Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN UUD NO 23 TAHUN 2014

& UUD N0 9 TAHUN 2015

DOSEN PENGAMPUH:
Dr. Welly Waworundeng S.Sos, M.Si
Dra. Sofia Elestina Pangemanan M.Si

DI SUSUN OLEH:

SOFHIALIN MILAS
210811030023

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2022
REVIEW & RINGKASAN UUD NO 23 TAHUN 2014
Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas- luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Saat ini Pemerintahan
daerah diatur dengan UU 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
disahkan Presiden Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 30 September
2014. UU Pemerintahan Daerah 2014 mulai berlaku setelah diundangkan pada
tanggal 2 Oktober 2015 oleh Menkumham Amir Syamsudin.
Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244.
Penjelasan UU Pemda ditempatkan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 memiliki perspektif yang lebih jelas dan
rinci dalam pendelegasian kewenangan antara Pusat dan Daerah Untuk urusan
konkuren, Secara tersirat digambarkan dalam penjelasan UU Nomor 23 Tahun
2014 bahwa daerah diberi keleluasaan untuk memanfaatkan kearifan, potensi,
inovasi, daya saing dan kreativitas daerah untuk mencapai tujuan nasional di
tingkat lokal yang pada gilirannya akan mendukung pencapaian tujuan nasional
secara keseluruhan.
➢ Pada Bab Pertama Dalam UUD 23 Tahun 2014 membahas terkait ketentuan
umum berupa penjelasan dari istilah istilah yang dipakai dalam Undang-
Undang tersebut seperti: apa itu Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah,
Pemerinta Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Urusan Pemerintahan,
Otonomi Daerah, Asas Otonomi, Desentralisasi, Dekonsentrasi, Instansi
Vertical, Tugas Pembantuan, Daerah Otonom, Wilayah Administrasi, Urusan
Pemerintahan Wajib, Urusan Pemerintahan Pilihan, Pelayanan Dasar, Standar
Pelayanan Minimal, Forum Koordinasi, Daerah Provinsi, Pembentukan Daerah,
Daerah Persiapan, Cakupan Wilayah, Perangkat Daerah, Kecamatan, Peraturan
Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, Rencana
Pembangunan Tahunan Daerah, Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara, Pendapatan Daerah, Belanja Daerah, Pembiayaan, Pinjaman
Daerah, Barang Milik Daerah, Badan Usaha Milik Daerah, Partisipasi
Masyarakat, Kawasan Khusus, Desa, Menteri, Kementerian, Aparat Pengawas
Internal Pemerintah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Bagi
Hasil, Hari
➢ Pada bab dua dalam undang undang 23 tahun 2014 membahas terkait
pembagian wilayah negara republic indonesia antara lain: Daerah Provinsi Dan
Daerah Kabupaten Kota, Kecamatan, Kelurahan/Desa Beserta Status Pemegang
Wilayah Kerja
➢ Pada Bab Tiga Membahas Tentang Kekuasaan Pemerintah Sebagaimana Pasal
Lima Tertulis Presiden Republik Indonesia Memegang Kekuasaan
Pemerintahan Sesuai Dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Kemudian Menyebutkan Dasar Penyelenggaraan
Urusan Pemerintahan, Serta Membahas Tentang Pembinaan Dan Pengawasan
Dan Tanggung Jawab Presiden
➢ Pada bab ke empat pasal 9 membahas tentang urusan pemerintahan bagian
kesatu klasifikasi urusan pemerintahan sebagaimana tertulis ada urusan
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, urusan pemerintahan
umum pada bagian kedua pasal 10 sampai pasal 25 jelas menguraikan dengan
jelas dan detail dan untuk bagian kelima menguraikan tentang forkopimda
➢ Bab kelima membahas tentang Kewenangan Daerah Provinsi Di Laut Dan
Daerah Provinsi Yang Berciri Kepulauan muali dari Bagian Kesatu
Kewenangan Daerah Provinsi Di Laut, Bagian Kedua Daerah Provinsi yang
Berciri Kepulauan
➢ Selanjutnya Bab keenam membahas tentang penataan daerah dimulai dari
bagian kesatu umum, bagian kedua pembentukan daerah, paragraph 1
pemekaran daearah, bagian ketiga penyesuaian daerah, Paragraf 3 Tugas,
Wewenang, Kewajiban, dan Hak Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah,
Paragraf 4 Larangan bagi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, Paragraf
10 Pelaksanaan Hak Anggota, Paragraf 11 Persidangan dan Pengambilan
Keputusan, Paragraf 12 Tata Tertib dan Kode Etik, Paragraf 13 Larangan dan
Sanksi, Paragraf Pemberhentian Antar waktu, Penggantian Antar waktu, dan
Pemberhentian Sementara, Bagian Kelima DPRD Kabupaten/Kota, Paragraf 1
Susunan dan Kedudukan, Paragraf 2 Fungsi, Paragraf 3 Tugas dan Wewenang,
Paragraf 4 Keanggotaan, Paragraf 5 Hak DPRD Kabupaten/Kota, Paragraf 6
Hak dan Kewajiban Anggota, Paragraf 7 Fraksi, Paragraf 8 Alat Kelengkapan
DPRD Kabupaten/Kota, Paragraf 9 Pelaksanaan Hak DPRD kabupaten/kota,
Paragraf 10 Pelaksanaan Hak Anggota, Paragraf 11 Persidangan dan
Pengambilan Keputusan, Paragraf 12 Tata Tertib dan Kode Etik, Paragraf 13
Larangan dan Sanksi, Paragraf 14 Pemberhentian Antarwaktu, Penggantian
Antarwaktu, dan Pemberhentian Sementara, Bagian Kedua Perusahaan Umum
Daerah, Bagian Ketiga Perusahaan Perseroan Daerah, Bagian Keempat
Pengelolaan BUMD
➢ Pada Bab XIII membahas Pelayanan Publik Bagian Kesatu Asas
Penyelenggaraan, Bagian Kedua Manajemen Pelayanan Publik
➢ Selanjutnya Bab XXIII membahas terkait Dewan Pertimbangan Otonomi
Daerah
➢ Bab XXIV Ketentuan Pidan aini jelas membahas dan tertera pada pasal 398
yaitu Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan
peraturan perundangundangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 350 ayat (1)
dikenai sanksi pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
apabila pelanggarannya bersifat pidana.
➢ Dan untuk Bab XXV Ketentuan Lain-Lain mulai dari pasal 399 sampai dengan
400 terkait ketentuan mengenai evaluasi dan ketentuan lebih lanjut
➢ Pada Bab XXVI Ketentuan Peralihan membahas terkait penegasan batas, izin
yang dikeluarkan, BUMD
➢ Dan untuk terkhir ada Bab XXVII Ketentuan Penutup mulai dari pasal 403
sampai dengan 411 mengenai program legislasi, serah terima personel, eraturan
pelaksanaan dari UndangUndang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan
Daerah, pemberlakuan undang-undang
REVIEW & RINGKASAN UUD N0 9 TAHUN 2015
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Ketentuan tugas dan wewenang dewan perwakilan rakyat daerah provinsi,
kabupaten/kota perlu dilakukan penyesuaian dengan undang-undang yang
mengatur pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota; dengan membentuk Undang
Undang tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah.
Dasar Hukum Undang-undang ini adalah :Pasal 18, Pasal 20, Pasal 21, Pasal
22D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
atas UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi
Undang-Undang.
Dalam Undang-Undang ini diatur tentang : Perubahan Kedua Atas Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan
dilakukan sebagai konsekuensi atas perubahan undang-undang tentang pemilihan
gubernur, bupati, dan walikota yang mengatur wakil kepala daerah dipilih secara
berpasangan dengan kepala daerah. Sehingga perlu diatur pembagian tugas antara
kepala daerah dan wakil kepala daerah agar tidak terjadi disharmoni dan dan
perlunya pengaturan mekanisme pengisian jabatan kepala daerah dan wakil kepala
daerah dalam hal terjadi kekosongan jabatan untuk meneruskan sisa masa jabatan.
Catatan:
➢ Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 18 Maret 2015.
➢ Undang-Undang ini terdiri 2 Pasal dengan 6 Perubahan Pasal.
➢ Penjelasan 6 hlm.

