php/wd
Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
7 (2), 2019, 211-219
Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan instrumen yang bertujuan untuk
Dikirim: 26 Juni 2018 mengukur kemandirian siswa SMA terkait kecakapan abad 21, sebagai upaya untuk
Direvisi: 26 Agust 2019 membantu siswa di dalam belajar, sehingga proses belajar berlangsung sesuai tuntut-
Diterima: 18 Des 2019 an kurikulum dan mendapatkan hasil yang maksimal. Penelitian ini menggunakan
Kata Kunci: model penelitian Borg dan Gall dengan menggunakan sepuluh langkah penelitian
instrumen, kecakapan pengembangan. Pengembangan instrumen menggunakan model Hipotetik. Hasil
abad 21, kemandirian penelitian menunjukkan sebagian besar guru SMA 1 Banguntapan belum melakukan
siswa, pengukuran pengukuran kemandirian belajar siswa terkait kecakapan abad 21 karena belum
memiliki instrumen. Setelah dilakukan penelitian maka peneliti telah berhasil
menyusun sebuah Instrumen Pengukuran Kemandirian Belajar Siswa Terkait
Kecakapan Abad 21 yang terdiri dari 64 butir terdiri dari 32 butir valensi dan 32
butir faktual yang dengan skala Likert 4 alternatif jawaban. Kebakuan instrumen
yang meliputi validitas sebanyak 32 butir valensi valid dengan reliabilitas 0,867 dan
32 butir faktual valid dengan reliabilitas 0,925 konkruen dengan korelasi 0,857,
reliabilitas total 0,949 dan analisa faktor sejumlah 14 faktor. Adapaun hasil
pengukuran kemandirian belajar siswa SMA Terkait Kecakapan Abad 21 di SMA 1
Banguntapan terkategori tinggi dengan skor rata 196,81 terletak pada klas interval
ideal 192-256, dengan kategori sedang 127 siswa dan 147 siswa memiliki
kemandirian di atas rata-rata.
The purpose of this study is to develop an instrument that aims to measure the
independence of high school students related to 21st century skills, as an effort to
help students in learning, so that the learning process takes place according to the
demands of the curriculum and gets maximum results. This study uses the Borg and
Gall research model using the ten steps of development research. Development of
instruments using the Hypothetic model. The results showed that most of the
teachers at SMA 1 Banguntapan had not yet measured the independence of students'
learning related to 21st century skills because they did not have instruments. After
doing the research, the researcher has succeeded in compiling an Instrument for
Measurement of Student's Learning Independence Related to 21st Century Skills
consisting of 64 items consisting of 32 valence items and 32 factual items with 4
Likert scale alternative answers. The rigidity of the instrument which includes
validity as many as 32 valid valence items with reliability 0.867 and 32 items valid
factually with reliability 0.925 concurrent with a correlation of 0.857, total
reliability 0,949 and analysis of factors of 14 factors. The results of the
measurement of learning independence of high school students Related to 21st
Century Skills in Banguntapan High School 1 are high categorized with an average
score of 196.81 located in the ideal interval class 192-256, with a moderate
category 127 students and 147 students having above average independence.
This is an open-access article under the CC–BY-SA license.
How to Cite: Suranten, S. (2019). Instrumen pengukuran kemandirian belajar siswa sekolah menengah atas
terkait kecakapan Abad 21. Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 7(2), 211–219.
https://doi.org/10.30738/wd.v7i2.4620
doi:http://dx.doi.org/10.30738/wd.v7i2.4620
Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, 7 (2), 2019 212
Suranten Suranten
PENDAHULUAN
Kemandirian berasal dari kata mandiri merupakan salah satu amanah dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2003) yang berbunyi
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu kemandirian siswa menjadi sesuatu yang
layak untuk diperhatikan di dalam pembelajaran.Pembelajaran Kurikulum 2013 menuntut siswa
belajar mandiri untuk berpikir kritis dan kreatif. Untuk menghadapi hal ini siswa perlu berkolaborasi
dan berkomunikas dengan baik. Keempat hal ini merupakan kecakapan yang harus dimiliki siswa di
abad 21 yang biasa disebut dengan 4C meliputi collaboration, critical thinking, communication, and
creativity (Osborne, 2010). Kesenjangan kemandiriaan dan tuntutan kurikulum menyebabkan kendala
terkait implementasi Kurikulum 2013. Hal ini mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar.
