Anda di halaman 1dari 5

SURAT PERJANJIAN KONTRAK ( SUB UPAH )

Pada hari ini, Senin Tanggal Lima Belas Bulan Juni Tahun Dua Ribu Dua Puluh, kami yang bertanda
tangan di bawah ini :

1. Nama :
Jabatan /Pekerjaan :
Alamat :
No. HP :
No. KTP :
Selanjutnya dalam hal ini disebut PIHAK PERTAMA (PEMBERI KERJA)

2. Nama :
Jabatan /Pekerjaan :
Alamat :
No. HP :
No. KTP :
Selanjutnya dalam hal ini disebut PIHAK KEDUA (PENERIMA KERJA)

Pihak Pertama menyetujui untuk memberikan pekerjaan kepada Pihak Kedua sesuai ketentuan yang
berlaku, pada paket Tahun Anggaran 2020. Dan
dengan ini menerangkan bahwa kedua belah pihak akan taat dan patuh pada semua syarat-syarat yang
tercantum dalam pasal-pasal sebagai berikut :

Pasal 1
MAKSUD DAN TUJUAN
1. PIHAK KEDUA harus melaksanakan Pekerjaan sesuai dengan detil yang diberikan dalam gambar,
dan sebagaimana yang diperintahkan oleh PIHAK PERTAMA, dimana pekerjaan tersebut akan
dibayar menurut sistem Harga Satuan. Pembayaran kepada PIHAK KEDUA dilakukan berdasarkan
kuantitas aktual yang diukur pada setiap jenis pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan dan memperbaiki setiap jenis pekerjaan, sesuai
kontrak dan spesifikasi, sampai diterima dengan baik oleh PIHAK PERTAMA dan Direksi Pekerjaan
yaitu Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat c.q.
Direktorat Jenderal Bina Marga c.q. BBPJN XIV Palu c.q. Satker PJN Wil. 2 Prov. Sulteng c.q. PPK
08 Koridor Tawaeli - Toboli - Tumora (Bts. Poso).

Pasal 2
LINGKUP PEKERJAAN DAN HARGA SATUAN
1. Pekerjaan ini meliputi pemeliharaan kinerja jembatan. (Sesuai Spesifikasi)
2. PIHAK KEDUA harus melaksanakan, menyelesaikan, dan memperbaiki pekerjaan dengan harga
satuan kontrak sebagai berikut :
Harga
No. Item Pekerjaan Sat. Satuan Keterangan
(Rp.)
1.
3. Harga Satuan kontrak di atas sudah mencakup kompensasi penuh untuk seluruh biaya yang
dikeluarkan seluruh pekerja dan atau lain-lain biaya yang diperlukan atau lazim dipakai untuk
pelaksanaan dan penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari setiap jenis pekerjaan tersebut.

1|H a l a m a n
PARAF
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
Pasal 3
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
1. Waktu pelaksanaan pekerjaan akan ditentukan oleh Pihak Pertama untuk setiap jenis dan lokasi
pekerjaan (yang baru dan akan dikerjakan Pihak Kedua), dengan waktu tertentu sesuai dengan target
Pihak Pertama.
2. Apabila Pihak kedua tidak menyelesaikan pekerjaan tersebut sesuai dengan target waktu yang
disepakati/mengalami keterlambatan (akibat kelalaian Pihak Kedua), maka Pihak pertama berhak
mengalihkan pekerjaan tersebut kepada Pihak lain dengan sisa pembayaran ke pihak kedua
berdasarkan progress pekerjaan × 50%.
3. Penambahan waktu pelaksanaan dapat dibenarkan apabila mendapat persetujuan tertulis dari Pihak
Pertama, dan oleh karenanya maka atas penambahan waktu tersebut tidak dapat dianggap sebagai
keterlambatan.

Pasal 4
SISTEM PEMBAYARAN
1. Pembayaran kepada PIHAK KEDUA dilakukan dengan syarat pekerjaan tersebut telah mencapai
kondisi 100% yang memenuhi garis, ketinggian, potongan dan dimensi yang ditunjukkan pada
gambar.
2. PIHAK PERTAMA wajib membayar kepada PIHAK KEDUA atas pelaksanaan pekerjaan,
penyelesaian dan perbaikan pekerjaan berdasarkan hasil prestasi kemajuan fisik, yang dilengkapi
dengan dokumen pendukung sebagai berikut :
a) Backup Data Quantity (hasil opname pekerjaan) yang ditandatangani oleh Direksi Pekerjaan,
Konsultan Supervisi, General Superintendent dan PIHAK KEDUA.
b) Foto hasil pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk Hard Copy/Print out, dengan jumlah
pengambilan foto sesuai dengan petunjuk PIHAK PERTAMA.
3. Pembayaran dilakukan 2 hari setelah dokumen pendukung seperti yang disebutkan di atas diterima di
kantor pusat Palu.
4. Pembayaran kepada PIHAK KEDUA dilakukan ke _________________________ rekening nomor :
________________________ atas nama : ________________________

