulisannya ini adalah guru-guru beliau yang tanpa
pamrih mengajarkan alif ba-nya ilmu syar'i ini kepadanya. Padahal secara tabiat dan
fitrah alami manusia dan makhluk lainnya di muka bumi ini, tahu yang namanya terima
kasih kepada orang yang pernah menanamkan budi padanya. Afwan, bukan berarti
kami hendak menyebut-nyebut kebaikan atau menuntut antum berterimakasih pada
mereka. Sekali lagi kalla…, namun maksud kami disini agar anda tahu diri dan jangan
terlalu gampang meremehkan dan merendahkan orang lain. Juga sebagai tadzkirah
bagi antum akan sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam: "Siapa yang tidak
tahu berterimakasih kepada manusia, ia pasti tidak berterimakasih kepada Allah".

Dan sepanjang pengetahuan kami yang juga hadir pada waktu itu, apa yang
dilakukan oleh Ust. Ikhwan Abdul Jalil, Lc dan Ust. Said Abdus Shamad, Lc yang
bertindak sebagai seteru Qosim Mathor cukup menggertak, apalagi ditambah dengan
ta’liq Ust. Yusron diakhir acara…alhamdulillah, dan itulah kewajiban kita sebagai
seorang yang memiliki rasa cemburu terhadap aqidah yang murni ini, dan bukan hanya
pintar mengomentari dan menyalah-nyalahkan usaha orang lain dalam rangka
menegakkan kalimat Allah Ta'ala.

Kalau bukan IM kira-kira siapa yang dimaksud? yang pasti bukan Anshorus Sunnah al-
Muhammadiyah, sebab dasar dakwah Anshorus Sunnah dahulu adalah dakwah
Salafiyyah yang dipelopori Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang berasal dari
Hijaz (Saudi), bukan Mesir!!

Tanggapan :

Sekali lagi ini menunjukkan sikap tergesa-gesa akh Sofyan dan mau menang
sendiri kendati "tebakannya" masih mengandung kemungkinan. Perlu kita ketahui,
bahwa Jama’ah Ansharus Sunnah Al-Muhammadiyah itu berasal dari Mesir
kemudian merambah ke Negara-negara yang lain. Bagaimana mungkin antum telah
memastikan bahwa maksudnya adalah IM dan bukan Jama'ah Ansharus Sunnah??
Apakan antum telah tabayyum pada sang empunya perkataan hingga berani
memastikan maksud seseorang tersebut?? Apa susahnya jika antum pahami

Anda mungkin juga menyukai