1. Hal-hal penting yang didapatkan setelah menonton video
Pertama, saya menjadi tahu bagaimana proses perkembangan ilmu dan terjadinya perubahan. Ilmu yang awalnya hanya sebatas dalam konteks filsafat, semakin terpecah dan melepaskan diri, sehingga hadirlah speasialisasi ilmu tertentu yang bermacam-macam karena munculnya observasi, eksprerimentasi, dan komparasi yang dipelopori oleh Francis Bacon. Karena spealisasi ini pula, masa transisi dalam masyarakat juga terus berjalan Dari yang berbudaya agraris-tradisional menjadi industri modern─dari yang berbudaya etnis- kedaerahan menjadi berbudaya global-mondial. Kedua, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi satu konsep yang universalisme, komunalisme, dan skepsisme dengan keteraturannya dan keterarahannya. Ilmu pengetahuan dan teknologi ini dikembangkan atas tiga unsur, yaitu gegenstand, metode, dan jawaban yang diperoleh dari dua unsur sebelumnya dan kemudian disusun secara sistematis. Ketiga, ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut ternyata dibangun oleh dasar ontologi, epistemologi, dan aksiologi yang ketiganya disebut sebagai filosofis keilmuan. Pilar ontologi membahas keberadaan suatu hal berdasarkan aspek kualitas dan kuantitas. Pilar epistemologi membahas metode atau kerangka acuan yang digunakan untuk menentukan keabsahan ilmu. Sementara itu, pilar aksiologi dijadikan sebagai pembatas atas keilmuan dengan menekankan aspek moral, etis, maupun religius. Keempat, terdapat prinsip berpikir ilmiah dan masalah nilai dalam IPTEK. Berpikir ilmiah haruslah bersifat objektif, rasional, logis, metodologis, dan sistematis. Namun, pemikiran ilmiah yang menghadirkan IPTEK memiliki masalah yang disebabkan oleh dimensi moral dalam pengembangan dan penerapan IPTEK. Bagaimana caranya? Kita sebagai masyarakat Indonesia perlu menggunakan Pancasila sebagai dasar nilai dalam mengembangkan IPTEK, diantaranya: (a) dengan sila pertama, tempatkan manusia dalam alam sebagai bagiannya dan bukan pusatnya, (b) dengan sila kedua, ketahuilah bahwa kemanusiaan bukan hanya untuk kelompok/lapisan tertentu, (c) dengan sila ketiga, kembangkan solidaritas dalam sub-sistem karena itu penting untuk keberlangsungan seluruh individu, (d) gunakan aspek demokratis dalam penerapan dan penyebaran ilmu pengetahuan, dan (e) tetap berpegang teguh pada keadilan sosial guna menjaga keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat.
2. Ancaman dari teknologi yang dapat merusak integrasi nasional
Ancaman dari teknologi yang dapat merusak integrasi nasional banyak sekali contohnya yang sudah terjadi dan dapat kita temui dalam setiap scroll di layar handphone kita. Salah satu aspek yang melatarbelakangi hal ini bisa berupa penyebaran hoaks dan kebebasan berekspresi dalam media sosial. Contoh-contohnya: Gambar 1. Penyebaran hoaks Gambar 2. Ancaman kebebasan ekspresi dalam media sosial
Gambar 1. merupakan contoh bagaimana penyebaran hoaks dapat merusak integrasi
nasional. Headline yang mengarah kepada etnis Tionghoa yang melarang pengibaran bendera merah putih dapat menggiring amarah publik kepada etnis tersebut dan ini tentunya dapat menimbulkan pertikaian antar etnis. Begitu pula dengan gambar 2. Influencer atau TikToker tersebut mulanya diundang dalam sebuah podcast seorang entertainer tanah air dimana mereka berdua membahas isu mengenai Palestina. Sayangnya, beberapa opini liarnya menuai kemarahan publik terutama umat Islam, seperti: (1) ia mengatakan bahwa tanah Palestina memang milik Israel, (2) ia menyebut bahwa kitab setelah Injil adalah lembaran palsu, dan (3) ia menyebut bahwa Nabi Muhammad sebagai nabi palsu yang mental dan moralnya rusak. Tentunya, ini akan menyebabkan pertikaian antar agama. Ancaman lainnya dapat datang dari semakin canggihnya penggunaan teknologi, misalnya munculnya kejahatan cyber dan penyalahgunaan teknologi militer. Maraknya kejahatan cyber dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah sehingga timbul pemudaran integrasi nasional dalam diri masyarakat. Lalu, penyalahgunaan teknologi militer dapat mengancam keutuhan NKRI, misalkan yang sudah terjadi seperti kasus KKB dan sekutunya yang mendapat pasokan peralatan militer yang entah datang dari mana.
3. Cara mengatasi ancaman teknologi yang merusak integrasi nasional
Untuk kategori penyebaran hoaks: 1. Melakukan edukasi mengenai literasi digital kepada seluruh lapisan masyarakat. Misalny, membuat iklan layanan masyarakat mengenai penyaringan berita atau isu, memnguatkan tagar #HindariHoaks, #KenaliHoaks, #CakapDigital, dan tagar terkait, atau pun melakukan pengawasan langsung yang efektif melalui tim pengawasan digital di bawah Kominfo. 2. Mengadakan kerjasama dengan platform digital supaya pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan terkait penyebaran hoaks dalam platform tersebut. 3. Melakukan penegakan hukum yang tegas terhadap pelaku-pelaku penyebaran hoaks. Untuk kategori kebebasan berekspresi: 1. Melakukan edukasi mengenai kesadaran akan kode etik bersosial media sehingga kebebasan berekspresi dapat diimbangi dengan tanggung jawab. 2. Membawa jalur hukum bagi pembuat konten yang menimbulkan perpecahan dan kebencian agar pembuat konten dapat menggunakan media sosial dengan lebih bijaksana.
Untuk kategori kejahatan cyber:
1. Menguatkan keamanan cyber dengan berinvestasi pada teknologi keamanan yang canggih, namun harus diimbangi dengan dengan personil keamanan yang SDM-nya unggul. 2. Memastikan penegakan hukum yang tegas dan efektif terhadap pelaku krjahatan cyber.
Untuk kategori penyalahgunaan teknologi militer:
1. Melakukan pengawasan yang ketat mengenai kebijakan penggunaan, pembelian teknologi militer, dan tindakan pencegahan bagi oknum yang akan menggunakan teknologi tersebut untuk memecah NKRI. 2. Membuka dialog terbuka bagi pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang tidak puas dengan kebijakan pemerintah di daerahnya.