Anda di halaman 1dari 4

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

3.1 Penilaian Otentik Keterampilan Abad 21 dalam Kurikulum Merdeka


Kemerdekaan belajar dalam pembelajaran abad 21 bertujuan untuk
mengintegrasikan berbagai kemampuan dan visi belajar ke dalam proses pembelajaran. Hal
ini tercermin dalam struktur pembelajaran abad 21 yang menggambarkan pengetahuan,
keterampilan dan keahlian yang relevan dalam kehidupan peserta didik. Setiap kemampuan
dalam konteks abad 21 memerlukan pengembangan pengetahuan dan pemahaman mata
pelajaran akademik. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat berpikir kritis,
berkomunikasi secara efektif, mengatasi masalah, dan bekerja sama dalam kolaborasi
dengan orang lain. Untuk mewujudkan pembelajaran abad 21 yang ideal diperlukan
beberapa kerangka pendukung, antara lain: (1) standar dan penilaian; (2) kurikulum dan
pengajaran; (3) pengembangan profesional; dan (4) lingkungan belajar (Achmad et al.,
2022; Rosidah et al., 2021).
Di sekolah formal khususnya di sekolah dasar, pembelajaran sudah dituntut untuk
menerapkan kemampuan 4C (Berpikir Kritis, Komunikasi, Kolaborasi, Kreativitas), dimana
keempat kompetensi tersebut merupakan kompetensi yang harus dimiliki pada abad 21.
Keberhasilan penerapan 4C ini bergantung pada kinerja guru dalam menerapkan metode
pengajaran yang tepat. Namun peran dan tanggung jawab pendidik nonformal juga sangat
penting dalam membiasakan peserta didik menerapkan 4C dalam kehidupan sehari-hari,
karena keterampilan 4C perlu dikuasai dan dimiliki oleh setiap peserta didik sebagai
persiapan menghadapi tantangan abad 21 (Rosnaeni, 2021).
Untuk mencapai tujuan pembelajaran abad 21, salah satu aspek penting adalah
penilaian. Penilaian atau penilaian pembelajaran pada abad 21 merupakan penilaian
autentik. Dalam Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 pasal 1 ayat 2 dijelaskan bahwa
penilaian otentik adalah suatu bentuk penilaian yang mengharuskan siswa menunjukkan
sikap, menggunakan pengetahuan, dan keterampilan yang diperolehnya dari proses
pembelajaran dalam melaksanakan tugas dalam situasi nyata. Lebih lanjut dalam pasal 2
Mendikbud dijelaskan bahwa penilaian autentik merupakan pendekatan utama dalam
menilai hasil pembelajaran oleh pendidik. Pendekatan ini melibatkan berbagai bentuk
penilaian seperti observasi, penugasan lapangan, portofolio, proyek, produk, jurnal,
pekerjaan laboratorium, kinerja, dan penilaian diri (Rosidah et al., 2021). Dengan demikian,
penilaian autentik tidak hanya terfokus pada penilaian pada ranah pengetahuan saja, namun
penilaian mencakup tiga ranah yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
Penilaian autentik juga merupakan suatu bentuk penilaian dimana peserta didik
melakukan, menerapkan, atau melaksanakan tugas dalam situasi kehidupan nyata, tidak
hanya melalui tes tertulis di akhir pembelajaran (Yudha & Masrukan, 2014). Dalam hal ini
penilaian otentik tidak hanya menilai perilaku yang diharapkan, tetapi juga sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai kompetensi yang ditargetkan. Selain itu, penilaian
otentik juga memperhatikan proses kerja siswa dan konteks kehidupan nyata sebagai
bagian integral dari proses pembelajaran. Kehidupan nyata yang dimaksud dapat merujuk
pada kehidupan siswa di sekolah maupun kehidupan di masyarakat (Rosnaeni, 2021).
Dengan demikian, penilaian autentik yang berorientasi pada keterampilan abad 21
dirancang untuk mempersiapkan generasi muda (peserta didik) agar mampu beradaptasi
dengan cepat terhadap pesatnya arus perkembangan teknologi. Oleh karena itu, guru
sebagai peran yang mempunyai kunci dalam melaksanakannya harus menguasai 4
keterampilan pembelajaran (4C), yaitu: (1) kreativitas dan inovasi; (2) berpikir kritis dan
pemecahan masalah; (3) komunikasi; dan (4) kolaborasi dengan bersifat: (1) pembelajar
sepanjang hayat; (2) menerapkan pendekatan diferensiasi dalam pembelajaran; (3) kreatif
dan inovatif; (4) melakukan refleksi diri; (5) berkolaborasi dalam pembelajaran; (6)
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran; dan (7) melaksanakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (Heryahya dkk., 2022).

