Anda di halaman 1dari 41

PENGEMBANGAN MODUL AJAR BERBASIS MODEL

PEMBELAJARAN PROJECT-BASED LEARNING UNTUK


MELATIHKAN KETERAMPILAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA
DIDIK MATERI FLUIDA STATIS

SEMINAR PROPOSAL
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan
Skripsi

Oleh
Alfianoor
NIM. 2010121210002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2024
A. JUDUL
“Pengembangan Modul Ajar Berbasis Model Project-Based Learning
Untuk Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah Peserta Didik Materi Fluida
Statis”.

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kehidupan abad 21 ditandai dengan perkembangan teknologi dalam setiap
aktivitas keseharian manusia, penyebaran informasi yang begitu pesat hingga
sebagian besar dari kegiatan manusia sudah digantikan oleh tenaga mesin. Oleh
karena itu, tuntutan untuk perkembangan manusia agar dapat menyesuaikan diri
dengan keadaan yang dialami saat ini tentu sangat besar (Wijaya, et al., 2016).
Abad 21 juga merupakan keadaan revolusi industri 4.0 yang menyebabkan
terjadinya era globalisasi atau abad keterbukaan, dimana pada era ini tentu
berpusat pada pengetahuan sebagai kekuatan pertama yang harus dimiliki setiap
manusianya. Jika hanya menjadikan pengetahuan sebagai modal utama dalam
menjalani kehidupan ini, tentu itu tidak akan cukup. Oleh karenanya juga
diperlukan keterampilan yang baik untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan
zaman, sehingga dengan itulah sumber daya manusia yang berkualitas akan
terbentuk (Mardhiyah, et al., 2021). Tuntutan inilah yang membuat terbakarnya
semangat dari dunia pendidikan agar dapat menjadi fasilitator untuk menunjang
dan atau sebagai wadah bagi setiap individu masyarakat agar dapat berkembang
menyesuaikan dengan keadaan dewasa ini (Mahsudi, 2021).
Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Kholillah, et al., 2022).
Pendidikan juga sebagai sarana yang sangat dibutuhkan oleh manusia, karena
dengan pendidikan maka, kehidupan cerdas akan terbentuk dan dengan itulah
keberlangsungan hidup manusia akan tetap terjaga. Pendidikan abad 21
merupakan pemebelajaran yang berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang mampu

1
melatihkan keterampilan berpikir peserta didik agar mengarah pada proses
pembelajaran (Mardhiyah, et al., 2021). Assessmentand Teaching of 21st Century
Skills (2018) (Lolanessa et al: 2020) mengkategorikan keterampilan abad 21
seperti kreatif, inovatif, kritis, mampu memecahkan masalah, bijak mengambil
keputusan dalam proses pembelajaran (Ayudha & Setyasih, 2021). Kemampuan
untuk memecahkan masalah berupa permasalahan nyata dalam kehidupan,
merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
memenuhi tuntutan pendidikan abad 21 (Cahyani & Setyawati, 2016). Terlebih
untuk tingkat sekolah menengah atas (SMA) karena pada tingkat ini peserta didik
sudah mulai berpikir secara logis, kritis, dan memiliki keingintahuan yang tinggi
tentang bagaimana mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (Azizah,
et al., 2015), sehingga gaya belajar untuk abad ini juga perlu disesuaikan. Oleh
karena itu, kurikulum merdeka menuntut untuk para pendidik memberikan
pembelajaran dengan gaya belajar yang lebih berfokus pada peserta didik,
meningkatkan keaktifan peserta didik serta keterampilan yang harus dimiliki saat
proses pembelajaran.
Namun, pada faktanya berdasarkan hasil penilaian PISA pada tahun 2022
lalu, ternyata Indonesia memperoleh skor yang menurun dari perhitungan PISA
pada tahun 2018. Hampir tidak ada siswa yang mampu memodelkan situasi
kompleks secara matematis, memilih, membandingkan, dan mengevaluasi strategi
pemecahan masalah yang tepat untuk diselesaikan. Dapat dikatakan bahwa peserta
didik masih rendah dalam beberapa keterampilan, salah satunya adalah pada
keterampilan pemecahan masalah (Alam, 2023). Hal ini tentu sangat disayangkan
karena dengan jumlah sumber daya manusia yang begitu banyak, Indonesia malah
menjadi negara yang kualitas pendidikannya masih tergolong rendah, dan keadaan
ini tentu bertolak belakang dengan tuntutan kehidupan abad 21 (Suncaka, 2023).
Berdasarkan hasil wawancara di sekolah dengan salah satu pendidik fisika
di SMA Negeri 1 Mandastana, diperoleh hasil bahwa kurikulum yang dipakai
dalam pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka. Namun, pembelajaran
yang diterapkan tidak menyesuaikan tuntutan kurikulum yang digunakan seperti
gaya mengajar yang masih menggunakan gaya konvensial (metode ceramah), dan

2
modul yang dibuat pun masih tidak sesuai dengan standar dari modul kurikulum
merdeka, seperti langkah-langkah pembelajaran yang tidak menyesuaikan model
pembelajaran yang digunakan dan LKPD yang tidak sejalan dengan model
pembelajaran. Hal ini tentu berdampak pada keterampilan belajar peserta didik
yang seharusnya juga dilatihkan, seperti keterampilan pemecahan masalah yang
belum pernah dilatihkan sehingga membuat peserta didik tidak menerima
pembelajaran sebagaimana yang dituntutkan kepada peserta didik, dalam
memenuhi kebutuhan kehidupan abad 21. Dan ini pun tentu berdampak pada hasil
belajar peserta didik yang masih jauh dari kategori baik. Saat dilakukan
pengambilan data awal untuk mengetahui kemampuan keterampilan pemecahan
masalah peserta didik, diketahui bahwa sekitar 71% dari jumlah total 35 peserta
didik terkategori sangat kurang. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi
pendidik untuk dapat memberikan pembelajaran yang jauh lebih baik kedepannya
agar dapat menyesuaikan kebutuhan abad 21, terutama untuk dapat melatihkan
keterampilan pemecahan masalah peserta didik.
Beberapa penelitian seperti oleh Chiang and Lee 2016 dan Mardin, Zainil
2020, membuktikan bahwa untuk dapat melatihkan keterampilan pemecahan
masalah, dapat menggunakan model PjBL. Model pembelajaran Project-Based
Learning (PjBL) adalah pembelajaran dengan rangkaian kegiatan yang
memberikan kebebasan kepada peserta didik dalam menghasilkan sebuah produk,
sehingga peserta didik akan dituntut untuk dapat memahami permasalahan yang
tengah dihadapi dan berupaya menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
produk yang dibuat baik secara mandiri maupun secara berkelompok dengan
tujuan untuk dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam proses
pembelajaran (Sari & Angreni, 2018). Pada dasarnya model PjBL ditujukan untuk
memberikan kesiapan kepada peserta didik agar dapat menghadapi permasalahan-
permasalahan yang ada dikehidupan nyata, oleh karenaya pembelajaran ini akan
memfokuskan peserta didik sebagai pusat perhatian untuk perkembangan peserta
didik agar dapat interaktif saat proses pembelajaran berlangsung (Nurhadiyati, et
al., 2021) serta mendorong peserta didik untuk dapat lebih kreatif dalam
menghasilkan sesuatu yang baru dari hasil interaksi secara individu dengan

3
lingkungan sekitar (Rombe, et al., 2021). Model ini dapat melatihkan
keterampilan pemecahan masalah yang memungkinkan peserta didik untuk bisa
melatihkan keterampilan abad 21 seperti kreativitas, kolaborasi, komunikasi, dan
kemampuan teknologi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
yang ada dikehidupan nyata (Saputra, 2021; Haryati & Wangid, 2023).
Keterampilan pemecahan masalah yang dilatihkan kepada peserta didik,
baik untuk mengukur kegiatan proses pemecahan masalah maupun mengukur
hasil akhir dari keterampilan pemecahan masalah, yaitu menggunakan teori
Heller. Menurut Heller dalam penjelasannya untuk melatihkan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik maka diperlukan langkah-langkah yaitu,
Visualize the problem (memfokuskan masalah/memvisualisasikan masalah),
Describe the problem in physics description (mendeskripsikan suatu masalah),
plan the solution (merencanakan solusi), execute the plan (melaksanakan
rencana), chek and evaluate (memeriksa dan mengevaluasi) (Ratnaningdyah,
2017).
Untuk melatihkan keterampilan ini kepada peserta didik, tentu harus
menyesuaikan dengan materi yang akan dipelajari saat di sekolah. Ada banyak
materi fisika yang dapat melatihkan keterampilan pemecahan masalah peserta
didik, salah satunya adalah materi fluida statis. Materi ini cocok untuk digunakan
karena sebagai materi dasar yang memiliki bentuk-bentuk soal yang banyak
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga akan membuat peserta didik
lebih berpikir dan dapat menemukan masalah serta dapat menyelesaikannya
dengan konsep dan teori yang akan dipelajari (Indahsari, et al., 2018). Untuk
dapat melatihkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik pada materi
fluida statis dengan baik, tentu diperlukan sebuah rancangan dari setiap kegiatan
atau stratergi pembelajaran yang baik pula untuk dapat diberikannya perlakuan
kepada peserta didik dalam proses pembelajaran, dimana dalam hal ini tentu
sangat diperlukan sebuah modul ajar yang akan memberikan gambaran rancangan
bagaimana kegiatan yang semesterinya harus berjalan (Maulida, 2022).
Modul ajar merupakan bagian dari perangkat pembelajaran yang dibuat
untuk rancangan suatu pembelajaran dengan berlandaskan pada tuntutan

