Anda di halaman 1dari 4

Di sebuah kota bernama Tokimura, Jepang, hidup sebuah mahasiswa bernama Takamuri Genji.

Genji bersekolah di Universitas Kosaki. Dia memiliki dua teman dekat bernama Renki dan Minata.
Mereka dalam kelas SWAT B. Impian mereka untuk menjadi polisi yang terkenal dan berjasa
terhadap negara. Tetapi rasanya tidak mungkin, Genji memiliki kesulitan dalam mengikuti
pelajaran dan nilainya tidak yang terbaik kecuali dalam pelajaran olahraga. Dia adalah yang paling
kuat di pelajaran olahraga, tetapi itu tidak sebanding dengan berapa banyak pelajaran lain yang ia
yakin bahwa dirinya akan gagal dalam pelajaran-pelajaran tersebut.

Suatu hari saat ia sedang mengerjakan PR-nya di balkon kamarnya, ia merasakan sesuatu
berada di sekitarnya dan tiba-tiba sesuatu memasuki badannya seperti ia kehilangan kendali atas
tubuhnya. Ia merasakan seperti dirinya melayang di udara, lalu terdengar beberapa suara aneh
yang tampaknya berasal dari pikirannya. Ia merasa seandai ada yang berada di dalam tubuhnya.
Ia pun pingsan…

“Apakah kamu baik-baik saja?” tanya Ibu.


“Bangunlah nak!”

Lalu, ia pun langsung terbangun.

“Ibu, Dimanakah aku Ibu?” tanya Genji.

“Di rumah sakit, nak,” jawab Ibu.


“Kamu telah berada dalam koma untuk satu minggu.”

“Hah!” jawab Genji.


“Aku ingin pulang, Ibu!”

***
Satu minggu kemudian

Genji telah keluar dari rumah sakit, tetapi ia merasa ada yang aneh tentang dirinya. Salah satu hal
yang berubah tentangnya adalah seperti ia telah bertambah pintar, ia mengerti hal-hal yang ia
belum pernah mempelajari dan ia bertambah sangat kuat hingga ia hampir menghancurkan
dinding di lapangan saat latihan. Suatu malam, ia sedang menggosok giginya dan bersiap-siap
untuk tidur, tiba-tiba ia mendengar sebuah bisikan aneh. Ia keluar dari kamarnya dan ingin
mengatakannya kepada Ibunya. Tetapi saat ia ingin menanyakannya kepada Ibunya, suaranya
berhenti. Ia kembali ke kamarnya dan mendengar sebuah suara.

“Halo! Halo! HaLo! hAlO! HALO!” teriak suara aneh di kepalanya.


“Apa kau mendengarku, JAWAB!”

“A..a...iya,” kata Genji dengan takut.


“Apa yang kau inginkan denganku.”

“Dengar ya, dunia ini ada di dalam tanganmu!” kata suara misterius itu lagi.

“A..ap…apa maksudmu dan siapa kau ini?” tanya Genji dengan menggigil.

“Maaf aku tidak menjelaskan diriku di awal,” kata suara itu.


“Namaku Raiko, aku adalah jiwa dari sebuah pahlawan dahulu kala yang menghancurkan Daeko-
San.”

“Oh, aku pernah mendengar sebuah legenda tentang itu,” kata Genji.

“Dan sekarang anaknya, Haeko-San, akan datang ke bumi untuk membalas dendam ayahnya dan
itulah tugasmu, untuk menghentikan dan menghancurkannya untuk yang terakhir kali!” jelas
Raiko.
“Maksudmu datang ke bumi berarti dia berasal dari luar angkasa ya?” tanya Genji.

“Benar!” jawab Raiko.


“Dia berasal dari Planet Delta dan itulah mengapa kau harus berlatih karena tidak akan mudah
untuk menghancurkannya kali ini, ia telah berlatih bertahun-tahun untuk waktu ini dan karena dia
dari luar angkasa, ia akan membawa senjata yang kuat dan yang kita tidak mengetahui!”

“Ini akan sangat berbahaya!” kata Genji.


“Aku bisa mati! Tetapi demi dunia aku akan melakukannya, tetapi ini akan menjadi sangat sulit,
terutama karena ia dari planet yang tidak diketahui oleh orang bumi dan karena ia mungkin lebih
kuat dan teknologi lebih maju dari kita!”

***
Satu minggu kemudian

Genji telah mulai pergi bersekolah, hidupnya pun berjalan lancar seperti biasa. Ia saja sampai
terlupa tentang Raiko, tetapi ia merasa aneh dan jantungnya berdetak sangat cepat seperti ia
sedang ketakutan. Lalu, ia merasakan seperti ada keberadaan makhluk yang aneh di sekolahnya,
seandai ia merasa aura sebuah monster. Tiba-tiba, ia mendengar sebuah teriakan dari ruang
kepala sekolah. Semuanya panik sehingga langsung mendobrak masuk…

Di dalam ia melihat sebuah monster sedang memakan kepala sekolah, mereka pun mencoba
menyerang monster itu. Genji, tidak langsung membantu menyerang dan dia malah ke toilet dan
sembunyi. Ia pun dengan secepat kilat berubah menjadi sebuah ninja, tubuhnya terasa sedingin
es dan ia pun menggigil. Tetapi mengetahui bahwa kepala sekolah sedang dalam bahaya, ia pun
balik ke ruangan tersebut. Ia terjatuh dari atap sekolah dan menyerang monster itu.

“Siapa dirimu, apa yang kau inginkan!” kata Genji.


“Jangan kau berani menyakitinya.”

“Aku…aku…apa yang aku inginkan, aku ingin makanan!” kata monster itu.
“Aku ingin darahmu, kau akan mati dengannya karena telah mencoba menghancurkan rencanaku,
anak kecil!”

“Apa kau memanggilku, anak kecil!” kata Genji.


“Kau akan menyesal memanggilku itu!”

Raiko mencoba menenangkannya tetapi ia tidak bisa bisa dihentikan, ia terus menusuk tubuh
monster itu dengan pedangnya. Tetapi, monster itu pulih kembali setiap kali Genji menusuknya.

“Genji, hentikanlah!” kata Raiko.


“Ia hanya ingin menghabiskan energimu dan saat kau lelah ia akan menghabisimu.”

Genji tersadar, selama ini ia jatuh dalam perangkap monster itu dan tiba-tiba ia diserang oleh
monster itu. Untungnya monster itu meleset dan mengenai dinding, Genji pun berpikir bagaimana
ia akan mengalahkan monster itu. Lalu, ia teringat saat ibunya memasak dan mematikan apinya
dengan air. Ia berpikir dan sadar bahwa es meleleh menjadi air yang dapat menghilangkan apinya.

Ia pun mendinginkan tubuhnya sampai ia tidak kuat lagi dan melempar pedangnya kepada
monster itu. Awalnya, monster itu tidak mempermasalahkan es itu dan hanya menggunakan
pedang itu balik terhadap Genji, dan Genji selalu menghindari serangannya. Tetapi ia pun
terperangkap di sebuah ujung dinding dan saat ia akan dihabisi. Es itu meleleh tepat di depan
matanya dan monster api itu pun hilang, hanya ada sisahan abu di situ.

Genji pun keluar dari daerah tersebut dan kembali ke baju sekolahnya. Ia pun bergembira
tentang mengalahkan monster api itu, tetapi Raiko mengatakan bahwa itu hal yang biasa dan ia
seharusnya takut karena monster api itu hampir membunuhnya dan itulah mengapa Genji
membutuhkan sangat banyak latihan agar bisa mengalahkan Haeko-san.

“Baiklah, pulang sekolah aku akan pergi ke lapangan untuk latihan,” kata Genji.
“Tidak bisa!” jawab Raiko.
“Jika kau berlatih di tempat umum dan dilihat seseorang, identitasmu akan terbongkar dan
diketahui semua orang di Jepang.”

“Baiklah,” jawab Genji.