3.2 Pengembangan Penilaian Otentik Keterampilan Abad 21 di Sekolah Dasar


Pengembangan penilaian otentik keterampilan abad ke-21 di sekolah dasar memiliki
peran penting karena membantu mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan
yang kompetitif. Di dunia yang berkembang pesat, pelajar perlu dibekali dengan
keterampilan relevan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata. Penilaian otentik
memungkinkan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka
dalam situasi kehidupan nyata, seperti melalui proyek atau tugas lapangan. Dengan
demikian, mereka dapat menghubungkan pembelajaran dengan pengalaman nyata mereka
dan melihat bagaimana pengetahuan dan keterampilan tersebut dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Beberapa perkembangan mengenai penilaian autentik keterampilan abad 21 di
sekolah dasar telah banyak dikembangkan, salah satunya pada penelitian yang dilakukan
oleh Dwiyanti &; Rahayuni (2020) yang mengembangkan Media Penilaian Otentik Berbasis
Keterampilan Abad 21 di Sekolah Dasar. Pengembangan media penilaian autentik berguna
untuk mengetahui proses perkembangan dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian yang
diperoleh berupa media penilaian otentik sains yang valid dan layak digunakan. Kemudian
respon guru terhadap media penilaian ini adalah mudah digunakan dalam pembelajaran dan
siswa tertarik dengan media penilaian ini karena ilustrasi yang disajikan dan
pembahasannya mengikuti kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dewanti & Santoso (2020) yang
mengembangkan Instrumen Penilaian Keterampilan Belajar Abad 21 dalam Pembelajaran
Sains Berbasis STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika) menghasilkan instrumen
yang valid, praktis, dan efektif sehingga cocok untuk digunakan. digunakan dalam
pembelajaran khususnya pada kegiatan penilaian. Instrumen penilaian keterampilan abad
21 yang dikembangkan memberikan pengaruh positif karena rubrik penilaian yang
digunakan disusun secara rinci, jelas, operasional, dan terukur sehingga memudahkan
pengamat dalam memberikan penilaian dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menunjukkan kemampuan terbaiknya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dewanti &
Santoso (2020) yang mengembangkan Instrumen Penilaian Keterampilan Belajar Abad 21
dalam Pembelajaran Sains Berbasis STEM (Sains, Teknologi, Teknik dan Matematika)
menghasilkan instrumen yang valid, praktis, dan efektif sehingga cocok untuk digunakan.
digunakan dalam pembelajaran khususnya pada kegiatan penilaian. Instrumen penilaian
keterampilan abad 21 yang dikembangkan memberikan pengaruh positif karena rubrik
penilaian yang digunakan disusun secara rinci, jelas, operasional, dan terukur sehingga
memudahkan pengamat dalam memberikan penilaian dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menunjukkan kemampuan terbaiknya. Selain itu, karena pendekatan
penilaiannya berorientasi pada STEM sehingga peserta didik termotivasi untuk
mengungkapkan ide dan gagasan pada tugas proyek dan memperoleh lebih banyak
pengalaman belajar melalui beberapa disiplin ilmu yang terintegrasi.
Dengan demikian, pengembangan penilaian autentik keterampilan abad 21 dalam
Kurikulum Merdeka mempunyai pengaruh yang signifikan terutama dalam memudahkan
siswa menunjukkan berbagai keterampilan yang dimilikinya karena penilaian autentik tidak
hanya mampu menilai pengetahuan tetapi sikap dan keterampilan yang dimilikinya. Melalui
penilaian otentik, keterampilan abad 21 juga mampu menilai sejauh mana siswa memiliki
keterampilan yang dibutuhkan pada abad 21 yang dikenal dengan kemampuan 4C: (1)
kreativitas dan inovasi; (2) berpikir kritis dan pemecahan masalah; (3) komunikasi; dan (4)
kolaborasi.