4
kurikulum yang masih berlaku dengan tujuan untuk tercapainya standar
kompetensi yang telah dituntutkan (Salsabilla, et al., 2023). Abdul Majid
mengartikan modul ajar sebagai sarana untuk peserta didik dapat belajar secara
mandiri tanpa adanya bimbingan dari seorang pendidik, oleh karenanya modul
sangat penting untuk dirancang sedemikian rupa, agar dapat memudahkan peserta
didik dalam memahami apa yang dipelajari (Andriadi, et al., 2018). Dengan
demikian modul ajar dapat diartikan sebagai rancangan pembelajaran yang
menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dengan tujuan untuk
dapat mecapai kompentensi yang telah ditetapkan, sehingga dengan modul ajar ini
peserta didik diharapkan dapat lebih mandiri dan dapat mengembangkan
kemampuan, kreatif serta inovatif sebagimana tuntutan keadaan dunia abad 21.
Berdasarkan latar belakang yang ada perlu dilakukan penelitian dan
pengembangan dari modul ajar terkait materi fluida statis berbasis Project-Based
Learning (PjBL) dalam rangka meningkatkan keterampilan pemecahan masalah
peserta didik. Oleh karenanya, judul penelitian yang diusulkan adalah
“Pengembangan Modul Ajar Berbasis Model Project-Based Learning untuk
Melatihkan Keterampilan Pemecahan Masalah Peserta Didik materi Fluida
Statis”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah, “Bagaimana kelayakan modul ajar berbasis Project-Based Learning Pada
Materi Fluida untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik?”.
Untuk dapat menjawab rumusan masalah maka dibuat pertanyaan untuk penelitian
sebagai berikut:
a) Bagaimana validitas modul ajar berbasis Project-Based Learning yang
digunakan pada materi Fluida untuk melatihkan keterampilan pemecahan
masalah peserta didik?
b) Bagaimana kepraktisan modul ajar berbasis Project-Based Learning yang
digunakan pada materi Fluida untuk melatihkan keterampilan pemecahan
masalah peserta didik?

5
c) Bagaimana efektivitas modul ajar berbasis Project-Based Learning yang
digunakan pada materi Fluida untuk melatihkan keterampilan pemecahan
masalah peserta didik?
d) Bagaimana pencapaian keterampilan pemecahan masalah peserta didik
setelah diterapkan modul ajar berbasis Project-Based Learning pada
materi Fluida?

3. Tujuan Penelitian
Bedasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diajukan,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat menghasilkan modul ajar
berbasis Project-Based Learning pada materi fluida untuk dapat melatihkan
keterampilan pemecahan masalah peserta didik. Adapun cara untuk mencapai
tujuan dari penelitian ini dibuat deskripsi penyelesaian tujuan penelitian sebagai
berikut:
a) Mendeskripsikan validitas modul ajar berbasis Project-Based Learning
yang digunakan pada materi Fluida untuk melatihkan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik yang ditinjau dari penilaian modul ajar
oleh validator akademisi.
b) Mendeskripsikan kepraktisan modul ajar berbasis Project-Based Learning
yang digunakan pada materi Fluida untuk melatihkan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik yang ditinjau dari keterlasanaan modul
ajar.
c) Mendeskripsikan efektivitas modul ajar berbasis Project-Based Learning
yang digunakan pada materi Fluida untuk melatihkan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik yang ditinjau dari Tes Hasil Belajar
peserta didik.
d) Mendeskripsikan pencapaian keterampilan pemecahan masalah peserta
didik setelah diterapkan modul ajar berbasis Project-Based Learning pada
materi Fluida ditinjau dari peningkatan indikator ketercapaian
keterampilan pemecahan masalah pada tes hasil belajar peserta didik.

4. Manfaat Penelitian

6
Dengan dilakukannya penelitian ini maka diharapkan akan bermanfaat
sebagaimana berikut ini.
a) Bagi penelitian, penelitian ini dapat memberikan pengamalan belajar
mengajar dengan menerapakan model pembelajaran Project-Based
Learning untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah peserta
didik.
b) Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik terkhusus
di SMA Negeri 1 Mandastana pada materi Fluida.
c) Bagi guru, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan
dalam pelaksanaan pembelajaran fisika untuk melatihkan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik.
d) Bagi sekolah, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran fisika dan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik.
e) Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
referensi untuk pengembangan sebuah ide secara tertulis dan sistematis.

5. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan


Spesifikasi produk yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebuah
perangkat modul ajar yang berbasis Project-Based Learning untuk dapat
melatihkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik dan sesuai dengan
tujuan dari pembelajaran yang ingin dicapai.

6. Definisi Istilah
pada penelitian pengembangan ini, terdapat beberapa istilah yang perlu
untuk di definisikan secara khusus sebagai berikut.
a) Modul ajar adalah suatu perangkat pembelajaran yang dibuat untuk
menggambarkan rancangan pembelajaran agar dapat sesuai dengan tujuan
standar kompetensi yang telah ditetapkan dan berlandaskan pada
kurikulum yang berlaku (Maulida, 2022).

7
b) Model pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) adalah strategi dalam
pembelajaran untuk dapat memberikan kedaan belajar dengan menyuguhi
permasalahan-permasalahan nyata dalam keseharian peserta didik (Setyo,
et al., 2020).
c) Keterampilan pemecahan masalah adalah keterampilan dasar yang
digambarkan pada seseorang yang dapat menyelesaikan permasalahan
dengan melibatkan pemikiran kritis, logis dan sistematis (Jayadiningrat &
Ati, 2018).

8
C. KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian adalah kegiatan untuk menemukan hal-hal yang baru untuk
dapat dikembangkan dan menjadi suatu dasar teori untuk dapat memperdalam dan
menambah ilmu tertentu (Ramadhan M., 2021). Ataupun secara sederhana
penelitian bisa diartikan sebagai proses mencari jawaban dari permasalahan yang
tengah dihadapi. Penelitian tentu sangat penting untuk dilakukan, karena
penelitian akan menjawab permasalah-permasalahan yang sedang terjadi, dan
akan mengupayakan solusi dari permasalah tersebut secara benar (Kusumastuti &
khoiron, 2019).
Ada beberapa jenis penelitian yang dapat dilakukan, salah satunya adalah
penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D). Penelitian
dan pengembangan adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk mengembangkan
atau menghasilkan suatu produk dan kemudian divalidasi kebermanfaatannya
(Sumarni, 2019). Dalam pendidikan metode penelitian dan pengembangan dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan untuk dapat mengembangkan suatu produk
pendidikan dan fasilitas pembelajaran untuk dapat mempermudah pembelajaran
terhadap peserta didik.
Salah satu model penelitian dan pengembangan yang dapat digunakan
adalah menggunakan model penelitian ADDIE (Analyze, Design, Development,
Implementation and Evaluation). Model penelitian ini dipilih, karena model
ADDIE biasanya digunakan untuk menggambarkan pendekatan sistematis untuk
pengembangan instruksional, dengan menggunakan pendekatan yang sisteamtis
ini, pengembangan instruksional akan lebih efektif, terstruktur dan efisien,
sehingga dengan model ini akan membantu memastikan bahwa ketercapaian dari
tujuan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik
dan konteks pembelajaran (Sugihartini & Yudiana, 2018). Berikut lima tahapan
pengembangan ADDIE:
a) Analyze (Analisis) adalah tahapan pertama yang dilakukan dalam model ini.
menganalisis keperluan produk (bahan ajar, media, metode, modul) baru untuk
dikembangkan dan menganalisis kelayakan serta syarta-syarat pengembangan

9
dari produk tersebut. Suatu produk hanya dapat dikembangkan jika produk
tersebut dilihat mengalami suatu permasalahan seperti, produk sudah tidak
relevan dengan kebutuhan sasaran, lingkungan belajar, teknologi, karakteristik
peserta didik dan sebagainya. Pada tahapan ini aspek yang akan dikaji adalah
seputar tentang permasalahan pembelajaran, karakteristik pembelajaran,
tujuan pembelajaran, proses pembelajaran dan hasil pembelajaran.
b) Design (Desain) merupakan tahap yang dilakukan secara sistematis dengan
merancang konsep dan konten di dalam suatu produk yang akan
dikembangkan. Rancangan dibuat untuk masing-masing konten produk.
Petunjuk penerapan desain diusahakan untuk dapat dibuat secara jelas dan
rinci. Pada tahap ini rancangan produk masih bersifat konseptual dan akan
menjadi dasar untuk tahap pengembangan berikutnya. Jika ingin
mengembangkan perangkat pembelajaran berupa modul ajar, maka pada tahap
inilah perancangan modul ajar tersebut dilakukan.
c) Development (Pengembangan), tahapan untuk memberikan validasi suatu
produk yang sudah dirancang atau didesain (modul ajar) pada tahap
sebelumnya, kemudian produk tersebut direalisasikan menjadi produk yang
dapat digunakan.
d) Implementation (Implementasi) adalah tahapan dimana produk (modul ajar)
yang telah divalidasi pada tahapan sebelumnya, kemudian akan diterapkan
pada target yang telah ditetapkan (sekolah). Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan umpan balik dari responden (peserta didik). Penerapan mengacu
pada prosedur dari produk yang telah dibuat. Setelah hasil dari tahapan ini
didapatkan, maka akan menuju tahap selanjutnya.
e) Evaluation (Evaluasi), tahap ini merupakan tahapan penilaian untuk peneliti,
dengan mengetahui hasil dari penerapan produk (modul ajar) yang telah
diterapkan ke pihak responden (peserta didik) (Maydiantoro, 2019).
Pada penelitian ini akan menggunakan model ADDIE, model ini dipilihan
karena peneliti melihat kepraktisan dan kecocokan dalam mengaplikasian model
ke dalam penelitian yang akan dilakukan.