Permasalahan di lapangan belum ada instrumen untuk mengukur kemandirian siswa terkait kecakapan
Abad 21 untuk mengidentifikasi yang akan membantu siswa di dalam belajar, sehingga proses belajar
berlangsung sesuai tuntutan kurikulum dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Pembelajaran Kurikulum 2013 menuntut siswa belajar mandiri untuk berpikir kritis dan kreatif.
Untuk menghadapi hal ini siswa perlu berkolaborasi dan berkomunikas dengan baik. Keempat hal ini
merupakan kecakapan yang harus dimiliki siswa di abad 21 yang biasa disebut dengan 4C meliputi
collaboration critical thinking, communication, and creativity (Osborne, 2010). Oleh karena itu
seorang guru perlu mengetahui keempat kecakapan tersebut apakah sudah dimiliki siswa atau belum
sehingga memerlukan instrumen untuk mengukur tingkat kemandirian siswa di dalam 4 keterampilan
tersebut. Hal ini penting untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam rangka
mempersiapkan siswa yang akan hidup pada masa tersebut.
Kemandirian siswa meliputi berbagai hal dan yang paling penting di dalam Pembelajaran
Kurikulum 2013 di sekolah adalah kemandirian di dalam kecakapan abad 21. Kesenjangan
kemandiriaan dan tuntutan kurikulum menyebabkan kendala terkait implementasi Kurikulum 2013.
Hal ini mempengaruhi proses pembelajaran dan hasil belajar. Permasalahan di lapangan belum ada
instrumen untuk mengukur kemandirian siswa terkait kecakapan abad 21 untuk mengidentifikasi yang
akan membantu siswa di dalam belajar, sehingga proses belajar berlangsung sesuai tuntutan kurikulum
dan mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Hal ini sesuai dengan hasil angket terhadap 50
responden yang merupakan guru di SMA N 1 Banguntapan menunjukkan bahwa sejumlah 68% guru
tidak memiliki instrumen untuk mengukur kemandirian belajar siswa dan sejumlah 88% guru
menginginkan untuk mengukur kemandirian belajar siswa terkait kecakapan abad 21. Dari kondisi
tersebut peneliti mencoba untuk membuat instrumen yang diperlukan.
METODE
Penelitian ini menggunakan model penelitian Gall et al. (2003) dengan menggunakan sepuluh
langkah penelitian pengembangan. Kesepuluh langkah tersebut meliputi potensi masalah, pengumpul-
an data, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba terbatas, revisi produk, uji coba agak
luas, revisi produk, produksi masal (Sugiyono, 2019a). Pengembangan instrumen menggunakan model
Hipotetik yang terdiri dari validasi ahli, revisi, uji coba keterbacaan, revisi, uji coba agak luas, revisi,
pengukuran kemandirian belajar siswa terkait kecakapan Abad 21, uji validitas konstruk, dan instru-
men final. Adapun langkah pengembangan dengan Model Hipotetik terdapat dalam Gambar 1.
Sebelum pelaksanaan validasi ahli peneliti menyusun instrumen yang terdiri dari menentukan
spesifikasi instrument, menulis butir instrumen, menentukan skala instrumen, menentukan sistem pen-
skoran. Spesifikasi instrumen digambarkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen.Kisi-kisi instrumen
merupakan sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara indikator dan butir-butir instrumen
(Widoyoko, 2012).
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun selanjutnya disusun butir-butir instrumen dan keleng-
kapannya dengan memperhatikan petunjuk penulisan butir instrumen dan susunan butir. Disamping
itu, bentuk tulisan, format halaman, dan susunan halaman dibuat sebaik mungkin agar mudah dibaca
dan menarik Penulisan instrumen pengukuran kemandirian siswa SMA terkait kecakapan abad 21 di
SMA Negeri 1 Banguntapan meliputi pengantar dan petunjuk mengerjakan butir-butir instrumen
dengan kolom jawaban.
Validasi Ahli
Revisi Revisi
Uji coba keterbacaan
Penafsiran hasil pengukuran pengukuran kemandirian belajar siswa SMA terkait kecakapan
abad 21 diperlukan kriteria. Kriteria yang digunakan tergantung pada skala dan jumlah butir pertanya-
an yang digunakan dikenal denagn indeks reliabilitas (Mardapi, 2008). Penafsiran hasil pengukuran
pengukuran kemandirian belajar siswa SMA terkait kecakapan abad 21 di SMA Negeri 1 Bangunta-
pan. Penilaian didasarkan pada 4 kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, rendah dan sangat rendah
(Sugiyono, 2019a).