Pasal 5
SPESIFIKASI TEKNIK
1. Semen yang digunakan harus dari jenis semen Portland tipe I, II, III, IV dan V yang memenuhi SNI
15-2049-2004 tentang Semen Portland.
2. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet,
memiliki ukuran untuk Pasangan Batu dengan Mortar minimal 10 cm dalam arah manapun dan untuk
Pasangan batu tidak boleh kurang dari 15 cm dalam arah manapun.
3. Pasir sungai yang digunakan harus bersih dan bebas dari bahan organik, yang diperoleh dari
penyaringan dan pencucian (jika perlu).
4. Air yang digunakan harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan.
5. Adukan Semen, seluruh bahan kecuali air harus dicampur, baik dalam kotak yang rapat atau dalam
alat pencampur mekanis (Concrete Mixer), sampai campuran menunjukkan warna yang merata,
kemudian air ditambahkan dan pencampuran dilanjutkan lima sampai sepuluh menit.
6. Untuk campuran beton, agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari hasil
Stone Crusher, atau dari penyaringan dan pencucian (jika perlu) kerikil dan pasir sungai.
7. Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (Concrete Mixer) menggunakan
takaran (Job Mix Formula) sesuai dengan mutu beton yang direncanakan.
8. Beton tidak boleh jatuh bebas ke dalam cetakan dengan ketinggian lebih dari 1,50 m. Beton tidak
boleh dicor langsung dalam air.
9. Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis (concrete vibrator) dari dalam atau dari luar,
dengan cara dimasukkan ke dalam beton basah secara vertikal, alat penggetar tidak boleh berada pada
suatu titik lebih dari 30 detik, serta tidak boleh menyentuh tulangan beton.
10. Beton harus dilindungi dari pengeringan dini, temperatur yang terlalu panas, gangguan mekanis dan
harus dirawat dengan bahan yang dapat menyerap air, lembaran bahan penyerap air ini harus dibuat
jenuh dalam waktu paling sedikit 3 hari.

2|H a l a m a n
PARAF
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
11. Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, setiap maksimum 5 m3 beton dibuat benda uji beton
berupa silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm atau kubus 15 × 15 × 15 cm sebanyak 3
buah benda uji. Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan
dicorkan.
12. Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai dengan gambar kerja dan dengan kebutuhan selimut beton
minimum yang disyaratkan.
13. Panjang penyambungan minimum 40 kali diameter batang dan harus diberikan kait pada ujungnya.

Pasal 6
SUMBER DAYA, KEAMANAN DAN KESEHATAN KERJA
1. PIHAK KEDUA harus menyediakan tenaga kerja, baik kuantitas dan kualitas yang memadai sesuai
dengan jenis pekerjaan yang akan dikerjakan.
2. PIHAK KEDUA bertanggung jawab atas keamanan tempat kerja, tenaga kerja, material dan peralatan
yang dioperasikan selama pekerjaan berlangsung.
3. PIHAK KEDUA akan menyediakan tempat tinggal untuk tenaga kerjanya.
4. PIHAK KEDUA bertanggung jawab terhadap gaji tenaga kerja yang ada dibawahnya termasuk biaya
konsumsi.
5. PIHAK PERTAMA akan menyediakan transportasi untuk tenaga kerja PIHAK KEDUA dari Base
Camp ke lokasi pekerjaan.
6. PIHAK KEDUA wajib bertanggung jawab dalam menjaga dan memelihara peralatan milik PIHAK
PERTAMA.
7. PIHAK KEDUA bertanggung jawab terhadap keamanan, kekacauan/keonaran yang dilakukan oleh
tenaga kerjanya.
8. PIHAK KEDUA wajib melaporkan ke pemerintah setempat sebelum melakukan pekerjaan.

Pasal 7
SANKSI DAN DENDA
1. Jika dikemudian hari PIHAK KEDUA meninggalkan pekerjaan tanpa ada persetujuan dari PIHAK
PERTAMA, sementara pekerjaan tersebut belum selesai/terbengkalai, maka PIHAK KEDUA tidak
berhak lagi menuntut hak-haknya/kehilangan haknya.
2. Apabila PIHAK KEDUA melakukan praktek Monopoli pekerjaan dalam artian melakukan
pengkaplingan lokasi pekerjaan di lapangan tanpa sepengetahuan dan izin dari PIHAK PERTAMA,
maka PIHAK KEDUA akan dikenakan denda berdasarkan perhitungan produktivitas atas
penyelesaian pekerjaan tersebut.
3. Denda tersebut adalah sebesar 50% dari harga satuan kontrak dengan hitungan denda maksimum 2
m3/hari untuk satuan volume atau 200 kg/hari untuk satuan berat per hari keterlambatan kerja.
4. Apabila PIHAK KEDUA melakukan praktek Makelar pekerjaan dalam artian melakukan jual beli
pekerjaan kepada pihak lain tanpa sepengetahuan dan izin dari PIHAK PERTAMA, maka PIHAK
PERTAMA dapat membatalkan jual beli tersebut dan melakukan pemutusan kontrak secara sepihak
kemudian biaya yang timbul akibat hal tersebut merupakan tanggung jawab PIHAK KEDUA.
5. Dan jika ditemukan pembayaran atau kelebihan pembayaran kepada PIHAK KEDUA akibat rekayasa
kuantitas aktual di lapangan, maka PIHAK KEDUA dan Pihak-Pihak yang bertandatangan (terlibat)
harus mengembalikan pembayaran atau kelebihan pembayaran tersebut kepada PIHAK PERTAMA.