3.4 Tantangan Pengembangan Penilaian Otentik Keterampilan Abad 21 di Sekolah


Dasar
Mengembangkan penilaian autentik keterampilan abad 21 di sekolah dasar
merupakan tantangan yang kompleks dan menuntut perhatian mendalam dari para pendidik.
Salah satu tantangannya adalah menentukan metode penilaian yang tepat untuk mengukur
keterampilan abad 21 secara akurat (Ningsih et al., 2021; Saputro & Wijayanti, 2021).
Keterampilan seperti kreativitas, kolaborasi, pemecahan masalah, dan komunikasi tidak
dapat diukur hanya dengan ujian tertulis tradisional. Pendidik perlu menemukan cara untuk
mengamati dan menilai keterampilan ini secara otentik, dengan melibatkan siswa dalam
situasi dunia nyata yang mencerminkan tuntutan dunia nyata.
Keterbatasan sumber daya juga menjadi tantangan dalam mengembangkan
penilaian otentik keterampilan abad 21 di sekolah dasar (Pratiwi et al., 2019). Guru perlu
memiliki akses terhadap teknologi dan materi pembelajaran yang mendukung
pengembangan keterampilan tersebut. Namun, tidak semua sekolah memiliki akses yang
memadai terhadap sumber daya tersebut. Oleh karena itu, diperlukan dukungan dan
investasi dari pemerintah dan lembaga pendidikan untuk memastikan bahwa semua sekolah
memiliki sumber daya yang memadai untuk mengembangkan penilaian otentik terhadap
keterampilan abad ke-21.
Dalam menjalankan prinsip-prinsip pendidikan abad 21, terjadi perubahan pola pikir
manusia dari yang berfokus pada kemampuan berpikir rendah menjadi memberdayakan
keterampilan berpikir tinggi. Transformasi paradigma ini memberikan tantangan bagi guru
dalam misinya mendidik siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Selain itu, terdapat sejumlah kendala lain yang dihadapi guru dalam melaksanakan
pendidikan abad 21. Tantangan ini melibatkan pengajaran siswa dengan beragam latar
belakang, kemampuan bahasa, konsep pengajaran, penggunaan metode pembelajaran
aktif, integrasi teknologi dalam pembelajaran, pandangan baru tentang kemampuan siswa,
pilihan belajar, dan tanggung jawab akademik (Ananda &; Fadhilaturrahmi, 2018; Irma Sari
dkk. al., 2021; Sunandi dkk., 2020). Guru harus menghadapi tantangan tersebut tanpa
merasa tidak siap untuk menerapkan keterampilan abad 21 dengan kemampuan terbaiknya.
Sebagaimana telah dikemukakan, prinsip keterampilan abad 21 harus diterapkan pada
semua mata pelajaran inti.
Tantangan lainnya adalah mengubah paradigma evaluasi di kalangan siswa, guru,
dan orang tua. Sistem pendidikan tradisional seringkali lebih fokus pada penilaian akademis
seperti nilai ujian dan rapor, dibandingkan pada pengembangan keterampilan abad ke-21
(Daga et al., 2022). Tantangan pendidikan di masa depan memerlukan perspektif yang
berbeda, menilai keberhasilan pembelajaran dengan media digital, menentukan kerangka
kompetensi siswa, menyeragamkan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk memenuhi
tuntutan masyarakat global dan digital, dan menggabungkan keterampilan yang muncul dan
disruptif. teknologi yang membantu mencapai pembelajaran bermakna siswa (González‐
perez & Ramírez‐montoya, 2022). Oleh karena itu, perlu adanya sosialisasi dan
pemahaman yang lebih baik mengenai pentingnya keterampilan abad 21 dalam mencapai
kesuksesan di era modern. Guru, siswa, dan orang tua perlu menyadari bahwa penilaian
otentik terhadap keterampilan abad ke-21 tidak hanya memberikan gambaran yang lebih
komprehensif tentang kemampuan siswa, namun juga mempersiapkan mereka menghadapi
tuntutan dunia kerja yang terus berkembang.

Anda mungkin juga menyukai