Validitas butir faktual dihitung dengan menggunakan Pearson product moment correlation
coefficient Walpole (2012, p, 432) menghasilkan butir 1 valid dengan koefisien 0,496, butir 2 valid
dengan koefisien 0,481, butir 3 tidak valid dengan koefisien 0,468, butir 4 tidak valid dengan koefisien
0,237, butir 5 valid dengan koefisien 0,451, butir 6 valid dengan koefisien 0,463, butir 7 tidak valid
dengan koefisien 0,237, butir 8 valid dengan koefisien 0,551, butir 9 valid dengan koefisien 0,725,
butir 10 valid dengan koefisien 0,728, butir 11 valid dengan koefisien 0,488, butir 12 valid dengan
koefisien 0,555, butir 13 valid dengan koefisien 0,518,, butir 14 valid dengan koefisien 0,593, butir 15
valid dengan koefisien 0,552, buitir 16 valid dengan koefisien 0,625,. butir 17 valid dengan koefisien
0,634, butir 18 valid dengan koefisien 0,690, butir 19 valid dengan koefisien 0,721, butir 20 valid
dengan koefisien 0,710, butir 21 valid dengan koefisien 0,693, butir 22 valid dengan koefisien 0,589,
butir 23 valid dengan koefisien 0,588, butir 24 valid dengan koefisien 0,662, butir 25 valid dengan
koefisien 0,634, butir 26 valid dengan koefisien 0,690, butir 27 valid dengan koefisien 0,721, butir 28
valid dengan koefisien 0,710, butir 29 valid dengan koefisien 0,693, butir 30 valid dengan koefisien
0,589, butir 31 valid dengan koefisien 0,588, butir 32 valid dengan koefisien 0,662.
Hasil dari analisa validitas menunjukkan bahwa dari 32 butir faktual terdapat 30 butir yang
valid karena memiliki koefisien validitas > 0.3 (Haryanto, 1994) dan 2 butir yang tidak valid karena
memiliki koefisien validitas < 0.3. Butir yang tidak valid yaitu butir 4, dan butir 7. Butir yang tidak
valid direvisi untuk digunakan pada uji selanjutnya.
Uji Reliabilitas dilakukan setelah mendapatkan hasil validitas butir valensi dan faktual dengan
membuang butir-butir yang tidak valid, sedang butir yang valid diuji reliabilitasnya dengan internal
consitency dimana instrumen hanya dicobakan sekali saja (Sugiyono, 2019b). Kemudian dihitung
menggunakan Program SPSS 23 dengan formula Alpha Cronbach, hasil dari analisa reliabilitas
instrumen butir faktual secara keseluruhan mencapai 0,942 reliabel. Sedang reliabilitas instrumen butir
valensi secara keseluruhan mencapai 0,923 juga reliabel.
Butir-butir instrumen valensi yang tidak valid kemudian ditelaah dan jika perlu direvisi. Butir 3
Siswa SMA tidak diberi kebebasan berpikir di dalam belajar setiap saat, butir 5 Kemampuan pengem-
bangan pemikiran di dalam belajar siswa SMA hanya terjadi pada waktu tertentu, butir 6 Kemampuan
pengembangan pemikiran di dalam belajar siswa SMA hanya terjadi di tempat tertentu, butir 11 Siswa
SMA mengalami kesulitan di dalam memilih permasalahan-permasalahan di dalam belajar yang harus
diselesaikan, butir 12 Siswa SMA mengalami kesulitan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
di dalam belajar yang harus diselesaikan setelah ditelaah tidak perlu untuk revisi sedangkan butir 4
Siswa SMA tidak diberi kebebasan untuk berpikir di dalam belajar secara spontan direvisi sehungga
menjadi Siswa SMA tidak diberi kebebasan untuk berpikir di dalam belajar secara spontan.