Pasal 8
RESIKO
1. Jika pada waktu pelaksanaan pekerjaan terjadi kemacetan-kemacetan yang diakibatkan tidak
masuknya atau tidak tersedianya tenaga kerja karena semata-mata kesalahan PIHAK KEDUA, maka
segala resiko akibat kemacetan pekerjaan tersebut pada dasarnya menjadi tanggung jawab PIHAK
KEDUA.
2. Segala persoalan dan tuntutan tenaga kerja akan menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA,
atau dengan kata lain bahwa PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA dari segala tuntutan
tenaga kerja yang bekerja pada pekerjaan ini.
3. Bilamana selama PIHAK KEDUA melaksanakan pekerjaan ini menimbulkan kerugian bagi PIHAK
KETIGA atau yang tidak ada sangkut pautnya dalam pekerjaan ini, maka segala kerugian ditanggung
sepenuhnya oleh PIHAK KEDUA.

3|H a l a m a n
PARAF
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
Pasal 9
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
Dalam hal di kemudian hari terjadi perselisihan mengenai maksud dan tujuan dari PERJANJIAN ini,
maka akan ditempuh upaya sebagai berikut:
1. Secara musyawarah untuk mencapai mufakat berdasarkan azas kekeluargaan.
2. Perselisihan di bidang teknik yang tidak dapat diselesaikan sesuai dengan pasal 9.1 PERJANJIAN,
maka akan diselesaikan oleh Panitia Arbitrase yang terdiri dari seorang wakil PIHAK PERTAMA,
seorang wakil PIHAK KEDUA dan seorang wakil PIHAK KETIGA yang dipilih oleh kedua belah
pihak. Putusan Panitia Arbitrase ini mengikat kedua belah pihak.
3. Perselisihan di luar bidang teknik yang tidak dapat diselesaikan sesuai pasal 9.1 PERJANJIAN, maka
perselisihan dimaksud akan diselesaikan dan diputuskan oleh Pengadilan Negeri.
4. Segala akibat dari perjaniian ini kedua belah pihak memilih kedudukan yang tetap di Panitera
Pengadilan Negeri Palu.

Pasal 10
FORCE MAJEURE
1. Keadaan memaksa (force majeure) adalah keadaan yang terjadi di luar kekuasaan manusia (act of
God) yang rnengakibatkan tidak dapat terpenuhinya kewajiban dalam PERJANJIAN ini, seperti
perang, bencana alam, bencana nasional yang diumumkan oleh pemerintah, huru hara, atau keadaan
lain yang oleh perundang-undangan yang berlaku dapat dikategorikan sebagai keadaan memaksa.
2. Jika terjadi keadaan memaksa sebagaimana diuraikan dalam pasal 10.1 di atas, pihak yang terlibat
harus memberitahukan kejadian tersebut kepada pihak lainnya dalam waktu 1 × 24 (satu kali dua
puluh empat) jam sejak kejadian tersebut dinyatakan timbul dan akan memberikan bukti-bukti yang
sah dari pihak yang berwenang. Kedua belah pihak wajib untuk mengadakan perundingan, dan
menyelesaikan atas dasar itikad baik dengan memperhatikan azas-azas hukum yang berlaku .

Pasal 11
PENUTUP
1. Segala sesuatu yang belum diatur dalam surat perjanjian ini atau perubahan-perubahan yang telah
dipandang perlu oleh kedua belah pihak, akan dituangkan dalam suatu Amandemen/Adendum
tersendiri yang tidak terpisahkan dari surat perjanjian ini.
2. PERJANJIAN ini tunduk pada dan diatur oleh Undang-Undang dan Peraturan Republik lndonesia.
3. Surat perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) bermaterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum
yang sama, masing-masing untuk PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA.

Surat perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak di Palu pada hari tanggal tersebut di atas.

PIHAK KEDUA : PIHAK PERTAMA :

Materai
6000,-

Sub Upah Direktur

4|H a l a m a n
PARAF
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA
5|H a l a m a n
PARAF
PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Anda mungkin juga menyukai