10
2. Kurikulum Merdeka
Kurikulum merdeka diciptakan sebagai upaya untuk memberikan
permulihan terhadap aktivitas pembelajaran yang terdampak akibat adanya
pandemi COVID-19, yang mengakibatkan kondisi pendidikan sedikit terhambat
oleh karananya kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi
(Kemdikbudristek) memberikan usulan untuk menciptakan kurikulum merdeka
(Nugraha, 2022). Kurikulum merdeka ini bertujuan untuk menjadikan sarana
pendidikan yang dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan
dapat menekankan pendidikan pada pengembangan keterampilan dan kreatifitas,
sehingga akan dapat mendorong kualitas pendidikan dan pemulihan dari krisis
pembelajaran yang telah dialami (Asbari, 2023).
Dengan demikian, diciptakannya kurikulum merdeka akan memberikan
dampak yang lebih baik untuk keadaan pembelajaran. Dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan, terdapat kelebihan-kelebihan pada penerapan kurikulum
merdeka jika dibandingkan dengan kurikulum 2013, diantanya:
a) Kurikulum lebih sederhana, namun memiliki makna yang mendalam dalam
setiap aspek penerapannya.
b) Lebih berfokus pada pengetahuan esensial dan perkembangan terhadap peserta
didik berdasarkan pada tahapan dan proses.
c) Pembelajaran yang lebih bermakna, tidak terburu-buru dan dapat menjadi
pembelajaran yang lebih menyenangkan.
d) Peserta didik lebih merdeka, dengan dapat memilih mata pelajaran yang
disenangi.
e) Bagi guru, dapat memberikan penilaian menyesuaikan pada jenjang capaian
dan perkembangan peserta didik (Ramadhan, et al., 2023).
Peneliti akan melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Mandastana. Di
sekolah tersebut sudah menerapakan kurikulum merdeka dalam tuntutan
kurikulum yang digunakan.

3. Modul Ajar
Modul ajar menurut Hamdani, 2011 merupakan sarana yang digunakan
dalam pembelajaran yang sistematis, yang berisikan materi ajar, metode

11
pembelajaran, tujuan pembelajaran yang mengacu pada kompetensi dasar atau
indikator capaian kompetensi, rancangan kegiatan belajar serta petunjuk untuk
dapat belajar mandiri dan memberikan kesempatan bagi peserta didik agar dapat
menguji diri sendiri dengan LKPD yang ada dalam modul tersebut (Al Azka, et
al., 2019). Modul ajar dibuat dengan tujuan untuk dapat mempermudah proses
pembelajaran dengan memberikan penyampaian yang lebih efektif dan efisien
serta dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi, rujukan belajar dan mengatasi
kertabatasan ruang dan waktu. Oleh karenanya modul ajar sangat dapat membantu
sekolah untuk mewujudkan pembelajaran yang lebih berkualitas karena dapat
digunakan sebagai bahan ajar yang dapat dipelajari dengan mudah secara mandiri
oleh peserta didik (Sari, et al., 2019).
Tujuan dikembangkannya modul ajar adalah untuk memberikan berbagai
macam perangkat pembelajaran untuk pendidik agar dapat diterapkan dalam
proses pembelajaran di dalam kelas baik tertutup maupun terbuka (Octaviani,
2023). Dengan ini pendidik diharapkan dapat menggunakan keterbaharuan dari
modul yang akan diajukan sebagai upaya untuk dapat meningkatkan kualitas hasil
belajar peserta didik. Sebelum akan dilakukannnya pengembangan terhadap
modul ajar, maka tentu terlebih dahulu mengetahui komponen-komponen dari
modul ajar yang akan dikembangkan.
Komponen-komponen dari modul ajar terdiri dari (a) informasi umum, (b)
komponen inti, dan (c) lampiran. Pada bagian (a) informasi umum, akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Identitas modul, memberikan informasi tentang nama penyusun, institusi,
tahun dibuatnya modul, jenjang sekolah, kelas dan alokasi waktu yang berlaku
sesuai dengan jam pelajaran unit kerja masing-masing pendidik.
b. Kompetensi awal, adalah kemampuan atau pengetahuan peserta didik yang
harus dimiliki sebelum mendapatkan perlakuan pembelajaran.
c. Profil pelajar pancasila, merupakan tujuan akhir dari proses pembelajaran
yang akan mencerminkan nilai-nilai karakter pada peserta didik dalam
membentuk nilai-nilai yang terkandung dalam profil pelajar pancasila. Dalam
penerapannya nilai dari profil pelajar pancasila tidak harus dapat diterapkan

12
kesemua materi pembelajaran, cukup dengan memilih minimal satu dari nilai
profil pancasila tersebut yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
d. Sarana dan prasarana, sangat penting untuk diperhatikan karena menjadi
fasilitas yang akan menunjang baik buruknya kegiatan pembelajaran. Sarana
biasanya diartikan sebagai alat dan bahan yang digunakan sewaktu kegiatan
pembelajaran berlangsung, dan prasarana merupakan isi dari kegiatan
pembelajaran yang akan diterapkan ke peserta didik berupa materi dan bahan
ajar yang baik dengen menyesuaikan keadaan yang sedang berlaku.
e. Target peserta didik, peserta didik yang menjadi target diantaranya ada 3 jenis,
yaitu (1) peserta didik regular, yaitu peserta didik dengan tingkat tidak
mengalami kesulitan dalam mencerna pembelajaran. (2) peserta didik dengan
kesulitan belajar, yaitu hanya memiliki satu gaya belajar, sulit dalam
memahami bahasa dan materi ajar, kurang percaya diri dan bahkan kurang
berkonsentrasi jangka panjang. (3) peserta didik dengan pencapaian tinggi,
yaitu dapat memahami dengan cepat pembelajaran yang diperoleh dan mampu
memcapai keterampilan berpikir tingkat atas (HOTS) dan mempunyai
keterampilan memimpin.
f. Model pembelajaran, adalah kerangka pembelajaran yang dirancang secara
sistematis untuk memberikan gambaran keterlasanaannya pembelajaran.
Adapun untuk (b) komponen inti dari bagian komponen modul ajar dalam
pembelajaran, diantaranya:
a. Tujuan pembelajaran, dengan tujuan pembelajaran maka akan menentukan
kegiatan belajar, sumber daya yang akan digunakan, kesesuaian dengan
keberagaman peserta didik dan metode asesmen yang digunakan. Tujuan
pembelajaran tebagi menjadi beberapa bentuk, yaitu (1) pengetahuan berupa
fakta dan informasi, (2) pengetahuan prosedural, (3) pemahaman konseptual,
(4) pemikiran dan penalaran keterampilan, (5) kolaboratif dan (6) strategi
komunikasi.
b. Pemahaman bermakna, dalam pembelajaran peserta didik akan mendapatkan
informasi yang bermanfaat yang dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari.

13
c. Pertanyaan pemantik, adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada
peserta didik dalam rangka untuk menumbuhkan rasa keingintahuan dan
meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik.
d. Kegiatan pembelajaran, adalah langkah-langkah pembelajaran yang dijalankan
yang meyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan menyesuaikan dari
durasi waktu yang telah ditetapkan.
e. Asesmen, guna untuk mengukur hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan,
bisa juga dilakukan untuk mengukur pengetahuan awal peserta didik.
f. Pengayaan dan remedial, pengayaan merupakan pemberian pembelajaran yang
lebih tinggi bagi peserta didik yang telah dinyatakan mampu untuk
menerimanya agar dapat meningkatkan potensialnya secara optimal. Remedial
merupakan kegiatan yang diberikan kepada peserta didik yang masih
memerlukan bimbingan pendidik dalam memahami materi atau pengulangan
pembelajaran.
Komponen yang terakhir yaitu (c) lampiran, berisikan tentang (1) lembar
kerja peserta didik (LKPD), adalah lembar kerja yang diberikan untuk peserta
didik guna untuk memberikan pendalaman materi pada saat atau terakhir kegiatan
pembelajaran. (2) glosarium, merupakan suatu istilah-istilah yang digunakan
dilengkapi dengan definisi dan artinya. (3) daftar Pustaka, merujuk pada daftar
referensi yang digunakan dalam mengambil sebuah pernyataan dalam
pengembangan modul ajar.
Setelah mengetahui komponen-komponen yang terdapat pada modul ajar,
pendidik juga harus mengetahui prinsip dan kriteria dari penyusunan modul ajar
tersebut. Untuk melakukan penyusunan modul ajar, maka yang perlu diperhatikan
adalah (1) karakteristik, kompetensi dan minat peserta didik disetiap fase, (2)
perbedaan tingkat pemahaman dan variasi jarak (gap) antar tingkat kompetensi
peserta didik, (3) melihat dari sudut pandang peserta didik, bahwa peserta didik
mengalami keunikan masing-masing, (4) Keseimbangan antara intelektual, sosial
dan personal, (5) tingkat kematangan peserta didik. Adapun kriteria yang harus
dimiliki modul ajar adalah (1) esensial, yaitu setiap mata pelajar melalui
pengalaman belajar dan lintas disiplin ilmu, (2) menarik, bermakna, dan