Butir-butir instrumen faktual yang tidak valid juga ditelaah dan jika perlu direvisi. Butir 4
Sebagai siswa SMA saya tidak mendapat kebebasan berpikir di dalam belajar secara spontan. Dan
butir 7 Sebagai siswa SMA, saya mampu mengembangkan pemikiran di dalam belajar tanpa bantuan
siapapun setelah ditelaah tidak perlu direvisi. Faktor yang menyebabkan butir tersebut tidak valid
karena responden yang sedikit.
Validitas konkruen dilakukan setelah mendapatkan hasil tabulasi butir valensi dan faktual
masing-masing butir dijumlah untuk dikorelasikan antara total skor valensi dan total skor faktual
setiap responden dengan menggunakan Program SPSS 23 untuk mendapatkan nilai korelasi. Hasil
korelasi yang didapat adalah 0, 546 lebih besar dari 0,3 Masrun (1979) maka antara butir valensi dan
butir faktual konkruen.
Validitas Konstruk dilakukan setelah merevisi Instrumen yang kemudian dipakai untuk
mengukur Sikap Kemandirian Belajar Siswa SMA Terkait Kecakapan Abad 21yang melibatkan 320
siswa klas X Ipa dan IPS dan klas XI IPA sebagai responden yang memenuhi ukuran sampel yang
layak dalam penelitian yaitu 30 sampai 500 (Roscoe, 1982, p, 253).
Hasil uji reliabilitas pada pengukuran kemandirian belajar siswa SMA terkait kecakapan abd 21
di SMA 1 Banguntapan butir valensi menghasikan nilai relibilitas sebesar 0,867 > 0,3 sehingga kese-
luruan butir valensi reliabel dan butir faktual menghasilkan nilai reliabilitas sebesar 0,925 > 0,3
sehingga keseluruhan butir faktual reliabel. Konkruen antara butir valensi dan faktual dengan korelasi
0,857 > 0,05 sehingga antara butir valensi dan faktual konkruen,
Setelah dilakukan penggabungan tabulasi valensi dan faktual hasil pengujian instrumen
terhadap 320, kemudian dilakukan uji reliabilitas dan analisa factor. Uji reliabilitas didapatkan nilai
reliabilitas 0,949 > 0,3 yang berarti reliabel. Pada analisa faktor dengan Kaiser Meyer Olkin mengenai
measure of sampling adequacy (KMO MSA) diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil analisis untuk KMO MSA
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. 0,885
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 10069,701
df 2016
Sig. 0,000
Dari Tabel 1 terlihat bahwa nilai Kaiser Meyer Okin (KMO) sebesar 0,885 menurut Widarjono
data baik untuk analisa faktor karena terletak pada interba l0,8 dan 0,9 (Raharja, 2017) dan nilai
signifikansi 0,00 < 0,05 maka dapat disimpulkan memenuhi syarat untuk dilakukan analisis faktor.
Selain itu, untuk tabel anti image correlation (AIC), didapatkan secara keseluruhan seluruh item
memiliki nilai lebih dari 0,5 yang berarti variabel dapat diprediksi tanpa terpengaruh oleh variabel
lain, sehingga tidak ada butir yang perlu dikeluarkan dan tidak perlu mengulang analisis faktor. Pada
nilai communalities uji instrument Dari tabel terlihat secara keseluruhan nilai communalities > 0,5 ini
bermakna bahwa keseluruhan butir mempunyai hubungan yang kuat dengan faktor yang terbentuk hal
ini akan berdampak pada faktor yang mewakili variabel asal semakin besar karakteristik.
Secara keseluruhan butir memiliki nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) lebih dari 0,5.
Menurut Santosa yang berarti variabel dapat diprediksi dan dianalisa lebih lanjut (Raharja, 2017),
sehingga tidak ada butir yang perlu dikeluarkan dan tidak perlu mengulang analisis faktor. Data nilai
anti image butir faktual dari uji instrumen terdapat dalam tabel 4.
Sedang nilai communalities terbesar 0,784 terdapat pada butir 18 dan terkecil 0,531 terdapat
pada butir 2. Semakin besar nilai communalities semakin besar hubungan faktor yang terbentuk,
demikian juga sebaliknya jika semakin kecil nilai communalities. Secara keseluruhan nilai
communalities > 0,5 dengan ini bermakna bahwa keseluruhan butir mempunyai hubungan yang kuat
dengan faktor yang terbentuk hal ini akan berdampak pada faktor yang mewakili variabel asal semakin
besar karakteristiknya (Raharjo, 2019) secara lengkap tersaji dalam Tabel 2.
Tabel 2. Data Anti Image Uji Instrumen
No. Butir Nilai Anti Image Keterangan
1 ,902a dapat diprediksi
2 ,898a dapat diprediksi
3 ,881a dapat diprediksi
4 ,876a dapat diprediksi
5 ,888a dapat diprediksi
6 ,891a dapat diprediksi
7 ,852a dapat diprediksi
8 ,889a dapat diprediksi
9 ,877a dapat diprediksi
10 ,871a dapat diprediksi
11 ,818a dapat diprediksi
12 ,837a dapat diprediksi
13 ,874a dapat diprediksi
14 ,888a dapat diprediksi
15 ,611a dapat diprediksi
16 ,890a dapat diprediksi
17 ,782a dapat diprediksi
18 ,853a dapat diprediksi
19 ,767a dapat diprediksi
20 ,820a dapat diprediksi
21 ,900a dapat diprediksi
22 ,917a dapat diprediksi
23 ,891a dapat diprediksi
24 ,874a dapat diprediksi
25 ,880a dapat diprediksi
26 ,857a dapat diprediksi
SIMPULAN
Instrumen Pengukuran Kemandirian Belajar Siswa Terkait Kecakapan Abad 21 yang telah
disusun dan diujikan pada 320 siswa dan dianalisa kelayakan instrumen, maka dapat disimpulkan. (1)
Sebagian besar guru SMA 1 Banguntapan belum melakukan pengukuran kemandirian belajar siswa
terkait kecakapan abad 21 karena belum memiliki instrumen. (2) Telah berhasil disusun sebuah
Instrumen Pengukuran Kemandirian Belajar Siswa Terkait Kecakapan Abad 21 yang terdiri dari 64
butir terdiri dari 32 butir valensi dan 32 butir faktual yang dengan skala Likert 4 alternatif jawaban,
kebakuan instrumen yang meliputi validitas sebanyak 32 butir valensi valid dengan reliabilitas 0,867
dan 32 butir faktual valid dengan reliabilitas 0,925 konkruen dengan korelasi 0,857, reliabilitas total
0,949 dan analisa faktor sejumlah 14 faktor (3) Hasil Pengukuran Kemandirian Belajar Siswa SMA
Terkait Kecakapan Abad 21 di SMA 1 Banguntapan terkategori tinggi dengan skor rata 196,81
terletak pada klas interval ideal 192 – 256, dengan kategori sedang 127 siswa dan 147 siswa memiliki
kemandirian di atas rata-rata.
DAFTAR PUSTAKA
Adib, H. S. (2017). Teknik pengembangan instrumen penelitian ilmiah di perguruan tinggi keagamaan
Islam. Prosiding Seminar Nasional & Internasional.
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/3054
Azwar, S. (2015). Skala pengukuran sikap manusia. Pustaka Pelajar.
Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. (2003). Educational research: An introduction. Longman
Publishing.
Haryanto, S. (1994). Pengantar teori pengukuran kepribadian. Sebelas Maret University Press.
Mardapi, D. (2008). Teknik penyusunan instrumen tes dan nontes. Mitrs Cendikia Offset.
Osborne, J. (2010). Arguing to learn in science: The role of collaborative, critical discourse. Science,
328(5977), 463–466. https://doi.org/10.1126/science.1183944
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Pub.
L. No. 20, Undang-Undang Republik Indonesia 26 (2003).
Raharjo, S. (2019). Panduan analisis faktor dan intrepretasi dengan SPSS lengkap.
Rusdi, M. (2018). Penelitian desain dan pengembangan kependidikan. PT. RajaGrafindo Persada.
Sugiyono, S. (2019a). Metode penelitian dan pengembangan. Alfabeta.
Sugiyono, S. (2019b). Metode penelitian pendidikan. Alfabeta.
Walpole, R. E. (1990). Pengantar statistika, edisi ke-3 (Introduction to statistics). Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama.
Widoyoko, E. P. (2012). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Pustaka Pelajar.
Widoyoko, E. P. (2020). Teknik penyusunan instrumen penelitian. Pustaka Pelajar.
Wiyono, W. (2018). Pengembangan instrumen pengukuran kemandirian siswa sekolah menengah
pertama. Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 6(2 SE-Artikel), 180–
186. https://doi.org/10.30738/wd.v6i2.3398