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657),
diubah sebagai berikut:
2. Ketentuan ayat (1) huruf f Pasal 65 dihapus, sehingga Pasal 65 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 65

(1) Kepala daerah mempunyai tugas:


a. memimpin pelaksanaan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang
ditetapkan bersama DPRD;
b. memelihara ketenteraman dan ketertiban masyarakat;
c. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang RPJPD dan rancangan
Perda tentang RPJMD kepada DPRD untuk dibahas bersama DPRD, serta
menyusun dan menetapkan RKPD;
d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD, rancangan Perda
tentang perubahan APBD, dan rancangan Perda tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD kepada DPRD untuk dibahas bersama;
e. mewakili Daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
f. dihapus.
g. melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepala daerah
berwenang:
a. mengajukan rancangan Perda;
b. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;
c. menetapkan Perkada dan keputusan kepala daerah;
d. mengambil tindakan tertentu dalam keadaan mendesak yang sangat
dibutuhkan oleh Daerah dan/atau masyarakat;
e. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(3) Kepala daerah yang sedang menjalani masa tahanan dilarang melaksanakan tugas
dan kewenangannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Dalam hal kepala daerah sedang menjalani masa tahanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) atau berhalangan sementara, wakil kepala daerah melaksanakan tugas
dan wewenang kepala daerah.
(5) Apabila kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau berhalangan sementara
dan tidak ada wakil kepala daerah, sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari
kepala daerah.
(6) Apabila kepala daerah dan wakil kepala daerah sedang menjalani masa tahanan atau
berhalangan sementara, sekretaris daerah melaksanakan tugas sehari-hari kepala
daerah.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang kepala daerah
oleh wakil kepala daerah dan pelaksanaan tugas sehari-hari kepala daerah oleh
sekretaris daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sampai dengan ayat (6) diatur
dalam peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai