DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS SINGOROJO II
Jl. Boja-Kaliwungu KM5 Singorojo Kendal 51382 Telp. (0294) 571928
Email : pusksingorojo02@gmail.com
KERANGKA ACUAN
PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN PENCEGAHAN PRAKTEK P2GP
( PEMOTONGAN /PERLUKAAN GENETALIA PEREMPUAN) PADA PUS DI
MASYARAKAT
I. PENDAHULUAN
Pemotongan/Pelukaan Genitalia Perempuan (P2GP), yang lebih dikenal dengan sunat
perempuan, merupakan praktik yang di percaya dapat memuliakan perempuan (mak
rumah), walaupun secara medis tidak ada manfaatnya untuk perempuan. P2GP bahkan
dapat berbahaya bagi kesehatan reproduksi bahkan nyawa sebagian perempuan karena
klitoris merupakan organ seksual perempuan yang sensitive yang memiliki saraf dan
pembuluh darah yang banyak. Klitoris juga bisa memberikan kepuasan seksual pada
perempuan. Akibatnya, jika klitoris dirusak dengan dilukai atau dipotong, pemilik klitoris
dapat terhambat atau terhalangi pemenuhan haknya untuk menikmati hubungan seksual.
Juga, sebagaimana ditulis oleh dr. Muhammad Fadli, Sp.Og, pelukaan pada klitoris dapat
menyebabkan pendarahan yang akan sulit untuk dihentikan tanpa memiliki pengetahuan
yang khusus. Apabila pendarahan tidak dapat ditangani secara cepat dan tepat
maka akan dapat menyebabkan kematian. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah
untuk menghapuskan praktik P2GP ini melalui berbagai kebijakan yang telah dikeluarkan
oleh Kemenkes. Namun dari semua kebijakan yang sudah dikeluarkan hasilnya
menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah masih bersifat ambigu: tidak secara tegas
melarang praktik yang secara medis berbahaya dan tidak ada manfaatnya;
Mengingat tidak mudahnya melakukan upaya penghapusan praktik P2GP ini dengan
pendekatan kebijakan, maka diperlukan penentuan rencana aksi jangka pendek dan
jangka panjang bersama antara berbagai pihak, terutama Kementerian Agama (karena
seringkali praktik ini dilakukan atas nama agama) dan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaaan
II. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan sunat perempuan di Indonesia masih menjadi isu yang diperdebatkan
karena adanya perbedaan pendapat tentang hukum maupun tentang penyimpangan
pelaksanaannya. Bahkan, di beberapa negara dunia menganggap sunat perempuan
sebagai sebuah pemaksaan. Di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam budaya yang
berbeda, praktik sunat perempuan masih terus berlangsung. Pelarangan terhadap praktik
sunat perempuan yang dianggap merugikan pihak perempuan, tidak dapat dilakukan
secara instan, yang akhirnya dapat menganggu sistem sosial dan
budaya yang sudah berkembang sebelumnya di masyarakat. Strategi yang dilakukan
perlu dilakukan secara efektif, misalnya melalui identiikasi dan pemetaan terlebih dahulu
terhadap praktik dan aktor yang terlibat dalam sunat perempuan di Indonesia. Cara ini
dilakukan untuk mengetahui kontekstualisasi praktik sunat perempuan yang berbeda di
tiap daerah. Kemudian, dilakukan sosialiasi secara massif tentang praktik sunat
perempuan kepada aktor-aktor tersebut (tokoh masyarakat, agama, pemuda).
III. TUJUAN
A. TUJUAN UMUM
Meningkatkan pengetahuan masyarakat yang diharapkan terjadinya perubahan
perilaku positif sehingga masyarakat dapat menghindari kejadian Praktik P2GP dan
lebih memperhatikan kesehatan reproduksi.
B. TUJUAN KHUSUS
1. Mencegah resiko dampak psikologis
2. Mencegah komplikasi jangka panjang
3. Mencegah komplikasi yang segera muncul
KEGIATAN
NO POKOK RINCIAN KEGIATAN
1 Penyuluhan 1. Petugas menyusun SAP penyuluhan
Kesehatan 2. Petugas berkoordinasi dengan Lintas program
Reproduksi dan 3. Petugas membuat surat pemberitahuan ke desa
Pencegahan 4. Petugas memberikan materi penyuluhan Kesehatan
Praktek P2GP reproduksi dan Pencegahan P2GP menggunakan
pada Pus di media lembar balik
5. Petugas memberikan ruang dan waktu untuk diskusi
masyarakat
VI. SASARAN
Sasaran kegiatan: Pasangan Usia Subur / Masyarakat
Tahun 2023
No Kegiatan Ja Fe Ma Ap Me Ju Ag Se Ok No
Jul Des
n b r r i n s p t p
1 v V
Penyuluhan
Kesehatan
Reproduksi
dan
Pecegahan
PraktekP2
GP
( Pemotong
an
/Perlukaan
genetalia
perempuan
) pada PUS
di
Koordinator Promkes