14
menantang, menumbuhkan minat untuk belajar dan melibatkan peserta didik
secara aktif dalam proses belajar. Berhubungan dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimiliki sebelumnya, sehingga tidak terlalu kompleks, namun
juga tidak terlalu mudah untuk tahap usianya, (3) relevan dan kontekstual, berarti
harus menyesuaikan dengan keadaan sebenarnya, dan (4) berkesinambungan
yakni berkaitan dengan alur kegiatan pembelajaran sesuai dengan fase belajar
peserta didik.
Dengan demikian, langakah-langkah dalam pembuatan modul ajar dalam
kurikulum merdeka adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis peserta didik, pendidik dan satuan pendidikan tentang kondisi
dan kebutuhan. Pada tahapan ini pendidik akan melakukan identifikasi
terhadapa permasalah yang ada pada pembelajaran, menganalisisi kebutuhan
dan kondisi peserta didik, sehingga modul ajar yang dibuat akan
menyesuaikan dengan permasalahan yang tengah dihadapi.
2. Memberikan diagnostic assessment kepada peserta didik tentang kondisi dan
kebutuhan pada pembelajaran untuk mengetahui kesiapan peserta didik
sebelum melakukan pembelajaran.
3. Melakukan identifikasi dan menentukan entitas profil pelajar Pancasila yang
akan dicapai.
4. Mengembangkan modul ajar yang bersumber dari alur tujuan pembelajaran,
pada tahapan ini pada dasarnya untuk mengembangakan materi.
5. Mendesain jenis, teknik, instrument asesmen yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran. Tahap ini pendidik dapat menentukan instrumen yang
digunakan pada asesmen yang berfokus pada tiga instrumen asesmen nasional
yaitu, asesmen kompetensi minimum, survey karakter dan survey lingkungan
belajar.
6. Modul ajar disusun berdasarkan komponen-komponen yang sudah
direncanakan.
7. Menentukan beberapa komponen secara bermakna yang mana berhubungan
dengan kebutuhan pembelajaran. Komponen yang dapat digunakan
dihubungkan dengan kebutuhan peserta didik pada pembelajaran.

15
8. Komponen esensial yang diutarakan pada kegiatan pembelajaran.
9. Modul siap digunakan.
10. Evaluasi modul (Utami, 2022).

4. Model Project-Based Learning (PjBL)


Menurut NYC Departement of Education (2009), Project-Based Learning
merupakan penerapan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik dengan
membangun pengetahuan seacara mandiri dan dapat mendomonstrasikan
pemahaman baru yang diperoleh dengan bermacam-macam bentuk representasi
(Erlinawati, et al., 2019). Dalam penerapannya pendidik akan menjadi fasilitator
dan pengelola pembelajaran proyek. Peserta didik dituntut untuk dapat berperan
aktif dalam proses pembelajaran, dan akan dihadapkan dengan permasalahan-
permasalahan yang nyata untuk serta dapat bekerja secara individu maupun
berkelompok dan akan dilakukan dalam jangka waktu tertentu (Kanza, et al.,
2020). Masalah utama pada PjBL merupakan masalah kehidupan nyata dan
bersifat terbuka, yang mana berarti masalah tersebut harus bisa dipecahkan secara
praktis dan tidak terstruktur.
Penggunakan model Pembelajaranan PjBL akan berpotensi lebih besar
untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi
peserta didik. PjBL sendiri memiliki beberapa karakteristik, yaitu: (1) peserta
didik membuat keputusan dan membuat kerangka kerja, (2) adanya masalah yang
solusinya tidak ditemukan sebelumnya, (3) peserta didik merancang proses untuk
mencapai hasil, (4) peserta didik bertanggung jawab untuk mendapatkan dan
mengelola informasi yang sudah dikumpulkan, (5) peserta didik melakukan
evaluasi secara berlanjut, (6) peserta didik secara teratur melihat kembali apa yang
peserta didik kerjakan, dan (7) hasil akhir pembelajaran berupa produk dan
kualitasnya di evaluasi. Tujuan dari model pembelajaran PjBL untuk memberikan
kemampuan terhadap peserta didik untuk dapat memperoleh pembelajaran dan
pengetahuan yang lebih efisien (Paradina, et al., 2019).
Adapun sintaks dari penerapan model pembelajaran PjBL ini, sebagai
berikut.

16
Tabel 1. Sintaks Project-Based Learning (PjBL)

Sintaks Kegiatan Pendidik Aktivitas Peserta Didik


Penentuan proyek Membuat kesepakatan Memilih topik yang akan
untuk topik pembuatan dibahas untuk kegiatan
proyek yang dikerjakan. proyek yang akan
dikerjakan.
Menyusun perencanaan Mengamati dan Merancang langkah-
dan langkah-langkah mengawasi setiap langkah yang akan
penyelesaian proyek aktivitas dari peserta dilakukan dalam
didik saat pembelajaran kegiatan proyek yang
berlangsung. akan dikerjakan.
Penyusunan jadwal Memberikan Menyusun jadwal dari
pelaksanaan proyek pendampingan kepada rancangan kegiatan yang
peserta didik dalam akan dilakukan.
penyusunan jadwal
kegiatan yang akan
dilakukan.
Penyelesaian laporan Memfasilitasi dan Mengerjakan proyek
proyek dengan memantau peserta didik yang akan dibuat.
monitoring guru. dalam pelaksanaan Membuat laporan hasil
rancangan proyek yang kegaiatan untuk
dibuat. dipresentasikan.
Penyusunan laporan dan Memfasilitasi peserta Mempresentasikan
presentasi/publikasi hasil didik untuk dapat laporan yang telah
projek. Evaluasi proses mempresentasikan hasil dibuat, peserta didik
dan hasil projek. karya yang telah dibuat, yang lain diminta untuk
kemudian memberikan memberikan tanggapan.
tanggapan, evaluasi.
(Banawi, 2019)

5. Keterampilan Pemecahan Masalah


Keterampilan pemecahan masalah merupakan tujuan utama dalam
pembelajaran karena pemecahan masalah merupakan aktivitas kognitif yang
terlibat dalam proses belajar dan keterampilan ini terkait dengan aspek
pengetahuan, keterampilan berpikir, dan kemampuan bernalar. Keterampilan
pemecahan masalah pada dasarnya mencakup kemampuan seseorang untuk
menggunakan pemprosesan kognitif guna memahami dan menyelesaikan suatu
masalah, bahkan ketika metodenya belum jelas (Saputri, et al., 2021).
Keterampilan pemecahan masalah menjadi esensial di era abad ke-21.
Evaluasi keterampilan pemecahan masalah pada peserta didik bertujuan untuk

17
mengukur kesiapan mereka menghadapi tantangan zaman ini. Keterampilan ini
menjadi kunci dalam menciptakan solusi inovatif untuk mengatasi permasalahan
global, baik yang ada saat ini maupun yang mungkin muncul di masa depan
(Wati, et al., 2021). Dalam keterampilan ini masalah yang diberikan kepada
peserta didik merupakan masalah nyata, sehingga akan mampu melatihkan
keterampilan abad 21.
Dalam proses pemecahan masalah, menurut Heller, melibatkan lima tahap
esensial yang perlu diikuti:
a) Visualize the problem (memfokuskan masalah/memvisualisasikan masalah)
Peserta didik akan diberikan permasalahan berupa masalah kejadian nyata,
disajikan baik berupa cerita tanpa gambar.
b) Describe the problem in physics description (mendeskripsikan suatu masalah)
Setelah peserta didik mendapatkan permasalahan yang diberikan,
kemudian peserta didik diarahkan untuk dapat mendeskripsikan atau
menggambarkan permasalahan yang terjadi berupa rancangan konsep yang telah
dipelajari.
c) plan the solution (merencanakan solusi)
Selanjutnya peserta didik diminta untuk dapat membuat rancangan solusi
dari permasalahan yang telah ditemukan sebelumnya.
d) execute the plan (melaksanakan rencana)
Pada tahap ini, rancangan yang telah dibuat kemudian direaliasasikan
untuk uji coba dari solusi oleh peserta didik.
e) chek and evaluate (memeriksa dan mengevaluasi)
Melakukan pemerikasaan ulang dan evaluasi untuk memastikan kebenaran
dari hal-hal yang telah dilakukan dan konsistensi dari semua yang telah dilalui
(Ratnaningdyah, 2017).
Adapun implementasi kegiatan yang akan dilakukan pada keterampilan
pemecahan masalah peserta didik dengan model project-based learning sebagai
berikut:

18
Tabel 2. Implementasi keterampilan pemecahan masalah dengan model PjBL

Sintaks PjBL Keterampilan Pemecahan Masalah


Penentuan proyek Memfokuskan permasalahan, mendeskripsikan
masalah yang akan diselesaikan.
Menyusun perencanaan Merencakan solusi dari permasalahan yang sudah
dan langkah-langkah ditetukan.
penyelesaian proyek
Penyusunan jadwal Merencakan solusi dari permasalahan yang sudah
pelaksanaan proyek ditetukan.
Penyelesaian laporan Melaksanakan solusi yang telah dibuat.
proyek dengan
monitoring guru.
Penyusunan laporan dan Memeriksa dan mengevaluasi untuk dapat
presentasi/publikasi hasil memastikan kebenaran yang telah dilakukan.
projek. Evaluasi proses
dan hasil projek.

6. Karakteristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik merujuk pada sifat-sifat kualitatif dari setiap
individu dalam konteks pendidikan. Hal ini melibatkan sejumlah aspek seperti
kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata
pelajaran, pengalaman, keterampilan, psikomotorik, kemampuan kerjasama, dan
keterampilan sosial (Taufik, 2019). Peserta didik memiliki karakteristik yang khas
jika ditinjau dari perkembangan kognitifnya. Jean Piaget dalam Jufri (2017)
membagi perkembangan kognitif menjadi empat tahapan seperti berikut.

Tabel 3. Tahapan perkembangan kognitif peserta didik

Tahapan Usia Kemampuan


Sensori-motor 0 – 2 tahun Anak memiliki dorongan untuk
mengeksplorasi dirinya sendiri dan
objek di lingkungan sekitarnya melalui
tangkapan indera dan aktivitas motorik.

19
Pra-operasional 2 – 7 tahun Anak mulai memahami realitas di
sekitarnya serta bisa membedakan objek
maupun simbol, cara berpikir kurang
sistematis, dan memandang dunia
berdasarkan keinginannya.
Operasional konkrit 7 – 11 tahun Anak mampu berpikir secara logis pada
ruang lingkup yang terbatas dan
konkrit, pemikiran terkesan lebih
objektif, serta dapat menyelesaikan
permasalahan sederhana dengan
bantuan objek fisik.
Operasional formal > 11 tahun Anak sudah mampu menggunakan
pikirannya untuk memahami sesuatu
yang bersifat abstrak dan memanfaatkan
nalarnya dalam membuat kesimpulan
yang logis.

Karakteristik peserta didik merupakan atribut yang mencerminkan kualitas


individu secara umum, melibatkan aspek-aspek seperti kemampuan akademik,
usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman,
keterampilan, psikomotorik, kerjasama, dan kemampuan sosial (Hanifa, et al.,
2020). Peserta didik yang menjadi subjek penelitian ini yaitu peserta didik kelas
XI-E SMA Negeri 1 Mandastana dengan karakteristik usia berada di 14-17 tahun.
Dalam teori perkembangan kognitif oleh Piaget, individu pada rentang usia 14-17
tahun dianggap berada dalam tahap operasional formal. Pada tahap ini, peserta
didik telah mampu terlibat dengan peristiwa-peristiwa abstrak, mampu berpikir
secara abstrak, dan dapat menyelesaikan masalah melalui pengujian dengan
mempertimbangkan beberapa alternatif yang ada (Amelia, 2022). Dengan hal ini,
maka peserta didik yang akan dijadikan objek penelitian dapat dikatakan mampu
untuk diterapkan pembelajaran dengan metode project-based learning dengan
melatihkan keterampilan pemecahan masalah.

7. Penelitian Relevan
a) Penelitian yang telah dilakukan oleh (Widiyanto, 2021) menyatakan bahwa
modul berbasis project yang dikembangkan dinyatakan valid dengan
persentase sebesar 83,5%, dan praktis dengan mendapatkan persentase sebesar
88% jika ditinjau dari kepraktisan modul dengan hasil uji rata-rata N-Gain

20
yang diperoleh untuk keterampilan pemecahan masalah peserta didik sebesar
0,54 yang termasuk dalam kategori sedang, sehingga dapat dikatakan efektif
untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik.
b) Berdasarkan penelitian dari (Lolanessa, et al., 2020) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model pembelajaran
project-based learning untuk melatihkan keterampilan pemecahan masalah
peserta didik, dengan skor 16,3 pada hasil pretest yang mengalami
peningkatan menjadi 67,9. Dengan didapatkan hasil analisis menggunakan N-
Gain dengan nilai rata-rata sebesar 0,62 dengan kategori sedang yang
menandakan bahwa adanya peningkatan untuk keterampilan pemecahan
masalah peserta didik.
c) Penelitian yang dilakukan oleh (Makrufi, et al., 2018) tentang perbandingan
model belajar konvensional dengan project-based learning memperoleh
kesimpulan dengan persentase bahwa terdapat peningkatan keterampilan
pemecahan masalah peserta didik dari model pembelajaran yang diterapkan
yaitu project-based learning adalah 64%, jika dibandingkan dengan model
konvensional yang persentasenya hanya 41%.

21
8. Kerangka Berpikir

Guru:
Peserta didik:
1. Modul ajar yang Peserta didik:
digunakan belum sesuai 5. Sering mengantuk
1. Sering kegiatan
saat mengantuk
dengan tuntutan kurikulum
2. Gaya belajar yang pembelajaran kegiatan
saat
Masalah pembelajaran
digunakan masih sedang berlangsung.
sedang
6. Kurang aktif saat
menggunakan model berlangsung.
konvensional. kegiatan
2. Kurang aktif saat
berlangsung.
3. Keterampilan- kegiatankesulitan
keterampilan abad 21 yang 7. Masih
dalamberlangsung.
belum pernah dilatihkan 3. Masih kesulitan
dalam pembelajaran. menyelesaikan
dalam
permasalahan-
menyelesaikan
permasalahan yang
permasalahan-
kompleks.
permasalahan
8. Rendahnya yang
hasil
kompleks. yang
belajar
4. Rendahnya
didapat. hasil
belajar yang
didapat.
Solusi
Solusi

Penelitian dengan mengembangkan modul


ajar berbasis model project-based learning
untuk melatihkan keterampilan pemecahan
masalah peserta didik pada materi fluida
statis dengan model pengembangan ADDIE

Modul ajar yang dikembangakan dengan


model project-based learning diharapkan
Hasil yang dapat melatihkan keterampilan
diharapkan pemecahan masalah peserta didik pada
materi fluida statis.

22
D. METODE PENELITIAN
1. Model Pengembangan
Penelitian dan pengembangan adalah suatu kegiatan yang berupaya untuk
mengembangkan atau menghasilkan suatu produk dan kemudian divalidasi
kebermanfaatannya (Sumarni, 2019). Model penelitian dan pengembangan yang
digunakan pada penelitian ini adalah model ADDIE (Analyze, Design,
Development, Implementation and Evaluation). Berikut diagram dari model
ADDIE.

Gambar 1. Model Pengembangan ADDIE


(Sugihartini & Yudiana, 2018)

Berikut ini penjelasan tentang model penelitian dan pengembangan


ADDIE pada penelitian ini.
a) Analyze (Analisis) adalah tahapan pertama yang dilakukan dalam model ini.
menganalisis keperluan produk (bahan ajar, media, metode, modul) baru untuk
dikembangkan dan menganalisis kelayakan serta syarta-syarat pengembangan
dari produk tersebut. Tahap ini dimana peneliti menganalisis kebutuhan
pengembangan modul ajar pada tujuan pembelajaran dan penyebab dari
permasalahan pembelajaran yang mana sudah diidentifikasi oleh peneliti.
Analisis yang dapat dilakukan adalah dapat berupa analisis kurikulum, analisis
karakteristik peserta didik dan analisis karakteristik modul ajar. Berdasarkan
hasil analisis kurikulum yang digunakan di SMA Negeri 1 Mandastana kelas
XI-E adalah kurikulum Merdeka Belajar. Hasil dari analisis peserta didik di
kelas tersebut, peserta didik berusia rentang 14-17 Tahun, hal ini menurut

23
Teori Piaget tentang tingkat perkembangan kognitifnya pada usia tersebut
termasuk kriteria operasional formal. Maka hal ini, peserta didik sudah
dianggap mampu dalam berpikir kritis dan abstrak dan mampu melakukan
pemecahan masalah meskipun dalam tahap pemecahan masalah yang
sederhana. Karakteristik peserta didik dari hasil observasi awal memperoleh
kemampuan kognitif dalam setiap indikator pemecahan masalah yang
tergolong rendah.
b) Design (Desain) merupakan tahap yang dilakukan secara sistematis dengan
merancang konsep dan konten di dalam suatu produk yang akan
dikembangkan. Tahap ini peneliti akan memilih materi yang sesuai,
merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik dan menyusun tes. Pada
kegiatan menyusun tes, dilandaskan dari tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan. Berikutnya, mempertimbangkan sumber pendukung lainnya yang
berhubungan, lalu secara seluruhnya akan termuat di dalam modul ajar dan
merancang instrumen penelitian yang akan digunakan.
c) Development (Pengembangan), tahapan untuk memberikan validasi suatu
produk yang sudah dirancang atau didesain (modul ajar) pada tahap
sebelumnya, kemudian produk tersebut direalisasikan menjadi produk yang
dapat digunakan. Pada tahap ini akan ada beberapa kegiatan, yaitu
memproduksi dan merevisi modul ajar yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran dan media terbaik yang akan digunakan.
Berikutnya, pada tahap ini juga akan dilaksanakan uji coba dan menjadi bahan
evaluasi. Hasil akhir yang diberikan pada tahap ini adalah modul ajar yang
sudah terstruktur sesuai dengan kompetensi yang berlaku.
d) Implementation (Implementasi) adalah tahapan dimana produk (modul ajar)
yang telah divalidasi pada tahapan sebelumnya, kemudian akan diterapkan
pada target yang telah ditetapkan (sekolah). Hal ini untuk melihat tingkat
kepraktisan dan keefektifan dari produk yang telah dikembangkan. Tahapan
ini akan menjadi solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik.
e) Evaluation (Evaluasi), tahap ini merupakan tahapan penilaian untuk peneliti,
menilai kualitas produk dan proses pengajaran, baik sebelum atau sesudah

24
tahap implementasi. Tahapan ini dilakukan diakhir pada tiap keempat tahapan
sebelumnya. Evaluasi ini juga dikenal dengan evaluasi formatif dengan tujuan
melakukan revisi atau perbaikan dengan secepatnya. Evaluasi tahap terakhir
pada model ADDIE dikenal juga dengan evaluasi sumatif yang bertujuan
memberikan nilai pada program pembelajaran.

2. Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penelitian ini adalah modul ajar dengan berbasis Project-
Based Learning (PjBL) untuk melatihkan keterampilan pemecahana masalah
peserta didik. Pada modul ajar ini memuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), materi ajar, LKPD dan THB. Objek dari penelitian ini adalah kelayakan
dari modul ajar berbasis Project-Based Learning (PjBL) untuk melatihkan
keterampilan pemecahan masalah peserta didik, yang ditinjau dari validitas,
kepraktisan, dan efektivitas. Subjek uji coba penelitian ini adalah peserta didik
kelas XI-E SMA Negeri 1 Mandastana dengan jumlah 35 orang.

3. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan april 2024 yang dimulai dari tahap
persiapan hingga tahapan pelaksanaan pengembangan modul ajar. Dilaksanakan
di SMA Negeri 1 Mandastana yang beralamatkan di Jl. Tabing Rimbah KM. 4,
Bangkit Baru, Kec. Mandastana, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan
70581.

4. Definisi Operasional Karakteristik yang Diamati


a) Kelayakan modul ajar yang dikembangkan merupakan tingkat kemungkinan
modul ajar dapat digunakan pada proses pembelajaran. Kelayakan modul ajar
ditinjau dari validitas, kepraktisan, efektivitas, dan peningkatan kemampuan
pemecahan masalah peserta didik.
b) Validitas modul ajar adalah tingkat kesesuaian antara modul ajar yang
dikembangkan dengan tujuan penyusunan dan kurikulum, dilandaskan atas
penilaian oleh praktisi dan akademisi menggunakan lembar validasi, dan
dinyatakan dalam kategori sangat baik, baik, cukup, kurang dan tidak baik.

25
c) Kepraktisan modul ajar adalah tingkat kemudahan, manfaat dan efisiensi pada
pelaksanaan pembelajaran menggunakan modul ajar yang telah
dikembangkan, yang mana didasarkan pada penilaian oleh pengamat
menggunakan lembar keterlaksanaan modul ajar, dan dinyatakan dalam
kategori sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik dan sangat tidak baik.
Bahan ajar dapat dikatakan praktis minimal terkategori baik.
d) Efektivitas modul ajar diartikan sebagai keberhasilan tercapainya tujuan
pembelajaran dengan modul ajar yang dikembangkan. Efektivitas modul ajar
diukur dengan menggunakan tes hasil belajar berupa pretest dan posttest dan
dinyatakan dalam bentuk N-Gain dan dinyatakan dalam kategori tinggi,
sedang, dan rendah.
e) Pencapaian keterampilan pemecahan masalah adalah peningkatan
keterampilan pemecahan masalah yang dinilai dari tes hasil belajar yang
terdapat indikator-indikator pemecahan masalah. Tingkat keterampilan
pemecahan masalah peserta didik per indikator dikategorikan menjadi, sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah.

5. Desain Uji Coba Produk


Uji coba produk yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan metode
one-group pretest-posttest karena penelitian hanya dilakukan pada satu kelas.
Pengukuran dilakukan di awal (pre-test) sebelum adanya perlakukan dan di akhir
(post-test) dimana setelah adanya perlakuan. Agar hasil perlakuan dapat diketahui
lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum dan sesudah.

Tabel 4. Desain Uji Coba Produk


Pre-Test Variabel Terikat Post-Test
O1 X O2

Keterangan:
O1 = Pre-test (tes awal sebelum diterapkan pembelajaran dengan modul ajar
berbasis PjBL)

26
O2 = Post-test (Tes akhir setelah diterapkan pembelajaran dengan modul ajar
berbasis PjBL)
X = Perlakukan (Penerapan modul ajar berbasis PjBL).
Desain uji coba ini tidak ada kelas kontrol dan sampel tidak dipilih secara
acak (Afifah, et al., 2020). Uji N-Gain pada data pre-test dan post-test dalam
keadaan normal.

6. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian pengembangan ini adalah:
a) Instrumen Validitas Modul Ajar
Instrument validitas modul ajar merupakan lembar validasi yang digunakan untuk
memberikan validasi terhadap produk penelitian oleh seorang validator. Lembar
tersebut digunakan untuk mengukur tingkat ketepatan modul yang dikembangkan.
Instrumen validasi modul ajar terdiri dari instrumen validasi RPP, instrumen
validasi bahan ajar, instrumen validasi LKPD dan instrumen validasi tes hasil
belajar. Validasi dilakukan oleh 3 validator, yaitu para ahli yang terdiri dari dua
orang validator akademisi dan satu orang validator praktisi.
b) Instrumen Kepraktisan Modul Ajar
Kepraktisan modul ajar diukur dengan lembaran keterlaksanaan RPP terhadap
bahan ajar yang telah dikembangkan. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran akan
mengguanakan model pembelajaran Project-Based Learning yang diamati oleh
tiga orang pengamat yang akan memberikan penilaian berupa skor tiap kali
pertemuan, dan mengacu pada prosedur penilaian yang ada.
c) Instrumen Efektivitas Modul Ajar
Efektivitas modul ajar diukur menggunakan tes hasil belajar pada materi fluida
statis. Efektivitas modul ajar merupakan tingkat kesesuaian hasil belajar peserta
didik dengan tujuan pembelajaran yang telah diperoleh dari hasil belajar pre-test
dan post-test yang akan dihitung menggunakan rumus N-Gain. Modul ajar akan
dinyatakan efektif jika N-Gain minimal memiliki kategori sedang.
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah:
a) Validitas

27
Validitas modul ajar yang dikembangkan dimana terdiri dari bahan ajar,
LKPD dan THB. Validitas dilakukan untuk melihat apakah modul ajar yang
dikembangkan mampu mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Data
validitas modul ajar diperoleh dari hasil penilaian oleh validator ahli dan validator
praktisi. Hasil dari validitas kemudian diuji reliabilitasnya.
b) Observasi
Observasi dilaksanakan untuk melihat keterlaksanaan langkah-langkah
pada modul ajar. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat menggunakan
lembar keterlaksanaan modul ajar yang telah disediakan dan kemudian hasil yang
diperoleh diuji kepraktisannya. Observasi akan dilakukan pada setiap pertemuan
tatap muka selama proses pembelajaran berlangsung.
c) Tes
Tes yang dilakukan merupakan tes hasil belajar yang merujuk pada
indikator keterampilan pemecahan masalah, dilakukan untuk mengukur hasil
belajar peserta didik yang dilakukan sebelum menggunakan modul ajar yang
dikembangkan (pre-test) dan setelah menggunakan bahan ajar yang
dikembangkan (post-test) kemudian diketahui nilai N-Gain. Tes yang digunakan
berbentuk essay. Tes hasil belajar yang digunakan sebelumnya telah divalidasi
oleh validator dan diuji keefektifannya.
d) Keterampilan pemecahan masalah
Penilaian keterampilan pemecahan masalah dilihat dari beberapa aspek,
diantaranya pada saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan model
project-based learning dan setelah selesai kegiatan pembelajaran dengan melihat
hasil belajar (post-test) yang telah dikerjakan peserta didik, yang kemudian akan
dibandingkan dengan hasil belajar sebelum diterapkan model pembelajaran
project-based learning. Keterampilan pemecahan masalah yang digunakan pada
penelitian ini adalah keterampilan pemecahan masalah menurut Heller.
Keterampilan pemecahan masalah menurut Heller terbagi menjadi beberapa
indikator yakni memfokuskan masalah/memvisualisasikan masalah,
mendeskripsikan suatu masalah, merencanakan solusi, melaksanakan rencana,
memeriksa dan mengevaluasi.

28
29
8. Teknik Analisis Data
a) Validitas Modul Ajar Berbasis Project-Based Learning
Validitas modul ajar dinilai berdasarkan skor rata-rata penilaian validator
yang diperoleh dari instrumen penilaian modul ajar, kemudian dikategorisasikan
berdasarkan pendoman berikut.
Total skor dari kedua validator
Skor Validasi Perangkat = (1)
Jumlah validator

Tabel 5. Kategori Skor Validasi Modul Ajar


No. Rata-rata Skor ( x ) Kategori
1 3,2 < x ≤ 4,0 Sangat baik
2 2,4 < x ≤ 3,2 Baik
3 1,6 < x ≤ 2,4 Kurang baik
4 0,8 < x ≤ 1,6 Tidak baik
5 0,0 < x ≤ 0,8 Sangat tidak baik
(Widoyoko, 2016)

Selain itu, bahan ajar juga diuji reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat
keajegannya. Reliabilitas modul ajar dihitung dengan menggunakan percentage
agreement (persentase kecocokan) antar ketiga validator. Untuk menentukan
percentage agreement digunakan rumus sebagai berikut:

Percentage of agreement = 1− ( A−B


A+ B )
x 100% (2)

Keterangan:
A= Frekuensi terbesar
B= Frekuensi terkecil
Insturmen penilaian perangkat pembelajaran akan reliable jika nilai percentage
agreement ≥ 75%.
b) Kepraktisan Modul Ajar berbasis Project-Based Learning
Keperaktitas modul ajar berbasis PjBL dapat ditinjau dari pengamatan
keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar berlangsung yang diamati oleh tiga
pengamat berisi langkah-langkah yang harus dilakukan pendidik, data diperoleh
ketiga pengamat yang memberikan penilaian skor pada tiap kali pertemuan dan

30
berdasarkan petunjuk penilaian yang ada. Kriteria persentase keterlaksanaan
modul ajar diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Skor perolehan
Keterlaksanaan keseluruhan = (3)
Skor maksimal

Hasil perhitungan digunakan untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran.