“Tetapi, dimanakah aku akan berlatih.”

“Di laboratoriumku,” jawab Raiko.

“Hah, kau memiliki sebuah laboratorium!” kata Genji dengan terkejut.


“Sejak kapan, kau tidak pernah memberitahukan apa pun tentang memiliki sebuah laboratorium
kepadaku.”

“Bel akan segera berbunyi, baliklah ke kelas sekarang daripada nanti kau telat,” kata Raiko.

***
Setelah Sekolah

Genji pun pulang ke rumah dan karena ia tidak ingin membuat ibunya khawatir tentang Raiko, ia
mengatakan bahwa ia akan ke rumah temannya untuk mengerjakan PR bersama. Dengan
petunjuk Raiko, ternyata laboratoriumnya ternyata tepat dibawa rumah Genji. Laboratorium
tersebut terlihat tua dan berdebu dan tanpa dia sadari, kedua temannya, Renki dan Minata, telah
mengikutinya sampai di laboratorium.

“Apa semua ini,” tanya Minata.


“Kau telah menyembunyikan semua ini dari aku dan Renki!”

“Benar,” lanjut Renki.


“Kau melakukan apa di sini dan mengapa kau terus berbicara kepada dirimu sendiri.”

“Baiklah,” jawab Genji.


“Akan aku jelaskan.”

“Sebuah jiwa bernama Raiko telah memasuki tubuhku,” jelas Genji.


“Ia adalah jiwa dari pahlawan dahulu kala yang telah menghancurkan Daeko-san.”

“Kalian seharusnya telah membaca tentang hal itu di sebuah buku di dalam perpustakaan yang
kau pinjam bulan lalu, Minata,” lanjut Genji.

“Iya, benar,” jawab Minata.


“Aku telah membaca buku tentang hal itu.”

“Jadi Raiko adalah jiwanya dan ia memberitahuku bahwa anaknya Haeko-san,” kata Genji.

“Daeko-san dan Haeko-san, hahaha,” ketawa Renki.


“Nama yang sangat mirip, tentu saja mereka ayah dan anak, hahaha.”

“Ini bukan hal untuk diketawakan, Renki!” tegur Genji.


“Dia sangat berbahaya sekali dan dia bisa membunuhmu dengan sekejap karena ia dari luar
angkasa.”

“Oh, gulp,” kata Renki ketakutan.

“Jadi, ia akan ke bumi untuk membalaskan dendam ayahnya dan itu tugas kita untuk
menghentikan dan menghancurkannya untuk yang terakhir kalinya,” lanjut Genji.

“Apakah kami bisa membantumu?” tanya Renki.


“Iya, bertiga kita akan menjadi lebih kuat bersama,” kata Minata.

“Baiklah, aku akan memberi kalian kekuatan juga,” jawab Raiko.

“Yay!” kata Renki.

“Mengapa aku terbang dan tubuhku terasa sedang melayang,” kata Minata.

“Tunggulah beberapa waktu dan itu akan menghilang,” balas Raiko.

Tiba-tiba, sebuah badak terbuat dari baja turun dan melubangi atap laboratorium mereka.
Sementara Renki dan Minata sedang mendapatkan kekuatan, jadi Genji harus melawannya
sendirian serta melindungi Renk dan Minata karena saat waktu mendapatkan kekuatan, mereka
akan menjadi sangat lemah.

“Apa yang kau inginkan, badak baja?” tanya Genji.


“Siapa dirimu?”

“Aku? Aku adalah Badja,” jawab badak baja tersebut.


“Aku adalah pangeran terhormat dan anak dari Raja Badaja, Berlutut dan matilah di depanku.”

“Mengapa, apa salahku,” kata Genji.

“Baiklah, kalau kau tidak mau mengakui kesalahanmu jadi aku bunuh temanmu saja kalau kau
tidak ingin bertarung, biarlah mereka mati dan itu salahmu!” balas Badja.

Tiba-tiba ia menyerang Renki dan Minata…

***
Bersambung

Anda mungkin juga menyukai