Kriteria keterlaksanaan modul ajar disesuaikan dengan menggunakan kriteria
dibawah ini,

Tabel 6. Kategori Skor Kepraktisan Modul Ajar


No. Rata-rata Skor ( x ) Kategori
1 3,2 < x ≤ 4,0 Sangat baik
2 2,4 < x ≤ 3,2 Baik
3 1,6 < x ≤ 2,4 Kurang baik
4 0,8 < x ≤ 1,6 Tidak baik
5 0,0 < x ≤ 0,8 Sangat tidak baik
(Widoyoko, 2016)

c) Efektivitas Perangkat Pembelajaran


Analisis efektivitas perangkat pembelajaran mampu diukur berdasarkan
peningkatan hasil dari tes hasil belajar peserta didik berupa 𝑝𝑟𝑒-𝑡𝑒𝑠𝑡 dan 𝑝𝑜𝑠𝑡-
𝑡𝑒𝑠𝑡 yang diberikan pada awal dan akhir proses pembelajaran yang merupakan tes
kognitif. Menurut (Hake,1998) menyatakan besarnya peningkatan dihitung
dengan menggunakan rumus 𝑁-𝐺𝑎𝑖𝑛 dengan persamaan dibawah ini:

⟨ S f ⟩− ⟨ Si ⟩
⟨g⟩ = (5)
SM − ⟨ Si ⟩

Keterangan:
⟨ Sf ⟩ = Nilai post-test

⟨ Si ⟩ = Nilai pre-test
SM = Skor maksimum

31
Tabel 7. Kategori N-Gain (g)
Nilai Gain Kriteria
⟨ g ⟩ > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ ⟨ g ⟩ ≤ 0,70 Sedang
⟨ g ⟩ < 0,30 Rendah
(Anggie & Rusly, 2021)

d) Keterampilan Pemecahan Masalah


Hasil yang diperoleh adalah hasil penilaian unjuk kerja/keterampilan
peserta didik saat berlangsungnya kegiatan pembelajaran dengan model project-
based learning dan nilai kognitif dari nilai kemampuan pemecahan masalah
peserta didik yang berupa nilai evaluasi akhir program pembelajaran serta nilai
peserta didik sebelum dan sesudah diberikan model pembelajaran PjBL. Hasil
tersebut diintrerpretasikan ke dalam tabel berikut.

Tabel 8. Indikator penilaian keterampilan pemecahan masalah

No. Indikator Sangat Baik (4) Baik (3) Cukup (2) Tidak Baik
(1)

1 Memfokuskan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


masalah/memvisu mampu mampu cukup tidak dapat
alisasikan memahami memahami memahami memahami
masalah. permasalahan masalah dengan masalah dan masalah dan
dengan benar dan benar, namun tidak dapat tidak dapat
dapat menetukan tidak telalu dapat memberikan memahami
solusi yang akan memberikan solusi. solusi.
diberikan dengan solusi dengan
baik. tepat.

2 Mendeskripsikan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


suatu masalah. mampu mampu cukup tidak dapat
memahami memahami memaham memahami
permasalahan masalah dengan masalah dan masalah dan
dengan benar dan benar, namun tidak dapat tidak dapat

32
dapat menetukan tidak telalu dapat memberikan memahami
solusi yang akan memberikan solusi. solusi.
diberikan dengan solusi dengan
baik. tepat.

3 Merencanakan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


solusi. mampu menyusun mampu menyusun cukup tidak dapat
perencanaan perencanaan kesulitan menyusun
langkah-langkah langkah-langkah dalam langkah-
penyelesaian penyelesaian menyusun langkah
solusi dengan solusi dengan langkah- penyelesaian
baik dan baik namun tidak langkah solusi.
berurutan. berurutan. penyelesaian
solusi.

4 Melaksanakan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik


rencana. dapat dapat cukup tidak dapat
menjalankan menjalankan kesulitan melaksanakan
rencana dari rencana dari dalam langkah-
langkah-langkah langkah-langkah menjalankan langkah
penyelesaian penyelesaian langkah- penyelesaian
solusi yang telah solusi yang telah langkah solusi.
dibuat dengan dibuat dengan penyelesaian
baik dan benar baik namun tidak solusi yang
sesuai urutan. sesuai urutan. telah dibuat.

5 Memeriksa dan Peserta didik Peserta didik Peserta didik Peserta didik
mengevaluasi. mampu mampu cukup tidak dapat
menjelaskan dan menjelaskan dan mampu mempresentasi
memberikan cukup menjelaskan kan dan
evaluasi yang memberikan dan tidak mengevaluasi
sesuai dari evaluasi dari dapat dari rancangan
rancangan yang rancangan yang mengevaluasi yang telah

33
telah dibuat. telah dibuat dari dibuat.
dengan cukup rancangan
baik. yang telah
dibuat.

Total Skor

Dengan total skor dijumlahkan dengan rumus sebagai berikut:

jumlah skor yang diperoleh


Nilai keterampilan siswa = x 100
jumlah skor maksimum

Dengan keterangan sebagai berikut:

 Sangat baik : memperoleh skor (80-100)


 Baik : memperoleh skor 2,80-3,19 (70-79)
 Cukup : memperoleh skor 2,40-2,79 (60-69)
 Tidak Baik : memperoleh skor kurang dari 2,40 (kurang dari 60)

Sedangkan untuk hasil tes post-test dari keterampilan pemecahan masalah


peserta didik akan menggunakan persamaan sebagai berikut, dengan interpretasi
pada tabel 9.

Jumlah skor yang diperoleh


Nilai yang diharapkan = x 100
skor maksimum

Tabel 9. Interpretasi kemampuan pemecahan masalah

No. Nilai Kriteria


1. 80,0-100 Baik Sekali
2. 65-79,9 Baik
3. 55-64,9 Cukup
4. 40-54,9 Kurang
5. 0-39,9 Kurang Sekali
(Hadi & Radiyatul, 2014)

34
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, A. N., Ilmiyati, N., & Toto. (2020). Pengaruh model project based
learning (PjBL) dengan pendekatan STEM terhadap penguasaan konsep
dan keterampilan berpikir kritis siswa. Jurnal Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, 33-40.
Aisyah, Jaenudin, R., & Koryati, D. (2017). Analisis faktor penyebab rendahnya
hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 15
Palembang. Jurnal Profit, 1-10.
Al Azka, H. H., Setyawati, R. D., & Albab, I. U. (2019). Pengembangan modul
pembelajaran. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, 224-236.
Alam, S. (2023, 12 18). Hasil PISA 2022, Refleksi Mutu Pendidikan Nasional
2023.
Amelia, I. N. (2022). Analisis metode pembelajaran daring selama pandemi
covid-19 terhadap perkembangan kognitif anak berdasarkan teori
perkembangan kognitif anak piaget. Jurnal Keislaman, Kemasyarakatan
dan Pendidikan, 1-11.
Andriadi, Fitriani, D., & Suhandri. (2018). Pengembangan modul matematika
berbasis active learning untuk memfasilitasi kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa sekolah menengah pertama. Juornal for Research in
Mathematics Learning, 55-64.
Anggie, B. K., & Rusly, H. (2021). Efektivitas permainan zuper abase berbasis
android sebagai media pembelajaran asam basa. Junal Penelitian
Pendidikan Matematika dan Sains, 92-97.
Asbari, R. A. (2023). Kurikulum merdeka dan keunggulannya dalam penciptaan
perubahan di dunia pendidikan. Jurnal Pendidikan Transformatif, 141-
143.
Ayudha, C. F., & Setyasih, W. (2021). Studi literatur : analisis praktik
pembelajaran fisika di sma untuk melatih keterampilan pemecahan
masalah. Jurnal Pendidikan Fisika Undiksha, 15-28.
Azhari, I. (2021). Penerapan design thinking dalam pendidikan dan
tantangannya. Program Studi Sistem Informasi: Universitas Ahmad
Dahlan.
Azizah, R., Yuliati, R., & Latifah, E. (2015). The physic problem solving
difficulties on high school student. Jurnal Penelitian Fisika dan
Aplikasinya (JPFA), Vol 5 (2).

35
Banawi, A. (2019). Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Sintaks
Discovery/Inquiry Learning, Based Learning, Project Based Learning.
Jurnal Biology Science & Education, 90-100.
Cahyani, H., & Setyawati, R. (2016). Pentingnya peningkatan kemampuan
pemecahan masalah melalui pbl untuk mempersiapkan generasi unggul
menghadapi MEA. eminar Nasional Matematika X Universitas Negeri
Semarang 2016.
Cahyono, A. T., & Joko. (2014). Pengaruh model pembelajaran terhadap hasil
belajar siswa ditinjau dari motivasi berprestasi pada mata pelajaran dasar
dan pengukuran listrik. Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, 381-388.
Elvira. (2021). Faktor penyebab rendahnya kualitas pendidikan dan cara
mengatasi (studi pada: sekolah dasar di desa Tonggolobibi). IQRA: Jurnal
Ilmu Kependidikan dan Keislaman, 93-97.
Erlinawati, C. E., Bektiarso, S., & Maryani. (2019). Model pembelajaran project
based learning bebasis STEM pada pembelajaran fisika. Seminar Nasional
Pendidikan Fisika, 1-4.
Finariyati, Rahman, A. A., & Amalia, Y. (2020). Pengembangan modul
matematika berbasis etniomatematika untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa. MAJU, 89-97.
Fitri, S. F. (2021). Problematika kualitas pendidikan di Indonesia. Jurnal
Pendidikan Tambusai, 1617-1620.
Fitriyani, R. V., Supeno, & Maryani. (2019). Pengaruh LKS kolaboratif pada
model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan pemecahan
masalah peserta fisika siswa SMA. Berkala Ilmiah Pendidikan Fisika, 71-
81.
Hadi, S., & Radiyatul. (2014). Metode pemecahan masalah menurut Polya untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematis
di sekolah menengah pertama. Jurnal Pendidikan Matematika, 53-61.
Hanifa, H., Susanti, S., & Adji, A. S. (2020). Perilaku dan karakteristik peserta
didik berdasarkan tujuan pembelajaran. Jurnal Manajemen dan Ilmu
Pendidikan, 105-117.
Haryati, L. F., & Wangid , M. N. (2023). Pendekatan pembelajaran berbasis
masalah (PBL) untuk meningkatkan keterampilan abad 21. Jurnal
Educhild, 23-28.
Hasanah, I., Sarwanto, & Masykuri, M. (2018). Pengembangan modul suhu dan
kalor berbasis project based learning untuk meningkatkan keterampilan

36
proses sains dan kemampuan berfikir kritis siswa SMA/MA. Jurnal
Pendidikan, 38-44.
Indahsari, P. N., Prihandono, T., & Astutik, S. (2018). Identifikasi kemampuan
pemecahan masalah siswa SMA materi fluida statis berdasarkan taxonomy
of introductory physics problems. Jurnal Pembelajaran Fisika, 278-285.
Jayadi, A., Putri, D. H., & Johan, H. (2020). Identifikasi keterampilan abad 21
pada aspek keterampilan pemecahan masalah siswa SMA kota bengkulu
dalam mata pelajaran fisika. Jural Kumparan Fisika, 25-32.
Jayadiningrat, M. G., & Ati, E. (2018). Peningkatan keterampilan pemecahan
masalah melalui pembelajaran problem based learning (PBL) pada mata
pelajaran kimia. Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, 1-10.
Kanza, N. R., Lesmono, A. D., & Heny, M. W. (2020). Analisis keaktifan belajar
siswa menggunakan model project basel learning dengan pendekatan
STEM pada pembelajaran fisika materi elastisitas di kelas XI MIPA 5
SMA Negeri 2 Jember. Jurnal Pembelajaran Fisika, 71-77.
Kholillah, M. K., Furnamasari, Y. F., & Dewi, D. A. (2022). Peran pendidikan
dalam menghadapi arus globalisasi. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 515-
518.
Kurmawati, S., Apriliyani, M. N., Nugroho, H., Susanti, E., & Oktaviani, U.
(2020). Identifikasi faktor penyebab rendahnya hasil belajar matematika
peserta didik di SMK Negeri 1 Tanjong. Jurnal Riset dan Inovasi
Pendidikan Matematika, 1-6.
Kusumastuti, A., & khoiron, A. M. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif.
Semarang: Lembaga Pendidikan Sukarno Pressindo.
Mahsudi. (2021). Pembelajaran modern: membekali perserta didik keterampilan
abad ke-21. Al-Mudarris:Jurnal Ilmiah Pendidikan Islam, 93-114.
Mardhiyah, R. H., Aldriani, S. N., Chitta, F., & Zulfikar, M. R. (2021).
Pentingnya keterampilan belajar di abad 21 sebagai tuntutan dalam
pengembangan sumber daya manusia. Lectura: Jurnal pendidikan, 29-40.
Maulida, U. (2022). Pengembangan modul ajar berbasis kurikulum merdeka.
Tarbawi, 130-137.
Maydiantoro, A. (2019). Model-model penelitian pengembangan (research and
development). Jurnal Metode Penelitian, 1-8.
Nabillah, T. (2019). Faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Prosiding
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, 660-663.

37
Nasution, A. (2018). Pengembangan modul matematika berbasis masalah untuk
meningkatkan kemampuan keterampilan pemecahan masalah matematika
siswa. Jurnal Pendidikan dan Kependidikan, 47-63.
Nugraha, T. S. (2022). Kurikulum merdeka untuk pemulihan krisis pembelajaran.
Inovasi Kurikulum, 251-262.
Nurhadiyati, A., Rusdinal, & Fitria, Y. (2021). Pengaruh model project based
learning (PjBL) terhadap hasil belajar siswa di sekolah dasar. Jurnal
Basicedu, 327-333.
Octaviani. (2023). Pengembangan modul ajar berbasis PjBL pada materi energi
alternatif untuk melatih keterampilan berfikir kritis peserta didik. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Paradina, D., Connie, & Medriati, R. (2019). Pengaruh model pembelajaran
problem-based learning terhadap hasil belajar siswa di kelas X. Jurnal
Kumparan Fisika, 169-176.
Ramadayanty, M., Sutarno, & Risdianto, E. (2021). Pengembangan E-modul
fisika berbasis multiple representation untuk melatihkan keterampilan
pemecahan masalah. Jurnal Kumparan Fisika, 17-24.
Ramadhan, M. (2021). Metode Penelitian. Surabaya: Cipta Media Nusantara.
Ramadhan, M. A., Ramadhani, D., Pratama, A., Saputra, Y., & Maulana, H.
(2023). Keunggulan dan kelemahan kurikulum merdeka. Jurnal of
Development and Research in Education, 74-81.
Ratnaningdyah, D. (2017). Upaya melatihkan kemampuan pemecahan masalah
melalui pembelajaran fisika dengan model cooperative problem solving
(CPS). Jurnal Ilmu Pendidikan Fisika, 1-3.
Rizaldi, D. R., Jufri, A. W., & Jamaluddin. (2020). PhET: SIMULASI
INTERAKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN FISIKA. Jurnal
Ilmiah Profesi Pendidikan, 10-14.
Rombe, Y. P., Murtihapsari, Alberta, F., Yogaswara, R., & Surbakti, P. S. (2021).
Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) secara online
selama pandemi covid-19. Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha, 67-74.
Salsabilla, I. I., Jannah, E., & Juanda. (2023). Analisis modul ajar berbasis
kurikulum merdeka. Jurnal Literasis dan Pembelajaran Indonesia, 33-41.
Saputra, H. (2021). Pembelajaran berbasis masalah (Problem based learning).
Jurnal Pendidikan Inovasi, 1-9.
Saputri, S. R., Wati, M., & Misbah. (2021). Penggunaan materi ajar elektronik
gerak harmonik sederhana bermuatan authentic learning untuk melatih

38
keterampilan pemecahan masalah: analisis persepsi peserta didik.
Proseding Seminar Nasional Pendidikan IPA, 1-11.
Sari, J. I., Syamswisna, & Yokhebed. (2019). Kelayakan bahan ajar modul pada
materi keanekaragaman hayati kelas X SMA. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran, 1-10.
Sari, R. T., & Angreni, S. (2018). Penerapan model pembelajaran project based
learning (PjBL) dalam upaya meningkatkan kreativitas mahasiswa. Varia
Pendidikan, 79-83.
Setyo, A. A., Fathurrahman, M., & Anwar, Z. (2020). Strategi pembelajaran
problem based learning. Makassar: Yayasan barcode.
Sugihartini, N., & Yudiana, K. (2018). ADDIE sebagai model pengembangan
media instruksional edukatif (MIE) Mata Kuliah Kurikulum dan
Pengajaran. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 277-286.
Sumarni, S. (2019). Model penelitian dan pengembangan. Universitas Negeri
Islam Sunan Kalijaga.
Suncaka, E. (2023). Meninjau permasalahan rendahnya kualitas pendidikan di
Indonesia. Unisan Jurnal: Jurnal Manajemen dan Pendidikan, 36-49.
Supriadi, H. (2016). Peran pendidikan dalam pengembangan diri terhadap
tantangan era globalisasi. Kreatif: Jurnal Ilmiah Prodi Manajemen
Universitas Pamulang, 92-117.
Taufik, A. (2019). Analisis kartakteristik peserta didik. Jurnal Studi Keislaman, 1-
13.
Utami, M. (2022). Mengembangkan modul ajar berbasis kurikulum merdeka.
Jurnal Pemikiran dan Pendidikan, 130-138.
Wahyuni, S., Fatmawati, L., Krismilah, T., & Hartini, S. (202). Peningkatan
keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran tematik daring
melaui model pembelajaran problem based learning (PBL) pada sisawa
kelas VI SD Muhammadiyah Banter. Proseding Pendidikan Profesi Guru,
153-166.
Wati, M., Safiah, & Misbah. (2021). How to train problem-solving skills in
physics using authentic learning. Journal of Physics, 1-7.
Widoyoko. (2016). Penilaian hasil pembelajaran di sekolah. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wijaya, E. Y., Sudjimat, D. A., & Nyoto, A. (2016). Transformasi pendidikan
abad 21 sebagai tuntutan pengembangan sumber daya manusia di era
global. Seminar nasional pendidikan matematika, 263-278.

39
40

Anda mungkin juga menyukai